Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEPEDA MOTOR


SISTEM PENGAPIAN AC HONDA REVO

Dosen Pembimbing :
1. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng.
2. Nirmala Adhi Yoga Pambayun, M.Pd.

Anggota Kelompok :
1. Brata Sukma Dwi Pangestu NIM. 16504241042
2. Rizki Elyas Dermawan NIM. 16504241043
3. Hashfi Nur Muharom NIM. 16504241044
4. Wisnu Wardhana NIM. 16504241045
5. Anggun Mahirezqi Hidayat NIM. 16504241046

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Kompetensi
B. Sub Kompetensi
C. Alat dan Bahan
D. Keselamatan Kerja
E. Langkah Kerja
BAB II PEMBAHASAN
F. Pengertian dan Fungsi Sistem Pengapian
G. Data Hasil Pemeriksaan
H. Data Komponen yang Hilang
I. Cara Kerja Sistem Pengapian
BAB III PENUTUP
J. Kesimpulan
K. Kritik
L. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kompetensi :
Memahami sistem pengapian AC sepeda motor.

B. Sub Kompetensi :
1. Menjelaskan komponen dan rangkaian sistem pengapian CDI-AC Honda
2. Menjelaskan cara kerja sistem pengapian CDI-AC Honda
3. Memeriksa komponen-komponen sistem pengapian CDI-AC Honda

C. Alat dan Bahan :


1. Training Board Honda Revo.
2. Kabel penghubung.
3. Multimeter.
4. Kain lap / majun.
5. Buku Service Manual Sepeda Motor.

D. Keselamatan Kerja :
1. Meletakkan alat dan bahan di tempat yang aman, gunakan alat yang sesuai.
2. Bekerja dengan teliti dan hati-hati.
3. Berhati-hati dengan tegangan tinggi coil.

E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan training board sesuai pembagian kelompok.
2. Tempatkan training board pada tempat yang aman.
3. Menghubungkan kabel ke sumber listrik.
4. Merangkai rangkain pengapian sesuai buku manual.
5. Mempelajari rangkaian sistem pengapian CDI-AC Honda
6. Mengukur tahanan spull pengapian (Std = 100-400 Ω)
7. Mengukur tahanan pulser/pick up coil (Std = 50-200 Ω)
8. Mengukur tahanan kumparan primer koil (Std = 0,5-1 Ω)
9. Mengukur tahanan kumparan sekunder koil (tStd = 7,2-8,8 KΩ)
10. Memeriksa CDI dengan mengukur tahanan-tahanan antar terminal
11. Memeriksa timing pengapian
12. Membersihkan alat dan tempat kerja serta mengembalikan alat dan bahan praktik
13. Buatlah laporan praktik saudara dan simpulkan hasilnya.
BAB II
PEMBAHASAN

F. Pengertian dan Fungsi Sistem Pengapian CDI-AC


Sistem pengapian CDI-AC adalah system pengapian yang memanfaatkan coil untuk
menghasilkan bunga api pada busi yang mana sumber tegangannya berasal dari alternator
dan waktu/timingnya diatur oleh CDI. Fungsi dari sistem pengapian adalah sebagai syarat
terjadinya pembakaran yaitu dengan adanya panas/percikan bunga api pada busi.

G. Data Hasil Pemeriksaan

No Nama Pekerjaan Hasil Pengukuran Keterangan


1 Hambatan Primer Coil
2 Hambatan Sekunder Coil
3 Tegangan Idle Pulse
4 Tegangan Stand by Coil
5 Hambatan antara Pulser dengan
Ground

H. Data Komponen yang Hilang


Tidak Terdapat Komponen Yang Hilang.
I. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI -AC.

Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet) berputar, maka akan
dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari koil. Arus ini akan diterima
oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus tersebut selanjutnya
dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus searah/dc) oleh diode, kemudian
disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI.

Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR (thyristor)
bekerja.
Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal.
Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Seperti terlihat pada gambar di
bawah ini:

Dengan adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on)
dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K) (lihat posisi anoda dan katoda
pada gambar
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus
(discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary coil)
koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai
tegangan induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pada kumparan primer koil).
Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi dalam
kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi
tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan
membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar. 
Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati oleh
magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh penetapan posisi
koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan waktu
pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi
secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan
koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian
CDI bekerja lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan
pengosongan arus (discharge) sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian
teriduksi dengan cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan
bunga api pada busi.

BAB III
PENUTUP

J. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan praktik, dapat disimpulkan bahwa :
1. Arus untuk pengapian harus stabil supaya pembakaran maksimal.
2. Beberapa komponen perlu penggantian Karena sudah dibawah spesifikasi.
3. Arus yang digunakan adalah arus AC,besarnya arus tergantung putaran magnet.
4. Jenis pengapian AC ini tidak memerlukan baterai krn arus langsung dari alternator.

K. Kritik
Perlunya perbaikan pada gambar rangkaian pada training board agar tidak terjadi
kekeliruan.

L. Saran
Ditingkatan lagi fasilitas Di Jurusan untuk mendukung pembelajaran yang lebih baik
lagi.

Anda mungkin juga menyukai