Anda di halaman 1dari 19

Interaksi dan Struktur Sosial

BAB II
INTERAKSI SOSIAL: MEMBANGUN
KERJASAMA DAN MEMFUNGSIKAN
KONFLIK SOSIAL
Titik Sumarti, Arya Hadi Dharmawan, Iman K. Nawireja, Lukman Hakim

Sosiologi menaruh perhatian pada peristiwa sehari-hari, seperti gerakan


bekerjasama maupun konflik dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia
adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dengan orang lain.
Manusia saling berkomunikasi secara timbal balik, mempunyai tujuan
tertentu, dan saling mempengaruhi satu sama lain, baik antar individu,
individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Hubungan
tersebutlah yang kemudian disebut sebagai interaksi sosial (social
interaction). Dalam era globalisasi, seseorang terhubung secara sosial
(socially connected) dengan beragam komunitas, melalui perdagangan,
politik, dan budaya. Dalam bab ini ini secara garis besar akan dijelaskan
fenomena sosial kerjasama dan konflik sosial, definisi dan syarat interaksi
sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, serta tantangan dan solusi.

Fenomena Sosial: Kerjasama dan Konflik Sosial


Salah satu contoh bentuk kerjasama adalah pada Kasus 2.1 Gerakan
Masyarakat Sipil: Salah Satu Bentuk Kerjasama Mengatasi Pandemi Covid-
19 (dalam video: Lawan Covid Lewat Solidaritas. TEMPODOTCO). Di tengah
pemerintah Indonesia terus bekerja keras menanggulangi pandemi Covid-19,
masyarakat Indonesia tergerak serentak untuk bergotong royong membantu
pemerintah menangani pandemi Covid-19 serta dampaknya melalui gerakan
sipil.
Gerakan masyarakat sipil tersebut merupakan fenomena sosial yang memiliki
ciri-ciri interaksi sosial sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan sosial antara individu dengan individu lainnya
dalam bentuk kerjasama saling membantu sebagai warga RT dalam
penanganan covid-19 (memberi bantuan makanan bagi warga yang
harus menigsiolasi diri di rumah; saling memberi informasi untuk
mengikuti protokol kesehatan; saling menjaga bahwa yang sedang
mengalami sakit adalah warga kita yang tidak berarti harus dikucilkan)
2. Terdapat hubungan sosial antara kelompok dengan kelompok lainnya,
misal antara forum masyarakat sipil, organisasi keagamaan, organisasi
lingkungan hidup dalam memberikan bantuan peralatan kesehatan.

1
Interaksi dan Struktur Sosial

3. Terdapat hubungan sosial antara individu dengan dengan kelompok


sosial, misal antara individu penerima manfaat dengan kelompok sosial
pemberi manfaat (bantuan peralatan kesehatan, bantuan makanan).
4. Terdapat hubungan sosial antara masyarakat internasional melalui
organisasi internasional untuk membangun kekuatan dalam
penanganan covid-19.
5. Kontak sosial dapat berlangsung melalui berhadapan muka (face to face)
maupun melalui media sosial digital.
6. Faktor pendorong bekerjasama bisa karena tuntutan situasi pandemi,
kepentingan umum, maupun altruistik saling tolong menolong.
Kasus 2.1.
Gerakan Masyarakat Sipil di Indonesia Hadapi Covid-19
1. Gotong Royong Swadaya @RT dari Sabang-Merauke, dari P Miagas-P
Rote
Mengumpulkan sumbangan, memberi atau menerima sembako per
keluarga/ minggu, atau nasi bungkus untuk yang tidak masak/ lajang,
menjaga untuk tidak ada kerumunan dan tetap menjaga jarak.
2. Penjahit-penjahit di kota Malang
Membuat baju hazmat (hazardous materials) atau baju APD (alat
pelindung diri) bebas ongkos kirim untuk Jawa Timur.
3. Bakti IPB Untuk Negeri
Donasi civitas akademika dan alumni IPB untuk membantu pengadaan
APD, hand sanitizer, vitamin dan kupon makan bagi mahasiswa,
pengadaan bahan pembuatan Viral Transport Medium (VTM) yang
sangat dibutuhkan rumah sakit.
4. FK Universitas Indonesia
Produksi hand sanitizer dengan dana dari donator dan dibagikan gratis
ke berbagai rumah sakit, klinik, kantor, dan sekolah
5. Yayasan Gerakan Sadar Bencana (Graisena)
Memberi bantuan kepada keluarga korban Covid-19 yang menjalani
isolasi 14 hari, syaratnya merupakan keluarga tidak mampu.
6. Akun Intagram @rachelvennya
Penanggulangan penularan virus Covid-19 untuk para petugas medis
di Indonesia melalui penggalangan dana di sebuah platform donasi
media sosial, berhasil mengumpulkan dana lebih dari 1 miliar rupiah.
7. PT Semen Padang
Memberikan bantuan tandon air bersih yang dilengkapi dengan
wastafel, kran air, tempat sabun cuci tangan untuk 10 pasar di Padang.
8. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Melakukan program “Operasi Makan Gratis Bersama 1000 Warteg” di
wilayah Jabodetabek untuk menyajikan bantuan makanan siap santap
setiap hari, menjalankan program beras gratis untuk warga prasejahtera
dengan jumlah target sebanyak 100.000 KK
Sumber: Litbang Kompas, dan IPB Today 2020.

2
Interaksi dan Struktur Sosial

Fenomena sosial berbeda adalah ketika hubungan sosial tersebut justru


mengarah ke konflik sosial, seperti pada Kasus 2.2. Kenapa Kematian Goerge
Floyd Picu Demo Black Lives Matter Mendunia (dalam video: Manusia
Harusnya Setara Tapi Kenapa Ada Rasisme. NARASI NEWSROOM).
Kasus 2.2.
Kenapa Kematian George Floyd Picu Demo Black Lives Matter Mendunia?
Kematian George Floyd telah memicu kemarahan massa dan demo antirasisme
meledak di banyak wilayah Amerika Serikat, yang kemudian menjalar ke kota-
kota besar di sejumlah negara lain. Floyd meninggal tidak lama setelah ditahan
polisi Minneapolis, Minnesota, AS. Polisi menangkapnya dengan tuduhan
membeli rokok di toko kelontong memakai uang palsu, pada 25 Mei 2020.
Demo serupa yang melibatkan ribuan orang meluas ke Atlanta, Detroit, New
York, Washington DC dan kota-kota lain di AS. Aljazeera mencatat, aksi protes
ribuan orang berlangsung di 140 kota di AS, sebagian disertai bentrok antara
warga dan polisi. Aksi memprotes rasialisme dan kematian Floyd selanjutnya
melebar ke Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, serta Belgia.
Ribuan orang menggelar aksi yang sama di Brasil, Tunisia, Afrika Selatan,
Australia, hingga Jepang, Korea Selatan, Hong Kong dan sejumlah negara lain.
Di banyak unjuk rasa itu, slogan "Black Lives Matter" kerap hadir dan disertai
aksi massa berlutut dengan satu kaki, sebagai simbol memprotes kasus
kematian Floyd. Di media sosial, kampanye gerakan protes ini membikin tagar
#BlackLivesMatter bertambah populer. Dukungan untuk gerakan ini muncul
pula dari banyak tokoh dunia, pesohor, atlet hingga kepala pemerintahan.
Floyd kini seolah menjadi simbol gerakan global melawan rasisme.
Kronologi Kasus Kematian George Floyd. Sebelum meninggal, George Floyd
membeli rokok di sebuah toko kelontong di Minneapolis. Tak berselang lama,
dua pegawai toko menghampiri Floyd. Mereka meminta Floyd
mengembalikan rokok seharga USD20, dengan alasan ia membelinya memakai
uang palsu. Namun, Floyd menolak permintaan itu. Dua pegawai itu lalu balik
kanan. Salah seorang pegawai Cup Foods ternyata kemudian menelepon 911,
dan menyebut Floyd "dalam kondisi sangat mabuk." Menurut laporan NPR,
manajemen Cup Foods dan pemiliknya yang merupakan warga AS keturunan
Arab, Mahmoud Abumayyaleh sebenarnya tidak terbiasa memanggil polisi
jika terjadi kasus sepele, seperti uang palsu. Komunitas kulit hitam di
lingkungan sekitar Toko Cup Foods mengakui hal itu. Panggilan ke 911
tersebut memang menjadi semacam "vonis mati" bagi Floyd. Hanya berselang
beberapa menit, sejumlah polisi datang membekuk Floyd dan dua jam
kemudian, ia tewas.
Kasus Floyd hanya puncak dari gunung es praktik diskriminasi rasial di negara
Donald Trump. Data kasus tindakan brutal polisi AS terhadap warga kulit
hitam selama ini sudah berjibun. AS dapat dibilang menjadi negeri berbahaya
dan diskriminatif bagi orang-orang kulit hitam. Data Statista menyebut warga
Amerika kulit hitam hampir tiga kali lebih mungkin mati karena tindakan
polisi AS, dibandingkan orang kulit putih. AlJazeera pun melaporkan, selama

3
Interaksi dan Struktur Sosial

2013-2019, polisi di AS telah membunuh 7.666 orang. Warga kulit hitam AS


adalah 13 persen dari total populasi AS, namun peluang mereka dibunuh polisi
"dua setengah kali lipat" dari warga kulit putih.
Gerakan Black Lives Matter dan Protes Antirasisme
Kebrutalan polisi AS terhadap warga kulit hitam beriringan dengan
diskriminasi rasial yang sudah sistemik. Dampaknya: kesenjangan berbau
rasial, termasuk dalam hal ekonomi. Kesenjangan pun semakin tampak ketika
pandemi. Riset terbaru dari the Economic Policy Institute (EPI), lembaga
swadaya yang berfokus mengkaji kebijakan ekonomi di AS, mencatat bahwa
selama pandemi corona terjadi, rata-rata pengangguran di komunitas kulit
hitam mencapai 16,8 persen dan kulit putih 14,2 persen. Pada bulan April 2020,
saat pandemi membikin ekonomi AS limbung, lebih dari separuh populasi
kulit hitam dewasa di AS tidak bekerja.
Belum lagi, selama ini ada kesenjangan gaji kulit putih dan kulit hitam. Data
2018 lalu menunjukkan, rata-rata tingkat kemiskinan warga kulit hitam AS 20,7
persen. Sedangkan kulit putih hanya 8,1 persen. Pandemi corona yang telah
menyebabkan 115 ribu jiwa lebih meninggal di AS memperjelas realitas
kesenjangan rasial. Data dari Central for Disease Control (CDC) menunjukkan
rata-rata kematian warga kulit hitam karena Covid-19 adalah 22 persen,
sementara kulit putih 12 persen.
Protes atas kematian Floyd juga membuat gerakan Black Lives Matter, yang
lahir beberapa tahun lalu, kembali menemukan momentumnya. Bahkan, kali
ini mendapatkan dukungan aksi solidaritas di banyak negara. Black Lives
Matter bermula pada tahun 2013 setelah Alicia Garza mengunggah sebuah
kalimat di Facebook. "Orang-orang kulit hitam. Aku mencintaimu. Aku
mencintai kita," tulis Alicia. "Nyawa kita berarti." Unggahan itu luapan
kemarahan Alicia. Tulisan Alicia lalu diunggah ulang oleh Patrisse Cullors
yang mengakhiri unggahannya dengan tagar #BlackLivesMatter. Unggahan
Alicia dan Patrisse cepat menyebar disertai tagar #BlackLivesMatter. Tagar itu
lalu selalu digunakan saat ada kasus rasisme dan ketidakadilan ke warga kulit
hitam mencuat di AS.
Kini, Black Lives Matter mulai tumbuh menjadi gerakan global. Black Lives
Matter Foundation, yang diinisiasi oleh Alicia, Patrisse dan Opal, telah
memiliki basis di AS, Inggris dan Kanada. Organisasi ini menyatakan, misi
utama mereka ialah membangun kekuatan lokal untuk melawan segala tindak
kekerasan terhadap warga kulit hitam, baik yang dilakukan oleh negara
maupun aksi vigilante sipil, terutama kulit putih.
Meski begitu, Black Lives Matter Foundation juga menegaskan bahwa tujuan
utama mereka adalah demi kemanusiaan, sekaligus memperjuangkan nasib
mereka yang terpinggirkan, melalui "gerakan pembebasan kulit hitam."
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Sumber: https://tirto.id/kenapa-kematian-george-floyd-picu-demo-black-
lives-matter-mendunia-fD7C).

4
Interaksi dan Struktur Sosial

Dalam kasus 2.2 “Kenapa Kematian George Floyd Picu Demo Black Lives
Matter Mendunia?, terdapat suatu realitas sosial, bahwa kejadian tewasnya
Floyd mendorong terjadinya gerakan protes dari warga Amerika Serikat atas
tindakan sewenang-wenang aparat kepolisian yang berakibat pada tewasnya
seseorang. Gerakan protes tidak hanya dilakukan oleh kelompok ras kulit
hitam melainkan juga oleh ras kulit putih warga Amerika Serikat, bahkan
gerakan protes ini semakin menglobal dengan gerakan tagarnya
#blacklivesmatter di media sosial. Di Indonesia pun, juga dijadikan
momentum bagi perbaikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam hal ini muncul tagar #papualivesmatter.
Gerakan protes tersebut merupakan fenomena konflik sosial yang memiliki
ciri-ciri interaksi sosial dan fungsi sebagai berikut:
1. Terdapat pertentangan sosial antar individu melalui konflik kelas (antar
kelas warga sipil dengan kelas polisi, meningkat menjadi antar
kelompok ras kulit hitam dengan kelompok ras kulit putih)
2. Konflik tersebut memiliki fungsi positif memperkuat ikatan dan
adaptasi orang-orang dalam kelompok ras kulit hitam
3. Konflik memberikan kontribusi mengatur kembali hubungan sosial
antar kelompok, melalui safety value/ katup penyelamat gerakan “black
lives mater” yaitu dalam rangka mempertahankan situasi agar tidak
membahayakan kepentingan kelompok dan juga kelangsungan hidup
mereka.
4. Konflik memunculkan kesadaran “kebenaran abadi” yaitu keadilan
sosial yang harus dijaga dalam membangun struktur sosial, dan
terbentuknya sistem sosial warga AS.

Definisi dan Syarat-syarat Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial.
Menurut Gillin dan Gillin (1954), interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-
perorangan dengan kelompok manusia. Contohnya secara berturut-turut
adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara orang perorangan. Apabila dua orang bertemu, dan
kemudian saling bertegur sapa, berbicara, maka terjadi interaksi sosial.
Ketika penerimaan mahasiswa baru IPB di Gedung Common Class Room
(CCR) - TPB, Dewi lulusan sebuah SMA di Malang memasuki ruangan
dengan ragu-ragu, dan akhirnya duduk di sudut bersama-sama dengan
mahasiswa baru lainnya ditempat yang disediakan. Ia pun berkenalan
dengan Mirta, orang yang persis duduk disamping kanannya. Mirta

5
Interaksi dan Struktur Sosial

lulusan sebuah SMA di Ujung Pandang. Dalam pembicaraan, ternyata


mereka sama-sama diterima sebagai mahasiswa departemen
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan
bersepakat untuk mencari tempat kost bersama;
2. Hubungan antara kelompok-kelompok manusia. Andi seorang
penduduk kampung Melayu tak sengaja menabrak Hari seorang
penduduk dari kampung sebelah, ketika dalam perjalanan pulang ke
rumah dengan mengendarai sepeda motornya. Teman-teman Hari
kemudian memukul Andi, karena melihat Hari terluka. Merasa tidak
terima, keesokan harinya Andi bersama teman-teman sekampungnya
datang melabrak dan menantang berkelahi pemuda kampung sebelah.
Permusuhan antara kedua pemuda tersebut merupakan interaksi sosial
yang tidak lagi menyangkut hubungan antara dua pribadi, tetapi sudah
merupakan hubungan antara kelompok-kelompok sosial; dan
3. Hubungan antara perorangan dengan kelompok manusia. Sebagai
seorang Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), Doni secara rutin
mengunjungi kelompok tani di wilayahnya. Meskipun masih muda,
Doni mampu memahami dan mencari solusi bersama atas masalah dan
kebutuhan yang dihadapi kelompok tani, yang beranggotakan laki-laki
maupun perempuan. Akhirnya dalam setiap diskusi, para petani juga
menghargai pendapat Doni dan menerima kesepakatan solusi untuk
meningkatkan usaha tani mereka. Interaksi sosial berlangsung apabila
terjadi reaksi dari kedua belah pihak.
Sejalan dengan itu, Soekanto (1990) mendefinsikan interaksi sosial sebagai
proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika
individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan
sistem dan hubungan sosial.
Interaksi sosial dapat pula dilihat sebagai proses dimana orang
mengorientasikan dirinya pada orang lain dan bertindak sebagai respon
terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang lain (Calhoun et.all,
1994). Kata sosial menyatakan bahwa lebih dari seorang yang terlibat, dan
interaksi berarti bahwa terjadi saling mempengaruhi satu sama lain.
Interaksi sosial mempunyai tujuan tertentu. Orang bertindak dan bereaksi
terhadap yang lain dalam rangka mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu
interaksi sosial merupakan suatu peristiwa ketika tindakan yang dilakukan
oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan
menggunakan tindakan yang dilakukan oleh individu lain tsb. (Homans
dlm Johnson, 1994). Misalnya, “transaksi antara pedagang buah dengan
pembeli”, pedagang berupaya membujuk pembeli agar dagangannya laku,
sedangkan pembeli berupaya menawar harga agar dapat membeli buah
dengan harga murah”.

6
Interaksi dan Struktur Sosial

Di dalam masyarakat, interaksi sosial adalah perilaku dari dua orang atau
lebih yang diberikan makna oleh pelakunya, dalam bingkai budaya yang
berlaku (Durkheim dlm Johnson, 1994). Kita bisa melihat pengaruh
masyarakat dalam perilaku sehari-hari, termasuk perilaku dasar seperti cara
bicara, pola sentuhan, dan siapa orang yang menarik perhatian kita.
Barangkali anda menyangka hal ini adalah “alamiah”, pola perilaku kita
sebenarnya berakar di dalam kebudayaan. Kontek budaya dari interaksi sosial
berperan sangat besar dalam memahami perilaku. Perilaku kita yang
dianggap wajar, bisa diartikan negatif oleh masyarakat lainnya. Misalnya,
menyetop kendaraan umum menggunakan tangan kiri di Jabotabek adalah hal
yang biasa. Namun, jika hal ini anda lakukan di sebagian wilayah Sumatera
Barat atau Riau, maka bisa dipastikan anda tidak akan mendapat kendaraan:
di sini melambaikan tangan kiri ke kendaraan umum dianggap sebagai
penghinaan kepada pengemudinya.
Syarat Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat (Soekanto, 1990), yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
Kata “kontak” berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara harfiah berarti bersama-
sama menyentuh. Sebagai gejala sosial, kontak tidak perlu berarti hubungan
badaniah, karena orang dapat berhubungan dengan pihak lain dengan cara
berbicara, secara langsung maupun melalui telpon, surat, dan internet.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: (a) antara orang
perorangan, misalnya antara seorang anak dengan temannya, (b) antara orang
per orangan dengan suatu kelompok, misalnya antara seorang anak dengan
keluarganya, dan (c) antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya,
misalnya antara kelompok mahasiswa asal Semarang dengan kelompok
mahasiswa asal Malang.
Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif,
mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan interaksi
sosial. Kontak sosial dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer
terjadi apabila mengadakan hubungan langsung bertemu dan dan berhadapan
muka, misalnya berjabat tangan, saling senyum. Sedangkan kontak sekunder
memerlukan perantara, misalnya A ingin berkenalan dengan B melalui C.
Komunikasi berperan untuk pertukaran pesan yang membentuk sebuah
pengertian baru diantara pihak yang berinteraksi (Soekanto, 1990). Dalam
komunikasi kemungkinan terjadi berbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, komunikasi dapat menghasilkan
suatu kerjasama, tetapi sebaliknya dapat pula menghasilkan pertikaian karena
kesalahpahaman.

7
Interaksi dan Struktur Sosial

Komunikasi verbal dan non-verbal. Pola interaksi sosial juga melekat pada bahasa
yang kita gunakan, karena bahasa sangat dipengaruhi oleh budaya dan
masyarakat. Lebih dari itu, komunikasi bukan sekedar apa yang anda katakan,
tapi juga bagaimana anda mengatakan apa dan kepada siapa. Anda dengan
mudah melihat pengaruh budaya pada bagaimana cara orang berbicara,
khususnya saat berbicara dalam kontek yang berbeda. Komunikasi non-verbal
juga sebentuk interaksi sosial dan dapat dilihat dalam berbagai pola sosial.
Cukup mengejutkan bahwa sebagian besar komunikasi kita berwujud non-
verbal, meskipun kita hanya menyadari sedikit saja porsi “percakapan” non-
verbal tadi. Perhatikan komunikasi non-verbal dalam percakapan sehari-hari:
posisi tubuh, anggukan kepala, kontak mata, expresi wajah, sentuhan dan
sebagainya. Studi komunikasi non-verbal menunjukkan bahwa hal ini
dipengaruhi oleh aspek sosial termasuk hubungan antara berbagai kelompok
orang. Makna komunikasi non-verbal juga sangat ditentukan oleh ras, etnis,
kelas sosial dan gender.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


“Ketika saya melakukan sesuatu karena anda, dan anda melakukan sesuatu
karena saya, maka kita telah melakukan interaksi sosial”. Apa yang sedang
berlangsung disebut interaksi sosial atau saling melakukan tindakan sosial
bersama (Charon, 1980). Interaksi berarti dua orang atau lebih terlibat dalam
tindakan sosial bersama, setiap orang menjadi subjek sekaligus objek dari
tindakan orang lain.
Sebelum hubungan-hubungan sosial (interaksi sosial) tersebut menjadi suatu
hubungan yang terpola (stabil), maka akan dialami suatu proses sosial menuju
bentuk yang konkrit, suatu hubungan yang terpola sesuai dengan nilai-nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat. Merujuk Soekanto (1982), proses sosial
adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan
kelompok kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentuk-bentuk hubungan tersebut.
Menurut Gillin dan Gillin (1954), ada dua macam proses sosial yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi sosial, sehingga keduanya sekaligus menunjuk
pada bentuk-bentuk interaksi sosial, yaitu:
1. Proses sosial yang mendekatkan atau mempersatukan (asosiatif); dan
2. proses sosial yang menjauhkan atau mempertentangkan (disosiatif).

8
Interaksi dan Struktur Sosial

Proses-Proses Sosial Asosiatif


Proses sosial yang mendekatkan (asosiatif) atau mempersatukan dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Kerjasama (Cooperation)
Kerjasama berarti bekerja bersama dalam rangka mencapai sesuatu tujuan
bersama. Istilah kerjasama di sini adalah padanan kata cooperation (co:
bersama; operate: bekerja). Faktor-faktor yang mendorong (motivasi) terjadinya
kerjasama menurut Chitambar (1973) meliputi:
(a) Motivasi atau kepentingan pribadi: tolong-menolong misalnya adalah
bentuk kerjasama untuk mewujudkan kepentingan pribadi;
(b) Kepentingan umum: misalnya gotong-royong atau kerjabakti
memperbaiki saluran irigasi atau jalan desa;
(c) Motivasi altruistik: semangat pengabdian (ibadah) demi kemanusiaan,
panggilan atau motivasi tanpa pamrih untuk menolong sesama; dan
(d) Tuntutan situasi: misalnya karena ada bencana alam, semua orang
kena musibah, sependeritaan, sehingga terdorong untuk bekerja sama
mengatasi situasi.
Di dalam masyarakat pedesaan terdapat bentuk-bentuk kerjasama yang
spesifik, yaitu:
(a) Gotong-royong dan kerja bakti. Pada gotong-royong, ide datang dari
dalam desa dan kerja sama tanpa imbalan. Sebaliknya pada kerja bakti,
ide datang dari atas-desa, dan kerja dengan imbalan (misalnya: padat-
karya). Dalam mengkaji gotong-royong orang saling membedakan
jiwa (semangat) gotong-royong dan aktivitas gotong-royong. Jiwa
(semangat) gotong-royong (yang menjiwai aktivitas) mengandung
prinsip-prinsip “perasaan rela terhadap sesama warga masyarakat
untuk kebutuhan bersama”, dan “kepentingan umum dinilai lebih
tinggi dari kepentingan perorangan”.
(b) Tolong menolong: kerjasama untuk mencapai kepentingan
perorangan, misalnya sambatan, mapalus, rereongan, dan arisan; dan
(c) Musyawarah: kerjasama untuk mencapai kompromi.
Aktivitas gotong-royong, tolong-menolong dan musyawarah sama-sama
mengerakkan orang secara massal, tetapi dengan tujuan yang berbeda (Tabel
2.1.).

9
Interaksi dan Struktur Sosial

Tabel 2.1. Matriks perbandingan tujuan gotong-royong/kerjabakti, tolong-


menolong dan musyawarah
No Aktivitas Tujuan
1. Gotong-royong/Kerjabakti Kepentingan Umum
2. Tolong-menolong (sambatan, mapalus, Keperluan perorangan
rereongan, gaga-gili, parapona, dan lain-
lain).
3. Musyawarah Kompromi

2. Akomodasi (Accommodation)
Akomodasi (accommodation) adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-
usaha mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara di antara pihak-
pihak yang berkonflik, paling sedikit dalam hal-hal yang disepakati.
Akomodasi bisa juga diartikan sebagai usaha meredakan pertentangan
menjadi keadaan stabil.
Penting membedakan antara akomodasi sebagai suatu proses dan sebagai
suatu hasil dari interaksi sosial. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk
pada usaha-usaha orang atau grup untuk meredakan suatu pertentangan,
untuk mencapai kestabilan atau kelangsungan hubungan antar-grup.
Sementara itu, sebagai suatu hasil interaksi sosial, akomodasi menunjuk pada
suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan baru setelah pihak-pihak yang
berkonflik berbaikan kembali.
Bentuk-bentuk akomodasi antara lain adalah sebagai berikut (Soekanto,1990):
(a) Paksaan: paksaan satu golongan terhadap golongan lainnya (tuan-
budak; apartheid);
(b) Kompromi: saling mengurangi tuntutan (penyelesaian perselisihan);
(c) Mediasi: pihak ketiga yang menjadi penengah tidak lebih kuat (netral);
(d) Konsililasi: saling mempertemukan/ menyesuaikan keinginan pihak-
pihak yang berselisih demi pencapaian tujuan bersama (conciliation:
rujuk); dan
(e) Toleransi: saling menghormati.
3. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi (assimilation) adalah proses sosial yang ditandai dengan usaha-usaha
mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia. Ia juga ditandai oleh usaha-usaha
mempertinggi kesatuan tindak dan sikap, dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama. Dalam asimilasi terjadi proses saling
menyesuaikan antar-budaya yang berbeda, dengan menerima unsur baru satu

10
Interaksi dan Struktur Sosial

sama lain, sehingga perbedaan kebudayaan tidak muncul lagi. Syarat-syarat


terjadinya asimilasi adalah:
(a) Ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaan; dan
(b) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif dalam waktu yang lama; sehingga
(c) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok orang tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Proses-Proses Sosial Dissosiatif
Sedangkan proses sosial yang menjauhkan/mempertentangkan (dissosiatif)
dapat diperinci sebagai berikut:
1. Persaingan (Competition)
Persaingan atau kompetisi (competition) adalah suatu proses sosial dimana dua
orang atau lebih berjuang dengan bersaing satu sama lain untuk memiliki atau
mempergunakan barang-barang yang berbentuk material atau bukan material.
Di dalam persaingan tidak ada unsur ancaman atau kekerasan. Tidak ada
intrik atau saling curiga. Masing-masing pesaing punya jalur sendiri,
sebagaimana peserta lomba renang memiliki jalur masing-masing.
Ada dua tipe persaingan, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan yang
tidak bersifat pribadi. Dalam persaingan pribadi, orang perorangan secara
langsung bersaing untuk, misalnya, meraih kedudukan tertentu dalam suatu
organisasi. Dalam persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang langsung
bersaing adalah kelompok. Misalnya dua perusahaan bersaing untuk
mendapatkan monopoli di wilayah tertentu.
Kedua tipe persaingan di atas dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan,
antara lain:
(a) Persaingan di bidang ekonomi, misalnya produsen bersaing merebut
pasar dengan cara meningkatkan mutu produk, atau menekan harga
produk;
(b) Persaingan di bidang kebudayaan, misalnya persaingan antara sistem
pendidikan barat dengan sistem pendidikan pesantren (Islam
Indonesia);
(c) Persaingan untuk mencapai kedudukan dan peranan tertentu dalam
masyarakat, misalnya persaingan menjadi lurah; dan
(d) Persaingan karena perbedaan ras (yang juga tergolong persaingan di
bidang kebudayan).
Persaingan memiliki sejumlah fungsi, yaitu:
(a) Sarana menyalurkan hasrat untuk memperoleh sesuatu yang dihargai
masyarakat;

11
Interaksi dan Struktur Sosial

(b) Suatu jalan agar menjadi pusat perhatian. Misalnya, menemukan


sesuatu yang baru dalam masyarakat;
(c) Alat seleksi untuk mendudukkan individu pada kedudukan atau
peranan yang sesuai; dan
(d) Alat penyaring dalam pembagian kerja, yakni orang menjadi
terkategori atau terspesialisasi menurut bidang tertentu yang
dikuasainya.
2. Kontravensi (Contravention)
Kontravensi (contravention) merupakan bentuk antara persaingan dan konflik.
Dalam kontravensi ada unsur intrik, misalnya fitnah. Kontravensi ditandai
dengan gejala-gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, atau suatu
rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian terhadap
kepribadian seseorang. Mengutip Von Weise dan Becker (1932), Soekanto
(1990) memerinci bentuk-bentuk kontravensi sebagai berikut :
(a) Umum, misalnya penolakan dan keengganan;
(b) Sederhana, misalnya menyangkal di muka umum dan memaki
orang lain;
(c) Intensif, misalnya menghasut dan menyebar desas-desus;
(d) Rahasia, misalnya berkhianat dan membocorkan rahasia; dan
(e) Taktis, misalnya kampanye dan mengejutkan atau
membingungkan pihak lawan
3. Konflik (Conflict)
Konflik (conflict) adalah proses sosial dimana orang-perorangan atau
kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
pihak lain atau lawan dengan ancaman dan/atau kekerasan. Sumber konflik
dalam masyarakat antara lain: (a) penguasaan tanah atau sumber-sumber
ekonomi umumnya; (b) kedudukan atau gengsi sosial politik; (c) perjodohan
atau perkawinan.
Fungsi Konflik Sosial (Coser):
1. Konflik memperkuat ikatan kelompok (group binding functions of
conflict): terdapat in-group, out-group, we group, dan posisi hierarkis:
terdapat pemisahan dan pembedaan kelas sosial yang bervariasi,
namun menjamin stabilitas struktur sosial secara keseluruhan.
2. Ada safety value atau katup penyelamat: merupakan mekanisme
khusus yang digunakan kelompok untuk mencegah konflik sosial
yang lebih besar yang berpotensi merusak struktur keseluruhan.
3. Perilaku bermusuhan terjadi lebih siap pada kelompok yang memiliki
hubungan sosial yang erat

12
Interaksi dan Struktur Sosial

4. Konflik dengan kelompok lain meningkatkan kohesi internal: lebih


sadar tentang ikatan mereka dan mendefinisikan diri sebagai
perjuangan dengan kelompok lain; akan memperkuat kohesi internal
kelompok dan meningkatkan partisipasi mereka (sistem nilai sama).
5. Konflik dan ideologi: muncul gagasan (ideal) dari motivasi individu ke
kebenaran yang abadi (eternal truth) (Sumber: Lewis A. Coser dalam
Margaret M, Paloma 2010)
Lima Tipe Interaksi Sosial Kekinian
Terdapat lima tipe interaksi sosial kekinian yang berkembang dari tipe-tipe
interaksi sosial terdahulu. Kelima tipe interaksi sosial yang terdapat dalam
masyarakat hari ini adalah sebagai berikut.
(a) Exchange. Pertukaran (exchange) atau pertukaran sosial (social
exchange) adalah tipe interaksi sosial yang tampak dalam transaksi
perdagangan atau transaksi-bisnis. Interaksi tersebut berlangsung baik
di dalam ruang konvensional maupun di ruang maya/virtual secara
digital. Pertukaran atau exchange adalah interaksi sosial yang terjadi
antar-individu atau antar-kelompok atau individu dengan kelompok.
Terdapat harapan antara mereka yang berinteraksi yaitu mendapatkan
imbalan atas interaksi tersebut – receive a reward in return of action.
Artinya, ada alasan rasional dari interaksi tersebut yaitu manfaat
ekonomi maupun sosial yang diperoleh. Misalnya: pertukaran yang
terjadi antara penyedia jasa ojeg online dengan customer atau
konsumen jasa ojeg online. Pengemudi ojeg berharap akan upah dalam
bentuk uang sebagai nafkah, sementara customer atau konsumen
berharap mendapatkan manfaat dari jasa pengantaran ke suatu tempat
secara efisien. Kedua belah pihak mendapatkan manfaat yang
sebanding. Interaksi sosial jenis ini beresiko, manakala salah satu pihak
mengingkari janji (wanprestasi), tidak dapat memegang amanah, yang
membuat para pihak tidak sesuai harapan pertukaran. Resiko
pertukaran yang tidak disertai sikap saling-percaya dan saling
bertanggung jawab, dapat berujung pada konflik sosial antara pihak-
pihak yang bertukar.
(b) Conflict. Konflik (conflict) atau konflik sosial (social conflict) adalah tipe
interaksi sosial yang tampak pada perselisihan antara dua individu
atau dua kelompok yang berbeda pandangan atas satu obyek tertentu.
Masing-masing individu atau kelompok berbeda ekspektasi (harapan)
atas obyek tertentu sehingga terjadi ketidaksesuaian paham yang
berujung pada upaya untuk saling menguasai pendapat. Salah satu
individu berusaha memaksakan kehendak dengan paksa kepada
lawannya – deliberately control by force to contain the opponent. Konflik
sosial dapat terjadi pada derajat yang paling sederhana seperti terjadi
pada upaya saling menjatuhkan satu sama lain melalui gossip,

13
Interaksi dan Struktur Sosial

hasutan, fitnah dan sejenisnya. Di dunia media sosial, konflik paling


rendah derajatnya terjadi pada kejadian saling serang atau saling
sindir ataupun saling melempar (melancarkan) pemberitaan dengan
isi pesan hoax (berita bohong), hate-speech (ujaran kebencian),
maupun fake-news (berita palsu) dengan tujuan menjatuhkan pihak
lawan. Ketika semakin serius, konflik sosial bereskalasi (meningkat)
intensitasnya menjadi lebih intens seperti terjadi pada adu-fisik
(berkelahi) antar orang-orang atau kelompok yang berseteru atas
sebuah obyek tertentu misalnya berebut uang, berebut tanah-warisan,
berebut pacar, berebut suara dalam pemilihan umum. Konflik sosial
dalam intensitas yang sengit sering terjadi dengan disertai oleh
tindakan violence (tindak-kekerasan) yang beresiko jatuhnya korban
jiwa ataupun hilangnya harta-benda. Derajat konflik sosial tertinggi
terjadi pada peperangan atau aksi-penghancuran oleh satu pihak
kepada pihak yang lain. Konflik sosial berskala besar (melibatkan
banyak negara dengan jumlah korban jiwa secara masif) di dunia
pernah terjadi pada masa perang dunia kesatu (1930) dan perang dunia
kedua (1945). Kini konflik sosial paling menantang adalah konflik
sosial derajat rendah yang terjadi di dunia maya, media sosial seperti
Whatsapp Group, Facebook, Twitter, ataupun media sosial lainnya. Di
media sosial, konflik antar kelompok cenderung membuat persaingan
yang tidak sehat serta memisahkan satu orang dengan lainnya.
Muncullah kemudian blok-blok di dalam interaksi sosial di media
sosial. Terdapat blok yang pro versus blok yang anti terhadap sesuatu.
Ke dalam sebuah blok yang sesama pendapat, muncullah perasaan in-
group feeling (perasaan satu pendapat atau satu suara yang sama).
Sementara terhadap seteru/lawan, muncullah perasaan bahwa pihak
yang tak senada pendapatnya, sebagai out-group (kelompok lawan).
(c) Competition. Persaingan atau kompetisi (competition) adalah bentuk
atau tipe interaksi sosial yang berlangsung antara individu-individu
dalam mendapatkan sesuatu, yang seringkali ketersediaanya tidak
tersedia secara melimpah. Contoh paling mudah adalah persaingan
mendapatkan bangku kuliah di antara para lulusan sekolah lanjutan
atas (Sekolah Menengah Atas/SMA) yang berusaha mendapatkan satu
tempat berkuliah di sebuah perguruan tinggi. Para siswa bahkan telah
harus bersiap untuk bersaing sejak di masa SMA dengan berlomba
mendapatkan nilai yang baik pada setiap mata pelajaran yang
diikutinya. Persaingan sering disertai oleh perasaan lelah, letih dan
stress. Kompetisi yang melelahkan juga terjadi pada para kontestan
(peserta) di ajang pencarian bakat seperti American Idol atau
Indonesian Idol yang sangat ketat tingkat persaingannya. Persaingan
berat juga terjadi pada atlet yang mengikuti lomba lari atletik (lomba
lari sprint maupun lomba lari marathon jarak jauh) pada Asian Games

14
Interaksi dan Struktur Sosial

ataupun Olimpiade. Interaksi sosial pada jenis persaingan terjadi pada


individu-individu yang mengikuti acara tersebut tanpa disertai upaya
untuk saling menjatuhkan secara kasar dan secara fisik. Tidak ada
upaya seseorang untuk saling melukai saingannya dalam ajang
perlombaan tersebut. Pun, tidak ada upaya seseorang untuk
membunuh lawan dalam pertandingan tersebut. Pada titik ini,
persaingan sosial berbeda dengan konflik sosial yang seringkali
diwarnai oleh upaya untuk melukai (walau hanya melukai perasaan)
dari lawan. Ujung dari sebuah persaingan adalah dicapainya tujuan
oleh pemenang (sang juara) yang memenangi persaingan tersebut.
(d) Cooperation. Kerjasama (cooperation) adalah bentuk interaksi sosial
yang terjadi antara beberapa individu atau beberapa kelompok yang
saling bahu-membahu, saling bantu-membantu atau ber-kolaborasi
dalam mencapai sebuah tujuan yang bila tujuan tersebut tercapai maka
manfaatnya tidak hanya berguna bagi mereka semata-mata, melainkan
masyarakat luas. Dalam permainan sebuah game, seringkali seseorang
tidak bisa menyelesaikan persoalan secara sendiri-sendiri melainkan
harus bersama-sama. Disana, terjadi kerjasama yang berujung bagi
kemenangan bersama. Di dalam masyarakat, sering dijumpai
kerjasama pertetanggaan (neighbourhood project) seperti misalnya
membuat taman di kompleks sebuah perumahan secara bersama-
sama. Hasil akhir dari sebuah kerjasama adalah kebahagiaan bersama.
Namun demikian, konsep kerjasama tidak terbatas hanya dalam
pengertian kebaikan (action that is permitted by law atau sesuai dengan
norma hukum) saja. Seringkali terjadi juga kerjasama dalam kegiatan-
kegiatan melawan hukum (action that is not permitted by law) atau
melawan norma-norma sosial. Kerjasama dalam kejahatan seperti
korupsi yang terorganisir oleh beberapa pihak adalah bagian dari
kerjasama juga. Artinya, kerjasama bisa berkonotasi positif maupun
berkonotasi negatif dalam konteks norma hukum yang berlaku.
Namun demikian, konsep interaksi sosial kerjasama lebih sering
digunakan dalam konteks yang legal atau lawfully seperti kerjasama
orang-orang dalam membangun jalan raya, kerjasama orang-orang
dalam membangun bisnis dan perusahaan, dan sebagainya.
(e) Accommodation. Akomodasi (accomodation) adalah sebuah interaksi
sosial yang mempertemukan pihak-pihak atau individu-individu atau
kelompok-kelompok yang sedang berkonflik tentang sebuah urusan
tertentu untuk didamaikan sedemikian rupa, sehingga interaksi
mereka berubah dari konflik menjadi sebuah kerjasama. Itu sebabnya,
akomodasi berada di tengah-tengah antara konflik dan kerjasama – a
state of balance between conflict and cooperation. Sebagai contoh dari
interaksi sosial berbentuk akomodasi adalah pembagian kerja dalam
sebuah kelompok yang berisi beragam asal-usul serta ras-etnisitas,

15
Interaksi dan Struktur Sosial

gender, atau beragam usia di antara orang-orang yang ada di


dalamnya. Perbedaan gender, usia, asal-usul, ras atau etnisitas,
biasanya memicu perbedaan sosial yang berpotensi konflik. Dalam
kondisi yang sangat aneka warna atau beragam tersebut (social diversity
atau social differences), maka potensi konflik antar individu berbeda
latar belakang perlu diredam dengan cara pembagian peran yang adil
dan seimbang antar orang-orang berbeda-beda secara sosial tersebut
menuju kolaborasi atau kerjasama yang positif. Proses akomodasi dari
konflik menjadi kerjasama dapat berlangsung melalui proses yang
demokratis, atau melalui dialog dan komunikasi secara intensif.
Struktur organisasi dalam sebuah kepengurusan adalah salah satu
bentuk akomodasi atas peran-peran yang dimainkan orang-orang agar
tidak berbenturan satu sama lain sehingga kerjasama menjadi efisien
dan efektif. Dapat dibayangkan bila sebuah organisasi dijalankan
tanpa struktur dimana setiap orang berkonflik sesamanya di satu
waktu, dan bekerjasama di waktu yang lain. Dengan dilakukan
struktur atas fungsi-fungsi yang terdefinisi dengan jelas pada siapa-
mengerjakan-apa (who does what), maka benturan kepentingan dapat
dihindari sementara kerjasama berlangsung lebih efisien.

Cooperation Social Exchange

Social
Social Conflict
Competition

Accomodation

Gambar 2.1. Tipe Interaksi Sosial Kekinian (Dharmawan, 2020)


Interaksi Sosial di Ruang Siber
Saat orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui
computer/telepon cerdas—melalui komunitas virtual seperti email, Twitter,
Facebook, IG, atau Linkedin—mereka melakukan interaksi ruang siber
(interaksi virtual). Karakter interaksi ruang siber berubah sangat cepat sejalan
dengan perubahan teknologi. Beberapa tahun yang lalu, interaksi non-verbal

16
Interaksi dan Struktur Sosial

tidak ada dalam ruang siber, karena kita tidak bisa “melihat” tampang orang
lain. Dengan ruang siber berbasis video, maka orang bisa menampilkan video
diri mereka sendiri. Teknologi ini memungkinkan orang, apa yang disebut
sosiolog menampilkan presentasi “self” dan melakukan “manajemen impresi”.
Namun, dalam beberapa, hal ini bisa berakibat memalukan. Misalnya saja, jika
ada memposting gambar/video yang kurang senonoh, akan berakibat sangat
memalukan jika orang tua atau calon pemberi kerja mengunjungi laman
Facebook anda. Atau jika, mantan marah dan “mem-viralkan”-nya
(membuatnya dilihat oleh ribuan/jutaan orang).
Keberadaan media sosial (teknologi yang menghubungkan orang dalam
aktifitas sosial). Jika selama ini manajemen impresi hanya bisa dilakukan
menggunakan tatap muka, saat ini proses ini juga dibantu oleh teknologi
komputer. Meskipun surat kabar dan media cetak lainnya juga merupakan
media sosial, tapi perkembangan teknologi computer memberi dampak yang
jauh lebih dahsyat. Hal ini disebabkan kemampuan teknologi ini untuk
menjangkau orang dalam jumlah yang sangat besar. Terlebih, perkembangan
terkini juga memungkinkan orang untuk berkirim pesan secara interaktif.
Dulu, jika orang ingin berkumpul untuk menyalurkan hobi yang sama, mereka
harus hadir di lokasi tertentu. Beberapa generasi silam, orang tidak bisa
membayangkan keberadaan interaksi siber, di mana kita bisa menyalurkan
hobi dan berinteraksi dengan orang yang sama sekali tidak pernah ketemu
langsung.
Sosiolog telah berargumen bahwa peningkatan media sosial telah
menghubungkan orang sedemikian rupa sehingga melemahkan hubungan
sosial antar orang yang berdekatan secara fisik. Ambil contoh dua orang
mahasiswa yang sedang menunggu dosen, mereka bisa saja berhubungan
dengan ribuan orang di luar sana, akan tetapi tidak acuh terhadap rekan yang
duduk berdekatan. Banyak orang merasa diabaikan oleh anggota keluarga
yang main HP. Argumen yang sama juga muncul saat menyebarnya pesawat
telepon lebih dari seabad silam. Teknologi terkini (zoom, webex, google meet
dsb) memungkinkan dilakukannya beragam kegiatan bersama secara virtual.
Tidak bisa dipungkiri bahwa computer dan internet adalah pencapaian
terpenting masyarakat modern. Keduanya menyebabkan revolusi dalam
kehidupan sehari-hari: orang bisa berbelanja secara online, kerja dari rumah,
melakukan transaksi keuangan. Selain itu, teknologi ini juga menyebabkan
munculnya banyak fenomena social seperti perundungan siber (cyberbullying),
internet pornography, grooming melalui medsos, cybersuicide, internet addiction,
social isolation, rasisme, scam, doxing, pencurian data dan sebagainya.
Seperti halnya perubahan besar di dalam masyarakat, munculnya media social
akan memunculkan kontroversi dan debat. Namun, tidak ada keraguan
bahwa kecenderungan ini mendefinisikan ulang seluruh aspek kehidupan.

17
Interaksi dan Struktur Sosial

Tantangan dan Solusi


Tantangan Ke Depan
Seringkali interaksi sosial berlangsung tidak sesuai harapan. Artinya, sebuah
keadaan dimana secara ideal dapat tercipta sebuah kerjasama, ternyata yang
terjadi justru sebuah konflik. Seringkali, penjelasan tentang latar belakang
konflik dan kerjasama terletak pada identitas sosial orang-orang yang
berinteraksi sosial. Dengan kata lain, lima bentuk interaksi sosial di atas
seringkali harus dibawa ke dalam dimensi sosial yang lainnya yaitu status
sosial (social status) yang berisi identitas sosial seseorang atau sebuah
kelompok, untuk memahami tentang apa sesungguhnya yang terjadi. Dalam
dunia sosiologi, status sosial ditentukan oleh satu set-identitas seperti sebagai
berikut:
a. Gender – jenis kelamin yang datang secara alamiah pada seseorang.
b. Tingkat Pendidikan – yang sangat menentukan tingkat kompetensi
seseorang.
c. Ras atau etnisitas yang tidak diubah keberadaannya pada diri
seseorang.
d. Agama atau religi – jenis kepercayaan yang dianut oleh seseorang.
e. Tingkat pendapatan – gaji atau penerimaan bulanan yang menentukan
status sosial-ekonomi seseorang dari sisi kesejahteraannya.
Solusi
Identitas sosial menentukan bagaimana bentuk interaksi sosial yang akan
dibawakan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam membangun
pergaulan sosial dalam masyarakat. Di negara industri maju seperti USA, baru-
baru ini (Mei tahun 2020) terjadi sebuah interaksi sosial berjenis konflik
beraroma rasialisme yang memporakporandakan bangunan sosial bernama
kerjasama antar etnisitas dan antar ras (warga kulit putih dengan warga kulit
hitam) yang selama ini terbangun. Konflik sosial disertai violence dan
penjarahan terjadi sejak adanya kasus kematian Mr. G Floyd yang berkulit
hitam di tangan seorang polisi kulit putih (link youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=y3pwFnKpPCI).
Pertanyaan untuk diskusi dalam konteks konflik rasial dan etnis ini adalah:
(1) bagaimana mengelola perbedaan identitas sosial
(ras/etnisitas/agama) yang sekatnya sangat tegas di antara individu-
individu, agar kemudian tercipta sebuah kerjasama sosial yang positif?
Jelaskan pendapat anda.
(2) bentuk akomodasi apa yang harus dibangun oleh sebuah negara
dengan ciri identitas sosial yang sangat beragam agar terjadi
persaingan sosial yang positif demi kemajuan bangsa dan negara?
Jelaskan pendapat anda.

18
Interaksi dan Struktur Sosial

Daftar Pustaka
Brinkerhoff, David B. Lynn K. white. Suzanne T. Ortega. Rose Weitz. 2011.
Essentials of Sociology. Wadsworth, Cengage Learning.
Calhoun, C., et al., 1994. Sociology (6th edition). McGraw-Hill, Inc. USA.
Charon, J.M., 1980. The Meaning of Sociology. Alfred Publishing Co.Inc.
Gillin, J.L. & J.P. Gillin, 1954. Cultural Sociology (3rd printing). New York: The
Macmillan Co.
Johnson, Doeyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Margaret, M. Paloma. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ritzer, George. (ed). 2005. Encyclopedia of Social Theory. Volume II. Sage
Publications
Soekanto, S., 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

19

Anda mungkin juga menyukai