Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM IV ADMIXTURE

DAFTAR ISI

TATA TERTIB
DAFTAR ISI
MATA PRAKTIKUM
1. Teknik aseptik
2. Penanganan sediaan suntik dalam ampul
3. Penanganan sediaan suntik dalam vial
4. Penanganan sediaan sitostatika I
5. Penanganan sediaan sitostatika II
DAFTAR PUSTAKA
TATA TERTIB
1. Praktikan harus datang 5 menit sebelum praktikum dimulai, terlambat lebih dari 10 menit
dengan alasan apapun tidak diijinkan mengikuti praktikum dan diperbolehkan
menggantinya pada hari lain (mengikuti prosedur inhall).
2. Ijin ketidakhadiran hanya berlaku jika praktikan sakit (disertai keterangan dokter), keluarga
dekat (bapak, ibu, adik, dan kakak) ada yang meninggal, dan sebab keadaan darurat lain
yang berkaitan dengan jiwa.
3. Praktikan memasuki laboratorium tanpa menunggu perintah dosen dan mengisi daftar
hadir (absensi) dengan menunjukkan laporan sementara dan jawaban soal serta laporan
resmi praktikum sebelumnya (format terlampir).
4. Praktikan harus mengenakan jas praktikum dan tanda pengenal (Co-card) saat masuk
laboratorium dan tidak diperbolehkan memakai pakaian yang melanggar batas kesopanan
dan kesusilaan (memakai sandal, baju dan celana ketat, kaos tanpa kerah). Pelanggaran
terhadap tata tertib ini berupa skorsing dikeluarkan dari laboratorium.
5. Pre-test dilaksanakan di awal praktikum
6. Selama praktikum berlangsung tidak diperkenankan mengoperasikan ponsel dan
melakukan kegiatan yang mengganggu jalannya praktikum.
7. Setelah selesai praktikum, meja, kursi, alat, dan bahan yang digunakan selama praktikum
harus dikembalikan ke tempat semula dalam keadaan rapih dan bersih.
8. Praktikan wajib membawa kalkulator, serbet, masker, dan sarung tangan.
9. Praktikan harus aktif dan berinisiatif sendiri mencari pengumuman berkaitan tugas dan
laporan, kesalahan menerima informasi menjadi tanggung jawab praktikan.
10. Inhall praktikum dilakukan dengan cara meminta surat keterangan inhall dan tanda tangan
pada dosen jaga dan menghubungi koordinator praktikum.
11. Responsi dilaksanakan setelah semua mata praktikum selesai dengan jadwal
menyesuaikan jadwal UAS. Praktikan dengan kehadiran < 75% tidak diperbolehkan
mengikuti responsi dan dinyatakan tidak lulus (harus mengulang praktikum di tahun
berikutnya).
FORMAT JURNAL DAN LAPORAN PRAKTIKUM IV ADMIXTURE

Format Jurnal
1. Judul Praktikum
2. Tanggal Praktikum
3. Tujuan Praktikum
4. Alat dan Bahan
5. Daftar Informasi Bahan yang dipergunakan (+ Perhitungan pra Lab)
6. Prosedur (dibuat tabel)
7. Kesimpulan
Format Laporan
1. Judul Praktikum
2. Tanggal Praktikum
3. Tujuan Praktikum
4. Alat dan Bahan
5. Dasar Teori (+ pustaka lain)
6. Daftar Informasi Bahan yang dipergunakan
7. Prosedur (Kalimat pasif)
8. Hasil Pengamatan dan perhitungan
9. Kesimpulan
10. Pembahasan dan diskusi
11. Daftar Pustaka (minimal 5)
Keterangan :
Jurnal
 Jurnal dibuat permahasiswa, warna disesuaikan dengan ketentuan
Laporan
 Laporan dibuat satu laporan setiap mahasiswa yang mengikuti praktikum (ditulis tangan)
 Laporan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
PETUNJUK PRAKTIKUM
A. Perhatikan alat-alat yang akan dipakai seperti mortar (lumpang), stamper, cawan,
timbangan, gelas ukur, gelas piala (beaker glass), spatel, sudip, dan alat yang lainnya
harus bersih.
B. Bacalah resep yang akan dikerjakan dengan cermat dan teliti. Periksa apakah kelengkapan
resep sudah memenuhi syarat, sesuai dengan peraturan yang berlaku (Farmakope,
Formularium Nasional, MIMS, atau peraturan yang lainnya). Periksa apakah ada yang perlu
diganti atau disesuaikan untuk memperkerjakannya. Hal ini perlu sekali diperhatikan jangan
sampai salah.
C. Perhatikan tata tertib menimbang. Penimbangan dalam mengerjakan resep ini dipakai alat
timbangan bertangan panjang dengan beberapa macam daya timbang. Tata tertib
menimbang antara lain:
1. Setiap akan menimbang harus diperiksa lebih dahulu, apakah timbangan dalam
keadaan setimbang (balance) dan dalam posisi horizontal. Bila tidak setimbang,
maka harus disetimbangkan dengan:
a) Diusahakan dengan mengatur tombol pengatur kesetimbangan, dengan
mengeser-geserkan ke dalam maupun ke luar. Bila dengan tombol pengatur
kesetimbangan tidak bisa, karena di luar kepekaaan timbangan maka
ditambahkan pembeban timbangan (dengan peluru senapan angin/mimis,
kelereng kecil atau potongan bekas pasta gigi yang telah dibungkus rapi.
b) Bisa juga penambahan pembebanan pada anak timbangan itu sendiri atau
ditempelkan di bawah piring timbangan yang tentunya disimpan serapih mungkin
jangan sampai mengganggu.
2. Bahan obat yang ditimbang diletakan di piring neraca sebelah kanan, anak
timbangan di piring sebelah kiri. Sebelum menimbang piring neraca dialasi dengan
perkamen yang bersih. Anak timbangan milligram harus diambil dengan pinset,
sedangkan anak timbangan gram boleh diambil pakai tangan (tanpa pinset).
3. Untuk bahan obat yang beratnya di atas 50 mg dan di bawah 1000 mg ditimbang
pada timbangan milligram. Untuk bahan obat yang beratnya di atas 100 gr dan di
bawah 1 kg pada timbangan gram.
4. Penimbangan bahan obat yang beratnya kurang dari 50 mg harus dibuat
pengenceran dengan zat tambahan/pembawa yang cocok (laktosa, air, dan lain-
lain).
5. Jangan sekali-kali menggunakan batu/anak timbangan sebagai penara, tapi pakai
penara logam seperti peluru senapan angin, kelereng kecil, lempengan lunak,
alumunium (bekas pasta gigi) yang mudah di gunting.
6. Untuk mencegah bahan obat dikotori oleh udara atau tertiup angin, maka timbang
bahan obat sebagian/jangan terlalu banyak dan langsung di campur. Menimbang
bahan obat harus langsung dari botol persediaannya.
7. Bila bahan berupa gumpalan besar, sebaiknya dihaluskan dan dipotong terlebih
dahulu. Bahan higroskopis dan bereaksi dengan zat organic ditimbang diatas kaca
arloji yang sudah diberi alas kertas perkamen.
D. Cara menimbang bahan obat antara lain:
1. Zat padat atau serbuk: terlebih dahulu piring timbangan baik disebelah kiri maupun
disebelah kanan diberi alas dengan perkamen yang sama ukurannya, kemudian
anak timbangan disimpan di piring timbangan sebelah kiri dengan bantuan pinset
kecil dan bahan obat disimpan di piring timbangan sebelah kanan dengan bantuan
spatel.
2. Ekstrak kental: ditimbang pada keras paraffin (perkamen yang telah diolesi paraffin
cair), dengan spatel dimasukan ke dalam mortir.
3. Zat cair/ekstark cair: ditimbang dalam krus (krui) kalau sedikit bisa dengancawan
petri atau kaca arloji yang telah ditara.
E. Cara menara cawan atau botol: dilakukan pada piring timbangan sebelah kiri atau kanan
setelah wadahnya disimpan pada piring timbangan diatur kesetimbangannya dengan
menempelkan penyetara seperti peluru mimis, kelereng kecil atau potongan bekas pasta
gigi. Setelah setimbang baru dimasukan bahan obat yang akan ditimbang. Menara
baiasanya dipakai untuk mengukur dalam satuan berat.
F. Mengkalibrasi biasa dipakai untuk mengukur dalam satuan volume (milliliter). Misalnya
akan membuat obat batuk dengan volume 100 ml, pertama kali kita harus mempersiapkan
botol yang volumenya lebih besar dari100 ml (jangan terlalu penuh, diberi ruangan udara
untuk mengocok obat). Kemudian dengan memasukan air ke dalam botol sebanyak 100 ml
dan batas volume tersebut ditandai (bisa dengan spidol atau menempelkan selotif atau
label) dan apabila obat telah dimasukan ke dalam botol tanda tersebut bisa dihapus
kembali.
G. Cara pengenceran antara lain:
1. Untuk sediaan serbuk: misal kita menimbang diazepam 20 mg. Timbang diazepam
50 mg, bisa ditambahkan zat warna sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran
obat nanti) seperti carmin, ditambah saccharum lactis 2450 mg. dalam mortar gerus
sacharum lactis sebagian, tambahkan diazepam, zat warna carmin, gerus hingga
homogen (warna merah merata), tambahkan sisa sacharum lactis sedikit demi
sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini ditimbang = 1000 mg
Untuk diazepam 20 mg = 20/50 x 2500 mg = 1000 mg
Dari campuran 1000 mg ini mengandung 20 mg diazepam dari hasil pengenceran
diazepam dalam sacharum lactis ini yaitu 1000 mg (1:50).
Pengenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 50 kali. Hasil
pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.
2. Untuk sediaan dari bahan cair: sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai
atau pembawa lainnya seperti air bila pembawanya air seagai pelarut. Misal
menimbang vitamin B1 (Thiamin HCl) 10 mg. vitamin B1 larut dalam air, jadi timbang
vitamin B1 sebanyak 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 ml.
Untuk 10 mg vitamin B1diambil dari campuran sebanyak:
10/50 x 10 ml = 2 ml
Jadi dalam campuran 2 ml mengandung 10 mg vitamin B1 hasil pengenceran
dengan perbandingan 1 : 200
H. Perlengkapan yang harus disiapkan:
1. Jas laboratorium. Label nama praktikan.
2. Anak timbangan milligram dan gram
 Penyetara timbangan: kelereng, peluru senapan angin/mimis, potongan bekas
pasta gigi.
 Kertas timbang dengan ukuran panjang 12,5 cm dan lebar 9,5 cm
 Sudip dari mika/plastik/kertas film bekas rontgen
3. Kantong plastik (klip plastik) dengan berbagai ukuran.
4. Etiket putih untuk obat dalam, Etiket biru untuk obat luar
Dengan ukuran panjang 5,7 cm dan lebar 3,7 cm. Contoh etiket:
APOTEK META
Cikarang TechnoPark Building. Jln
Apoteker:
………………………………………………..
SIPA :
………………………………………………..
No. Tanggal

5. Label NI ( Ne iteratur = tidak boleh diulang)


Label NI berukuran panjang 4,5 cm dan lebar 1,5 cm
Contoh:
Obat ini tidak boleh diulang
Tanpa resep baru dari dokter
6. Pot plastik berbagai ukuran: 10 gr, 20 gr, 30 gr.
7. Botol hijau atau botol coklat berbagai ukuran, mulai dari 30 ml, 50 ml, 100 ml, 150
ml, 250 ml, 300 ml.
8. Label kocok dahulu dengan ukuran panjang 3,5 cm dan lebar 1,0 cm
Contoh:
KOCOK DAHULU
9. Selotip kertas untuk batas mengkalibrasi botol, sendok kecil dari plastik (5 ml)
10. Tube untuk wadah krim atau salep mata.
11. Kalkulator, gunting kecil, lem
12. Lap meja dan lap tangan.
I. Sebelum praktek resep dikerjakan praktikan diwajibkan membuat JURNAL untuk resep
yang bersangkutan.
J. Selama praktikum berlangsung, praktikan diwajibkan menggunakan jas lab dan tidak
diperbolehkan menggunakan sandal.
K. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti
praktikum pada hari tersebut dan tidak diadakan praktikum susulan.
PRAKTIKUM I
PRAKTIKUM II
TEKNIK ASEPTIK

1. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan teknik aseptic
2. Alat
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran
sediaan steril meliputi :
a. Baju Pelindung
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable
(tidak tembus cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang,
bermanset dan tertutup di bagian depan.
b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal sehingga
dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup panjang untuk
menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak
(powder free). Khusus untuk penanganan sediaan sitostatika harus menggunakan
dua lapis.
c. Masker disposable
d. Penutup kepala
e. Penutup kaki
3. Teknik Aseptik
Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisir kontaminan
mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas
Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum
Semua benda yang menyentuh kulit yang luka atau dimasukkan ke dalam kulit untuk
menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan
yang dianggap steril haruslah steril.
1. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
2. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-
objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar
pengawasan.
3. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril.
4. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah
steril.
5. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya
tidak mengarah pada si petugas.
6. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.
7. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan
desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.
4. Alat dan Bahan
a. Alkohol swab
b. Alkohol 70 % dalam botol spray
Prosedur Kerja
a. Prosedur Tetap Mencuci Tangan
 Basahi tangan dengan air bersih
 Ambil sabun antiseptic
 Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara
jari-jari dan kuku selama 20 detik
 Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik
 Tutup kran dengan beraslaskan lap bersih atau bila memungkinkan
dengan siku
 Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik
b. Prosedur Dekontaminasi dan Desinfeksi sesuai dengan SPO
Dekontaminasi : upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme, orang, peralatan, bahan dan ruang melalui disinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi
Desinfeksi : Upaya untuk mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit ( tidak termasuk spora) dengan
cara fisik dan kimia.
 Semprot sarung tangan dengan alkohol 70%. Bersihkan dinding-
dinding dan meja LAF/meja peracikan dengan kasa dan alkohol 70%
(1 arah)

Anda mungkin juga menyukai