Anda di halaman 1dari 13

Rumah Sakit Umum

FITRI CANDRA
Jl. Brigjend Katamso, Klampisan Selogiri, Wonogiri 57652
Telp (0273) 5328899, Fax (0273) 5328899, email : rsb_fitricandra@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RSU RSU FITRI CANDRA

Nomor: …… / ….. / …. /2018

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ASESMEN TAMBAHAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM FITRI CANDRA


KABUPATEN WONOGIRI

Menimbang : a. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSU Fitri Candra, maka
perlu adanya kebijakan mengenai penyelenggaraan pelayanan
Asesmen Tambahan;
b. Bahwa untuk meningkatkan pelayanan di RSU Fitri Candra dapat
terlaksanaya Asesmen Tambahan dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur RSU Fitri Candra sebagai dasar penyelenggaraan
pelayanan;
c. Bahwa untuk maksud butir a dan b maka diperlukan Keputusan
Direktur tentang berlakunya Pedoman Pelayanan Asesmen Tambahan
di RSU Fitri Candra.

Mengingat : a. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


b. Undang-undang RI Nomor 28 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
c. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
d. Keputusa Menteri Kesehatan RI No : 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
e. Peratura Menteri Kesehatan Nomor 129 /PERMENKES/III/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Kesatu : Surat Keputusan Direktur Tentang Pedoman Pelayanan


Asesmen Tambahan Di Rsu Fitri Candra.
Kedua : Diberlakukannya Pedoman Tentang Pelayanan Asesmen
Tambahan maka dapat menjadi acuan petugas dalam
memberikan asesmen pasien sesuai dengan kebutuhan
individu pasien.
Ketiga : Petugas mampu merespon apa saja kebutuhan dan
kondisi pasien dengan cara yang dapat diterima oleh
populasi tertentu.
Keempat : Petugas pelayanan Asesmen Tambahan yaitu Dokter
Penanggung Jawab Pasien, Case Manager, Perawat, Bidan,
Ahli Gizi, Rehab Medik, Psikiatris,dan petugas kerohanian.
Kelima : Surat Keputusan Ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Keenam : Apabila terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Wonogiri
Pada Tanggal :

Direktur
RSU Fitri Candra

dr.Eka Ambarwati Sutardi


LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSU
FITRI CANDRA
NOMOR : .…./……/…/2012
TENTANG
PEDOMAN PELAYANA ASESMEN
TAMBAHAN

PEEDOMAN PELAYANAN ASESMEN TAMBAHAN

A. DEFINISI
1. Asesmen Pasien adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari fase pre-
rumah sakit hingga managemen pasien di rumah sakit, yaitu proses dimana
dokter, perawat, dietisen mengevaluasi data pasien baik subjektif maupun
obyektif untuk membuat keputusan terkait status kesehatan pasien, kebutuhan
peraawatan, intervesi dan evaluasi.
2. Asesmen tambahan atau asesmen khusus yaitu asessmen individual untuk tipe-
tipe pasien atau populasi pasien tertentu yang didasari atas karakteristik yang
unik, yaitu pada pasien anak-anak, dewasa muda, wanita dalam proses
melahirkan, gangguan jiwa, ketergantungan alkohol / obat-obatan dan pasien
dengan kondisi terminal.
3. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) adalah seorang dokter spesialis yang
bertanggungjawab atas pengelolan pelayanan medis/medical care seorang pasien
dan mempunyai tanggung jawab atas kesembuhan pasien tersebut.
4. Case Manager adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan dari pasien tersebut.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Asesmen tambahan untuk pasien tertentu atau untuk populasi pasien khusus
mengharuskan proses asesmen perlu diubah. Tambahan ini disesuaikan dengan
keunikan dan kebutuhan setiap populasi pasien tertentu.
C. RUANG LINGKUP
Pasien yang memerlukan asesmen tambahan antara lain:
1. Pasien Neonatus
2. Pasien Anak
3. Pasien Remaja
4. Pasien Obstetri/Maternitas
5. Pasien Geriatri
6. Pasien dengan perencanaan pemulangan
7. Pasien Terminal
8. Pasien dengan rasa sakit kronik atau nyeri intense
9. Pasien dengan gangguan kejiwaan
10. Pasien dengan kecanduan obat terlarang dan alkohol
11. Pasien korban kekerasan
12. Pasien dengan penyakit menular / infeksius.

D. TATA LAKSANA
1. Petugas Penanggung Jawab:
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
b. Case Manager
2. Perangkat Kerja:
a. Status Rekam Medis Pasien
3. Tata Laksana Penentuas Asesmen Tambahan Untuk Populasi Tertentu
Rumah sakit melaksanakan asesmen awal individual untuk populasi
tertentu yang dilayani rumah sakit. Asesmen pasien tersebut merupakan respons
terhadap kebutuhan dan kondisi mereka dengan cara yang dapat diterima oleh
budaya dan bersifat rahasia. Populasi tertentu itu diantaranya :
a. Asesmen Individual pada Anak-Anak dan Dewasa Muda
Asesmen anak-anak dan dewasa muda pada tahap awal mengikuti ketentuan
pada asesmen awal (poin sebelumnya). Untuk anak-anak, akan ditangani
dokter spesialis anak. Untuk dewasa muda, akan dirujuk sesuai temuan pada
asesmen awal.
b. Asesmen Individual pada Pasien Geriatri
Assesmen pada pasien lanjut usia > 60 tahun yang lemah dan memerlukan
perhatian khusus, baik rawat jalan maupun rawat inap asesmen dilakukan
menggunakan asesmen pasien dewasa dengan memperhatikan kebutuhan
pasien pada saat pulang.
c. Asesmen Individual Pada Wanita Dalam Proses Melahirkan
Pasien dalam proses melahirkan dan penyakit kandungan lain akan langsung
dirujuk ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mendapat
asesmen dan penanganan selanjutnya.
d. Asesmen dan Penanganan Pasien Dengan Kondisi Terminal
Identifikasi pasien dengan kondisi terminal. Identifikasi dilakukan diseluruh
unit, baik oleh dokter maupun oleh perawat. Pada pasien terminal perlu
dilakukan secara khusus asesmen mengenai kebutuhan unik dari pasien
maupun keluarga dengan melakukan :
1) Metode penyampaian berita buruk yang paling sesuai untuk pasien.
Dokter berunding dengan keluarga terlebih dahulu mengenai bagaimana
dan kapan waktu yang sesuai untuk menyampaikan berita buruk.
2) Setelah pasien mengetahui kondisinya, perlu ditawarkan suatu bentuk
pendampingan psikologis / psikiatrik yang mungkin diperlukan untuk
melalui fase denial, fase anger hingga sampai fase acceptance. Hal ini
dapat dilakukan dalam outpatient / inpatient setting.
3) Hal-hal seputar pilihan yang dimiliki pasien seperti ingin meninggal di
mana, serta berbagai kehendak pasien terkait dengan akhir hidupnya
(advanceddirectives) yang terkait dengan penanganan pasien.
4) Kadang pasien tidak dalam kondisi sadar / mampu berkomunikasi, maka
langkah di atas mungkin pula diperlukan untuk keluarga pasien.
5) Kebutuhan akan Layanan spiritual, yang dapat disediakan oleh rumah
sakit dan dapat ditawarkan kepada pasien atau keluarga pasien, namun
pasien / keluarga dapat juga memilih untuk mengundang penasehat
spiritual pilihannya sendiri dengan menginformasikan kepada perawat
ruangan (untuk inpatient)
6) Kelonggaran dalam berdoa dan jumlah pengunjung diberikan melihat
kondisi ruang perawatan dan diberikan oleh penanggung jawab ruang
perawatan bagi pasien terminal dengan catatan tidak mengganggu
pasien lain.
7) Keadekuatan (adequacy) dari obat-obatan paliatif yang diberikan
(terutama obat nyeri), serta pengkajian nyeri dan gejala lain yang
mungkin timbul pada pasien terminal.
e. Asesmen Pasien Dengan Gangguan Kejiwaan
1) Identifikasi pasien dengan gangguan kejiwaan.
a) Pasien dengan gangguan kejiwaan dapat teridentifikasi baik di rawat
jalan, rawat inap, maupun Instalasi Gawat Darurat.
b) Pasien dengan percobaan bunuh diri perlu selalu dikonsulkan ke
psikiater, disamping penanganan kegawat daruratannya (baik medical
maupun surgical).
c) Pasien dengan depresi yang dicurigai berat yang ditemukan di setting
apapun harus dikonsulkan ke psikiater.
d) Pasien dengan gangguan cemas dan ringan yang belum dirasa
mengganggu aktivitas harian dapat diberi terapi oleh dokter
penanggung jawabnya. Pasien dengan kecurigaan gangguan psikotik,
dengan atau tanpa organic underlying disease perlu dikonsulkan ke
psikiater.
2) Penanganan pasien dengan gangguan kejiwaan.
a) Pasien dengan gangguan psikotik dirujuk ke RS Jiwa.
b) Pasien dengan percobaan bunuh diri atau ancaman bunuh diri
dirawat dengan kewaspadaan tinggi dibawah tanggung jawab
psikiater, atau dirujuk bila dinilai ancaman bunuh dirinya tinggi,
karena RSU Fitri Candra tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk
pencegahan bunuh diri.
c) Pasien lain ditangani sesuai kondisi psikiatriknya.
f. Asesmen Pasien Dengan Kecurigaan Ketergantungan Alkohol / Obat.
1) Jenis zat yang perlu diwaspadai menimbulkan ketergantungan:
a) Alkohol
b) Nikotin
c) Golongan barbiturat (flunitrazepam, triazolam, temazepam, dan
nimetazepam)
d) Golongan opiat (kodein, morfin, fentanil, oxycodon)
e) Amfetamin& Metamfetamin
2) Identifikasi populasi berisiko:
a) Pasien yang “meminta” obat secara spesifik (terutama obat
tranquilizer atau opiat) dengan frekuensi yang sering dari rekam
medik (dokter/ perawat melihat rekam medik untuk melihat riwayat
obat-obatan pasien).
b) Dokter/perawat baik IGD/rawat inap perlu juga waspada bagi pasien
yang mengeluh nyeri kronik dan “meminta” pain killer yang kuat
atau meminta peningkatan dosis.
c) Keluhan keluarga yang mengantar (anak, istri, orang tua) tentang
masalah obat, alkohol maupun merokok.
d) Farmasi dapat mendeteksi riwayat pengobatan pasien. Bila hal ini
terjadi, maka petugas farmasi perlu melaporkan ke dokter
penanggung jawab pasien yang bersangkutan.
e) Memasukkan riwayat minum alkohol dan merokok sebagai bagian
dari pertanyaan rutin untuk Medical Check Up.
3) Tergantung dari kondisi pasien, dokter yang mengidentifikasi
(mencurigai adanya masalah ketergantungan) dapat melakukan asesmen
awal berupa pertanyaan-pertanyaansebagai berikut:
a) Berapa banyak merokok? Minum alkohol?(Jika drug abuse : ditanya,
obat apayang digunakan? Darimana didapatkan?)
b) Sejak usia berapa?
c) Pernah mencoba berhenti atau mengurangi?
d) Apakah pasien sadar bahaya dan risiko dari merokok?
4) Bila ditemukan populasi berisiko, pasien dibuatkan rujukan ke psikiater
untuk pengkajian dan penanganan lebih lanjut.
5) Penanganan meliputi : psikoterapi, medikamentosa, termasuk
diantaranya konseling untuk HIV oleh tim HIV bagi pengguna obat via
injeksi (Injecting drug users / IDUs)
6) Seluruh proses penanganan ini didokumentasikan dalam rekam medic.
g. Asesmen untuk korban penganiayaan.
1) Korban penganiayaan adalah pasien yang mengalami tindak kekerasan
fisik diluar kemauannya.
2) Kelompok yang rentan menjadi korban penganiayaan dapat anak-anak,
pasangan hidup,orang lanjut usia, dan lain lain orang yang secara sosio-
ekonomi budaya dan fisik tergantung kepada orang lain. Jika menjumpai
kelompok ini, petugas harus mewaspadai kemungkinan terjadinya
penganiayaan.
3) Saat menerima kasus medik yang dicurigai merupakan korban
penganiayaan, maka disamping penanganan terhadap cederanya, maka
korban harus mendapat pengkajian lebih dalam dan penanganan khusus
yang meliputi:
a) Privasi pasien dari orang yang mengantar agar mereka dapat bicara
bebas.
b) Bila korban anak-anak, asesmen mungkin perlu dilakukan terhadap
orang tuanya secara terpisah, atau keluarga lain di luar orang tuanya
untuk mendapat gambaran lebih lengkap mengenai kejadiannya.
c) Untuk orang lanjut usia atau yang tidak mampu mengutarakan
keinginannya sendiri, asesmen perlu dilakukan terhadap seluruh
keluarga yang ada, termasuk orang yang sehari-hari merawat
korban.
d) Asesmen terhadap kemungkinan fraktur multipel dilakukan,
terutama pada korban yang tidak dapat mengeluhkan nyeri untuk
dirinya sendiri (anak kecil, bayi maupunorang tua atau dengan
kecacatan / keterbatasan).
e) Konsultasi psikologi dilakukan pada pasien dengan curiga korban
kekerasan /penganiayaan.
h. Asesmen Pasien Dengan Gangguan Komunikasi.
1) Selain bahasa, pasien dapat memiliki gangguan komunikasi yang dapat
berakibat pada tidak sesuainya penanganan pasien tersebut. Gangguan
komunikasi yang mungkin terjadi adalah:
a) Pasien dengan gangguan pendengaran (hearing loss), bisu, maupun
buta (blindness).
b) Pasien mengalami gangguan kognitif (bawaan maupun didapat),
misalnya retardasi, Cerebral Palsy, Stroke, dll).
2) Dalam hal pasien memiliki gangguan komunikasi di atas, maka keluarga
pasien diminta memberi informasi mengenai bagaimana komunikasi
sehari-hari di rumah yang efektif dilakukan.
3) Siapa keluarga atau orang di rumah yang mampu berkomunikasi secara
efektif dengan pasien.
4) Dalam hal pasien buta, komunikasi verbal merupakan metode utama
untuk asesmen, dan dalam hal pasien bisu/tuli, maka komunikasi tertulis
merupakan salah satu alternative pertama untuk asesmen.
5) Dalam hal gangguan pendengaran total dan pasien berkomunikasi
dengan bahasa isyarat untuk orang tuna rungu, dan keluarga yang ada
pada saat itu tidak dapat berkomunikasi,maka rumah sakit mengundang
ahli bahasa isyarat untuk membantu proses komunikasiatau menunggu
hingga anggota keluarga yang mampu berkomunikasi hadir di rumah
sakit, kecuali dalam keadaan life saving.
6) Untuk pasien dengan gangguan kognitif, komunikasi dilakukan sebatas
dokter menganggap informasi dan komunikasi yang ada dapat dipercaya.
Dan perlu dilakukan konfirmasi dengan keluarga mengenai hasil asesmen
tersebut.
E. DOKUMENTASI
a. Formulir Assesmen Keperawatan Anak
b. Formulir Assesmen Neonatus
c. Formulir Assesmen Obsgyn
d. Formulir Assesmen Discarge Planning
e. Formulir Asesmen Pasien Terminal
ASESMEN TAMBAHAN
No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:

RSU FITRI CANDRA


WONOGIRI
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh Direktur
RSU Fitri Candra Wonogiri
SPO

dr. Eka Ambarwati Sutardi


Asesmen tambahan selain asesmen awal perawatan awal yang
dilakukan pada pasien geriatri, pediatric, maternal, paliatif, pasien
PENGERTIAN
dengan gangguan jiwa, pasien korban kekerasan, dan ketergantungan
obat-obatan.
TUJUAN Untuk mengetahui kebutuhan khusus dari setiap populasi pasien
Keputusan SK
KEBIJAKAN
Direktur............................................tentang Asesmen Tambahan
PROSEDUR 1. Lakukan identifikasi pasien sesuai prosedur.
2. Lakukan asesmen awal keperawatan sesuai SPO.
3. Tentukan apakah pasien memerlukan asesmen tambahan :
a. Asesmen tambahan pasien anak
Dilakukan pada pasien anak usia 0-12 tahun baik rawat jalan
maupun rawat inap.
b. Asesmen tambahan pasien terminal
Dilakukan pada pasien dengan sakit terminal yang
memerlukan perhatian khusus, baik rawat jalan maupun rawat
inap asesmen dilakukan oleh unit terkait/multidisiplin.
c. Asesmen tambahan pasien jiwa
Dilakukan pada pasien dengan kelainan emosional dan
gangguan jiwa yang memerlukan perhatian khusus
dikonsulkan ke dokter spesialis psikiatri.
d. Asesmen tambahan maternal
Dilakukan pada pasien pasien dengan penyakit kandungan
maupun kebidanan baik rawat jalan maupun rawat inap.
e. Asesmen tambahan pasien geriatri
Dilakukan pada pasien lanjut usia > 60 tahun yang lemah dan
memerlukan perhatian khusus, baik rawat jalan maupun rawat
inap asesmen dilakukan menggunakan asesmen pasien
dewasa dengan memperhatikan kebutuhan pasien.
f. Asesmen tambah pasien dengan kekerasan
Dilakukan pada pasien yang terlantar atau disakiti (KDRT /
child abuse) yang memerlukan perhatian khusus, asesmen
dilakukan oleh tim Psikiatri.
g. Asesmen tambahan pasien dengan ketergantungan obat
Pasien dengan ketergantungan obat yang memerlukan
perhatian khusus, asesmen dilakukan oleh dokter spesialis
psikiatri.
h. Asesmen pasien dengan gangguan komunikasi.
Pasien dengan gangguan berkomunikasi memerlukan asesmen
tambahan untuk menentukan cara komunikasi yang tepat
antara pasien dengan petugas demi memperoleh data pasien
dengan tepat.

1. Komite Medik
2. Komite Keperawatan
UNIT TERKAIT 3. Unit Rawat Inap
4. Unit Rawat Jalan
5. Unit Rekam Medik

Anda mungkin juga menyukai