Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Asuhan keperawatan pada vertigo


Mata Kuliah keperawatan medical bedah III
Dosen Pembimbing : Dodik hartono S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

Disusun Oleh Kelompok 12


1. Ahmad Nurul Fahrusi
2. Eli Dwi Agustin
3. Mahsusiyati

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020

1
A. Pengertian Tumor Otak
Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel yang tidak normal didalam atau sekitar otak
secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor dibedakan menjadi 2 golongan yang
dibedakan berdasarkan oleh perkembangannya, yaitu tumor jinak dan ganas (Yeni, 2017).
Tumor ganas disebut kanker. Tumor jinak relatif lambat tumbuh karena tidak menyebar
ke bagian tubuh lain. Sedangkan tumor ganas tumbuh relatif cepat dan bisa menyerang
atau menekan jaringan disekitarnya serta mempengaruhi fungsi otak hingga bisa
mengancam nyawa. (Brunner & Sudarth, 2002 : 1169)
Secara umum, karakteristik tumor otak dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu tumor
otak primer dan tumor otak sekunder. Tumor otak primer berasal dari otak dimana
pertumbuhan selnya tidak normal dan tidak terkontrol di otak. Jenis tumor otak primer
yang paling umum adalah glioma. Contoh tumor otak primer adalah adalah astrocytoma
yang merupakan tumor yang timbul dari sel glia (sel glia membuat strukturr dan
mendukung sistem otak dan medulla spinalis)dan merupakan supratentorial (terletak
diatas penutup serebelum) Sedangkan tumor otak sekunder adalah tumor yang telah
menyebar ke otak dari kanker di bagian tubuh yang lain. Contoh dari tumor otak
sekunder ini adalah kanker nasofaring yang ditemukan berada di dekat otak. Tumor otak
sekunder terbentuk dari sel kanker oleh tumor primer yang telah melakukan perjalanan di
aliran darah dan bersarang di otak. (Brunner & Sudarth, 2002 : 1169)

B. Etiologi Tumor Otak


1. Genetic
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weberyang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor genetik yang kuat pada neoplasma.
2. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi
3. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
4. Trauma Kepala

2
C. Tanda Dan Gejala Tumor Otak
1. Gejala-gejala pada intrakranial
a. Perubahan status mental

Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari, lekas


marah, emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi, bahkan psikosis.
Fungsi kognitif merupakan keluhan yang sering disampaikan oleh pasien tumor
intrakranial dengan berbagai bentuk, mulai dari disfungsi memori ringan dan
kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi, halusinasi, atau letargi.

b. Nyeri kepala

Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi
pada pagi hari dan menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan
gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau
penyimpangan struktur sensitif nyeri, atau oleh karena edema yang mengiringi
adanya tumor. terdapat nyeri kepala (terus menerus, difus yang pada umumnya
nocturnal dan membaik pada siang hari). Nyeri kepala merupakan gejala yang
paling sering dijumpai pada penderita otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat
dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling
hebat pada waktu pagi hari dan menjadi lebih berat oleh aktivitas yang biasanya
dapat meningkatkan tekanan intrakranial seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan tumor
otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga
intrakranial. Struktur ini termasuk arteri, vena, sinus-sinus vena dan saraf otak.

c. Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan dengan
makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak didahului oleh mual.
Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.

d. Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-15%
penderita tumor otak. 20-50% pasien tumor otak menunjukkan gejala kejang.
Kejang yang timbul pertama kali pada usia dewasa mengindikasikan adanya
tumor di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa kejang fokal
(menandakan adanya kerusakan fokal serebri) seperti pada meningioma,
kemudian dapat menjadi kejang umum yang terutama merupakan manifestasi dari
glioblastoma multiforme. Kejang parsial akibat penekanan area fokal pada otak

3
dan manifestasi lokal pada ekstremitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi
jika tumor luas pada kedua hemisfer serebri. sebagai tanda lokalisatorik.

2. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidak
ormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan, dan kejang.
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui,
lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan mengidentifikasi fungsi yang
dipengaruhi oleh adanya tumor.
a. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang
jacksonia
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi
yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistamus (gerakan mata ber irama
tidak sengaja) biasanya menunjukkan ggerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteridtik gejala
pada tumor otak.
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-
saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial
kedelapan)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah
(berhubungan dengan saraf cranial kelima)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf cranial
ketujuh)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien

4
lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, gliaoblastama, dan
metastase serebral dari bagian lain.
D. Patofisiologi

E. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Otak


1. Pengkajian
a. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
b. Riwayat Sakit dan Kesehatan
Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan
sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.

2. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1) Bentuk dada : normal
2) Pola napas : tidak teratur 
3) Suara napas : normal
4) Sesak napas : ya
5) Batuk : tidak
6) Retraksi otot bantu napas ; ya

5
7) Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1) Irama jantung : irregular
2) Nyeri dada : tidak
3) Bunyi jantung ; normal
4) Akral : hangat
5) Nadi : Bradikardi
6) Tekanana darah Meningkat
c. Persyarafan B3 (brain)
1) Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
2) Pendengaran (telinga) : Terganggu bila mengenai lobus temporal
3) Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
4) Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
5) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
6) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
8) Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1–
6 tergantung responnya.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1) Kebersihan : bersih
2) Bentuk alat kelamin : normal
3) Uretra : normal
4) Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
1) Nafsu makan : menurun
2) Porsi makan : setengah
3) Mulut : bersih
4) Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
1) Kemampuan pergerakan sendi : bebas
2) Kondisi tubuh: kelelahan

6
F. Diagnosis dan Tindakan Keperawatan

Diagnose keperawatan
1) Resiko perfusi cerebral tidak efektif b/d tumor otak
2) Pola nafas tidak efektif b/d gangguan neurologis
3) Nyeri akut b/d agens cedera biologis
4) Hipertermia b/d penyakit

7
Diagnosa keperawatan
Resiko perfusi cerebral tidak efektif b/d tumor otak

Intervensi Keperawatan
A. Perfusi serebral
No Indikator SA ST
1. Tekanan intra cranial
2. Sakit kepala
3. Kecemasan

B. Status sirkulasi
No Indikator SA ST
1. Saturasi oksigen
2. Akral dingin
3. Edem perifer

Implementasi Keperawatan
1. Menejemen peningkatan intra cranial
a) Monitor pernafasan
b) Monitor tanda gejala peningkatkan TIK (misalnya, tekanan darah meningkat.
Tekanan nadi melebar, bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran menurun)
c) Berikan posisi semi fowler
2. Menajemen kejang
a) Monitor status neurologis
b) Baringkan pasien agar tidak terjatuh
c) Berikan oksigen jika perlu

Diagnose keperawatan
Pola nafas tidak efektif b/d gangguan neurologis

8
Intervensi Keperawatan
A. Pola Nafas
No Indikator SA ST
1. Dipsnea
2. Frekuensi nafas

B. Tingkat keletihan
No Indikator SA ST
1. Frekuensi nafas
2. Pola nafas
3. Sakit kepala

Implementasi keperawatan
1. Manajemen jalan nafas
a) Mengatur pola nafas
b) Berikan oksigen jika perlu
c) Posisiskan semi fowler atau fowler
2. Pengaturan posisi
a) Monitor status oksigen sebelum dan sesudah mengubah posisi
b) Ubah posisi setiah 2 jam
c) Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan posisi.

Diagnose keperawatan
Nyeri akut b/d agens cedera biologis

Intervensi keperawatan
A. Kontrol nyeri

9
No Indicator SA ST
1 Menggambarkan factor penyebeb
2 Menggunakan tindakan pencegahan
3 Menggunakan tindakan pengurangan
(nyeri) tanpa analgesic
4 Mengenali kapan nyeri terjadi
5 Melaporkan nyeri yang terkontrol

B. Tingkat Kecemasan

No Indicator SA ST
1 Tidak dapat beristirahat
2 Perasaan gelisah
3 Kesulitan dalam memahami sesuatu
4 Berkeringat dingin
5 Gangguan tidur

Implementasi keperawatan
1. Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas,dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
b. Cek perintah pengobatan meliputi obat,dosis
c. Cek adanya alergi obat
2. Pengurangan Kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang tenang
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
c. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang mungkin akan
dialami klien selama prosedur dilakukan.

Diagnose keperawatan
Hipertermia b/d penyakit

Intervensi keperawatan
A. Termoregulasi
No Indicator SA ST
1 Tingkat pernafasan
2 Peningkatan suhu kulit
3 Hipertermia

10
4 Dehidrasi

B. Tanda-tanda vital
No Indicator SA ST
1 Suhu tubuh
2 Tingkat pernafasan
3 Tekanan darah sistolok
4 Tekanan nadi

C. Control resiko; hipertermia


No Indicator SA ST
1 Mencari informasi terkait hipertermia
2 Mengidentifikasi resiko hipertermia
3 Mengatur pakaian yang sesuai untuk
melindungi kulit
4 Melakukan tindakan mandiri untuk
mengontrol suhu tubuh

Implementasi keperawatan
1. Perawatan demam
a) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
b) Dorong konsumsi cairan
c) Mandikan pasien dengan spons hangat dengan hati-hati (yaitu; berikan untuk pasien
dengan suhu yang sangat tinggi tidak memberikannya selama fase dingin, dan hindari
agar pasien tidak menggigil)
2. Pengaturan suhu
a) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
b) Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipertermia
c) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
d) Berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan

11
G. Penatalaksanaan pasien tumor otak
Secara medis
a) Surgery
Terapi Pre-Surgery :
1) Steroid: Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
2) Anticonvulsant : Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
3) Shunt : Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi
dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta

12
memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin
diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek
radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan
evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan
menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali
menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
1. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil
yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan
radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive),
sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi
diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian
pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya.
Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang
diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik
pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga
digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma
hipofisis.
2. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan
satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga
secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari
treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan
pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi
yang dilakukan ataukah tidak.

Secara keperawatan

Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran.


Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednisone) menurunkan radang
sekitar pusat metastase dan menurunkan edema sekitarnya.

13
Obat-obatan lainnya mencakup agens-agens osmotic (manitol, gliserol) untuk
menurunkan cairan pada otak, yang ditujukkan dengan penurunan TIK. Oabt-obat anti
kejang (fenitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Hasil pendukung
telah ditunjukkan pada pengobatan terhadap lesi metastatic dengan agens kemoterapi
seperti karmustin (BCNU).

Bila pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapay diinfuskan kedalam ruang
epidural atau subarachnoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke
segmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin dosis kecil diberikan pada intervensi
yang ditentukan .

H. Diet nutrisi
1. Omega-3 yang dapat ditemukan di ikan ( salmon, tuna dan tenggiri) bermanfaat
dalam mengurangi resistensi tumor otak pada terapi. Omega-3 juga membenatu
mempertahankan dan menaikan daya tahan tubuh dalam menghadapi proses
pengobatan tumor otak seperti kemoterapi.
2. Omega-9 yang ada di minyal zaitunpun dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
sekaligus mengurangi pembemkakan dan mengurangi sakit saat pengobatan tumor
otak.
3. Serat dari roti gandum, sereal, buah segar, sayur dan suku kacang-kacangan
membantu anda mengaur tingkat gula. Sel kanker cenderung mengkonsumsi gula 10-
15 kali lipat dari pada sel normal sehingga semakin meradang. Agar bisa mengatur
gula dengan baik, disarankan mengkonsumsi 4-5 porsi sayur dan 1-2 porsi buah
segar. Selain mengatur kadar gula, serat dapat menurunkan peluang sembelit.
4. Folic acid yang dikenal sebagai vitamin B9 atau BC bisa mencegah menyebarnya
sehingga bisa membantu pengobatan tumor otak atau bagian lainnya. Vitamin B9
dapat di temukan di sayuran dengan daun hijau tua (bayam, asparagus dan daun
selada), kacang polong, kuning telur dan biji bunga matahari.
5. Antioksida memang dikenal sebagai salah satu senjata untuk membantu pengobatan
tumor otak. Antioksida dapat ditemukan dikeluarga beri (stroberi, rasberi dan
bluberi), anggur, tomat, brokoli, jeruk, persik, apricot, bawang putih, gandum, telur,
ayam, kedelai dan ikan.
6. Makanan yang harus dihindari penderita kanker dan tumor otak adalah gula dan
karbohidrat harus dihindari karena mereka merupakan makanan utama sel kanker.
Pada saat pengobatan brain tumor and cancer, sel-sel kanker yang di konsumsi dan
menjadi energy para sel kanker yang mencepat perkembangan mereka.

I. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos dada

14
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari sesuatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
2. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor inrakeanial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak
yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor.
3. Radiogram tengkorak

Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan, dan


klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur, dan posisi serta tursika

4. Elektroensefalogram (EEG)
Memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neutron. Pergeseran
kandungan intraserebral dapat dilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan radioaktif
memperlihatkan are akumulasi abdomal dari zat radioaktif. Tumor otak maupun
oklusio vaskuler, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak
yang menyebabkan akumulasi abdomal zat radioaktif.

J. Managemen perawatan atau pembedahan


1. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi primer untuk LGA. Tergantung pada penampilan


tumor pada saat pembedahan, dimungkinkan adanya reseksi total, reseksi subtotal,
atau hanya biopsi. Walaupun demikian, reseksi akan memberikan perbaikan gejala
pada pasien. Selanjutnya, pada LGA, remisi panjang lebih dari 10 tahun dan kadang
terobati pada anak-anak dan dewasa.

2. Radiasi
Radiasi dilakukan pada beberapa pasien yang sebelumya dilakukan pembedahan
intrakranial untuk LGA. Radiasi awal lebih baik dilakukan pada pasien yang
dilakukan reseksi subtotal dan mungkin akan lebih baik pada pasien yang dilakukan
reseksi total. Jika terjadi relaps setelah reseksi total, dilakukan pembedahan dan
selanjutnya radiasi harus dilakukan.

3. Kemoterapi
Pentingnya kemoterapi pada low grade astrocytoma kurang dipahami. Hal ini
merupakan pilihan pada pasien yang mengalami relaps tumor setelah pembedahan
dan atau radiasi.

K. Rehabilitasi

15
Tumor otak dapat muncul di bagian otak yang mengendalikan fungsi pergerakan
tangan dan kaki, fungsi bicara, penglihatan, dan proses berfikir sehingga rehabilitasi
sangat perlu sebagai bagian untuk proses pemulihan pasien. Tindakan rehabilitasi antara
lain fisioterapi untuk melatih fungsi dan kekuatan otot dan speech therapy untuk melatih
kemampuan bicara.
Pada kondisi akut rehabilitasi yang diberikan prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
rehabilitasi pasien stroke dan cedera kepala, dan terapi yang diberikan tidak boleh
menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.

L. Aspek legal
a) Prinsip otonomi
Setiap orang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya
menurut pilihannya sendiri, termasuk menentukan pilihan perawatan untuk dirinya
sendiri. Untuk itu perawat harus menghargai dan mempertimbangkan keputusan yang
dibuat oleh pasien
b) Prinsip nonmaleficience ( tidak membahayakan )
Perawat harus melakukan tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan atau
membahayakan orang lain, baik itu pisik maupun psikis kliennya.
c) Beneficience ( tidak merugikan orang lain )
Sebagai perawat kita harus memberikan sesuatu yang baik dan tidak merugikan
pasien.
d) Fidelity ( tanggung jawab)
Perawat harus memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab. Tangguang jawab dalam hubungan perawat- klien meliputi menjaga
janji dan memberi perhatian atau kepedulian.
e) Justice ( keadilan )
Sebagai perawat kita harus melaksanakan konsep adil pada pasien. Perawat harus
melakukan tindakan atau perilaku sesuai dengan kebutuhan pasien.
f) Veracity ( kejujuran )
Sebagai perawat kita harus menerapkan sikap jujur dalam praktik keperawatan.
Perawat harus melakukan kegiatan ataupun tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral
dan etika

M. Fungsi Advokasi
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator
adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak
bertentangan dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang
advokator menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat

16
mengambil keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai
keputusan klien dan meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni
hak untuk memilih nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk
menentukan jenis tindakan yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan
hak untuk membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain.
Peran perawat sebagai advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan
yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat
harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh
informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana
pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang
meliputi hal-hal berikut:
a) Penyakit yang dideritanya
b) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
c) Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
d) Alternatif terapi lain beserta resikonya
e) Prognosis penyakitnya;
f) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
g) Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
h) Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
i) Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent)
j) Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya
k) Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
l) Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain

17
m)Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
n) Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
o) Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
p) Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
q) Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan
r) Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
s) Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani
t) Hak untuk mengetahui isi rekam medik

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, suzanna C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, Jakarta;EGC

18
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
proses Penyakit, Jakarta: EGC
Arif muttaqin, 2008 Pengantar Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta;EGC
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai