LK Solusio Plasenta Complete
LK Solusio Plasenta Complete
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Plasenta memiliki peran sebagai tempat pertukaran zat,
penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, dan sebagai barier1. Melihat
pentingnya peranan plasenta, maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin ataupun mengganggu proses
persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa gangguan fungsi dari plasenta,
gangguan implantasi plasenta, maupun pelepasan plasenta sebelum waktunya
yang disebut solusio plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni antara minggu 22 dan lahirnya anak.
Insidensi solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. Frekuensi solusio
plasenta di Amerika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat ini
kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta
merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan
kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Pada tahun
1988 kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-100 kali
lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di negara
berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, pre-eklamsi/eklamsi. Selain itu
kematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi,
usia ibu hamil, dan paritas.
B. Tujuan
1. Memahami definisi Solusio Plasenta
2. Memahami Klasifikasi Solusi Plasenta
3. Memahami Etiologi Solusio Plasenta
3
4. Memahami Patofisiologi Solusio Plasenta
5. Memahami Faktor Predisposisi Solusio Plasenta
6. Memahami Manifestasi Klinis Solusio Plasenta
7. Mengetahui komplikasi Solusio Plasenta
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Pada Solusio Plasenta
9. Memahami Penatalaksanaan Solusio Plasenta
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus
marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau
bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
Perdarahan yang terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium
untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya
memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina,
menyebabkan perdarahan eksternal (revealed hemorrhage).
Yang lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat
pada dinding rahim, darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di antara
plasenta yang terlepas dan uterussehingga menyebabkan perdarahan
tersembunyi (concealed hemorrhage) yang dapat terjadi parsial atau total.
Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika2:
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban
pecah
5
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen
bawah rahim.
Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya
gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas,
yaitu solusio plasenta ringan, sedang, dan berat2.
a. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang
menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya
kurang dari 250 ml. Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa
kecuali warna darah yang kehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin
belum ada.
b. Solusio Plasenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum
mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250
ml tetapi belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas
seperti nyeri pada perut yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat,
hipotensi, dan takikardi.
c. Solusio Plasenta Berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah
yang keluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum
disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi
koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.
3. Etiologi
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau
menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko (Tabel 2.1),
seperti hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu, dan paritas
yang tinggi.
Faktor Risiko Risiko Relatif
Pernah solusio plasenta 10 - 25
Ketuban pecah preterm/korioamnionitis 2,4 – 3,0
Sindrom pre-eklampsia 2,1 – 4,0
6
Hipertensi kronik 1,8 – 3,0
Merokok/nikotin 1,4 – 1,9
Merokok+hipertensi kronik atau pre-eklampsia 5–8
Pecandu kokain 13 %
Mimoma di belakang plasenta 8 dari 14
Gangguan sistem pembekuan darah berupa single-gene Meningkat s/d 7 x
mutation/trombofilia
Acquaired antiphospholipid autoantibodies Jarang
Trauma abdomen dalam kehamilanPlasenta sirkumvalata Jarang
4. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula
dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari
tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh
karena itu patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen
etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis)
yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau
dalam vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat
yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan
sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas
kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan
7
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan
hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan
kerusakan pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin
belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta
yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom
retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua.
Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari
sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk
dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke
pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban dan
miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed
hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria
spiralis yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal
terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage).
Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang
bisa menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi
seperti infark, oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini
berpotensi merusak hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada
solusio plasenta. Dilaporkan merokok berperan pada 15% sampai 25% dari
insidensi solusio plasenta. Merokok satu bungkus perhari menaikkan insiden
menjadi 40%.
5. Faktor Predisposisi
a. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
b. Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
8
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
c. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik
keadaan endometrium.
d. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
e. Leiomioma uteri
Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang
mengandung leiomioma.
f. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya
vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta.
Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif
g. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per
hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini
padakehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
i. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanyakehamilan, dan lain-lain.
9
6. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis penderita solusio plasenta bervariasi sesuai
dengan berat ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas.
Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya
perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri
perut, uterus tegang terus menerus mirip his partus prematurus. Perlu
kecurigaan atau kewaspadaan yang tinggi dari pihak pemeriksa.
Tanda dan gejala sesuai dengan berat ringannya solusio plasenta :
a. Solusio plasenta ringan
- Pada keadaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom
yang berukuran beberapa cm di permukaan maternal plasenta.
- Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit
- TTV dan KU ibu dan janin masih baik
- Pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom
dan perut sedikit tegang tetapi bagian janin masih dapat dikenal.
- Kadar fibrinogen normal yaitu 350%
b. Solusio plasenta sedang
- Nyeri pada perut yang terus menerus
- DJJ biasanya telah menunjukkan gawat janin
- Perdarahan yang tampak lebih banyak
- Takikardia
- Hipotermi
- Kulit dingin dan keringatan
- Oliguria
- Kadar fibrinogen berkurang 150-250 mg/100 ml
- Mulai ada kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal
10
- Rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang dan berkilat
- DJJ sudah tidak terdengar lagi
- Keadaan umum menjadi buruk disertai syok
- Hipofibrinogenemia
- Oliguria
- Kadar fibrinogen kurang dari 150 mg% dan telah ada trombositopenia.
7. Komplikasi
a. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir
tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila
persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering
tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita
solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia
karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang
baik.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot
rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum
latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan
warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire.
11
- Gangguan pertumbuhan/perkembangan
- Hipoksia
- Anemia
- Kematian
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap (homoglobin, hematokrit, trombosit, waktu
protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma) dapat mengindikasikan adanya anemia
dan kehilangan darah. Penurunan nilai hematokrit pada serangkaian
pemeriksaan dapat memberi kesan adanya perdarahan yang tersembunyi.
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus juga dapat dilakukan untuk tujuan
transfusi apabila diindikasikan.
b. Pemeriksaan urin
Biasanya pada pemeriksaan urin normal. Proteinuria memberi kesan
adanya kaitan dengan pre-eklampsia.
c. Pengawasan janin secara elektronik
Dapat membantu dalam evaluasi aktivitas uterus dan kesehatan janin. Pola
hiperaktivitas uterus yang disertai dengan relaksasi yang sedikit diantara
kontraksi-kontraksinya dan deselrasi lanjut denyut jantung janin, diserta
dengan perdarahan pervaginam memberi kesan adanya solusio plasenta.
d. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat membantu menentukan lokasi plasenta (untuk
menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saaat ini lebih dari 50%
pasien yang diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi
melalui USG.
9. Penatalaksanaan
Semua pasien yang tersangka menderita solutio plasenta harus dirawat
inap di rumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan
pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta
12
gambaran pembekuan darah dengan memeriksa Bleeding Time (BT), Clotting
Time (CT), Partial Thromboplastin Time (PTT), activated Partial
Thromboplastin Time (aPTT), kadar fibrinogen dan D-dimer.
Seandainya diagnosis belum jelas dan janin masih hidup tanpa tanda-
tanda gawat janin, observasi yang ketat dan dengan fasilitas untuk intervensi
segera jika sewaktu-waktu muncul kegawatan.
Persalinan mungkin pervaginam atau mungkin juga harus perabdominam
bergantung pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan
spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin. Penanganan terhadap
solusio plasenta bisa bervariasi sesuai keadaan kasus masing-masing
tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta keadaan ibu dan
janinnya. Bila mana janin masih hidup dan cukup bulan, dan bilamana
persalinan pervaginam belum ada tanda-tandanya dipilih persalinan melalui
operasi Sectio Caesarean Cito. Bilaperdarahan yang cukup banyak segera
lakukan resusitasi dengan pemberian transfusi darah dan kristaloid yang
menyelamatkan ibu sambil mengharapkan semoga janin juga bisa
terselamatkan.
Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian
berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka
penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi
ketat. Umumnya kehamilan diakhiri dengan induksi atau stimulasi partus
pada kasus yang ringan atau janin telah mati.
Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta
bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi.
Apabila janin hidup, dilakukan operasi Sectio Caesar. Operasi Sectio Caesar
dilakukan bila serviks masih panjang dan tertutup, setelah pemecahan
ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila
janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding
13
uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc Dextrosa
5% untuk mempercepat persalinan.
Pada kasus dimana telah terjadi kematian janin dipilih persalinan
pervaginam kecuali ada perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi
darah yang banyak atau ada indikasi obstetrik lain yang menghendaki
persalinan dilakukan perabdominam. Pimpinan persalinan pada solusio
plasenta bertujuan untuk mempercepatpersalinan sehingga kelahiran terjadi
dalam 6 jam. Apabila persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak akan
selesai dalam waktu 6 jam setelah pemecahan selaput ketuban dan infus
oksitosin, satu-satunya cara adalah dengan melakukan Sectio
Caesar.Hemostasis pada tempat implantasi plasenta bergantung sekali kepada
kekuatan kontraksi miometrium. Karenanyapada persalinan pervaginam perlu
diupayakan stimulasi miometrium secara farmakologik atau massage agar
kontraksi miometrium diperkuat dan mencegah perdarahan yang hebat pasca
persalinan sekalipun pada keadaan masih ada gangguan koagulasi. Harus
diingat bahwa koagulopati berat merupakan faktor risiko tinggi bagi bedah
sesar berhubung kecenderungan perdarahan yang berlangsung terus pada
tempat insisi baik pada abdomen maupun pada uterus.Jika perdarahan tidak
dapat dikendalikan atau diatasi setelah persalinan, histerektomi dapat
dilakukan untuk menyelamatkan hidup pasien. Sebelum histerektomi,
prosedur lain seperti mengatasi koagulopati, ligasi arteri uterina, pemberian
obat uterotonik jika terdapat atonia dan kompresi uterus dapat dilakukan.
14
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan
Solusio Plasenta.
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
2. Keluhan Utama
Pada ibu yang mengalami solusio plasenta biasanya keluhan yang umum
adalah perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina , rasa nyeri pada
perut, uterus tegang. Namun keluhan tersebut tergantung pula pada berat
ringannya. (Prawirohardjo, 2016)
15
atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1. Hipertensi : 40 – 50 % pasien dengan solusio plasenta berat sudah cukup
untuk membunuh janin yang berkaitan dengan hipertensi (Supriyadi, 1994)
2. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang
mengandung leiomioma.
3. Riwayat solusio plasenta sebelumnya : Hal yang sangat penting dan
menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa
resiko berulangnya kejadian ini
4. Anemia
5. Malnutrisi/defisiensi gizi
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien. Wanita
16
HPHT :merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
6. Riwayat Obstetrik
N
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
sua Ana U Pe Jeni Pnl Tm Pen Abnorm
o JK BB/PB H M Laktasi Peny
mi k K ny s g pt y alitas
7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan
kehamilan.
17
Cairan : paling sedikit 8 gelas berukuran 250 ml/hari. Cairan ekstra
juga membantu melembutkan kulit, mengurangi kemungkinan
konstipasi, mengeluarkan racun dan produksi sisa dari tubuh,
mengurangi pembengkakan yang berlebihan dan mengurangi resiko
ISK (Murkoff, dkk., 2006).
Eliminasi Biasanya BAK sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar. Akan hilang pada trimester kedua kehamilan (Mochtar,
2011). Sedangkan BAB mengalami Konstipasi/obstipasi karena tonus
otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid (Mochtar, 2011).
Istirahat Sebaiknya tidur 1-2 jam lebih lama dari biasnya saat malam
(Eisenberg, 2005).
Aktivitas Namun pada saat hamil ibu akan mengalami mudah lelah karena
menurunnya BMR (Basal metabolic Rate) (Prawirohardjo, 2009).
Personal Kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang
Hygiene dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun
psikologis. Perawatan diri meliputi kebersihan badan, kebersihan
mulut, kebersihan pakaian (Hidayat, 2008).
Kebiasaan Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitif
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu)
bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta
menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya
Seksualitas
pernikahan sah/tidak
18
b. Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap kehamilan.
maupun janinnya.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :
- Solusio plasenta ringan : Baik
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan darah :
- Solusio plasenta ringan : 110/70-120/80 mmHg
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri :
BB Sebelum Hamil :
BB Saat ini :
Tinggi Badan :
LiLA :
19
2. Pemeriksaan Fisik
Pada keadaan fisiologis ditulis harga normal seperti criteria hasil
a. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak ada lesi, distribusi rambut merata, warna rambut
hitam.
Wajah : ibu terlihat kesakitan, wajah pucat, berkeringat pada solusio
plasenta sedang
Mata : konjungtiva merah muda dan sclera putih.
Telinga : simetris.
Mulut : tidak ada caries dentis,stomatitis, tidak ada pembesaran tonsil dan
uvula.
b. Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
20
Leher :
Payudara :
Abdomen : pada solusio plasenta ringan, sedikit terasa nyeri lokal pada
bagian yang hematom, perut terasa tegang, bagian janin masih
dapat dikenali.
Pada solusio plasenta berat, perut terasa tegang serta keras
seperti papan, Fundus lebih tinggi dari yang seharusnya
Genetalia :
Ekstremitas :
c.. Auskultasi
Dada : .
Abdomen : pada solusio plasenta ringan, DJJ masih normal (120-160x/i).
Pada solusio plasenta sedang DJJ mulai sulit terdengar karena
tegang. Bila DjJ terdengar biasanya diatas140 x/i, kemudian turun
dibawah 100 x/i dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari sepertiga (Manuabu, 2003)
d. Perkusi
Dada :
Abdomen :
Ekstremitas : .
3. Pemeriksaan Dalam
o Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
o Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun diluar his.
o Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
4. Pemeriksaan Penunjang
21
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Hemoglobin anemi . pemeriksaan golongan darah, kalu bisa
cross match test.
- Urin : Protein (+) dan reduksi urin (-), albumin (+) pada pemeriksaan
sedimen terdapat silinder dan leukosit
b. USG
Membantu menentukan lokasi plasenta. Saat ini lebih dari 50% pasien yang
diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
c. Pemerikasaan Cardiotografi (CTG)
Pola hiperaktivitas uterus yang disertai dengan relaksasi yang sedikit
diantara kontrasi-kontraksinya dan deselerasi lanjut denyut jantung janin,
disertai dengan perdarahan per vaginam memberi kesan adanya abpursio
plasenta.
22
- Hipoksia
- Anemia
- Kematian
V. INTERVENSI
1. Tentukan sifat dan lokasi dan durasi nyeri,kaji kontraksi uterus hemoragi atau
nyeri abdomen.
R/ Membantu di dalam mendiagnosa dalam memilih tindakan,solusio
plasenta dengan nyeri hebat ,khususnya bila terjadi hemoragi renoplasenta
tersembunyi.
2. Kaji stress psikologi klien atau pasangan dan respon emosional terhadap
kejadian.
R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidak nyamanan karena sindrom ketegangan,karena sindrom
ketegangan,takut nyeri.
3. Berikan lingkungan yang tenang untuk mengalihkan rasa nyeri, instruksikan
klien menggunakan metoderelaksasi (misalnya napas dalam dan distraksi).
R/ Dapat membantu dalam menurunkan tingkatan ansietas dan karenanya
mereduksi ketidaknyamanan.
4. Kolaborasi pengosongan rahim secepat mungkin dengan pemecahan ketuban
dan pemberian infus dan oksytoksin.
R/ Pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk menghentikan perdarahan tapi
untuk mempercepat persalinan dan mengurangi regangan dinding Rahim.
5. Berikan obat sesuai indikasi.
R/ mengurangi rasa nyeri
23
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian ats disertai mules yang terus menerus
semakin kuat, keluar gumpalan darah bewarna kehitaman sejak pukul 04.30,
belum keluar air – air dan ingin meneran
3. Riwayat mensturasi
Menarce : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah Menikah ke : 1
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama : 20 tahun
25
5. Riwayat obstetrik
Persalinan Nifas
Hamil
jns
ke Tgl UK penolong kompl JK BB Laktasi kompl
prsalinan
1 Hamil ini
d. Imunisasi TT
TT I : 20-5-2006
TT II: 20-6-2006 TT III : 23-9-2012
8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
ibu mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit
menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi,
asma) dan penyakitmenahun (jantung, paru-paru).
26
b. Penyakit yang pernah/sedanng diderita keluarga (menular, menurun dan
menahun)
ibu mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit
menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi,
asma) dan penyakitmenahun (jantung, paru-paru).
d. Riwayat operasi
ibu mengatakan belum pernah operasi
Minum
Frekuensi : 10x/ hari 12x/ hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih, susu, teh nasi,sayur, lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/ hari 1x/hari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kuning
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 5x/ hari 9x/hari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak ada
27
c. Pola istirahat
Tidur siang
Lama : 2 jam / hari 2 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 8 jam / hari 8 jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi : 2x/ hari 2x/ hari
Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/ hari
Gosok gigi : 2x/ hari 2x/ hari
Keramas : 4x/ minggu 4x/ minggu
e. Pola sexsualitas
Frekuensi : 4x/ minggu 1x/ minggu
Keluhan : tidak ada tidak ada
28
14. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Status emosional : stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 110/70 mMHg Nadi : 81x/ menit
Pernapasan : 21x/ menit Suhu : 36,5 C
Berat badan : 51 kg Tinggi bdn:156 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : mesosepal, tidak ada benjolan
Rambut : lurus, hitam, tidak rontok, ddan tidak ketombe
Muka : oval, tidak pucat, tidak odem, tidak ada bekas luka
Mata : simetris, tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih,
tidak ada tanda-tanda infeksi
Hidung : simetri, berlubang, tidak polip
Mulut : lembab, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada stomatitis, gigi
tidak karies
Telinga : simetris, pendengaran baik, tidak ada secret, gendang telinga tidak
pecah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada : simetris,tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada wezing
Payudara : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum sudah
keluar
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada striegravidarum
Palpasi leopod
TFU menurut Mc.Donald : 33
Leopod I : teraba bulat, tidak melenting, lunak, berati letak letak di
fundus
bokong
Lepod II : bagian kanan teraba kecil-kecil,tidak ada tahanan berati
ekstremitas, bagian kiri teraba memanjang seperti
papan,ada tahanan berarti punggung
Leopod III : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak
bisa
digerakan berarti kepala
Leopod IV :tanggan tidak biusabertemu berarti kepala belum masuk
panggul
Osborn test : -
TBJ : (31-11)x155=3100gr DJJ : 155x/ menit
Ekstremitas atas : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat
odem, gerakan aktif
29
Ekstremitas bawah : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem,
tidak varises, reflek patela positif
Genetalia luar : Terdapat pengeluarahn darah beserta gumpalan
bewarna bewarna merah kehitaman
Anus : bersih, belubang, tidak hemoroid
Pemeriksaan panggul (bila perlu) : -
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laborat
HB : 8 gr/ dl
4. Data penunjang
Tidak ada
II. INTEPRETASI DATA
A. Diagnosa kebidanan
Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0000 Uk 37+1 minggu, janin tunggal, hidup
intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta.
B. Masalah
-gangguan rasa nyaman, nyeri
C. Kebutuhan
Tidak ada
30
V. PERENCANAAN Pukul : 15.10 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan/kondisi ibu
2. Ajarkan ibu untuk mengatasi rasa nyeri
3. Anjurkan ibu untuk bedrest
4. Beri KIE tentang tanda bahaya kehamilan
5. Beri KIE nutrisi ibu hamil
6. Pantau adanya tanda dan gejala syok hipovelemik
7. Lakukan pemeriksaan DJJ secara periodik
8. Lakukan rujukan
9. Dokumentasi
VII. EVALUASI Pukul : 15.45
WIB
1. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang teknik relaksasi dan ibu dapat
menjelaskan kembali.
3. Ibu bersedia untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi
aktivitas yang berat.
4. Ibu mengatakan sudah mengetahuitanda bahaya kehamilan dan ibu sudah dapat
menjelaskan kembali
31
5. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat
menjelaskan kembali
6. Sudah dilakukan pemantuan pda ibu
7. Sudah dilakukan pemantauan DJJ
8. Sudah dilakukan rujukan ke dokter SPOG
9. Sudah dilakukan dokumentasi
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Keadaan klien dengan solution plasenta memiliki beberapa macam
berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume
perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma langsung
abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin
terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior,
dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa
faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan
diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari
kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution plasenta.
Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas
vagina). pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia
kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas
vagina). berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat
mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat
berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari solution
plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing
dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu,
janin, ataupuun keduanya.
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. Pp: 685-704.
1998; 279
Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika,
1997; 109-26.
Jakarta
Jakarta: EGC.
34