Anda di halaman 1dari 3

Upaya Mewujudkan Ketertiban Sosial melalui Institusi Sosial

Adakah hubungan antara pembentukan identitas individu dan kelompok, hubungan sosial, serta
institusi sosial? Coba Anda perhatikan pelaksanaan rapat warga setiap bulan. Rapat rutin tersebut bertujuan
membahas berbagai hal berkaitan dengan masyarakat seperti program kegiatan, aspirasi, dan upaya
penyelesaian masalah. Dalam pelaksanaan rapat terdapat aturan yang harus dipatuhi oleh anggota rapat
seperti tata cara menyampaikan aspirasi dan tata cara dalam memberikan sanggahan dalam rapat.
Individu dan kelompok dalam masyarakat memiliki karakter dan ciri khas masing-masing. Individu-
individu yang memiliki kesamaan cenderung membentuk kelompok sosial dengan identitas tertentu sesuai
anggotanya. Dalam kelompok sosial, individu menjalin hubungan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tidak hanya hubungan antarindividu, tetapi juga antarkelompok serta antara individu dan kelompok.
Untuk mewujudkan hubungan sosial yang tertib dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat antaranggota.
Aturan tersebut bertujuan mengatur tingkah laku anggota masyarakat dalam menjalin hubungan sosial.
Seperti halnya dalam rapat warga, agar proses rapat berjalan dengan lancar dibutuhkan aturan-aturan dalam
menjalankan rapat tersebut. Begitu juga dalam konteks hubungan sosial yang lebih luas.
Apabila Anda amati, masyarakat telah membuat kesepakatan-kesepakatan dan aturan dalam mengatur
proses hubungan sosial. Melalui aturan tersebut, manusia dapat menciptakan keteraturan dan ketertiban
sehingga proses pemenuhan kebutuhan hidup berjalan lancar. Adanya upaya masyarakat menciptakan tata
cara untuk memenuhi kebutuhan inilah yang mendorong proses pembentukan institusi sosial.
1. Unsur-Unsur Penting dalam Pembentukan Institusi Sosial
Institusi sosial atau lembaga sosial merupakan himpunan norma dari segala tingkatan yang berkisar
pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Institusi sosial terbentuk berdasarkan
norma, kebiasaan, dan tata kelakuan yang tergabung dalam satu kesatuan fungsional yang melembaga.
Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat harus menjalankan norma-norma yang telah ditetapkan agar
tercipta keteraturan sosial. Institusi sosial tidak dapat terbentuk dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi
oleh unsur-unsur tertentu. Tiga unsur penting dalam institusi sosial sebagai berikut.
a. Kode Perilaku
Setiap institusi sosial memiliki nilai dan norma yang mengatur perilaku anggotanya melalui
proses interaksi sosial. Nilai dan norma tersebut kemudian dilembagakan melalui pembiasaan
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap anggota masyarakat yang berada dalam institusi sosial
memiliki perilaku khas untuk membedakan dengan anggota masyarakat dalam institusi lain.
Sebagai contoh, setiap pemeluk agama mengamalkan perintah, menjauhi larangan, menjalankan
ibadah, dan merayakan hari besar keagamaan sesuai ajaran agama yang dianut.
b. Simbol Kebudayaan
Simbol kebudayaan muncul akibat adanya kode atas perilaku individu dalam institusi sosial.
Simbol tersebut menjadi ciri khas dan memiliki makna serta fungsi tertentu bagi institusi sosial.
Simbol biasanya digunakan sebagai tanda pengenal yang mewakili suatu institusi sosial. Sebagai
contoh, dalam institusi pendidikan terdapat simbol berupa lambang OSIS yang dipasang pada
seragam bagian saku kiri peserta didik.
c. Ideologi
Ideologi dalam konteks institusi sosial berkaitan dengan norma-norma yang berlaku dalam
institusi sosial. Norma berawal dari nilai-nilai yang disepakati dan diinternalisasi masyarakat
sebagai gagasan yang dicita-citakan. Jadi, selain membentuk sikap dan menghasilkan simbol budaya,
sebuah norma membentuk ideologi (gagasan) dari para pelakunya. Sebagai contoh, ideologi dari
institusi politik dapat diketahui dari visi dan misinya.
2. Fungsi Institusi Sosial
Institusi sosial dalam masyarakat terbagi menjadi beberapa jenis. Setiap jenis institusi sosial
memiliki fungsi berbeda. Meskipun demikian, secara umum institusi sosial memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut.
a. Memberikan Pedoman Berperilaku
Institusi sosial dibentuk untuk mengatur tingkah laku dan sikap masyarakat dalam memenuhi
masalah kebutuhan hidup. Dengan adanya institusi sosial, benturan kepentingan di antara individu
atau kelompok dapat diminimalisasi. Dengan demikian, norma dalam institusi sosial dapat
dijadikan pedoman masyarakat untuk menjalani kehidupan.
b. Menjaga Keutuhan Masyarakat
Selain memberikan pedoman terhadap masyarakat, institusi sosial berfungsi menjaga
kestabilan sosial agar tidak terjadi disintegrasi atau perpecahan. Integrasi sosial akan tercapai
apabila masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial. Integrasi sosial mampu menjaga keutuhan
dalam masyarakat.
c. Mengendalikan Perilaku Masyarakat (Social Control)
Institusi sosial berfungsi sebagai alat pengendalian sosial atas berbagai bentuk penyimpangan
sosial dalam masyarakat. Fungsi pengendalian sosial dilakukan melalui pembedaan perilaku yang
dianggap menyimpang serta perilaku yang dianggap sesuai nilai dan norma dalam masyarakat.
Institusi sosial berperan mengendalikan perilaku masyarakat melalui sanksi tertulis ataupun tidak
tertulis.
d. Meningkatkan Solidaritas Masyarakat
Institusi sosial terbentuk melalui proses panjang. Proses pembentukan institusi sosial dilakukan
melalui koordinasi intensif antaranggota masyarakat. Koordinasi tersebut mampu menyatukan dan
meningkatkan solidaritas masyarakat. Oleh karena itu, institusi sosial dapat mempererat hubungan
sosial antarindividu atau kelompok.
3. Proses Menciptakan Ketertiban dalam Masyarakat
Institusi sosial terbentuk dari beragam norma sosial atau tata aturan sebagai pedoman berperilaku
dalam masyarakat. Norma sosial harus dipatuhi oleh setiap individu untuk menciptakan ketertiban
dalam masyarakat. Untuk menegakkan norma dalam masyarakat, diperlukan upaya pelembagaan
norma.
Hubungan sosial membutuhkan proses dalam penciptaan ketertiban masyarakat. Dalam proses
hubungan sosial dibutuhkan tata aturan atau seperangkat aturan untuk mengatur kehidupan.
Seperangkat aturan inilah yang disebut norma sosial. Adanya norma yang telah diciptakan mendorong
masyarakat ingin memelihara pola hubungan sosial secara konsisten. Keinginan inilah yang mendorong
terbentuknya institusi atau lembaga sosial.
Menurut Elly M. Setiadi (2015: 297–298), suatu norma perlu melewati proses pelembagaan
(institusionalisasi) untuk menjadi sebuah institusi sosial. Proses pelembagaan merupakan suatu proses
terujinya norma dalam masyarakat yang akhirnya menjadi panduan dalam hidup bersama. Adapun
penjabaran lebih terperinci mengenai proses tersebut dapat Anda pahami melalui alur berikut.

Proses interaksi sosial

+ Norma sosial Institusionalisasi Lembaga sosial


Kebutuhan untuk hidup
dalam keteraturan

Berdasarkan alur di atas, dapat dipahami proses terbentuknya lembaga sosial diawali dari interaksi
sosial dalam masyarakat sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Kebutuhan tersebut mendorong
pembentukan norma sosial. Oleh karena perkembangan kehidupan, masyarakat membentuk sekumpulan
norma atau tata aturan untuk mengatur beberapa kebutuhan hidup secara khusus. Pada tahap ini terjadi
proses institusionalisasi. Sekumpulan norma tersebut berproses untuk menjadi pedoman masyarakat.
Dalam tahap institusionalisasi terjadi proses habitualisasi berupa penanaman sistem norma
dalam masyarakat untuk dapat diakui, dihargai, dan ditaati sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Apabila sekumpulan norma tersebut telah diikuti dan menjadi pedoman hidup sehari-hari, dapat
dikatakan sekumpulan norma tersebut sudah melembaga.
Keberhasilan proses institusionalisasi tidak hanya berhenti ketika sudah diakui, dihargai, dan
ditaati, tetapi ketika sistem norma tersebut juga diinternalisasi (internalized) oleh masyarakat.
Pada proses ini sistem norma sudah mendarah daging. Oleh karena itu, masyarakat berperilaku sesuai
norma sosial tanpa harus diperintah atau diminta mengikuti sistem norma.
4. Institusi Sosial sebagai Tolok Ukur Ketertiban dalam Masyarakat
Salah satu tujuan pembentukan institusi sosial adalah menciptakan ketertiban sosial. Ketertiban
menjadi suatu sistem pola hubungan dan kebiasaan yang berjalan lancar. Ketertiban sosial dapat dilihat
dari perilaku masyarakat yang mematuhi setiap peraturan dengan penuh kesadaran. Kesadaran menaati
peraturan menunjukkan terjadinya proses internalisasi dalam diri masyarakat mengenai pentingnya
peraturan untuk menciptakan ketertiban.
Ketertiban dapat terwujud apabila institusi sosial melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam
masyarakat. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, beberapa institusi sosial memiliki alat-alat
kelengkapan. Sebagai contoh, institusi kepolisian. Institusi kepolisian dibentuk sebagai upaya menjaga
ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Sebagai upaya mewujudkan tujuan tersebut pihak kepolisian
memiliki alat kelengkapan, seperti peralatan, seragam, gedung atau bangunan, senjata, dan tempat
tahanan. Dengan alat-alat kelengkapan tersebut, institusi kepolisian dapat menjalankan tugasnya untuk
mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Upaya institusi kepolisian mewujudkan ketertiban dalam
masyarakat dilakukan dengan cara preventif dan represif.
5. Institusi Sosial di Sekitar Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai bentuk institusi sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup
anggotanya. Setiap institusi sosial menjalankan peran dan fungsi masing-masing. Secara umum institusi
sosial yang mengatur hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat meliputi lembaga keluarga, lembaga
pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga kebudayaan,
dan lembaga kesehatan.
Adanya institusi sosial bertujuan mengatur perilaku masyarakat dalam melakukan hubungan
sosial di berbagai bidang. Dengan demikian, institusi sosial diharapkan dapat menciptakan ketertiban
sosial sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan harmonis. Ketertiban sosial tercipta ketika setiap
individu melaksanakan kewajiban dan menerima haknya. Ketertiban sosial mendorong terciptanya
kondisi sosial masyarakat yang teratur dan terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai