Anda di halaman 1dari 2

Mojokerto, Lenteramojokerto.

com – Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 tahun 2021 tentang


Pendanaan Anggaran atau Dana Abadi Pesantren menuai sorotan dari berbagai pihak. Tak terkecuali
Para Kiai dan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Mojokerto yang merasa terdapat
kejanggalan dalam Perpres tersebut.

Kritikan sejumlah kiai yang berada di Mojokerto lantaran tidak menginginkan jika pemerintah terlalu
masuk dalam mengatur berbagai hal tentang pesantren. Seperti yang disampaikan Pengasuh Ponpes
Robithotul Ulum, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, KH Masrihan Ashari, yang tidak
menginginkan jika pemerintah ikut campur mengatur kurikulum yang seharusnya menjadi
kewenangan pesantren.

“Memang negara mulai atau menjanjikan adanya pendampingan dan pendanaan. Tetapi juga
dengan banyak laporan-laporan keuangan lain yang harus disampaikan,” jelas Mustyar DPC PKB
Mojokerto itu, Senin (20/9/2021).

Dirinya juga berharap kepada yang memiliki kewenangan dapat memberikan pencerahan atau
sosialisasi terkait berbagai isu terkait Perpres tersebut kepada seluruh pengasuh Ponpes.

“Saya titip kepada Bu Ayni Zuhro (Ketua DPC PKB Kabupaten Mojokerto) untuk mengumpulkan para
kiai agar diberi penjelasan yang terang terkait Perpres no 82 ini. Hal itu agar para kiai tidak takut
menerima bantuan dari pemerintah untuk pesantren,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Mojokerto, Ayni Zuroh menyampaikan, hadirnya Perpres
nomor 82 tahun 2021 ini sebagai upaya untuk menghadirkan negara kedalam pendidikan pesantren,
Selain itu, Perpres tersebut dapat dijadikan legal standing dalam undang-undang pesantren.

“sebagai wujud hadirnya pemerintah dan negara secara konstitusi terhadap pendidikan pesantren di
Indonesia, Perpres ini merupakan legal standing untuk melengkapi UU pesantren,” ucap Ketua DPRD
Kabupaten Mojokerto.

Ayni Zuhro juga beranggapan, dengan disahkannya Perpres tersebut bisa menjadikan Ponpes
mendapat hak yang sama dengan lembaga pendidikan formal laiinya.

“Perpres dan lembaga formal punya hak yang sama dalam memperoleh fasilitas anggaran, lulusan,
dan materi yang diajarkan juga ikut diakui sebagai bagian pembangunan bangsa ini,” terang Ayni
Zuroh.
Ketua DPC PKB Kabupaten Mojokerto juga berjanji akan mengawal perpres tersebut sampai tingkat
Kabupaten.

“Jelas mendukung perpres ini kami akan kawal sampai ke tingkat Kabupaten,” kata Ayni Zuroh

Ainy juga menegaskan akan memenuhi permintaan para Kiai dengan membentuk tim kecil guna
memberikan sosialisasi dan pemahaman tentang peraturan-peraturan mengenai pesantren ini
kepada para pengasuh dan pengurus pondok pesantren yang ada di Kabupaten Mojokerto.

“Ini merupakan buah perjuangan PKB yang selama ini dilakukan, agar pondok pesantren
mendapatkan pengakuan dari negara,”pungkasnya.

Diketahui, di dalam UU Pesantren juga diatur tentang dana abadi pesantren dan dana hibah. Dana
hibah bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang sah menurut undang-undang yang
berlaku.

Pada Pasal 3 dijelaskan, pendanaan penyelenggaraan pesantren dikelola untuk pengembangan


fungsi pesantren meliputi fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat.

Sedangkan sumber pendanaan penyelenggaraan pesantren diatur di Pasal 4. Disebutkan di pasal


tersebut, pendanaan penyelenggaraan pesantren bersumber dari masyarakat, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, sumber lain yang sah dan tidak mengikat, dan dana abadi pesantren. Dana bisa
berupa uang, barang dan jasa. Soal bentuk dana itu diatur di Pasal 5.

Sementara soal dana abadi pesantren diatur di Pasal 23. Pada ayat (1) berbunyi, Pemerintah
menyediakan dan mengelola Dana Abadi Pesantren yang bersumber dan merupakan bagian dari
dana abadi pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Dijelaskan pada ayat (2), dana abadi pesantren bertujuan untuk menjamin keberlangsungan program
pendidikan pesantren bagi generasi berikutnya sebagai bentuk pertanggungjawaban antar generasi.

Anda mungkin juga menyukai