Anda di halaman 1dari 3

Nama : Marvin Hidayat

NIM : 022011133009
Kelas : B
Resume Farmakologi & Terapi Praktikum
AUTONOMIC DRUG

Jadi pada praktikum ini menggunakan hewan coba anjing sebagai bahan percobaan dengan
dibius terlebih dahulu menggunakan pentotal. Anestesi paling tepat pada stadium 2-3, jangan
sampai masuk ke stadium berlebih karena dapat menimbulkan dampak. Stadium 3 adalah stadium
operatic dimana bisa dilakukan operasi jika keadaan normal. Harus segera menemukan vena
femoralis karena nanti takutnya hewan tersebut sadar/bangun. Bagian distal kaki hewan tersebut
diikat, kemudian masukkan semua obat melalui intravena di vena femoralis. Apabila anjing
tersebut terbangun maka segera diberikan anastesi melalui alat yang sudah terpasang. Pada arteri
carotis anjing akan dipasang canula dan dihubungkan dengan manometer. Obat yang digunakan
pada praktikum ini adalah adrenalin, noradrenalin, isoprel, atropine, asetilkolin, histamine,
antihistamin, caffeine, prazosine propanol, dan ephedrine.
Obat-obat otonom merupakan obat yang bekerja pada berbagai susunan saraf otonom,
mulai dari sel saraf sampai ke efektor. Klasifikasi dari obat otonom, yaitu :
a) Adrenegik (simpatomimetik)
b) Penghambat adrenegik (simpatolitik)
c) Kolinergik (parasimpatomimetik)
d) Penghambat kolinergik (parasimpatolitik)
e) Obat ganglion

Obat yang termasuk dalam golongan obat adrenegik diantaranya ialah epinefrin, norepinefrin
(NE), dobutamin, dopamine dan isoprenalin. Kelima obat ini disebut dengan katekolamin.
Katekolamin artinya rentang yang dirusak oleh enzim monoamin oksidase (MAO) dan Catechol-
O-Methyl-Transferase (COMT). Obat adrenegik hanya dapat diberikan parenteral (IntraVena).
Tetapi, ada juga obat adrenegik yang tahan terhadap enzim MA.

Pengaruh obat terhadap organ otonom:


1. Adrenalin
Setelah disuntikkan akan masuk ke aliran darah, organ-organ yang mempunyai reseptor α1,
α2, dan β2 yaitu jantung dan pembuluh darah, sehingga menyebabkan turunnya tekanan darah.
Untuk reseptor β2 akan menyebabkan vasodilatasi dan akan terjadi kenaikan tekanan darah.
Reseptor α1 akan menyebabkan vasokonstriksi. Menyebabkan tekanan darah turun karena
tubuh mengalami homeostasis. Tekanan darah dapat meningkat cepat karena onset cepat.
Tekanan darah cepat turun karena memiliki masa kerja yang pendek dan mudah dirusak oleh
MAO dan COMT. Adrenalin harus diberikan dengan cara parenteral.
2. Noradrenalin
Setelah tekanan darah turun, kemudian diberikan noradrenalin. Tekanan darah akan naik tetapi
tidak merangsang β2. Obat ini juga tidak bisa diberikan ke penderita asma. Noradrenalin
hanya menstiumulis reseptor α1, α2, dan β2 dan didominasi oleh α1.
3. Isoprel/ isoprenaline
Obat ini akan menstimulasi reseptor beta antagonis murni sehingga obat ini hanya merangsang
pada reseptor beta saja menyebabkan tekanan darah turun. Pembuluh darah bisa
mengkompensasi agar turun karena β2 lebih dominan. Obat ini tahan terhadap MAO tetapi
rusak oleh COMT.
4. Asetilkolin
Obat ini merupakan obat parasimtomimetik yang memiliki dampak menurunkan tekanan
darah. Obat ini memiliki masa kerja pendek. Asetilkolin irreversible digunakan untuk
insektisida sedangkan yang asetilkolin reversible untuk manusia.
5. Caffein
Caffein termasuk golongan fosfodiesterase inhibitor. Caffein tidak termasuk obat otonom.
Pemberian obat ini menyebabkan penurunan tekanan darah karena efeknya menghambat
cyclic AMP.
6. Propanolol
Propanolol termasuk obat golongan simpatolitik yang berfungsi untuk menghambat reseptor
beta (beta blocker). Obat ini digunakan sebagai antihipertensi dan tidak boleh digunakan
penderita asma.
7. Prazosin
Prazosin berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan bekerja dengan vasodilatasi
pembuluh darah.
8. Histamin
Histamin akan menyebabkan syok anafilaktik yang disebabkan karena alergi obat. Obat ini
dapat menurunkan tekanan darah dan dapat mengembalikan ke keadaaan normal
menggunakan adrenalin.
9. Efedrin
Mula kerja efedrin lambat dan tidak menimbulkan efek dilatasi. Obat ini didominasi oleh α1,
sensitifitas terhadap alfa dan beta sama. Dengan bantuan efedrin, tekanan darah dapat
meningkat secara perlahan.
10. Antihistamin
Antihistamin merupakan antagonis fisiologis terutama bagi epinefrin. Obat ini digunakan
sebagai reaksi terhadap alergi karena antihistamin memblokir histamin.
11. Atropine
Obat ini antimuskarinik/obat antikoligernik. Obat ini bersaing dengan asetilkolin untuk
menempati reseptor muskarinik. Jika atropine lebih dulu menempati reseptor muskarinik
maka akan terjadi penurunan efek asetilkolin.

Anda mungkin juga menyukai