53
Pengolahan tanah kedua adalah pencangkulan kembali dengan pemberian
pupuk organik (pupuk kandang atau petroganik) dan tanah dibiarkan atau diangin-
anginkan selama tujuh hari agar terhindar dari unsur-unsur racun yang terdapat di
dalam tanah. Setelah penggemburan tanah dilakukan, lahan dibuat bedengan
dengan lebar 200 cm, tinggi 20 cm, dan panjang bedengan yang menyesuaikan
kondisi lahan. Di antara bedengan dibuat selokan dengan lebar 50 cm dan dalam
25 cm. Tanah dari galian selokan digunakan untuk menambah tinggi bedengan.
Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan kemudian dibuat guritan sedalam
7-9 cm dengan jarak antar baris 25 cm (sekitar delapan baris tanaman).
Pengolahan tanah di atas menggunakan asumsi lahan tegal yang datar
sehingga mempermudah dalam memahami tahapan pengolahan tanahnya.
Sedangkan mayoritas kemiringan lahan di Kecamatan Tosari di bawah 45 derajat.
Pengolahan lahan disesuaikan dengan kondisi kemiringan lahan, seperti: luas
bedengan, jarak selokan, dan kedalaman guritan. Namun secara umum tahapan
pengolahan tanah hampir sama seperti yang dipaparkan sebelumnya.
6.1.4. Penanaman
Waktu penanaman yang tepat merupakan faktor yang sangat penting
dalam budidaya gandum karena tanaman ini memerlukan air sedikit. Air
dibutuhkan pada awal pertanaman terus berkurang hingga panen. Waktu tanam
yang tepat adalah pada akhir musim hujan. Kecamatan Tosari mengalami kondisi
cuaca tersebut sekitar awal atau pertengahan Bulan Mei dimana curah hujan dapat
mencukupi kebutuhan air pada saat awal tanam gandum.
Metode tanam yang digunakan adalah secara larikan. Metode ini dapat
mempermudah untuk pengendalian gulma dan dilakukan pada kondisi tanah yang
kelembabannya sedikit dibawah kapasitas lapang. Metode ini dilakukan petani di
negara yang sedang berkembang. Tahap pertama adalah pembuatan alur atau
larikan pada bedengan dengan jarak antara 20-50 cm. Pada tanah yang relatif
subur dan untuk memudahkan pengendalian gulma secara manual cukup baik
menggunakan jarak antar larikan 30 cm. Benih ditanam ke tanah sedalam 7-9 cm
karena kelembaban tanah di bawah kapasitas lapang dan permukaan tanah cukup
kering. Pencampuran pestisida (Dithane) dan pemberian Furadan di tempat biji
dalam alur dapat dilakukan agar benih tidak terkena hama dan penyakit.
54
6.1.5. Pemeliharaan (Pemupukan dan Penyiangan)
Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam atau pada saat tanam
sebagai pupuk dasar. Pupuk pertama yang diberikan adalah SP, KCl, dan Urea.
Dosis pupuk dapat ditentukan berdasarkan jumlah hara yang tersedia di dalam
tanah. Biasanya pupuk organik sebesar 5-6 ton per hektar. Sedangkan pupuk
anorganik sebesar 120-200 kilogram pupuk unsur N per hektar, 45-150 kilogram
pupuk unsur P per hektar dan 30-70 kilogram pupuk unsur K per hektar.
Pemberian pupuk urea dapat diberikan 2-3 kali selama musim tanam.
Pemberian pertama (pupuk dasar) yang terdiri dari pupuk kandang, sebesar
1/3 bagian pupuk urea (unsur N), KCl (unsur K), dan SP-18 (unsur P) dalam
bentuk pupuk majemuk. Pemberian kedua sebagai pupuk susulan pertama sebesar
1/3 bagian pada saat bertunas, yaitu sekitar 25-30 hari setelah tanam. Pemberian
ketiga sebagai pupuk susulan kedua pada saat pembentukan primordia bunga
untuk mendorong pembentukan malai, butir gandum dan peningkatan protein.
Selama pertumbuhan gandum menghendaki lingkungan bebas gulma,
terutama lima minggu pertama setelah tanam. Penyiangan dapat dilakukan
sebanyak 2-3 kali selama pertanaman atau sesuai kebutuhan, yaitu jika gulma
terlihat banyak maka penyiangan harus segera di lakukan agar gulma tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman gandum. Tanaman gandum merupakan
tanaman yang mampu beradaptasi terhadap kekurangan air namun tanaman harus
cukup air pada waktu awal tanam (14-21 hari setelah tanam) dengan ditandai
pertumbuhan tanaman sampai keluarnya malai. Setelah masak sampai menjelang
panen diusahakan air jangan berlebihan atau cenderung kering.
55
Hama perusak batang daun, meliputi: kutu daun (Aphids), kumbang
perusak daun, tempayak bibit, kutu lompat, ulat gerayak, penggulung daun,
pemakan epidermis daun dan penggerek batang. Hama ini menyebabkan
kerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala serangan rusaknya pinggir
daun sampai ke bagian tengah daun atau ujung tanaman. Aphids berbadan lunak
dan transparan dengan cara menghisap dan menyebabkan daun berwarna
kekuningan kemudian mati prematur. Aphids juga mengeluarkan cairan yang
mengandung gula (dikenal sebagai honeydew) penyebab bintik-bintik kecil hitam
pada daun sehingga jamur jelaga berkembang. Hama tersebut dapat dikendalikan
dengan cara rotasi penanaman gandum dengan tanaman lain dan penggunaan
insektisida dengan takaran yang tepat dan proporsional.
Walang sangit termasuk hama penghisap batang dan pemakan biji karena
merusak jaringan batang dan biji yang sedang tumbuh. Jika walang sangit
memakan biji selama masak susu maka biji akan rusak. Jika menyerang pada
perkembangan lanjut akan menyebabkan biji kisut. Jika memakan titik tumbuh
menyebabkan tanaman menjadi steril. Penggunaan varietas tahan merupakan cara
pengendalian hama utama. Selain itu, penggunaan insektisida dan kecermatan
pengaturan waktu tanam yang terkait dengan stadia berbunga.
Penyakit tanaman gandum yang biasanya ditemui adalah penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Penyakit utama tanaman gandum, antara lain: bercak
jerawat hitam, layu, busuk malai, serta tukak akar dan batang. Bercak jerawat
hitam disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sativum. Pengendalian
penyakit ini adalah penggunaan varietas tahan penyakit, pengaturan waktu tanam,
dan fungisida yang tepat. Penyakit layu merupakan penyebab penyakit utama
gandum di daerah tropik. Penyakit ini berkembang dan ditularkan melalui tanah.
Cara pengendalian penyakit ini adalah pemilihan lokasi bebas penyakit,
pengolahan tanah lebih sempurna, penggunaan urea, dan rotasi tanaman.
Penyakit busuk malai (scab) adalah penyakit yang dapat menimbulkan
kebusukan pada kuantum bunga, seluruh malai, kerebahan dan busuk akar. Cara
pengendalian penyakit ini adalah pengaturan waktu tanam sehingga stadia
tanaman berbunga sampai panen berada pada musim kering. Penyakit terakhir
adalah tukak akar dan batang yang disebabkan cendawan Rhizoctonia solani yang
56
mampu berkembang dalam tanah. Cara pengendalian penyakit ini adalah
penanaman yang dangkal dan pemupukan dengan takaran yang tepat.
Hama dan penyakit tanaman gandum di Kecamatan Tosari relatif
terkendali. Hal ini dikarenakan tanaman gandum yang relatif baru di daerah ini
dibandingkan tanaman lainnya. Bahkan sebanyak delapan petani responden
(sebesar 26,67 persen) belum melaksanakan pengendalian hama dan penyakit.
57
Tumpukan karung di gudang penyimpanan harus menggunakan alas yang
terbuat dari kayu untuk menghindari pengaruh kelembaban. Syarat-syarat gudang
penyimpanan, antara lain: a) tidak bocor atau tempias; b) lantai harus padat
(terbuat dari semen atau beton); c) mempunyai ventilasi yang cukup, agar aliran
udara lancar sehingga udara di dalam gedung tidak lembab; d) bebas dari
gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi tertutup kawat
kasa). Cara penumpukkan hendaknya diatur sedemikian rupa agar tumpukan
mudah dihitung, mudah dikontrol, kokoh, dan keluar masuk barang lebih mudah.
58
penerimaan usahatani tunai dan diperhitungkan. Rata-rata penerimaan tunai dan
penerimaan total petani gandum sebesar Rp 6.937.333,33 dan Rp 6.982.316,67.
59
Persentase biaya penanaman sebesar 18,39 persen dari biaya TKLK.
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan kedua (susulan pertama) dilakukan.
Persentase biaya penyiangan sebesar 14,51 persen dari biaya TKLK. Kegiatan
pemupukan dilakukan dalam beberapa tahap. Persentase biaya pemupukan sebesar
5,97 persen dari biaya TKLK. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Sebanyak delapan petani responden
(26,67 persen) tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit karena tidak ada
hama dan penyakit yang mengganggu. Pengendalian hama dengan penyemprotan
pestisida (insektisida) dilakukan oleh petani responden lainnya (73,33 persen).
Sedangkan penyakit secara umum tidak menyerang tanaman gandum sehingga
fungisida tidak digunakan dalam pengendalian ini. Persentase biaya pengendalian
hama dan penyakit tanaman sebesar empat persen dari biaya TKLK (Tabel 19).
Tabel 19. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)
Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per
Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008
No Persentase Persentase
Komponen TKLK HOK Biaya (Rp)
(%) (%)
1 Pengelolaan Lahan 31,93 28,10 440.600,00 27,53
2 Penanaman 21,39 18,82 294.373,33 18,39
3 Penyiangan 16,07 14,14 232.160,00 14,51
4 Pemupukan 6,85 6,03 95.573,33 5,97
5 Pengendalian HPT 4,33 3,81 64.020,00 4,00
6 Pemanenan 23,40 20,59 329.546,67 20,59
7 Perontokkan 9,69 8,52 144.133,33 9,01
Jumlah 113,65 100,00 1.600.406,67 100,00
Pemanenan pun masih menggunakan tenaga kerja orang karena belum ada
teknologi mesin panen yang diaplikasikan oleh petani. Persentase biaya
pemanenan mencapai 20,59 persen dari biaya TKLK. Komponen biaya
pemanenan ini menyerap kedua terbanyak penggunaan biaya TKLK. Perontokkan
dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan penggunaan mesin perontok (thresher)
secara terpusat setelah hasil panen diangkut ke rumah petani responden.
Sarana produksi gandum lokal, meliputi: benih, pupuk, pestisida, dan
bahan bakar (bensin). Persentase biaya sarana produksi yang dikeluarkan petani
sebesar 50,86 persen dari biaya tunai dan 27,28 persen dari biaya total. Benih
60
yang diperoleh oleh petani merupakan biaya tunai karena petani mengeluarkan
uang tunai untuk memperoleh benih gandum tersebut. Benih yang digunakan
dalam usahatani gandum di Kecamatan Tosari terdiri dari tiga varietas, yaitu:
Nias, Selayar dan Dewata. Varietas yang digunakan responden adalah Selayar dan
Dewata. Petani responden memperoleh benih dari Mantri Tani Kecamatan Tosari.
Harga benih yang diperoleh petani adalah Rp 5.000 per kilogram. Penggunaan
benih rata-rata petani responden sebesar 120,66 kilogram per hektar. Tingginya
penggunaan benih ini disebabkan oleh sistem larikan dan daya tumbuh benih yang
digunakan responden, serta pengalaman bertani gandum lokal. Total biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian benih mencapai Rp 603.277,78.
Pupuk yang digunakan petani gandum, meliputi: pupuk kandang,
petroganik, urea, SP-18, KCl, NPK (Phonska), dan ZA. Harga pupuk yang
diterima oleh petani responden bervariasi karena perbedaan tempat mendapatkan
pupuk tersebut. Jarak, terutama Desa Podokoyo, menjadi penyebab utama
perbedaan harga pupuk di suatu desa dibandingkan desa lainnya dan juga
topografi wilayah Kecamatan Tosari. Penggunaan pupuk terbesar adalah NPK
(Phonska), yaitu sebesar 31,99 persen dari total biaya sarana produksi. Rata-rata
biaya penggunaan sarana produksi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 20.
61
Pupuk NPK (Phonska) menjadi prioritas penggunaan pupuk di petani
responden karena mengandung tiga unsur hara utama untuk menjaga
keseimbangan unsur hara dalam tanah dengan output tanaman gandum yang baik,
yaitu natrium (N), fosfat (P), dan kalium (K). Jenis pestisida yang digunakan
adalah insektisida untuk mengendalikan hama. Seluruh petani responden
menggunakan insektisida Dursban. Persentase biaya penggunaan insektisida
mencapai 10,54 persen dari total biaya sarana produksi. Bensin digunakan petani
responden sebagai bahan bakar power sprayer10 dalam penyemprotan. Persentase
biaya penggunaan bensin sebesar 1,23 persen dari total biaya sarana produksi.
Kecilnya persentase penggunaan bensin disebabkan oleh pemakaian power
sprayer yang efisien, yaitu sebanyak 13 petani responden (43,33 persen).
Pajak tanah (PBB) petani responden sebesar Rp 14.904,52 per hektar (0,39
persen dari biaya tunai). Nilai pembayaran PBB antar petani responden memiliki
perbedaan karena perbedaan kelas lahan yang dimiliki oleh petani tersebut.
Perbedaan kelas tersebut berdasarkan jarak lahan dengan jalan raya. Semakin
dekat jarak lahan dengan jalan raya, maka PBB yang dibebankan semakin tinggi.
Nilai pembayaran PBB secara umum cukup ringan di Kecamatan Tosari.
Biaya pengangkutan merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk
membayar tenaga kerja orang yang mengangkut hasil panen dari lahan ke rumah
atau tepi jalan utama. Biaya pengangkutan dihitung berdasarkan banyaknya hasil
panen yang diangkut dan jarak yang ditempuh oleh pengangkut karena terdapat
perbedaan kondisi lahan. Rata-rata biaya pengangkutan Rp 50 per kilogram
sehingga rata-rata total biaya pengangkutan yang dikeluarkan petani responden
sebesar Rp 116.371,94 per hektar (3,07 persen dari biaya tunai).
Biaya pekerjaan yang diborongkan merupakan komponen biaya tunai yang
disebabkan oleh perbedaan sistem pembayaran dari pembayaran tenaga kerja.
Petani responden mengeluarkan sejumlah uang tertentu untuk menyelesaikan
suatu komponen usahatani, seperti pengolahan lahan, pemanenan, dan
perontokkan. Besar atau kecilnya pembayaran yang diterima setiap pekerja
ditentukan kemampuan pekerja menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai kesepakatan
antara pekerja (pemborong) dan petani responden (majikan). Jika satu hektar
lahan dapat diselesaikan oleh lima orang pekerja berdasarkan waktu yang
10
Power Sprayer merupakan kompresor yang dimodofikasi dan berfungsi sebagai alat semprot
62
dibebankan sesuai kesepakatan, maka pekerja tersebut mendapatkan upah yang
lebih besar dibandingkan diselesaikan oleh sepuluh orang. Pekerjaan borongan ini
dilakukan petani responden untuk mengurangi risiko pekerjaan yang penggunaan
tenaga kerja yang berlebihan dan ketepatan waktu sehingga proses usahatani
menjadi lebih efisien dan efektif. Biaya pekerjaan yang diborongkan petani
sebesar Rp 132.166,67 per hektar (3,48 persen dari biaya tunai).
63
Mesin Perontok (thresher) digunakan oleh pekerja yang diborongkan
sehingga tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan. Petani responden
membayar pekerja yang diborongkan berdasarkan kesepakatan pada komponen
biaya tunai untuk proses perontokkan menggunakan mesin perontok sehingga
petani responden tidak memiliki tanggungjawab terhadap biaya penyusutan
peralatan. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) petani responden berfungsi untuk
mengawasi pekerjaan TKLK dan juga membantu seluruh rangkaian kegiatan
usahatani gandum, mulai dari pengolahan tanah hingga perontokkan. TKDK lebih
mendominasi dalam biaya usahatani gandum lokal karena TKLK terbatas. Total
HOK TKDK yang digunakan sebesar 219,12 HOK. Persentase biaya TKDK pada
penanaman memiliki persentase terbesar, yaitu 27,47 persen. Sedangkan
perontokkan memiliki persentase terkecil, yaitu 4,11 persen karena sebagian besar
tenaga kerja pada proses perontokkan telah dibebankan kepada tenaga kerja yang
diborongkan. Biaya TKDK yang dikeluarkan petani mencapai Rp 3.020.433,33.
Rincian penggunaan TKDK dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)
Usahatani Gandum Lokal Petani Responden di Kecamatan Tosari per
Hektar Musim Tanam Bulan Juni-September Tahun 2008
Persentase Persentase
No Komponen TKDK HOK Biaya (Rp)
(%) (%)
1 Pengelolaan Lahan 49,67 22,67 675.980,00 22,38
2 Penanaman 60,20 27,47 827.800,00 27,41
3 Penyiangan 45,76 20,88 633.726,67 20,98
4 Pemupukan 11,50 5,25 160.100,00 5,30
5 Pengendalian HPT 11,73 5,35 168.220,00 5,57
6 Pemanenan 36,16 16,50 498.126,67 16,49
7 Perontokkan 4,11 1,87 56.480,00 1,87
Jumlah 219,12 100,00 3.020.433,33 100,00
64
Persentase penggunaan TKDK merupakan komponen biaya terbesar dalam
struktur biaya usahatani karena usahatani gandum secara umum masih dikelola
oleh keluarga sehingga dapat memberdayakan keluarga secara optimal. Tingginya
penggunaan tenaga kerja dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
peningkatan tambahan penghasilan di Kecamatan Tosari. Satu petani responden,
yaitu sebesar 3,33 persen, menyewa lahan dari Perhutani sebesar Rp 400.000 per
musim tanam sehingga rata-rata biaya sewa lahan sebesar Rp 13.333,33. Struktur
biaya usahatani gandum lokal secara rinci ditunjukkan pada Tabel 23.
65
Tabel 24. Analisis Pendapatan dan R/C Usahatani Gandum Lokal Petani
Responden di Kecamatan Tosari per Hektar Musim Tanam Bulan Juni-
September Tahun 2008
No Uraian Satuan Total Nilai
A Penerimaan Tunai Rp 6.937.333,33
B Penerimaan Diperhitungkan Rp 44.983,33
C Total Penerimaan (A+B) Rp 6.982.316,67
D Biaya Tunai Rp 3.792.745,36
E Biaya Diperhitungkan Rp 3.277.872,22
F Total Biaya (D+E) Rp 7.070.617,58
G Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-D) Rp 3.144.587,98
H Pendapatan Atas Biaya Total (C-F) Rp -88.300,91
I R/C Atas Biaya Tunai (A/D) 1,83
J R/C Atas Biaya Total (C/F) 0,99
66
keuntungan tambahan dengan melakukan kegiatan usahatani gandum lokal
dibandingkan membiarkan tanah dalam keadaan kosong (bera) karena tidak ada
komoditas lain yang ditanam bersamaan dengan komoditas gandum (pola tanam
Bulan Juni-September). Pola tanam tersebut merupakan pola tanam ketiga di
Kecamatan Tosari yang memiliki iklim kering seperti yang telah dijelaskan pada
subbab Gambaran Umum Kecamatan Tosari. Tanaman hortikultura cenderung
membutuhkan air yang cukup intensif dalam pertumbuhannya. Kondisi tersebut
tidak dapat dicapai pada musim tanam Bulan Juni-September yang merupakan
puncak iklim kering. Selain itu, topografi lahan pertanian di Kecamatan Tosari
juga merupakan lahan tadah hujan tanpa terdapat pengairan yang intensif.
Keuntungan lain yang diperoleh dari aktivitas usahatani gandum lokal
adalah keuntungan non finansial, yaitu terjadinya pergiliran tanaman. Petani
responden tetap menanam gandum lokal karena dapat digunakan sebagai alternatif
pergiliran tanaman dari tanaman utama (kentang) walaupun secara ekonomis
kurang menguntungkan berdasarkan R/C atas biaya total. Pergiliran tanaman yang
dilakukan memiliki dua arti penting, yaitu (1) pemutusan siklus hama dan
penyakit yang menyerang tanaman utama (hortikultura) dan (2) konservasi. Pada
lahan garapan yang tidak memiliki pengairan yang baik, tanaman gandum dapat
menjadi alternatif utama karena adaptif pada kondisi yang kering. Konservasi
dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah yang digunakan dalam usahatani
selama satu tahun. Penggunaan lahan dengan suatu komoditas tertentu secara
terus-menerus dapat menyebabkan lahan menjadi jenuh sehingga akan terjadi
penurunan produktivitas suatu tanaman dalam jangka waktu tertentu. Tanaman
gandum dapat memperbaiki struktur tanah, seperti kandungan pH (derajat
keasaman) dan unsur hara menjadi lebih stabil. Hal tersebut dapat berimplikasi
kepada peningkatan hasil panen baik gandum maupun tanaman berikutnya.
67
Gandum. Dua pola tanam tersebut merupakan metode pergiliran tanaman yang
baik untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan berbasiskan potensi lokal.
Tanaman dataran tinggi (di atas 800 m) secara umum terdiri dari gandum,
kentang, kubis dan jamur. Ketiga komoditas tersebut ditanam pada lahan yang
berbeda dengan pola tanam yang juga berbeda. Kecamatan Tosari memiliki
industri jamur yang terintegrasi, tepatnya di Desa Mororejo. Produksi jamur tidak
tergantung musim tanam. Tanaman gandum dapat dibudidayakan tidak hanya
pada lahan tidur tetapi juga pada lahan yang biasanya sudah digunakan untuk
tanaman kentang sebagai pergiliran pola tanam. Kubis atau kentang merupakan
tanaman hortikultura yang dapat saling menggantikan (substitusi) dalam upaya
pergiliran tanaman. Ketiga tanaman dataran tinggi tersebut dapat dibentuk siklus
keseimbangan yang saling menguntungkan dalam meningkatkan produktivitas
tanaman berdasarkan pola tanam selama satu tahun (Gambar 6).
Gandum
Kentang Jamur
68