PB02 - Naskah Interaksi Sosial - Draft Final TSM - Edit 17.09.2020
PB02 - Naskah Interaksi Sosial - Draft Final TSM - Edit 17.09.2020
BAB II
INTERAKSI SOSIAL: MEMBANGUN
KERJASAMA DAN MEMFUNGSIKAN
KONFLIK SOSIAL
Titik Sumarti, Arya Hadi Dharmawan, Iman K. Nawireja, Lukman Hakim
1
Interaksi dan Struktur Sosial
2
Interaksi dan Struktur Sosial
3
Interaksi dan Struktur Sosial
4
Interaksi dan Struktur Sosial
Dalam kasus 2.2 “Kenapa Kematian George Floyd Picu Demo Black Lives
Matter Mendunia?, terdapat suatu realitas sosial, bahwa kejadian tewasnya
Floyd mendorong terjadinya gerakan protes dari warga Amerika Serikat atas
tindakan sewenang-wenang aparat kepolisian yang berakibat pada tewasnya
seseorang. Gerakan protes tidak hanya dilakukan oleh kelompok ras kulit
hitam melainkan juga oleh ras kulit putih warga Amerika Serikat, bahkan
gerakan protes ini semakin menglobal dengan gerakan tagarnya
#blacklivesmatter di media sosial. Di Indonesia pun, juga dijadikan
momentum bagi perbaikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam hal ini muncul tagar #papualivesmatter.
Gerakan protes tersebut merupakan fenomena konflik sosial yang memiliki
ciri-ciri interaksi sosial dan fungsi sebagai berikut:
1. Terdapat pertentangan sosial antar individu melalui konflik kelas (antar
kelas warga sipil dengan kelas polisi, meningkat menjadi antar
kelompok ras kulit hitam dengan kelompok ras kulit putih)
2. Konflik tersebut memiliki fungsi positif memperkuat ikatan dan
adaptasi orang-orang dalam kelompok ras kulit hitam
3. Konflik memberikan kontribusi mengatur kembali hubungan sosial
antar kelompok, melalui safety value/ katup penyelamat gerakan “black
lives mater” yaitu dalam rangka mempertahankan situasi agar tidak
membahayakan kepentingan kelompok dan juga kelangsungan hidup
mereka.
4. Konflik memunculkan kesadaran “kebenaran abadi” yaitu keadilan
sosial yang harus dijaga dalam membangun struktur sosial, dan
terbentuknya sistem sosial warga AS.
5
Interaksi dan Struktur Sosial
6
Interaksi dan Struktur Sosial
Di dalam masyarakat, interaksi sosial adalah perilaku dari dua orang atau
lebih yang diberikan makna oleh pelakunya, dalam bingkai budaya yang
berlaku (Durkheim dlm Johnson, 1994). Kita bisa melihat pengaruh
masyarakat dalam perilaku sehari-hari, termasuk perilaku dasar seperti cara
bicara, pola sentuhan, dan siapa orang yang menarik perhatian kita.
Barangkali anda menyangka hal ini adalah “alamiah”, pola perilaku kita
sebenarnya berakar di dalam kebudayaan. Kontek budaya dari interaksi sosial
berperan sangat besar dalam memahami perilaku. Perilaku kita yang
dianggap wajar, bisa diartikan negatif oleh masyarakat lainnya. Misalnya,
menyetop kendaraan umum menggunakan tangan kiri di Jabotabek adalah hal
yang biasa. Namun, jika hal ini anda lakukan di sebagian wilayah Sumatera
Barat atau Riau, maka bisa dipastikan anda tidak akan mendapat kendaraan:
di sini melambaikan tangan kiri ke kendaraan umum dianggap sebagai
penghinaan kepada pengemudinya.
Syarat Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat (Soekanto, 1990), yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
Kata “kontak” berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara harfiah berarti bersama-
sama menyentuh. Sebagai gejala sosial, kontak tidak perlu berarti hubungan
badaniah, karena orang dapat berhubungan dengan pihak lain dengan cara
berbicara, secara langsung maupun melalui telpon, surat, dan internet.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: (a) antara orang
perorangan, misalnya antara seorang anak dengan temannya, (b) antara orang
per orangan dengan suatu kelompok, misalnya antara seorang anak dengan
keluarganya, dan (c) antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya,
misalnya antara kelompok mahasiswa asal Semarang dengan kelompok
mahasiswa asal Malang.
Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif,
mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan interaksi
sosial. Kontak sosial dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer
terjadi apabila mengadakan hubungan langsung bertemu dan dan berhadapan
muka, misalnya berjabat tangan, saling senyum. Sedangkan kontak sekunder
memerlukan perantara, misalnya A ingin berkenalan dengan B melalui C.
Komunikasi berperan untuk pertukaran pesan yang membentuk sebuah
pengertian baru diantara pihak yang berinteraksi (Soekanto, 1990). Dalam
komunikasi kemungkinan terjadi berbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Oleh karena itu, komunikasi dapat menghasilkan
suatu kerjasama, tetapi sebaliknya dapat pula menghasilkan pertikaian karena
kesalahpahaman.
7
Interaksi dan Struktur Sosial
Komunikasi verbal dan non-verbal. Pola interaksi sosial juga melekat pada bahasa
yang kita gunakan, karena bahasa sangat dipengaruhi oleh budaya dan
masyarakat. Lebih dari itu, komunikasi bukan sekedar apa yang anda katakan,
tapi juga bagaimana anda mengatakan apa dan kepada siapa. Anda dengan
mudah melihat pengaruh budaya pada bagaimana cara orang berbicara,
khususnya saat berbicara dalam kontek yang berbeda. Komunikasi non-verbal
juga sebentuk interaksi sosial dan dapat dilihat dalam berbagai pola sosial.
Cukup mengejutkan bahwa sebagian besar komunikasi kita berwujud non-
verbal, meskipun kita hanya menyadari sedikit saja porsi “percakapan” non-
verbal tadi. Perhatikan komunikasi non-verbal dalam percakapan sehari-hari:
posisi tubuh, anggukan kepala, kontak mata, expresi wajah, sentuhan dan
sebagainya. Studi komunikasi non-verbal menunjukkan bahwa hal ini
dipengaruhi oleh aspek sosial termasuk hubungan antara berbagai kelompok
orang. Makna komunikasi non-verbal juga sangat ditentukan oleh ras, etnis,
kelas sosial dan gender.
8
Interaksi dan Struktur Sosial
9
Interaksi dan Struktur Sosial
2. Akomodasi (Accommodation)
Akomodasi (accommodation) adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-
usaha mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara di antara pihak-
pihak yang berkonflik, paling sedikit dalam hal-hal yang disepakati.
Akomodasi bisa juga diartikan sebagai usaha meredakan pertentangan
menjadi keadaan stabil.
Penting membedakan antara akomodasi sebagai suatu proses dan sebagai
suatu hasil dari interaksi sosial. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk
pada usaha-usaha orang atau grup untuk meredakan suatu pertentangan,
untuk mencapai kestabilan atau kelangsungan hubungan antar-grup.
Sementara itu, sebagai suatu hasil interaksi sosial, akomodasi menunjuk pada
suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan baru setelah pihak-pihak yang
berkonflik berbaikan kembali.
Bentuk-bentuk akomodasi antara lain adalah sebagai berikut (Soekanto,1990):
(a) Paksaan: paksaan satu golongan terhadap golongan lainnya (tuan-
budak; apartheid);
(b) Kompromi: saling mengurangi tuntutan (penyelesaian perselisihan);
(c) Mediasi: pihak ketiga yang menjadi penengah tidak lebih kuat (netral);
(d) Konsililasi: saling mempertemukan/ menyesuaikan keinginan pihak-
pihak yang berselisih demi pencapaian tujuan bersama (conciliation:
rujuk); dan
(e) Toleransi: saling menghormati.
3. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi (assimilation) adalah proses sosial yang ditandai dengan usaha-usaha
mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia. Ia juga ditandai oleh usaha-usaha
mempertinggi kesatuan tindak dan sikap, dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama. Dalam asimilasi terjadi proses saling
menyesuaikan antar-budaya yang berbeda, dengan menerima unsur baru satu
10
Interaksi dan Struktur Sosial
11
Interaksi dan Struktur Sosial
12
Interaksi dan Struktur Sosial
13
Interaksi dan Struktur Sosial
14
Interaksi dan Struktur Sosial
15
Interaksi dan Struktur Sosial
Social
Social Conflict
Competition
Accomodation
16
Interaksi dan Struktur Sosial
tidak ada dalam ruang siber, karena kita tidak bisa “melihat” tampang orang
lain. Dengan ruang siber berbasis video, maka orang bisa menampilkan video
diri mereka sendiri. Teknologi ini memungkinkan orang, apa yang disebut
sosiolog menampilkan presentasi “self” dan melakukan “manajemen impresi”.
Namun, dalam beberapa, hal ini bisa berakibat memalukan. Misalnya saja, jika
ada memposting gambar/video yang kurang senonoh, akan berakibat sangat
memalukan jika orang tua atau calon pemberi kerja mengunjungi laman
Facebook anda. Atau jika, mantan marah dan “mem-viralkan”-nya
(membuatnya dilihat oleh ribuan/jutaan orang).
Keberadaan media sosial (teknologi yang menghubungkan orang dalam
aktifitas sosial). Jika selama ini manajemen impresi hanya bisa dilakukan
menggunakan tatap muka, saat ini proses ini juga dibantu oleh teknologi
komputer. Meskipun surat kabar dan media cetak lainnya juga merupakan
media sosial, tapi perkembangan teknologi computer memberi dampak yang
jauh lebih dahsyat. Hal ini disebabkan kemampuan teknologi ini untuk
menjangkau orang dalam jumlah yang sangat besar. Terlebih, perkembangan
terkini juga memungkinkan orang untuk berkirim pesan secara interaktif.
Dulu, jika orang ingin berkumpul untuk menyalurkan hobi yang sama, mereka
harus hadir di lokasi tertentu. Beberapa generasi silam, orang tidak bisa
membayangkan keberadaan interaksi siber, di mana kita bisa menyalurkan
hobi dan berinteraksi dengan orang yang sama sekali tidak pernah ketemu
langsung.
Sosiolog telah berargumen bahwa peningkatan media sosial telah
menghubungkan orang sedemikian rupa sehingga melemahkan hubungan
sosial antar orang yang berdekatan secara fisik. Ambil contoh dua orang
mahasiswa yang sedang menunggu dosen, mereka bisa saja berhubungan
dengan ribuan orang di luar sana, akan tetapi tidak acuh terhadap rekan yang
duduk berdekatan. Banyak orang merasa diabaikan oleh anggota keluarga
yang main HP. Argumen yang sama juga muncul saat menyebarnya pesawat
telepon lebih dari seabad silam. Teknologi terkini (zoom, webex, google meet
dsb) memungkinkan dilakukannya beragam kegiatan bersama secara virtual.
Tidak bisa dipungkiri bahwa computer dan internet adalah pencapaian
terpenting masyarakat modern. Keduanya menyebabkan revolusi dalam
kehidupan sehari-hari: orang bisa berbelanja secara online, kerja dari rumah,
melakukan transaksi keuangan. Selain itu, teknologi ini juga menyebabkan
munculnya banyak fenomena social seperti perundungan siber (cyberbullying),
internet pornography, grooming melalui medsos, cybersuicide, internet addiction,
social isolation, rasisme, scam, doxing, pencurian data dan sebagainya.
Seperti halnya perubahan besar di dalam masyarakat, munculnya media social
akan memunculkan kontroversi dan debat. Namun, tidak ada keraguan
bahwa kecenderungan ini mendefinisikan ulang seluruh aspek kehidupan.
17
Interaksi dan Struktur Sosial
18
Interaksi dan Struktur Sosial
Daftar Pustaka
Brinkerhoff, David B. Lynn K. white. Suzanne T. Ortega. Rose Weitz. 2011.
Essentials of Sociology. Wadsworth, Cengage Learning.
Calhoun, C., et al., 1994. Sociology (6th edition). McGraw-Hill, Inc. USA.
Charon, J.M., 1980. The Meaning of Sociology. Alfred Publishing Co.Inc.
Gillin, J.L. & J.P. Gillin, 1954. Cultural Sociology (3rd printing). New York: The
Macmillan Co.
Johnson, Doeyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Margaret, M. Paloma. 2010. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Ritzer, George. (ed). 2005. Encyclopedia of Social Theory. Volume II. Sage
Publications
Soekanto, S., 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
19