Metode Eksplorasi
Metode Eksplorasi
PENDAHULUAN
1
daya energi, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan eksplorasi untuk dapat
menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak untuk diolah (eksploitasi).
2
BAB II
ISI
3
cukup memadai, namun pada tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi
sebaiknya 1 : 10.000 sampai dengan 1 : 2.500.
2.2 Singkapan
Singkapan atau outcrop adalah bagian dari batuan dasar yang muncul di
permukaan akibat proses secara fisika atau erosi, sebagai akibat adanya pengikisan
oleh gaya – gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya. Oleh karena itu, singkapan
biasanya tidak menerus, sehingga diperlukan suatu dasar–dasar geolgi agar dapat
menghubungkan suatu singkapan dengan yang lainnya, sehingga akhirnya
menghasilkan suatu gambaran lengkap yang menyeluruh dan utuh mengenai keadaan
geologi wilayah tersebut. Di daerah tropis seperti Indonesia, singkapan dapat jarang
4
atau kurang, karena tertutup oleh Tanah pelapukan yang tebal Hutan tropis yang lebat
tanah garapan dan lain – lain.
Diatas permukaan Bumi, tempat – tempat dimana singkapa bisa ditemuakan di:
1. Sungai ( terutama kelokan sungai), dimana pengikisan cukup intensif
2. Puncak bukit
3. Tempat–tempat dimana terdapat kegiatan manusia seperti; pembuatan
bangunan, penggalian, dan lain sebagainya.
4. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
Karena sifat singkapan yang tidak menerus, maka dalam melakukan pengamatan
harus dilakukan dengan teliti sehingga setiap gejala yang ada dapat teramati dan
dimanfaatkan. Dengan begitu, maka akan lebih mudah untuk dapat menghubungkan
geologi yang satu dengan yang lain.
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu lain singkapan yaitu :
1. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike &dip) lapisan yang tersingkap.
6
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat
antara lain:
Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).
Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat
dihindarkan (efisiensi).
Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan
pasti.
Interpretasi dan informasi data dari pemetaan geologi dinyatakan pada gambar
berikut:
7
2.5.1 Tracing Float
Tracing Float yaitu metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral
(mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di
tempat-tempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau
potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak
mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi
dimulai dari kelokan di hilir sungai. Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil
beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang.
Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara
mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini
diteruskan ke lereng-lereng bukit disertai dengan penggalian sumur uji dan parit uji
sampai serpihan itu menghilang dan sumber serpihan yang berupa endapan primer itu
ditemukan. Tetapi mungkin juga sumber serpihan mineral berharga itu tidak
ditemukan.
Gambar alat yang di gunakan (panning) dan bentuk-bentuk lenggang dan serpihan
mineral pada kelokan sungai dinyatakan dalam gambar berikut:
Gambar 2.3 Alat yang digunakan (panning) dan Bentuk-bentuk lenggang dan serpihan mineral
pada kelokan sungai
9
(kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar
antara 4 - 5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak
endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang
teratur seperti persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut
digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila
keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan. Dengan ukuran, kedalaman
dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga
terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit. Macam-macam bentuk penampang
sumur uji digambarkan pada gambar berikut:
10
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat
mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan
kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan,
formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut
disebut sampling (pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan
(tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih ( mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi
kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front
kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain:
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
batuan induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang representatif.
11
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan karakteristik
endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan
akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan
untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada endapan berbentuk urat
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga diperlukan sampel
dengan volume yang besar agar representatif.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan dengan
bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping, sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.
5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya
serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak/tidak beraturan) dan sulit
diprediksi, sehingga diperlukan sampling dengan interval yang rapat.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit
dikontrol.
8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena
12
3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat,
sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.
4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi, namun
kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme, atau
berbentuk urat.
5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh
secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika relatif homogen dapat
dilakukan secara komposit.
d. Pada endapan porfiri
Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan adalah:
1. Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih diprioritaskan dengan
pemboran inti (diamond atau percussion).
2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang rendah
dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan conto dalam jumlah
13
(volume) yang besar, sehingga kadang-kadang dilakukan sampling melalui
winze percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.
3. Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang beragam, seperti
tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure, sehingga perlu mendapat
perhatian khusus dalam pemilihan metode sampling.
4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan supergen, dan
Gambar 2.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)
15
Gambar 2.7 Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier et al.,
1987)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan
dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi
permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat
dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling
terhadap objek yang dianalisis.
2. Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-
informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan
berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai
penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi
gejala-gejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola
penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi
geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda
mineralisasi yang berupa alterasi mineral.
3. Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian) singkapan,
penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat juga dilakukan dengan
tracing float, paritan atau sumur uji.
4. Sampling atau pengambilan conto adalah dasar daripada suatu pekerjaan
eksplorasi. Yang disebut sampling adalah suatu proses untuk mendapatkan
sebahagian hasil dari suatu massa yang besar dan cukup reprosentatif
untuk mewakili massa asli.
5. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah
menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin,
namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat
mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh.
18
3.2 Saran
1. Pada saat memulai ekplorasi langsung, sebaiknya tahapan
ekplorasi langsung dilakukan secara berurutan.
2. Interpretasi hasil ekplorasi, seharusnya disesuaikan fakta-fakta
hasil pengamatan lapangan.
19