Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH EXERCISE RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN

POST OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS TERHADAP


INTENSITAS NYERI DI RSUD DR. SOEDARSO
PONTIANAK

Baiturrahman1, Ichsan Budiharto2, Yoga Pramana3


1
Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
baiturrahman@student.untan.ac.id 2RSUD Dr. Soedarso Pontianak ichsanbudiharto@gmail.com 3
Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura yoga.idn@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Nyeri post operasi fraktur adalah nyeri somatik dan terjadi deep
somatic pain yang berasal dari otot tulang, persendian, dan jaringan ikat lainnya
yang terjadi karena penumpukan zat kimia. Nyeri post operasi fraktur dapat
dikurangi dengan exercise range of motion (ROM). ROM dapat menurunkan
intensitas nyeri karena memperlancar sirkulasi darah, dan memelihara mobilitas
persendian, mengurangi ketegangan, serta meningkatkan relaksasi.
Tujuan : Mengetahui pengaruh exercise range of motion (ROM) pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas terhadap intensitas nyeri di RSUD DR. Soedarso
Pontianak.
Metode : Penelitian kuantitatif dengan desain quasy eksperiment, menggunakan
metode pendekatan pre and post test without control. Penelitian ini menggunakan
consecutive sampling dengan sampel 15 responden yang mengalami nyeri post
operasi fraktur ekstremitas. Instrumen yang digunakan skala pegukuran nyeri
nonverbal pain scale (NVPS) dan prosedur exercise range of motion (ROM).
Setiap responden diberikan exercise range of motion (ROM).
Hasil : Sebagian besar responden berusia dewasa awal dan akhir dengan
presentase 26,7%. Perempuan merupakan jenis kelamin tertinggi 53,3%,
Pendidikan terbanyak adalah SMA 46,7%, dan Suku terbanyak adalah Melayu
46,7. Analisis bivariat intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi didaptkan
nilai median (min-max) sebelum intervensi 5,00 (4-6) dan sesudah intervensi nilai
median (min-max) 3,00 (2-5) dan nilai p = 0,000 (< 0,05).
Kesimpulan : Ada pengaruh exercise range of motion (ROM) pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas terhadap intensitas nyeri di RSUD DR. Soedarso
Pontianak.

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Fraktur, Exercise Range Of Motion


ABSTRACT

Background : Post operative pain fractures are somatic pain and deep somatic
pain originates from skeletal muscles, joints, and other connective tissues that
emerge due to accumulation of potassium and acid lactic. Post operative pain
fractures may be reduced through of exercise range of motion (ROM). ROM can
decrease the intensity of pain because it improves blood circulation, and
maintains joint mobility, reduces tension, and increases relaxation.
Objective : To measure the effect of exercise range of motion (ROM) to reduce
pain in post-surgery patients of extremity fracture in RSUD DR. Soedarso
Pontianak.
Methods : This study used with quasy experiment design, using pre and post test
without control. This study used consecutive sampling with 15 respondents who
experienced postoperative extremities fracture pain. Instruments used are pain
scale nonverbal pain (NVPS) and standard operational procedure exercise range
of motion (ROM).
Results : Most of the respondents were in early and late adult age groups with a
percentage of 26.7%. 46,7% of respondents completed senior high school
education with major ethnicity are Malays and 53,3% of respondent completed
woman. Bivariate analysis of pain intensity before and after intervention were
median (min-max) 5,00 (4-6) before and median (min-max) 3,00 (2-5), and p =
0,000 (<0,05)..
Conclusion : There was a significant of exercise range of motion (ROM) to
reduce pain in post-surgery patients of extremity fracture in RSUD DR. Soedarso
Pontianak.

Keywords : pain intensity, fracture, Exercise Range Of Motion

PENDAHULUAN orang pada tahun 2008, dengan angka


Fraktur atau sering dikenal prevalensi sebesar 2,7% (Mardiono,
dengan patah tulang adalah hilangnya 2010 dalam Djamal, Rompas &
kontinuitas tulang, retak atau Bawotong, 2015). Sementara pada
patahnya tulang yang semulanya tahun 2009 terdapat kurang lebih 18
utuh, baik bersifat lokal maupun juta orang dengan angka prevalensi
sebagian tulang yang biasanya sebesar 4,2%. Tahun 2010 meningkat
disebabkan oleh trauma/rudapaksa menjadi 21 juta orang dengan angka
atau tenaga fisik, kecelakaan, baik itu prevalensi 3,5% (Mardiono, 2010
kecelakaan kerja, kecelakaan lalu dalam Djamal, Rompas & Bawotong,
lintas dan sebagainya yang ditentukan 2015). Tahun 2011-2012 WHO
jenis dan luasnya fraktur. (Muttaqin, mencatat terdapat 5,6 juta orang
2008; Lukman & Ningsih, 2013; meninggal dunia dan 1,3 juta orang
Depkes RI dalam Noorisa, Apriliwati, menderita fraktur akibat kecelakaan
Aziz, & Bayusentono, 2017). lalu lintas (Noorisa, Apriliwati, Aziz,
World Health Organization & Bayusentono, 2017).
(WHO), menyatakan kasus fraktur Dampak yang ditimbulkan
terjadi di dunia kurang lebih 13 juta pada fraktur antara lain keterbatasan
aktivitas, adanya rasa nyeri akibat ROM Exercise sejak dini juga dapat
aktivitas saraf motorik dan sensorik memperlancar peredaran darah
pada jaringan fraktur. Nyeri adalah sehingga oksigenasi pada luka
sesuatu hal yang bersifat subjektif, menjadi lebih baik, asupan zat nutrisi
tidak ada dua orang sekalipun yang dan juga obat dapat terserap dengan
mengalami kesamaan rasa nyeri dan baik (Lestari, 2017).
tidak ada dua kejadian menyakitkan ROM dapat juga
yang mengakibatkan respon atau meningkatkan kesegaran tubuh,
perasaan yang sama pada individu memperbaiki tonus otot dan sikap
(Permana, Nurchayati, Herlina, tubuh, mengontrol berat badan,
2015). Nyeri merupakan pengalaman mengurangi ketegangan, serta
sensori dan emosional yang tidak meningkatkan relaksasi dan dapat
menyenangkan akibat dari kerusakan juga mencegah terjadinya kontraksi,
jaringan yang aktual atau potensial. atropi otot, meningkatkan mobilisasi
Nyeri terjadi pada banyak proses sendi, meningkatkan masa tulang,
penyakit atau bersamaan dengan serta mengurangi kehilangan tulang,
beberapa pemeriksaan diagnostik, dan meningkatkan peredaran darah ke
pembedahan dan pengobatan (Nurdin, ekstremitas, mengurangi kelumpuhan
Killing, Rottie, 2013). vaskular, dan memberikan kenyaman
Nyeri dapat mengakibatkan pada klien (Lukman & Ningsih, 2013;
masalah pada sistem muskuloskeletal Smeltzer & Bare, 2013).
seperti keram otot, berkurangnya Berdasarkan hasil wawancara
fungsi tulang, fatigue, dan dengan kepala ruangan bedah di RS
keterbatasan gerak (Hinkle & DR. Soedarso didapatkan, perawat
Cheveer, 2014). Rasa nyeri yang menggunakan teknik relaksasi dan
dialami pasien, membuat pasien takut distraksi untuk melakukan
untuk menggerakkan ekstremitas penanganan nyeri. Perawat seringkali
yang cedera, sehingga pasien nunggu instruksi dari dokter.
cenderung untuk tetap terbaring lama, Tindakan yang dapat dilakukan
membiarkan tubuh tetap kaku. Oleh perawat adalah hanya melakukan
karena itu seorang perawat perlu ambulasi (miring kiri dan miring
memberikan informasi kepada pasien kanan). Berdasarkan wawancara
dan keluarga pasien tentang terapi dengan pasien didapatkan hasil,
nonfarmakologi yang bisa membantu pasien mengeluh nyeri pada area
pasien dalam menghilangkan atau fraktur yang terjadi, seperti nusuk-
mengurangi nyeri yaitu mobilisasi nusuk. Pasien merasa takut
atau rentang gerak. (Smeltzer & Bare, menggerakan bagian fraktur karena
2013; Lukman dan Ningsih, 2013). pasien beranggapan dapat
Melakukan pergerakan ROM memperparah atau memperlambat
merupakan satu diantara teknik yang proses penyembuhan dan takut dapat
dapat dilakukan dalam menurunkan memperberat rasa nyeri tersebut.
nyeri karena dapat memelihara Berdasarkan uraian latar
kekuatan otot, memperlancar sirkulasi belakang diatas dengan ini peneliti
darah, dan memelihara mobilitas mengangkat penelitian menenai
persendian. (Permana, Nurchayati, Pengaruh Exercise Range Of Motion
Herlina, 2015). Dengan dilaksanakan (ROM) Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Ektremitas Terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Nyeri di RSUD DR. Hasil penelitian yang
Soedarso Pontianak. dilakukan dengan melibatkan 15
responden yaitu sebagai berikut :
BAHAN DAN METODE 1. Analisa Univariat
Jenis penelitian ini adalah Tabel 4.1 Karakteristik
penelitian kuantitatif, menggunakan Responden (n=15)
desain penelitian quasi experiment Variabel f %
yang menggunakan pendekatan pre Usia Remaja Awal 2 13,3
and post test without control. Remaja Akhir 3 20,0
Dewasa Awal 4 26,7
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dewasa Akhir 4 26,7
DR. Soedarso Pontianak kota Lansia Akhir 2 13,3
Pontianak yang berlokasi di Jl. DR. Jenis
Laki-Laki 7 46,7
Soedarso No.1, Bangka Belitung Kelamin
Perempuan 8 53,3
Laut, Pontianak Tenggara, Kota
Pendidikan SD 4 26,7
Pontianak, Kalimantan Barat. Sampel SMP 1 6,7
penelitian sebanyak 15 responden. SMA 7 46,7
Metode sample menggunakan non D3 2 13,3
probability sampling dengan S1 1 6,7
consecutive sampling. Instrumen Suku Batak 1 6,7
Dayak 5 33,3
yang digunakan untuk penelitian Jawa 1 6,7
berupa alat tulis, SOP (Standard Madura 1 6,7
Operating Prosedure), lembar Melayu 7 46,7
observasi skor nyeri NVPS. Skor Berdasarkan hasil analisis
nyeri yang digunakan yaitu skor nyeri pada tabel 4.1 didapatkan bahwa
sebelum dan sesudah diberikan jumah responden dewasa awal dan
intervensi. Intervensi dilakukan dewasa akhir lebih banyak
selama 3 hari dengan waktu 20 menit dibandingkan dengan usia lainnya
dan 5 kali pengulangan dalam setiap yaitu sebanyak 26,7%. Rentang Jenis
gerakan. Analisa data yang Kelamin terbanyak yaitu perempuan
menggunakan frekuensi dan uji sebanyak 53% dibandingkan laki-
Wilcoxon untuk mengetahui laki. Rentang Pendidikan tertinggi
perbedaan nyeri post operasi fraktur adalah SMA yaitu sebanyak 46%
sebelum dan sesudah diberikan dibandingan pendidikan lainnya.
intervensi terapi exercise range of Untuk rentang suku yang mengalamai
motion (ROM). nyeri post operasi fraktur di RSUD
DR. Soedarso Pontianak adalah suku
Melayu sebanyak 46,7%.
2. Analisa Bivariat Pada Pasien Fraktur di Ruang Bedah
Tabel 4.3 Perbedaaan Skala Nyeri Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda
Sebelum dan Sesudah Exercise Tomohon didapatkan hasil responden
Range Of Motion (ROM) (n=15) terbanyak pada usia dewasa sebanyak
Variabel Median
p 16 responden (38,1%), sedangkan
Skala (Min- Mean + SD pada masa remaja sebanyak 14
Value
Nyeri Max)
responden (33,3%) dan masa lansia
Sebelum 5,00 (4-6) 4,80 + 0,676
Sesudah 3,00 (2-5) 3,13 + 0,915
0,000 sebanyak 12 responden (28,6%). Usia
merupakan faktor sangat penting
Berdasarkan analisis dari 15 dalam mempengaruhi nyeri pada
responden pada tabel 4.3 didapatkan seseorang. Dewasa muda cenderung
bahwa nilai p Value yaitu 0,000 yang sering terjadinya kecelakaan, hal ini
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. dikarenakan penggunaan kendaraan
Dapat disimpulkan bahwa terdapat bermotor sehingga akan
perubahan skala nyeri sebelum dan mengakibatkan nyeri pada seseorang
sesudah diberikan intervensi exercise tersebut (Muscari 2006 dalam
range of motion selama 3 hari pada Mandagi, Bidjuni, & Hamel 2017).
responden. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan pada pada
PEMBAHASAN pasien post operasi fraktur
Karakteristik Responden ekstremitas didapatkan hasil bahwa
Berdasarkan Usia dan Jenis pasien yang terbanyak mengalami
Kelamin post operasi fraktur ekstremitas pada
Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin yaitu perempuan. Hal
yang telah dilakukan pada pada ini dipengaruhi cara mengendarai
pasien post operasi fraktur sepeda motor, bagi wanita masih
ekstremitas didapatkan hasil bahwa banyak keragu-raguan dalam
pasien yang terbanyak mengalami mengendarai sehingga beresiko
post operasi fraktur ekstremitas mengalami fraktur.
adalah pada usia dewasa awal dan Berdasarkan penelitian
dewasa akhir. Masa dewasa ialah Desiartama & Aryana (2017),
dimana masa yang memerlukan Gambaran Karakteristik Pasien
kebutuhan kehidupan tinggi sehingga Fraktur Femur Akibat Kecelakaan
kebanyakan masa dewasa banyak Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di
melakukan aktivitas diluar rumah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
seperti bekerja, mengendarai sepeda Denpasar Tahun 2013, didapatkan
motor sehingga akan beresiko hasil laki-laki menjadi angka kejadian
terjadinya fraktur. Dengan tertinggi sebanyak 69,1%
deminikian dapat disimpulkan usia dibandingkan perempuan 30,9%.
terbanyak yang terjadi pada pasien Djamal, Rompas, & Bawotong (2015)
post operasi fraktur adalah usia menyatakan dalam penelitian nya
dewasa. angka kejadian fraktur pada
Berdasarkan penelitian kelompok intervensi terjadi kesamaan
Mandagi, Bidjuni, & Hamel (2017) antara laki-laki dan wanitai yaitu
tentang Karakteristik Yang sebanyak 50,0%.
Berhubungan Dengan Tingkat Nyeri
Fraktur dapat terjadi pada merupakan kejadian terbanyak yaitu
jenis kelamin laki-laki ataupun 19 responden (63,3%).
perempuan dan pada usia berapapun Kejadian fraktur biasa terjadi
pada penelitian ini angka kejadian pada individu dengan tingkat
terbesar adalah perempuan pendidikan tinggi maupun pendidikan
dibandikan laki-laki. Tingkat kejadian rendah. Karena pendidikan SMA
fraktur dapat meningkat dengan lebih banyak pada orang dengan
terjadinya peningkatan usia dan tingkat ekonomi bawah yang
sering berhubungan dengan olahraga, mengharuskan mereka untuk lebih
pekerjaan, atau luka yang disebabkan banyak beraktifitas diluar seperti
oleh kecelakaan kendaraan bermotor mengendarai sepeda motor yang
(Lukman & Ningsih, 2013; Khan, berisiko tinggi untuk mengalami
Mukherjee,Kumar, & Basha, 2015). cedera/fraktur (Permana, Nurchayati
& Herlina, 2015).
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan Pendidikan dan Suku yang telah dilakukan pada pada
Berdasarkan hasil penelitian pasien post operasi fraktur
yang telah dilakukan pada pada ekstremitas didapatkan hasil bahwa
pasien post operasi fraktur pasien yang terbanyak mengalami
ekstremitas didapatkan hasil bahwa post operasi fraktur ekstremitas pada
pasien yang terbanyak mengalami suku adalah suku melayu. Badan
post operasi fraktur ekstremitas pada Perencanaan Pembangunan Daerah
pendidikan terakhir yaitu SMA. Hal Kota Pontianak (2018), menyatakan
ini dikarenakan tingkat pendidikan bahwa daerah kota Pontianak suku
SMA merupakan populasi terbanyak bangsa terbanyak adalah suku melayu
yang mengalami fraktur di RSUD sebanyak 34,50%.
DR. Soedarso Pontianak. Kejadian Pada saat ini belum di
fraktur dapat terjadi pada tingkat nyatakan kejadian fraktur ekstremitas
pendidikan rendah ataupu tinggi. dan nyeri post operasi fraktur
Sebagian besar pada tingkat ekstremitas lebih banyak pada suku
pendidikan SMA mengendarai sepeda tertentu. DeLaudne dan Ladner
motor dengan kecepatan diatas rata- (2012) dalam Yusliana, Misrawati, &
rata dan kebanyakan melakukan Safri (2015) menyatakan bahwa
kegiatan lebih banyak diluar seperti faktor yang mempengaruhi nyeri
mengendarai motor, mobil, dan seseorang diantarnya usia, jenis
bekerja seperti buruh bangunan, dan kelamin, dan kebudayaan. Suku
bekerja di perusahaan alat berat melayu lebih menahan diri dari rasa
sehingga akan beresiko akan sakit yang dirasakan dibandikan suku
terjadinya fraktur. lainnya. Suharti, 2013 dalam
Berdasarkan penelitian Yusliana, Misrawati, & Safri (2015),
Mintarsih & Nabhani (2016) tentang menyatakan Suku berperan penting
Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap respon seseorang pada nyeri.
Terhadap Penurunan Nyeri Laki Dan Keyakinan dan nilai-nilai budaya
Perempuan Post Operasi didapatkakn mempengaruhi cara individu
hasil tingkat pendidikan SMA mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan
apa yang diterima oleh tindakan operasi. Hal ini sesuai
kebudayaannya. Ada perbedaan dengan teori bahwa dampak dari
makna dan sikap yang dikaitkan trauma fraktur yang dirasakannya
dengan nyeri di berbagai kelompok adalah keram otot, berkurangnya
budaya. fungsi tulang, fatigue, dan
keterbatasan gerak yang diakibatkan
Pengaruh Exercise Range Of dari kerusakan jaringan yang aktual
Motion (ROM) Pada Pasien Post dan potensial, dan adanya aktivitas
Operasi Fraktur Ektremitas saraf motorik dan sensorik pada
Terhadap Intensitas Nyeri di jaringan fraktur (Smeltzer & Bare,
RSUD DR. Soedarso Pontianak 2015; Hinkle & Cheveer, 2014;
Hasil penelitian yang telah Bullock & Henze, 2000).
dilakukan oleh peneliti pada 15 Berdasarkan hasil penelitian,
responden yang diberikan intervensi. responden mengalami nyeri pre-test
Responden diberikan exercise range intervensi exercise range of motion
of motion selama 3 hari dengan dimana terjadinya tidak nyaman pada
pengulangan 5 kali tiap gerakan saat di atas tempat tidur,
selama 20 menit. Responden spasme/keram pada malam dan
diberikan analgesik ketorolak pada shubuh hari, sulit untuk bergerak,
hari pertama/keluar dari ruang operasi terjadinya pembengkakan dan takut
atau ketika responden mengatakan untuk melakukan pergerakan pada
nyeri. Pengukuran intensitas nyeri area fraktur dikarena responden
pada responden menggunakan Non beranggapan jika digerakan takut
Verbal Pain Scale (NVPS). Hasil uji untuk berpengaruh pada nyeri yang
Wilcoxon pre-test dan post-test semakin kuat. setelah dilakukan
dilakukan exercise range of motion di exercise range of motion nyeri dan
RSUD DR. Soedarso Pontianak. bengkak responden berkurang dan
Berdasarkan hasil penelitian membaik. Peneliti juga menyarankan
yang telah dilakukan oleh peneliti, pada responden untuk selalu melatih
responden yang mengalami nyeri pada area fraktur yang post operasi.
menggunakan Non Verbal Pain Scale Rasa nyeri yang dirasakan
(NVPS) didapatkan hasil rata-rata oleh responden terjadi pada tahap
pre-test diakukan exercise range of tranduksi dimana mengacu pada
motion sebesar 4,80, sedangkan proses luka sayatan pembedahan yang
intensitas nyeri post-test diberikan mengaktifkan sayaraf aferen primer
exercise range of motion didaptkan (nociceptors) yang dari somatik
hasil rata-rata 3,13. Responden (Muskuloskeltal) dimana neuron ini
mengatakan nyeri pada area fraktur akan merespon terhadap rangsangan
yang dilakukan operasi, responden bahaya dari kerusakan jaringan
mengatakan sulit melakukan untuk mekanis yaitu insisi. Rangsangan
pergerakan dalam melakukan aktifitas bahaya tersebut akan melepas
atau kegiatan di atas tempat tidur, sejumlah senyawa satu siantaranya
kelemahan, adanya pembengkakan, adalah prostaglandin, yang
dan sering terjadinya spasme/keram menyebabkan nyeri di sepanjang jalur
baik pada malam atau shubuh hari nyeri. Prostaglandin adalah senyawa
dan adanya luka akibat prosdur lipid yang memulai respons inflamasi
yang meningkatkan pembengkakan dengan dilakukannya exercise range
dan nyeri di lokasi cedera. Bentuknya of motion dapat membantu
saat enzim phospholipase memecah menghancurkan dari penumpukan zat
fosfolipase menjadi asam arakidonat. kimia potassium atau asam laktat
Pada gilirannya, enzim sehingga peredaran darah lancar,
siklooksigenase (COX) bekerja pada oksigenisasi menjadi lebih baik,
asam arakidonat untuk menghasilkan meningkatkan mobilisasi sendi,
prostaglandin (Pasero & Potenoy, meningkatkan masa tulang
2011; Vadivelu, Whitney, & Sinatra, memberikan kenyamanan pada
2009; Pasero, Portenoy, & McCaffery responden, meningkatkan relaksasi
2011 dalam Hinkle & Cheveer, serta dapat membantu penyerapan
2014). nutrisi dan obat dapat terserap dengan
Rasa nyeri post operasi fraktur baik.
yang dirasakan responden adalah Penelitian terkait yang
deep somatic pain hasil ini dilakukan oleh Permana, Nurchayati,
disebabkan karena terjadinya dan Herlina (2015) berjudul Pengaruh
penumpukan bahan kimia yaitu Range Of Motion (ROM) Terhadap
potassium atau asam laktat hal Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
tersebut disebabkan adanya gangguan Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah
jaringan dimana terjadinya didapatkan hasil bahwa ada rata-rata
kekurangan oksigen, glukosa atau intensitas nyeri sebelum dilakukan
insulin pada saat proses pembentukan ROM yaitu 4,71 sedangkan rata-rata
jaringan baru yang dilakukan oleh intensitas nyeri setelah dilakukan
potassium karena potassium ROM yaitu 3,27. Hasil penelitian
merupakan kation utama intrasellular Rustiawati, Karyati, dan Himawan
yang secara langsung mempengaruhi (2013) tentang Efektivitas Ambulasi
rangsangan saraf dan otot dan Dini terhadap Penurunan Intensitas
berkontribusi terhadap tekanan Nyeri pada Pasien Post Operasi
osmotic intraseluler. (Hinkle & Laparatomi di RSUD Kudus
Cheveer, 2014; Bullock & Henze, didapatkan hasil bahwa dengan
2000). dilakukan ambulasi post operasi
Berdasakan penelitian ini laparatomi dapat menurunkan
Exercise range of motion post operasi intensitas nyeri.
fraktur ekstremitas yang mengalami Penelitian Wahyono dan
nyeri, post-test exercise range of Utomo (2016) tentang Efek
motion selama 3 hari intervensi Pemberian Latihan Hold Relax Dan
terbukti terjadi penurunan intensitas Penguluran Pasif Otot Kuadrisep
nyeri menggunakan Non Verbal Pain Terhadap Peningkatan Lingkup
Scale (NVPS). Hal ini disebabkan Gerak Fleksi Sendi Lutut Dan
pada saat pembentukan prostaglandin Penurunan Nyeri Pada Pasien Pasca
yang menyebabkan respon ORIF Karena Fraktur Femur 1/3
pembengkakan dimana sirkulasi Bawah Dan Tibia 1/3 Atas
oksigenisasi terganggu dan peredaran didapatkan hasil bahwa latihan hold
darah juga akan terganggu yang akan relax maupun latihan penguluran
membuat terjadinya penumpukan zat pasif otot kuadrisep berpengaruh
kimia potassium atau asam laktat, terhadap penurunan nyeri dan
peningkatan lingkup gerak sendi Saran
(LGS) fleksi lutut. Sejalan dengan Implikasi keperawatan dari
penelitian Mintarsih dan Nabhani penelitian ini yaitu dapat dijadikan
(2015) tentang Pengaruh Latihan sebagai terapi alternatif non
Range Of Motion Terhadap farmakologi untuk menurunkan
Peningkatan Kemampuan Fungsi intensitas nyeri tanpa memberikan
Ekstremitas Sendi Lutut Pada Pasien efek samping seperti halnya dengan
Post Operasi (Orif) Fraktur Femur terapi farmakologi sehingga akan
didapatkan hasil bahwa ada pengaruh meningkatkan status kesehatan.
latihan ROM terhadap kemampuan Perawat sebagai care giver
fungsi ektremitas sendi lutut pada diharapkan mampu memberikan
pasien post operasi fraktur femur. intervensi yang optimal bagi klien,
khususnya dalam menangani nyeri
SIMPULAN DAN SARAN baik itu nyeri ringan hingga nyeri
Simpulan berat pada klien post operasi fraktur
Responden dalam penelitian post operasi ekstremitas. Pada
ini usia tertinggi dalam penelitian ini dasarnya selain bisa mengatasi nyeri,
adalah masa dewasa awal dan dewasa exercise range of motion juga dapat
akhir yaitu 26,7%, mayoritas jenis memperbaiki jaringan yang luka, dan
kelamin tertinggi adalah perempuan kekuatan otot pada post operasi
yaitu 53,3%, sedangkan tingkat fraktur sehingga sebagai perawat
pendidikan SMA merupakan tertinggi khususnya dapat memenuhi
dalam penelitian ini yaitu 46,7%, dan kebutuhan dasar klien.
suku tertinggi dalam penelitian ini Penelitian ini dapat dijadikan
adalah melayu yaitu 46,7%. pengetahuan dan intervensi untuk
Median skala nyeri dengan pengembangan intervensi pencegahan
menggunakan Non Verbal Pain Scale pada nyeri post operasi fraktur
(NVPS) sebelum intervensi (pre-test) ekstremitas serta dapat menjadi media
yaitu 5,00, dan setelah intervensi pembelajaran berbasis bukti
(post-test) yaitu 3,00. Hasil pre-test khususnya pada keperawatan
terdapat skala nyeri tertinggi adalah muskuloskeletal.
nyeri sedang sebanyak 100%. Hasil
post-test terdapat skala nyer tertinggi DAFTAR PUSTAKA
adalah nyeri ringan sebanyak 66,7%. Bappeda (2018) Sosial Budaya.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan Diakses 15 Juli 2018, dari
responden dengan skala nyeri berat. http://bappeda.pontianakkota.go.id/st
Ada pengaruh exercise range atis-24-sosialbudaya.html
of motion terhadap intensitas nyeri
pada pasien post operasi fraktur Bullock, B. L. & Henze, R. L. (2000).
esktremitas di RSUD DR. Soedarso Focus On Pathophysiology. United
Pontianak dengan nilai p value 0,000 States of American: Lippicott
(<0,05). Williams & Wilkins

Desiartama, A., & Aryana, I. W.


(2017). Gambaran Karakteristik
Pasien Fraktur Femur Akibat Lukman & Ningsih, N. (2013).
Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dewasa Di Rumah Sakit Umum dengan Gangguang Sistem
Pusat Sanglah Denpasar Tahun Muskuloskeletal. Jakarta: Selemba
2013. E-Jurnal Medika Medika. ISBN 978 979 3027 98 2
Udayana, 6(5).
Lukman & Ningsih, N. (2013).
Djamal, R., Rompas, S., & Asuhan Keperawatan Pada Klien
Bawotong, J. (2015). Pengaruh dengan Gangguang Sistem
Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Muskuloskeletal. Jakarta: Selemba
Pada Pasien Fraktur di Irina A RSUP Medika. ISBN 978 979 3027 98 2
Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal
Keperawatan, 3(2). Mandagi, C. A., Bidjuni, H., &
Hamel, R. S. (2017). Karakteristik
Djamal, R., Rompas, S., & Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Bawotong, J. (2015). Pengaruh Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Ruang
Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Bedah Rumah Sakit Umum Gmim
Pada Pasien Fraktur di Irina A RSUP Bethesda Tomohon. Jurnal
Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Keperawatan, 3(2).
Mintarsih, S., Dan Nabhani. (2016).
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. Pengaruh Latihan Range Of Motion
(2014). Brunner & Suddart Texbook Terhadap Peningkatan Kemampuan
Of Medical-Surgical Nursing (13th Fungsi Ekstremitas Sendi Lutut Pada
ed.). China: Wolters Kluwer Health | Pasien Post Operasi (Orif) Fraktur
Lippincott Williams & Wilkins Femur. Seminar Nasional, Hasil -
Hasil Penelitian Dan Pengabdian
Khan, A., A.L Kukherjee, M. K. K., Lppm Universitas Muhammadiyah
SK Mastan B. (2015). Study of Purwokerto. ISBN : 978-602-14930-
Functional Outcome of Surgical 3-8. Diakses: 22 Maret 2018, dari
Management of Proximal Humerus Jhptump-Ump-Gdl-Srimintars-1431-
Fracture by Various Modalities. IOSR 1-E07-18--).Pdf
Journal of Dental and Medical
Sciences (IOSR-JDMS), 14 (6); e- Muttaqin, A. (2008). Asuhan
ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279- keperawatan Klien Gangguan sistem
0861, DOI: 10.9790/0853-14669199 muskuloskeletal. Editor Eko karyuni,
Jakarta: EGC.
Lestari, Y. E. D. (2017). Pengaruh
Rom Exercise Dini Pada Pasien Post Noorisa, R., Apriliwati, D., Aziz, A.,
Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah & Bayusentono S. (2017). The
(Fraktur Femur Dan Fraktur Cruris) Characteristic Of Patients With
Terhadap Lama Hari Rawat Di Ruang Femoral Fracture In Department Of
Bedah Rsud Gambiran Kota Orthopaedic And Traumatology Rsud
Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Dr. Soetomo Surabaya 2013 – 2016.
34-40. Journal of Orthopaedi &
Traumatology Surabaya, 6(1); ISSN Smeltzer dan Bare. (2013). Buku Ajar
2460-8742 Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart (8th ed. Vol. 3rd).
Nurdin, S., Killing, M., Rottie J. Jakarta: EGC.
(2013). Pengaruh Teknik Relaksasi
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Smeltzer, S. C., & Bare B. G. (2015).
Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Buku Ajar Keperawatan Medikal
Irnina A Blu Rsup Prof Dr. R.D Bedah Brunner & Suddarth (8th ed.
Kandou Manado. e-journal Vol. 1st). Jakarta: EGC
keperawatan, 1(1)
Wahyono, Y., & Utomo, B. (2016).
Permana, O., Nurchayati S., & Efek Pemberian Latihan Hold Relax
Herlina. (2015). Pengaruh Range Of dan Penguluran Pasif Otot Kuadrisep
Motion (ROM) Terhadap Intensitas Terhadap Peningkatan Lingkup
Nyeri Pada Pasien Post Gerak Fleksi Sendi Lutut dan
Operasi. JOM, 2(2). Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca
Orif Karena Fraktur Femur 1/3
Rustianawati, Y., Karyati, S., & Bawah dan Tibia 1/3 Atas. Interest:
Himawan, R. (2013). Efektivitas Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(1).
ambulasi dini terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post Yusliana, A., Misrawati, & Safri.
operasi laparatomi di RSUD (2015). Efektivitas Relaksasi Benson
Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Terhadap Penurunan Nyeri Pada Ibu
Kebidanan, 4(2). Postpartumsectio Caesarea. Jurnal
Online Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas
Riau, 2(2), 944-952.

Anda mungkin juga menyukai