Anda di halaman 1dari 99

SKRIPSI

PENGARUH PELATIHAN KESELAMATAN PASIEN


TERHADAP PEMAHAMAN PERAWAT PELAKSANA
MENGENAI
PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI
RSI SITTI MARYAM MANADO

Diajukan Oleh :

YULIANTO KUSUMA PUTRA


1201005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2016

1
SKRIPSI

PENGARUH PELATIHAN KESELAMATAN PASIEN


TERHADAP
PEMAHAMAN PERAWAT PELAKSANA MENGENAI
PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI
RSI SITTI MARYAM MANADO

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Dalam


Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Manado

DISUSUN OLEH :

YULIANTO KUSUMA PUTRA

1201005

Kepada

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMu KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2016

2
3
4
5
CURRICULUM VITAE

A. Identitas Pribadi
Nama : YULIANTO KUSUMA PUTRA
NIRM : 1201005
TTL : MANADO, 19 juli 1994
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Anak : PERTAMA
Alamat : RANOMUT. Link 1. Jl. Maesa 6
No Telepon/HP : +6285256941797
Email : yuliantoputra13@yahoo.co.id

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN 56 MANADO tahun 2006

2. SMP N 2 MANADO tahun 2009

3. SMA N 2 MANADO tahun 2012

4. STIKES Muhammadiyah Manado Program Studi Keperawatan Tahun

2012

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur di panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, anugrah
dan rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap Pemahaman Perawat
Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien Di RSI SITTI MARYAM
MANADO”.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak


kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan
dan pengalaman yang dimilki penulis. Walaupun demikian penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun pihak lain yang menaruh
minat terhadap masalah ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan


bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Agust A. Laya, SKM, M.Kes selaku Ketua STIKES


Muhammadiyah Manado dan selaku penguji II yang telah menuntun dan
memberikan saran-saran dalam pembuatan skripsi.
2. Bapak I Made Rantiasa, S.Kp, M.Kes selaku Wakil Ketua I sekaligus di
bagian Akademik Kurikulum dan sebagai Pembimbing I yang selalu
memberikan masukan positif bagi mahasiwa bimbingan beliau dan selaku
Penguji III yang telah menuntun dan memberikan saran-saran dalam
pembuatan skripsi.
3. Bapak Ns. Suwandi Luneto, S.Kep, M.Kes, CWCCA selaku Wakil Ketua
II yang telah menuntun dan memberikan saran-saran dalam pembuatan
skripsi.
4. Ibu Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep, M.Kes, selaku Wakil Ketua III yang
telah menuntun dan memberikan saran-saran dalam pembuatan skripsi

7
5. Rizal Arsyad S.Ag.MA selaku Wakil Ketua 4 Bagian Al Islam dan
Kemuhammadiyaan yang telah menuntun dan memberikan saran-saran
dalam pembuatan skripsi
6. Ibu Ns. Hj. Silvia D. M Riu, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi
S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah dan selaku penguji I yang telah
menuntun dan memberikan saran-saran dalam pembuatan skripsi
7. Ibu Ns. Rukmini Harun, S.Kep selaku Pembimbing II yang selalu
memberikan masukan-masukan positif bagi mahasiswa bimbinganya
8. Dan berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dorongan dan dukungan secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis selama dalam pembuatan proposal dan skripsi.
9. RSI Sitti Maryam Manado terletak di Jl. Pogidon Raya No. 110 Tuminting
Manado. 95239. Kecamatan Tuminting. Provinsi Sulawasi Utara.yang
telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian hingga selesai
10. Buat seluruh responden yang telah memberikan waktu dan informasi
dalam penelitian
11. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada
Ayahanda WAHYUDI dan Ibunda SUHARMI yang telah memberikan
kasih sayang, doa, perhatian, serta pengorbanan baik materi maupun moril
secara tulus yang tak henti-hentinya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini. Dan juga berbagai pihak
yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
dorongan dan dukungan secara langsung maupun tidak langsung kepada
penulis selama dalam pembuatan skripsi.
12. Adik Aprilia. C. Putri yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
13. Seluruh keluarga besar yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
terimakasih atas doa, dukungan dan motivasi pada penulis selama study.
14. Sahabat-Sahabat tercinta STIKES Angkatan 2012 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam
penyusunan skripsi ini.

8
15. Sahabat Dari Kecil. (Risdiyanto. Andrianto. Taufik. Fahrisal. Fajar. Ridho.
Sigid. Farid. Hendrik. Tri. Dll). yang tdk bisa di sebutkan satu persatu
terima kasih telah memberikan support dalam penyusunan skripsi ini
16. Sahabat P.K (J.F. Panggola. Franki. S. Podungge. Saddam. H. Syaffrudin.
Hamdi Iswandi. Tri prayitno. Fachrudin Manoso. Abd. Rauf. Paputungan.
Sulvian Mamonto.). terima kasih telah memberikan support dalam
penyusunan skripsi ini
17. Sahabat Di Kampus (Putri. Yeyen. Fifi. Adel. Dahlia. Cia. Tia. Farra.
Sella. Cece. Susan. Cerris. Winta. Rini.adit. anggraini. Aurora. Dewi.
Kasma. Iin. Gigit.aya. ningsi. Yati. Indah. Nunung. Nunu. Widya. Tari.
Ayu. Amel. Puput. Ina. Rifal rusli. Christina. Iwan. Adri. Mita. Wia.
Ongen. Tri. Suryani. Lisa. Verani. terima kasih telah memberikan support
dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
membantu. Penyusun harapkan semoga bermanfaat bagi peneliti sendiri dan
pembaca.

Manado, 02 juli 2016

Penulis

Yulianto Kusuma Putra

9
Yulianto Kusuma Putra, (2016), “Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap
Pemahaman Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien
Di Rumah Sakit”. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Manado, Dosen Pembimbing (1) I Made Rantiasa, S.kp,
M.kes, (2) Ns, Rukmini Harun, S.Kep.

ABSTRAK

Keselamatan pasien adalah mengurangi dan meringankan tindakan-tindakan yang tidak


aman dalam system pelayanan kesehatan dengan sebaik mungkin melalui penggunaan
penampilan praktek yang baik untuk mengoptimalkan outcome pasien. Senada dengan hal
ini Hughes (2008) menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan pencegahan cidera
terhadap pasien Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan
keselamatan pasien terhadap pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan
keselamatan pasien di Rumah Sakit.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Quasi


Experiment. Sampel diambil berdasarkan jumlah responden sebanyak 35 orang dengan
menggunakan pendekatan one grouppretest-posttest design.Penggumpulan data
dilakukan dengan cara kuesioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dengan
menggunkan bantuan computer program SPSS versi 20 untuk dianalisa dengan uji
statistik Paired Samples Testdengan tingkat kemaaknaan (α= < 0,05). Hasil menunjukan
bahwa didapatkan jenis kelamin perempuan terbayak dalam penelitian ini adalah 21
responden (60.0%).

Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap
pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien p= 0,000, Nilai p
ini lebih kecil dari nilai α= <0.05.

Kata Kunci : Keselamatan Pasien, Pemahaman Perawat Pelaksana

10
Yulianto kusuma Putra, (2016). The Influence Of patient Safety Training Against Nurses
Implementing Understanding Regarding The Application Of Patient Safety In
The hospital .A thesis .A course of study the science of nursing stikes
muhammadiyah manado , supervising lecturer ( 1 ) I Made Rantiasa , s.kp ,
m.kes , ( 2 ) Ns , Rukmini Harun , s.kep

Abstract

Patient safety was to reduce and relieve measures that not secured within health services
system as best as possible through the use of the appearance of good practice in order to
optimize the patient outcome .The same with this hughes ( 2008 ) said that patient safety
is the prevention of injured towards patientsThe purpose of this research to know the
influence of training patient safety to understanding nurse implementing regarding the
application of patient safety in the hospital .

The research was done by adopting quantitative with the design quasi experiment
.Sample made on the number of respondents as many as 35 people by adopting one group
pretest-posttest designData collection was carried out by means of a questionnaire
.Furthermore the data him the mixed with both assistance program version computer spss
20 for analysis by test statistics samples test paired with a kemaaknaan ( α = 0,05 )
.Results showed that obtained the female sex terbayak the research is 21 respondents
( 60.0 % ) .

Conclusions in this research is the training patient safety of understanding implementing


nurse regarding the implementation of the patient safety P = 0,000, the p is smaller than
the α = 0.05

Keywords: patient safety , understanding nurses implementing

11
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................. iii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv
CURICULUM VITAE............................................................................................ v
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................................................. x
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan Pasien..................................................................................... 8
1. Pengertian........................................................................................ 8
2. Langkah Menuju Keselamatan....................................................... 10
3. Keselamatan Pasien Dalam Keperawatan...................................... 10

BAB III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 31


B. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 33
C. Definisi Operasional................................................................................... 33

12
BAB IV. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian......................................................................................... 34
B. Populasi dan Sampel................................................................................... 35
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...................................................................... 36
D. Waktu Dan Tempat..................................................................................... 37
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 37
F. Prosedur Pengambilan Data........................................................................ 37
G. Pengolahan Data......................................................................................... 38
H. Teknik Analisis Data................................................................................... 38
I. Etika Penelitian........................................................................................... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian........................................................................................... 41
B. Analisa Univariat....................................................................................... 44
C. Analisa Bivariat.......................................................................................... 45
D. Pembahasan................................................................................................ 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................ 49
B. Saran........................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 51

LAMPIRAN

13
DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Definisi Operasional...................................................................... 34

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin................................ 44

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Menurut Umur............................................... 44

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pre-Test........................................................ 45

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Post-Test....................................................... 45

Tabel 5.5 Analisa Bivariat antara Pre Dan Post............................................ 46

14
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep....................................................................... 32

Gambar 3.4 Skema Penelitian........................................................................ 36

15
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian Dari PRODI Keperawatan STIKES


Muhammadiyah Manado

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 3 : SAP Patient Safety

Lampiran 4 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responde

Lampiran 6 : Kuesioner

Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 8 : Lembar Konsul

Lampiran 9 : Dokumentasi

16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan mutu di rumah sakit telah mengarah pada upaya

peningkatan mutu yang berorientasi pada keselamatan. Hughes (2008) menyatakan

bahwa langkah awal untuk memperbaiki pelayanan yang berkualitas adalah

keselamatan, sedangkan kunci dari pelayanan yang bermutu dan aman adalah

membangun budaya keselamatan pasien. Kenyataan yang ada menunjukkan

bahwa walaupun komitmen penjaminan mutu telah menjadi prioritas dalam

pemberian pelayanan kesehatan, seringkali upaya peningkatan kualitas

pelayananlebih mempertimbangkan aspek bisnis semata. Peningkatan penyediaan

dan kelengkapan sarana dan fasilitas rumah sakit lebih menjadi fokusupaya

peningkatan mutu sedangkan program-program yang berhubungan dengan

keselamatan pasien dan pemberi pelayanan selaku customer eksternal dan internal

cenderung terabaikan.

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana

rumahSakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini meliputi: assesmen

risiko,identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

menindaklanjuti insiden serta implementasi solusi untuk mengurangi dan

meminimalkan timbulnya risiko (Depkes, 2008a; Undang-undang No. 44 tahun 2009).

Secara khusus telah dirumuskan suatu indikator klinik mutu pelayanan

keperawatan di sarana kesehatan terkait dengan keselamatan oleh Depkes (2008c)

17
yang terdiri dari angka kejadian luka dekubitus, angka kejadian kesalahan pada

pemberian obat oleh perawat, angka kejadian pasien jatuh, dan angka kejadian

cidera akibat restrain.

Laporan Insiden Keselamatan PasienOrganisasi kesehatan dunia (WHO)

juga telah menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada pasien.

Data Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada tahun 2004 menurut World Alliance

for Patient Safety, Forward Programme, di Rumah Sakit di berbagai negara

menunjukan angka 3 - 16%. Adapun data KTD dipelayanan kesehatan dari

beberapa Negara: USA (New York State) (Harvard Medical Practice Study) 3,8%,

USA (Utah Colorado Study (UTCOS) 3,2 %, USA (UTCOS) 5,4%, Australian

(Quality in Australian Health Care Study) QAHCS 16,6%, Australia (QAHCS):

10,6%, UK: 11,7%, Denmark: 9,0%, New Zeland: 12,9%, Canada: 7,5%. di

Indonesia berdasarkan Propinsi menemukan bahwa dari 145 insiden yang

dilaporkan sebanyak 55 kasus (37,9%) terjadi di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan

berdasarkan jenisnya dari 145 insiden yang dilaporkan tersebut didapatkan

sebanyak Kejadian Nyaris cidera (KNC) sebanyak 69 kasus (47,6%), Kejadian

Tak Diharapkan (KTD) sebanyak 67 kasus (46,2%) dan lain-lain sebanyak 9 kasus

(6,2%) (Lumenta, 2008). Walaupun data ini telah ada secara umum di Indonesia,

kejadian atau catatan yang berhubungan dengan keselamatan pasien di rumah

sakit belum dikembangkan secara menyeluruh oleh semua rumah sakit sehingga

perhitungan kejadian yang berhubungandengan keselamatan pasien.

Peran optimal perawat dalam pengembangan mutu pelayanan keperawatan

telah berkembang dan mengarah pada tuntutan akan kompetensi yang adekuat

18
untuk mendukung gerakan keselamatan pasien. Menurut Mitchell dalam Hughes

(2008), perawat merupakan kunci dalam pengembanganmutu melalui keselamatan

pasien. The Institute of Medicine (IOM) pada tahun 2000 mengemukakan dua

peran perawat dalam keselamatan pasien yaitu memelihara keselamatan melalui

transformasi lingkungan keperawatan yang lebih mendukung keselamatan pasien

dan peran perawat dalam keselamatan pasien melalui penerapan standar

keperawatan yang terkini.

Penerapan keselamatan pasien merupakan hal yang sangat kompleks dan

tergantung oleh banyak faktor yang berkontribusi. Menurut Cahyono (2008),

hambatan yang paling berat dalam penerapan keselamatan pasien adalah

bagaimana menciptakan Safety Culture sebagai fondasi program keselamatan

pasien. Selain kompleksitas yang terjadi dalam suatu organisasi rumah sakit,

Lumenta (2008) menyatakan penerapan keselamatan pasien dipengaruhi oleh (5)

faktor yaitu (1) faktor individu dan kinerja, (2) faktor lingkungan kerja, (3) faktor

pasien, (4) faktor organisasional dan (5) faktor eksternal.

Peningkatan pengetahuan merupakan dampak yang diharapkan dari adanya

pelatihan. Dalam lingkup mutu dan keselamatan, pelatihan merupakan salah satu

sarana untuk menambah kebutuhan akan pengetahuan baru dan untuk

meningkatkan kinerja individu dan kinerja sistem (Henriksen & Dayton, 2006).

Marquis dan Huston (2006) menyatakan bahwa program pengembangan staf

melalui pelatihan dan pendidikan merupakan program yang efektif untuk

meningkatkan produktifitas perawat. Dukungan yang adekuat dalam bentuk

pelatihan profesional dan pengembangan pengetahuan merupakan salah satu

19
upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif bagi perawat agar asuhan

yang aman dapat diberikan (ICN, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari (2009) di Rumah Sakit Jakarta mengenai

hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan keselamatan pasien

didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat

pelaksana dengan keselamatan pasien. Penelitian lain terkait dengan keselamatan

pasien dari perspektif pasien yang dilakukan oleh Maryam (2009) di Irna Bedah

dan Irna Medik RSU S didapatkan bahwa faktor yang paling berhubungan

dengan kepuasan pasien dalam penerapan tindakan keselamatan pasien oleh

perawat pelaksana adalah akurasi pemberian obat pasien.

Berdasarkan data dan latar belakang di atas menunjukkan bahwa pelayanan

kesehatan yang mengedepankan keselamatan pasien membutuhkan peran optimal

keperawatan. Penerapan keselamatan pasien merupakan suatu hal yang sangat

kompleks dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini berhubungan dengan

sifat pelayanan dan asuhan yang diberikan oleh perawat memiliki karakteristik

tersendiri. Kontak langsung perawat dengan pasien dalam interaksi yang

berlangsung terus menerus dan interdependensi dengan tenaga kesehatan

professional lainnya dalam kerangka kemitraan dan koordinasi menjadikan

perawat harus menjalankan peran pentingnya sebagai advokator bagi pasien untuk

menjamin keamanan asuhan yang diterima pasien. Berbagai faktor yang

mungkin berkontribusi dalam penerapan program keselamatan pasien perlu

diantisipasi agar peran perawat dapat lebih optimal dalam menerapkan program

keselamatan pasien.

20
Belum adanya penelitian mengenai pengaruh pelatihan keselamatan pasien

terhadap pemahaman perawat mengenai penerapan keselamatan pasien menjadi

alasan penting mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan. Atas pertimbangan

tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ‘Pengaruh Pelatihan

Keselamatan Pasien terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana mengenai Penerapan

Keselamatan Pasien.

Hasil survei awal yang di lakukan 5 kasus Kejadian Tak Diharapkan dan 15 kasus

kejadian nyaris cidera dalam 2 bulan terakhir. Jumlah perawat yang ada di RSI Siti

Maryam berjumlah 35 perawat terdiri dari : 1 spk. 27 D3. Dan 7 S.kep

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap perawat pelaksana

mengenai keselamatan pasien R.S.I Siti Maryam

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan

keselamatan pasien terhadap pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan

keselamatan pasien di Rumah Sakit.

Tujuan Khusus

MengidentifikasiKarakteristik perawat pelaksana (umur, jenis kelamin, lama

kerja, status pernikahan dan status kepegawaian).

1. Diidentifikasi pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan

keselamatan pasien sebelum mendapatkan pelatihan keselamatan pasien.

21
2. Diidentifikasi pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan

keselamatan pasien sesudah mendapatkan pelatihan mengenai keselamatan

pasien

3. Dianalisis pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap pemahaman

perawat pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien

D. Manfaat Penelitian

Teoritis.

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh pelatihan keselamatan pasien

terhadap pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien

Praktis.

1. Bagi Institusi

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu bentuk pengembangan model yang

dapatditerapkan sebagai salah satu pendekatan untuk meningkatkan

pengetahuan perawat dalam lingkup penerapan keselamatan pasien

2. Bagi Tempat Pendidik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan

untukmengembangkan metode pelatihan dengan menggunakan modul yang

teruji efektifitasnya terkait dengan pengembangan SDM dalam lingkup

keselamatan pasien.

22
3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan menjaditolok ukur indikator

pencapaian penerapan keselamatanpasien oleh perawat ini dapat menjadi

dasar untukmenimbulkan kesadaran perawat dan para pengambil kebijakan

mengenai pentingnya pemahaman mengenai keselamatan pasien untuk

membangun budaya keselamatan

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi peneliti

untuk memahami secara lebih komprehensif mengenai pengaruh intervensi

edukatif berupa pelatihan terhadap pemahaman perawat dalam penerapan

keselamatan pasien di rumah sakit

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan Pasien

1. Pengertian

The Institute of Medicine (IOM) mendefinsikan keselamatan sebagai freedom

from accidental injury. Keselamatan dinyatakan sebagai ranah pertama dari

mutu dan definisi mengenai keselamatan ini merupakan penyataan dari

perspektif pasien (Kohn, Corrigan &Donaldson, 2000, hal.18).

Pengertian lainnya menurut CNA (2009) menyatakan bahwa keselamatan

pasien adalah mengurangi dan meringankan tindakan- tindakan yang tidak

aman dalam sistem pelayanan kesehatan dengan sebaik mungkin melalui

penggunaan penampilan praktek yang baik untuk mengoptimalkan outcome

pasien. Senada dengan hal ini Hughes (2008) menyatakan bahwa keselamatan

pasien merupakan pencegahan cidera terhadap pasien. Pencegahan cidera

didefinisikan sebagai bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja

atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan medis. Sedangkan praktek

keselamatan pasien diartikan sebagai menurunkan risiko kejadian yang

tidak diinginkan yang berhubungandengan paparan terhadap lingkup

diagnosis atau kondisi perawatan medis.

24
Depkes (2008) mendefinisikan bahwa keselamatan safety adalah bebas dari

bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien (patientsafety) adalah pasien

bebas dari harm/ cidera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm

yang potensial akan terjadi (penyakit, cidera fisik/sosial/psikologis, cacat,

kematian dll), terkait pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan

suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem

ini meliputi: assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan menindaklanjuti insiden serta

implementasi solusi untuk mengurangi dan meminimalkan timbulnya risiko

(Depkes, 2008; Undang-undang No. 44 tahun 2009).

Upaya tenaga kesehatan untuk tidak membahayakan dan merugikan pasien

yang telah mempercayakan penanganan kesehatannya terhadap tenaga

kesehatan dan rumah sakit dengan didasari oleh standar dan kode etik

professional yang harus ditaati, berhubungan dengan keterkaitan berbagai

upaya untuk memnuhi hak pasien atas keamanan dan keselamatan, hak atas

informasi, hak untuk didengarkan dan hak untuk memilih pelayanan yang

diperoleh (CNA, 2004,). Definisi dari berbagai sumber di atas dapat

dirumuskan menjadi suatu kesimpulan mengenai keselamatan pasien.

Keselamatan pasien merupakan suatu bagian penting dalam mutu pelayanan

yang menekankan pada suatu kondisi yang tidak merugikan pasien,

mengurangi dan meminimalkan risiko melalui berbagai upaya sistemik yang

berorientasi pada optimalisasi hasil pelayanan yang diterima pasien.

25
2. Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Lumenta (2008) menyatakan penerapan keselamatan pasien dipengaruhi oleh 5

faktor yaitu (1) faktor individu dan kinerja, (2) faktor lingkungan kerja, (3) faktor

pasien, (4) faktor organisasional dan (5) faktor eksternal. Keberadaan kelima

faktor ini merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi

untuk meningkatkan mutu melalui aspek keselamatan pasien. Sejalan dengan

hal ini, pengembangan model untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien

dalam organisasi dapat juga dilakukan dengan menggunakan teori Burke dan Litwin
(Cahyono, 2008).

3. Keselamatan Pasien dalam Keperawatan

a. Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan Keperawatan

ICN (2002) menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan hal mendasar

dalam mutu pelayanan dan keperawatan. ICN menyebutkan bahwa

peningkatan keselamatan pasien mencakup area yang luas dari kegiatan

dalam rekrutmen, pelatihan dan retensi tenaga professional, pengembangan

kinerja, keselamatan lingkungan dan manajemen risiko yang meliputi

pengendalian infeksi, keamanan dalam penggunaan obat- obatan, peralatan

yang aman, praktek klinik yang aman, lingkungan perawatan yang aman

dan mengakumulasikannya dalam sebuah batang tubuh pengetahuan ilmiah

yang berfokus pada keselamatan pasien dan infrastruktur yang mendukung

pengembangannya. Keperawatan yang mengarah pada keselamatan pasien

berada pada seluruh aspek yang ada dalam pelayanan keperawatan. Hal ini

mencakup aspek komunikasi dalam kerangka pemberian informasi terhadap

pasien dan hal lain yang terkait dengan risiko dan pengurangan risiko serta

26
advokasi terhadap keselamatan

pasien dan pelaporan KTD.

Peran penting manajemen keperawatan dalam konteks pengembangan SDM

yang berhubungan dengan pelatihan keselamatan pasien tidak terlepas dari

pelaksanaan fungsi manajemen dalam mengelola pelayanan keperawatan

secara lebih optimal. Fungsi manajemen keperawatan yang berorientasi pada

pengelolaan sistem dalam kerangka planning, organizing, actuating dan

controlling terhadap berbagai fenomena yang berhubungan dengan pelatihan

keselamatan pasien merupakan suatu proses yang dinamis dan

berkesinambungan serta perlu didukung dengan upaya nyata agar hasil yang

diperoleh menjadi lebih optimal. Penerapan pendekatan fungsi manajemen

dalam pengelolaan manajemen keperawatan yang berorientasi pada mutu dan

keselamatan pasien menjadi suatu hal yang sangat penting agar strategi

pengelolaan keselamatan pasien menjadi lebih efektif. Berdasarkan hal

tersebut maka penerapan fungsi manajemen yang mengacu pada mutu dan

keselamatan pasien adalah sebagaimana yang dijabarkan dalam penjelasan

berikut (Huber, 2006:)

b. Fungsi Perencanaan (Planning)

Landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan adalah fungsi

perencanaan. Fungsi manajemen lainnya dapat dilakukan dengan baik jika

fungsi perencanaan telah dilaksanakan secara optimal. Penetapan visi, misi

dan tujuan organisasi merupakan bentuk nyata fungsi perencanaan yang

harus dilakukan oleh seorang manajer keperawatan (Huber, 2006). Terkait

27
dengan hal ini visi, misi dan tujuan organisasi menjadikan manajer dan

staf perawat dapat terlibat secara optimal dalam memperbaiki mutu melalui

keselamatan pasien. Gillies (1994) menyatakan bahwa perencanaanyang

matang diperlukan untuk menghindari kesalahan dan meningkatkan

efektifitas kerja. Hal ini secara jelas menyatakan mengenai dampak fungsi

perencanaan terhadap keselamatan pasien.

c. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Pengelolaan sumber daya dalam organisasi (man, money, methods, machine

dan materials) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan organisasi melalui penerapan fungsi pengorganisasian.

Efektifitas fungsi keperawatan dalam organisasi dapat didorong dengan

menempatkan keperawatan dalam stuktur formal dan informal. Dalam

lingkup keselamatan pasien maka pengelolaan efektif sumber daya

organisasi yang salah satunya melalui pelatihan terhadap SDM keperawatan

serta keterlibatan dalam struktur formal dan informal merupakan aplikasi

fungsi pengorganisasian untuk menghasilkan asuhan yang aman.

d. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)

Fungsi pelaksanaan lebih menekankan pada upaya untuk mengarahkan dan

menggerakkan semua sumber daya manusia untuk mencapaitujuan

organisasi. Optimalisasi lingkungan kerja yang diciptakan melalui pengaruh

dan dukungan terhadap staf serta adanya komunikasi efektif merupakan

upaya yang sangat dibutuhkan agar staf termotivasi dan bersemangat

dalam melakukan pekerjaannya. Pelatihan yang diberikan sesuai kebutuhan

28
staf khususnya terkait keselamatan pasien merupakan hal yang sangat

penting untuk menimbulkan kesadaran perawat akan tugas dan tanggung

jawabnya dalam mendukung tujuan organisasi untuk menjamin asuhan

berkualitas dan aman.

e. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Standar keberhasilan program dalam bentuk target, prosedur kerja dan

penampilan staf dibandingkan dengan hasil yang mampu dicapai atau

mampu dikerjakan oleh staf merupakan hal penting dalam fungsi

pengawasan dan pengendalian (Marquis & Huston, 2006). Selain itu supervisi

dalam konteks penilaian, pengawasan dan pembinaan terhadap kinerja staf

juga merupakan hal yang sangat penting. Jika dikaitkan dengan mutu dan

keselamatan pasien maka pelatihan yangditindaklanjuti dengan

pengembangan target, prosedur kerja dan penampilan kerja staf melalui

fungsi pengendalian dan pengawasan secara optimal merupakan suatu hal

yang sangat penting agar staf dapat secara konsisten.

f. Peran Perawat dalam Keselamatan Pasien

Menurut Mitchell dalam Hughes (2008), perawat merupakan kunci dalam

pengembangan mutu melalui keselamatan pasien. Dinyatakan pula bahwa

sejak masa yang lalu responsibilitas perawat terhadap aspek keselamatan

pasien telah ada walaupun masih terbatas pada pencegahan kesalahan

pemberian pengobatan dan pencegahan pasien jatuh. berpendapat bahwa

salah satu hal yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mencegah KTD

beserta dampaknya adalah dengan peningkatan kemampuan perawat untuk

29
melakukan pencegahan dini, deteksi risiko dan koreksi terhadap

abnormalitas yang terjadi pada pasien. Peningkatan angka kematian yang

merupakan bagian dari dampak keselamatan pasien membutuhkan peran

perawat secara adekuat dalam kondisi emergensi untuk mencegah

terjadinya KTD

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggung

jawabkan serta merupakan sesuatu yang eksplisit dan terpikirkan

(Krough, Ichiyo, Nonaka, 2000 dalam Thite, 2004 ). Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, setelah individu melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan sebuahperubahan yang relatif menetap

dalam perilaku yang dihasilkan dari pengalaman (Baron &


Greenberg, 2000). Bloom (1956, dalam Lorio, 2005: Djaali, 2007:

Notoatmodjo, 2007)

membagi perilaku manusia menjadi 3 domain yaitu (1) kognitif

(cognitive), (2).afektif (affective)dan (3) psikomotor

(psychomotor). Untuk pengukuran hasil pendidikan, pengetahuan

merupakan hasil modifikasi mengenai domain perilaku.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang mendasari perilaku akan membuat perilaku

tersebut menjadi lebih langgeng (Notoatmodjo, 2007).

Dalam lingkup keselamatan pasien, pengetahuan SDM kesehatan

30
termasuk perawat merupakan hal yang berhubungan dengan

komitmen yang sangat diperlukan dalam upaya untuk

membangun budaya keselamatan pasien.

Pengetahuan untuk mendukung Learning Culture yang ada dalam

suatu organisasi sangat berhubungan dengan perubahan budaya

keselamatan pasien. Pengetahuan SDM kesehatan termasuk

perawat merupakan hal yang berhubungan dengan komitmen yang

sangat diperlukan dalam upaya untuk membangun budaya

keselamatan pasien (Cahyono, 2008).

KTD sangat berhubungan dengan faktor kesalahan manusia

sebagai penyebabnya. Kesalahan manusia merupakan kesalahan

yang terjadi saat seseorang melakukan aksi atau tindakan.

Tindakan seseorang dipengaruhi oleh aktifitas kognitif. Tidak

adekuatnya pengolahan sistem informasi dalam sistem kognitif

merupakan penyebab kesalahan manusia yang mengancam

keselamatan manusia (Rasmussen, Reason dan Norman dalam Cahyono,


2008).

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi dan berhubungan

dengan beberapa faktor penting. Uraian mengenai faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

31
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat

memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman sebagai

sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi di masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja

yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan

keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama

bekerja dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan

menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007).

b) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan

lebih tinggiakan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya

lebih rendah (Notoatmodjo, 2007). Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Chan (2009) dalam penelitiannya yang

menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan dengan pengetahuan perawat.

c) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa

32
adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu

sifatnya positif maupun negatif (Notoatmodjo, 2007). Berlawanan

dengan hal ini, penelitian yang dilakukan oleh Saxer, de

d) Fasilitas

Fasilitas yang berfungsi sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio,

televisi, majalah, koran, dan buku (Notoatmodjo, 2007).

e) . Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar

maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli

berbagai fasilitas yang berfungsi sebagai sumber informasi

(Notoatmodjo, 2007).

f) . Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

g) Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

33
seseorang.Semakin bertambah umur akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik (Djaali, 2007). Pada umur

madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat

dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan

demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju umur tua,

selain itu orang umur madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada umur ini.

h) Status pernikahan

Hubungan spesifik antara pengetahuan dan status pernikahan

secara langsung dari berbagai literatur belum pernah

ditemukan. Akan tetapi berkaitan dengan status pernikahan

Cherniss menyatakan bahwa status pernikahan merupakan

salah satu faktor dalam kehidupan individu diluar pekerjaan

yang dapat mempengaruhi reaksi atau perilaku individu yang

berhubungan dengan pekerjaan. Siagian (2006) menyatakan

bahwa status perkawinan berpengaruh terhadap perilaku

karyawan dalam kehidupan organisasinya, baik secara

positif maupun negatif.

i) . Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

34
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo,

2007). Sedangkan Djaali (2007) menyatakan bahwa diperlukan

pengaruh lingkungan untuk mendukung perkembangan reaksi

individu terhadap objek material yang dihadapi.

j) . Motivasi

Upaya pengelolaan pengetahuan staf yang bertujuan

pencapaian pengembangan individu dalam organisasi

berhubungan dengan motivasi dimana pengerahan potensi dan

daya manusia dengan jalan menimbulkan dan menumbuhkan

keinginan yang tinggi serta kebersamaan dalam menjalankan

tugas (Djaali, 2007). Menurut penelitian Hadiyati (2008)

dikemukakan bahwa status kepegawaian merupakan factor

hygiene yang menimbulkan motivasi karyawan. Sebaliknya,

penelitian yang dilakukan Riyadi & Kusnanto (2007) menemukan

bahwa tidak ada hubungan antara status kepegawaian dengan

motivasi perawat. Motivasi untuk belajar tentang hal-hal yang

ada dalam pekerjaan karyawan mempengaruhi kemauan staf

untuk meningkatkan prestasi dan kinerja yang berhubungan

dengan tugas dan tanggung jawab yang dipelajari

35
karyawan dari pekerjaannya.

k) . Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan karakteristik individu yang tidak

berhubungan secara langsung dengan pengetahuan. Robbins

(2001) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara

jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam meningkatkan

pengetahuan walaupun kemampuan analisa laki-laki lebih baik

dibandingkan perempuan. Kemampuan penyelesaian masalah,

dorongan, kompetitif, motivasi dan kemampuan belajar pada

laki-laki maupun perempuan adalah sama. mendapatkan

bahwa walaupun terdapat hubungan jenis kelamin dengan

motivasi perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan melalui pelatihan akan tetapi tidak ada

perbedaan yang besar antara motivasi perawat laki-laki dan

perempuan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

3) Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan

(Bloom, Hastings & Madaus, 1956: Djaali, 2007: Lorio, 2005: Notoatmodjo, 2007 ).

Tingkatan pengetahuan tersebut

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sebuah materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali ( recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

36
telah diterima merupakan kondisi yang termasuk dalam

pengetahuan tingkat ini. Menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan merupakan kata kerja yang

digunakan untuk mengukur tingkat tahu yang dimiliki seseorang.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi

juga dapat diartikan sebagai penggunaan metode atau prinsip.

Dapat menggunakan prinsip pemecahanmasalah merupakan salah

satu contoh pengukuran tingkat tahu pada tingkat aplikasi.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

37
suatu objek ke dalam komponen-komponen yang berada dalam

satu struktur organisasi serta masih ada kaitannya satu sama

lain.Menggambarkan (membuat bagan),membedakan,memisahkan

dan mengelompokkan merupakan kata kerja yang dapat digunakan

untuk mengukur pengetahuan pada tingkat analisis.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

dalam bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada merupakan penjelasan mengenai sintesis.

Menyusun, merencanakan, meringkaskan, dan menyesuaikan

terhadap teori yang telah ada merupakan kata kerja yang dapat

digunakan untuk mengukur pengetahuan pada tingkat sintesis.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.Menanggapi,

membandingkan, dan menafsirkan merupakan kata kerja yang

dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan pada tingkat evaluas

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan bertujuan untuk mengukur kecerdasan kognitif

38
atau kapasitas mental untuk memperoleh pengetahuan dasar sebagai

akumulasi dari proses belajar melalui berbagai sumber yang memungkinkan

(Bernardin, 2003). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

memberikan seperangkat alat tes/kuesioner yang dikembangkan tentang

objek pengetahuan yang akan diukur (Lohman dan Bosma, 2002).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain yang akan

diukur (Notoatmodjo, 2003).

Pemahaman dalam konteks keselamatan pasien telah dikembangkan dalam

rumusan yang terintegrasi dan terkait dengan kompetensi perawat dalam

menerapkan keselamatan pasien mengenai standar profesi dan kode etik

keperawatan, mengenai tujuh langkah keselamatan pasien dan sembilan

solusi penerapan keselamatan pasien serta Depkes (2008a) mengenai pedoman

penerapan keselamatan pasien.

5. Pelatihan

a. Pengertian

39
Pelatihan merupakan proses secara sistematik bagi individu untuk

mendapatkan dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang

dibutuhkan untuk kinerja yang lebih baik (Baron & Greenberg, 2000).

Bernardin (2003) menyatakan bahwa pelatihan merupakan upaya

untuk mengembangkan kinerja staf dalam pekerjaannya atau yang

berhubungan dengan pekerjaannya. George & Jones (2002) menyatakan

bahwa pelatihan memiliki makna efektif untuk meningkatkan

kemampuan karyawan. Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang

menyangkut proses belajar untuk memperolehdan meningkatkan

keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang

relatif singkat. Keterampilan yang dimaksud dalam hal ini adalah

keterampilan dalam berbagai bentuk antara lain

physical skil, intelectual skill, social skill , dan managerial skill (Rivai

dan Sagala, 2009). Pelatihan juga merupakan teknik yang dipilih untuk

meningkatkan kualitas, efisiensi, dan kinerja staf. Marquis & Huston (2006)

mendefinisikan pelatihan sebagai metode yang terorganisir untuk

memastikan bahwa individu memiliki pengetahuan dan keterampilan

tertentu danmereka memperoleh pengetahuan yang baik mengenai

kewajiban dalam pekerjaannya. Pengetahuan tersebut dapat

meningkatkan kemampuan afektif, motor dan kognitif sehingga akan

diperoleh suatu peningkatan produktifitas atau hasil yang baik.

Pengembangan staf yang sering dihubungkan dengan pelatihan

mengarah pada adanya manfaat desain pembelajaran dalam pelatihan

40
untuk membantu pertumbuhan staf. Pelatihan yang efektif adalah

pelatihan yang mencakup dan mempertimbangkan pengalaman belajar,

menjadi aktifitas terencana dari organisasi serta didesain sebagi respon

terhadap suatu kebutuhan. Untuk itu seharusnya organisasi

menawarkan program pelatihan yang bervariasi untuk menemukan

dan memenuhi kebutuhan organisasi akan hal tersebut. Sejalan dengan

hal ini Mc.Cutcheon et. al. (2006) merekomendasikan bahwa SDM

keperawatan memiliki kebutuhan yang besar untuk mendapatkan

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam berbagai jenjang untuk

mendukung penerapan keselamatan pasien. Pelatihan memiliki nilai

kemanfaatan yang sangat besar baik dari aspek staf maupun organisasi.

menyatakan bahwa transfer ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh

staf dalam pekerjaannya berhubungan dengan kinerja staf selanjutnya.

Selain itu manfaat dari pelatihan dan pengembangan terhadap organisasi

adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas output, menurunkan biaya

limbah dan perawatan, menurunkan jumlah dan biaya kecelakaan,

dan meningkatkan kepuasan kerja. Manfaat lain yang dapat diperoleh

staf melalui pelatihan adalah berupa tanggung jawab dan prestasi

yang lebih dapat diinternalisasi, meningkatnya pengetahuan,

keterampilan dan sikap serta membantu menghilangkan rasa takut

menghadapi tugas baru. Sikap yang lebih positif terhadap orientasi yang

akan dicapai oleh organisasi dan sikap moral yang lebih baik juga

dirasakan sebagai manfaat oleh organisasi.

41
b. Jenis Pelatihan

Jenis pelatihan yang dapat dikembangkan oleh organisasi dapat

menjadikan prinsip belajar dalam pelatihan menjadi lebih efektif

Berikut merupakan metode yang dapat digunakandalam

pengembangan SDM berdasarkan teknik dan prinsip belajar yang

terkandung dalam berbagai jenis pelatihan yaitu:

1. On the job training

On the job training merupakan pelatihan dengan instruksi

pekerjaan dimana pekerja ditempatkan dalam situasi riil di

bawah bimbingan staf yang berpengalaman atau seorang

supervisor. Evaluasi dan umpan balik merupakan hal penting

yang dilakukan oleh supervisor agar pekerja pada akhirnya

dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Bentuk lain dari

On the job training adalah rotasi kerja dan magang. Rotasi kerja

merupakan suatu teknik pelatihan dimana peserta pelatihan

dipindahkan dari tempat kerja yang satu ke tempat kerja

lainnya. Partisipasi peserta pelatihan dan tingkat transfer

pekerjaan yang tinggi merupakan manfaat belajar dalam rotasi

kerja yang efektif. Jika dibandingkan dengan rotasi kerja maka

magang merupakan program yang memiliki aspek rancangan

kurang begitu cermat dibandingkan dengan rotasi kerja.

Magang ditangani oleh supervisor atau manajer dan bukan oleh

departemen SDM. Walaupun demikian, partisipasi, umpan

42
balik dan transfer pekerjaan lebih tinggi dalam jenis pelatihan

ini.

2. Off the job training

Beberapa pendekatan yang tercakup dala off the job training

antara lainadalah ceramah kelas, case study, simulasi, praktek

laboratorium, role playing dan behavior modeling. Berikut

merupakan penjelasan terkait hal tersebut yaitu:

a) Ceramah Kelas

Ceramah merupakan pendekatan yang sering digunakan

karena mengandalkan komunikasidaripada memberi model.

Umpan balik dan partisipasi peserta dengan metode ini dapat

meningkat dengan adanya diskusi selama ceramah.

b) Case Study

Metode kasus adalah metode pelatihan yang menggunakan

deskripsi tertulis dari suatu permasalahan riil yang dihadapi

oleh perusahaan atau perusahaan lain.Identifikasi masalah,

memilih solusi dan mengimplementasikan solusi tersebut

merupakan proses yang dikelola agar staf dapat mengambil

keputusan melalui pengembangan keahlian dalam

pengambilan keputusan.

c) Simulasi

Simulasi dilakukan dengan melibatkan simulator yang

43
mengandalkan aspek-aspek uatam dalam situasi kerja.

Pelatihan dengan menggunakan teknik ini umumnya

digunakan untuk melatih staf karena tidak diperkenankannya

trial dan errordalam pengambilan keputusan.

d) Praktek Laboratorium

Pelatihan dengan pendekatan praktek di laboratorium

dirancang untuk meningkatkan keterampilan interpersonal.

Selain itu juga dapat digunakan untuk membangun perilaku

yang diinginkan untuk tangggung jawab staf selanjutnya.

Pengalaman berbagi perasaan, perilaku,persepsi dan reaksi

merupakan hasil pelatihan dengan pendekatan ini.

e) Role playing

Role playing adalah metode pelatihan yang merupakan

perpaduan antara metode kasus dan pengembangan sikap.

Masing-masing peserta dihadapkan pada suatu situasi dan

diminta untuk memainkan peranan dan bereaksi terhadap

peserta yang lain. Kesuksesan metode ini tergantung pada

kemampuan peserta untuk memainkan peranannya sebaik

mungkin.

f) Behavior Modeling

44
Metode ini memungkinkan suatu proses psikologis dengan

pembentukan pola baru dan meningggalkan pola lama.

Proses belajar terjadi melalui observasi dan imajinasi

melalui pengalaman orang lain dalam rangka meningkatkan

keahlian interpersonal.

45
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Kerangka konsep adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal

khusus. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruktur atau

yang lebih dikenal dengan nama variable

Variable adalah simbol atau lambang yang menunjukan nilai atau bilangan

dari konsep

Independen Dependen

Pelatihan Pemahaman
Keselamatan Perawat Pelaksana
Pasien

46
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap

Pemahaman Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan

PasienKeterangan :

Yang Diteliti :

Pengaruh :

B. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap pemahaman

perawat pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien di RSI

SITTI MARYAM manado

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi variabel independen

yaitu perlakuan berupa pemberian pelatihan mengenai keselamatan pasien

terhadap perawat pelaksana. Sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan

keselamatan pasien.

47
TABEL 3.2

Skala
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skore
Ukur
Independen Cara Yang Di SAP berisikan SAP
Pelatihan Lakukan Untuk Materi Tentang
Keselamatan Memberikan Pasien safety
Pasien Informasi -
Mengenai
Keselamatan
Pasien Terhadap
Perawat
Pelaksana

Dependen: Kemampuan Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Pemaham


Pemahaman kognitif perawat yang terdiri an baik
Perawat pelaksana untuk dari 10 2. Pemaham
Pelaksana menjelaskan dan pertanyaan pre an
menginterpretasi- dan post test. kurang
kan secara benar Skor tiap
tentang pertanyaan
penerapan bernilai 1 jika
keselamatan jawaban salah
pasien oleh dan bernilai 2
perawat yang jika jawaban
terdiri dari benar.
pemahaman
mengenai prinsip
keselamatan
pasien,
manajemen
keselamatan
pasien dan
penerapan
keselamatan
pasien dalam

48
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Quasi

Experiment dengan pendekatan one group pretest-posttest design untuk

mengukur pengaruh pelatihan keselamatan pasien yang diberikan pada

perawat pelaksana terhadap pemahaman perawat pelaksana mengenai

penerapan keselamatan pasien. Pendekatan one group pretest-posttest

design digunakan untuk melihat efektifitas perlakuan melalui perbedaan

Sebelum Dan Sesudah Pada (Pollit & Hungler, 1999: Watson, McKenna, Cowman

& Keady, 2008: Arikunto, 2009)

Pemahaman perawat sebagai variabel dependen diukur sebelum dan

setelah pelatihan keselamatan pasien dilakukan. Pengukuran mengenai

pemahaman perawat diambil dari sumber primer yaitu perawat pelaksana

secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang disusun dan

dikembangkan sendiri oleh peneliti. Deskripsi dari penelitian ini sesuai

dengan pendapat Arikunto (2009)

49
.
O1 Intervensi O2

Keterangan :

O1 : Pemahaman perawat pelaksana yang di ukur sebelum di lakukan

penelitian keselamatan pasien

X : Pasien Safety

O2 : Pemahaman perawat pelaksana yang di ukur sesudah di lakukan

penelitian keselamatan pasien

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2002;

Arikunto, 2006). Sugiyono (2008) menyatakan bahwa populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas

dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya oleh

peneliti. Ariawan (1998) menyatakan bahwa populasi merupakan kumpulan

individu di mana hasil suatu penelitian akan dilakukan generalisasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana (35

perawat)

50
b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2008). Arikunto (2006) menyatakan bahwa sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel yang diambil

dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria inklusi

yang ditetapkan terhadap populasiSampel dalam penelitian ini yaitu

diambil dengan mengguna tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu

diambil dari keseluruhan populasi

C. Kriteria Iklusi Dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1). Memiliki latar belakang pendidikan minimal DIII Keperawatan

2). Tidak sedang dalam masa orientasi atau masa kerja kurang dari 6

bulan

3). Bersedia menjadi responden yang dibuktikan dengan surat kesediaan

untuk menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1). Tidak sedang berada dalam masa cuti kerja pada saat keseluruhan

proses penelitian dilakukan (tahunan, menikah, melahirkan,

ataupunsakit)

2). Perawat sedang berada dalam masa tugas belajar atau mengikuti

pendidikan/pelatihan yang meninggalkan tugasnya di rumah sakit.

51
D. Waktu Dan Tempat

a. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada hari rabu 15 Juni 2016

b. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSI. Siti Maaryam

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel

independen (pelatihan pasien safety) adalah dengan menggunakan Standar

AcaraPengajaran (SAP), sedangkan untuk variabel dependen (pemahaman

perawat pelaksana) adalah menggunakan lembaran kuesioner dengan jumlah

pertanyaan 10 soal pre test dan post test, bila jawaban benar diberikan skor 2

dan jawaban salah diberikan skor 1.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan dengan cara melakukan wawancara

dan observasi kepada responden penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder di dapatkan dari di RSI. Sitti Maryam Manado

52
G. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan melalui

tahap sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kembali (editing) yaitu untuk memeriksa data apa sudah

sesuai dengan harapan serta memeriksa kelengkapan dan keseragaman

data.

2. Pengkodean (koding) yaitu pemberian simbol serta menyederhanakan data

dengan pemberian kode. Kegunaan dari koding ini adalah untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat

entry data.

3. Proses/entri data (proccessing) yaitu melakukan entri data dari kuesioner

kedalam paket program komputer yaitu program SPSS.

4. Pembersihan data (cleaning) yaitu pengecekan kembali data yang sudah

dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Teknik Analisis Data

1.Analisis Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian

ini analisis univariat digunakan untuk menjelaskan karakteristik dari

responden, pada penelitian ini adalah jenis kelamin umur, hipertensi

pretest dan hipertensi posttest.

53
2. Analisis Bivariat

Analisisbivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan yaitu variabel independen adalah latihan relaksasi otot

progresif danvariabel dependen adalah penurunan tekanan darah pada

klien dengan hipertensi dengan meggunakan uji Wilcoxon dengan derajat

kemaknaan α = 0,05

I. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak pasien

harus dilindungi (Nursalam, 2008).

Lembar disebarkan kepada subjek yang diteliti dengan menekankan pada

masalah-masalah etika:

1. Informed Concent (Informasi untuk responden)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang

akan terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika responden bersedia

diteliti mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika

tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti

tidak mencantumkan namanya pada lembar dan kuesioner data, cukup

dengan nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui

oleh peneliti.

54
3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data

tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil rise

55
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Awalnya ibu-ibu muslimah yang tergabung dalam perjanjian di Manado yang

kegiatan rutinnya mengadakan pengajian yang dilaksanakan dari rumah ke

rumah, kemudian perkumpulan tersebut diberi nama BMWI (Badan

Musyawarah Wanita Islam). Pengajian tersebut berkembang sesuai dengan

kondisi Kota Manado saat itu, sehingga BMWI (Badan Musyawarah Wanita

Islam) berkeinginan perkumpulan tersebut menjadikan sebuah Balai

Pengobatan/BKIA/Rumah Bersalin.

Pada tanggal 2 April 1969 terbentuk yayasan “Sitti Maryam”, sehingga

dengan yayasan ini berdirilah rumah bersalin/BKIA yang berlokasi di desa

Tuminting. Rumah bersalin/BKIA ini dikelola oleh yayasan Sitti Maryam

bersama dengan panitia khusus. Panitia khusus ini melaksanakan tugas yaitu

mengelola rumah bersalin/BKIA Sitti Maryam yang dipimpin oleh Ishaq

Gobel BA. Pada akhir tahun 1969 dengan bermulanya tahun 1970 terjadi

kerjasama antara panitia fondasi rumah bersalin/BKIA Sitti Maryam dengan

pengurus BMWI (Badan Musyawarah Wanita Islam) Manado.Setelah

bangunan rumah bersalin berdiri, kepengurusannya diserahkan kepada BMWI

(Badan Musyawarah Wanita Islam), sedangkan panitia maal tetap membantu

56
tenaga, bilamana dibutuhkan turut serta menjaga keamanan bangunan rumah

yang baru diselesaikan tersebut.

Visi, Misi dan Motto

a. Visi

Rumah Sakit Islam Sitti Maryam Manado adalah Pusat Pelayanan Kesehatan

Masyarakat bermutu, dengan pelayanan kesehatan paripurna, ditunjang tenaga

profesional dan memiliki sarana dan prasarana mutahir.

b. Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan secara paripurna (preventif, promotif,

kuratif dan rehabilitatif), tepat waktu dan terstandar.

2. Peningkatan pelayanan Rumah Sakit yang bermutu melalui peningkatan

program pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan

pelatihan.

3. Meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana medis maupun non

medis Rumah Sakit menunjang pelayanan kesehatan profesional dan

bermutu.

4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan staf Rumah Sakit sebagai asset

berharga Rumah Sakit.

4.4 Motto

“Maju Terus Pantang Mundur

57
1. Data Demografi Karakteristik Responden

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 : distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


Frequency (f) Percent (%) Total

laki – laki 14 40.0 40.0


Valid Perempuan 21 60.0 60.0
Total 35 100.0 100.0
Sumber : Data Primer 2016

Tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan lebih banyak responden perempuan yaitu 21

orang 60% dan laki-laki 14 orang 40%.

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur

Tabel 5.2 : distribusi frekuensi berdasarkan umur

Frequency (f) Percent (%) Total


22 – 26 19 54.3 54.3
27 – 32 10 28.6 28.6
Valid 33 – 37 5 14.3 14.3
38 – 42 1 2.9 2.9
Total 35 100.0 100.0
Sumber : Data primer 2016

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat distribusi frekuensi berdasarkan umur

menunjukan bahwa dari 35 responden yang paling banyak adalah

rentang usia 22-26 yaitu sebanyak 19 responden atau 54,3%.

58
2. Analisis Univariat

a. Distribusi frekuensi berdasarkan Pre

Tabel 5.3 frekuensi Pre


Frequency Percent Total Cumulative
(f) (%) Percent
1-10 (kurang baik) 29 82.9 82.9 82.9
Valid 11-20 (baik) 6 17.1 17.1 100.0
Total 35 100.0 100.0
Sumber : Data Primer 2016

Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi pre 1-10

menunjukan bahwa 29 responden kurang baik (82,9%) dan 6 responden baik

(17,1%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan post

Tabel 5.4 frekuensi post


Frequency Percent Total Cumulative
(f) (%) Percent
1-10 (kurang baik) 1 2.9 2.9 2.9
Valid 11-20 (baik) 34 97.1 97.1 100.0
Total 35 100.0 100.0
Sumber : Data Primer 2016

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi post 11-20

menunjukan bahwa 1 responden kurang baik (2,9%) dan 34 responden

baik(97,1%)

59
3. Analisa Bivariat

Tabel.5.5. Distribusi Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien Terhadap Pemahaman


Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Pasien Di RSI Siti Maryam
Manado
Pemahaman Median Mean P
N
perawat (Minimum-Maksimum) Rank Vallue
Pre 35 1 (1-2)
14,50 0,000
Post 35 2 (1-2)
Sumber : Uji Wilcoxon <0,05

Berdasarkan tabel 5,5 di atas menunjukan 35 responden, Berdasarkan

hasil uji statistic di peroleh nilai p sebesar .000 yakni lebih kecil dari nilai α=

0,005. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan mengenai pemahaman

perawat di RSI Sitti Maryam Manado

4. Pembahasan

Penelitian ini berjudul “Pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap

pemahaman perawat pelaksana mengenai penerapan keselamatan pasien di

RSI sitti Maryam manado”.

Ini adalah penelitian dengan menggunakan uji (wilcoxon) sampel pada

penelitian ini 35 responden dengan tujuan penelitian mengetahui pengaruh

pelatihan keselamatan pasien terhadap pemahaman perawat pelaksana

mengenai penerapan keselamatan pasien. Analisa kedua variabel diatas

menggunakan uji statistik Wilcoxon di mana di dapati nilai p = ,000 yakni

60
lebih kecil dari α = 0,005. Hal ini menunjukan adanya pengaruh mengenai

pemahaman perawat.

Terlihat dari 35 responden yang paling banyak jenis kelamin perempuan

21 responden (60,0%). Laki-laki 14 responden (40.0%). Berdasarkan tabel

5.2. umur 22-26 tahun yaitu 19 responden (54,3%). Berdasarkan tabel 5.3

pre test dari 35 responden yang menikuti 29 responden (82,9%) kurang baik

dan 6 responden (17,1%) baik. Berdasarkan tabel 5.4 post test dari 35

responden yang mengikuti 1 responden (2,9%) kurang baik dan 34

responden (97,1%) baik.

Pemahaman awal perawat pelaksana berdasarkan hasil penilaian melalui

pre test. dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman pada

sebelum pelatihan (pre test) tinggi sebesar 82,9% (kurang baik)

menunjukkan pemahaman awal perawat pelaksana mengenai keselamatan

pasien belum optimal walaupun secara keseluruhan dan setelah di berikan

pelatihan. Pemahaman perawat pelaksana berdasarkan hasil penilaian post

testdalam hal ini menunjukan bahwa rata-rata pemahaman pada sesudah

pelatihan (post test) lebih tinggi 97,1% (baik).

Pengetahuan staf merupakan investasi yang sangat penting dalam

organisasi. Baron dan Greenberg (2000) menyatakan bahwa pengetahuan,

kemampuan, keterampilan dan kepribadian merupakan bagian dari

karakteristik individual yang akan mempengaruhi perilaku organisasi. Rivai

dan Sagala (2009) menyatakan bahwa kemampuan staf dalam suatu bidang

61
kerja tidak menjamin bahwa staf tersebut kompeten dan sukses dalam

melakukan pekerjaannya. Setiarso, Triyono dan Subagyo (2009) menyatakan

bahwa budaya lingkungan dalam bentuk nilai dan kepercayaan, motivasi

dan komitmen, serta insentif untuk upaya berbagi pengetahuan dalam

organisasi merupakan suatu hal yang penting dalam program pengelolaan

pengetahuan dalam organisasi. Cahyono (2008) menyatakan bahwa

pengetahuan SDM kesehatan termasuk perawat merupakan hal yang

berhubungan dengan komitmen yang sangat diperlukan dalam upaya untuk

membangun budaya keselamatan pasien.

Perlu membangun budaya berbagi pengetahuan (knowledge sharing).

Memiliki pengaruh sangat besar untuk meningkatkan kemampuan manusia

dalam berpikir secara logis yang di perlukan untuk menghasilkan kreatifitas

dan meningkatkan daya inovasi. Pengetahuan staf harus di kelola sehingga

organisasi perlu merencanakan dan mengimplementasikan program

pengelolahan pengetahuan. (Setiarso, Triyono dan Subagyo. 2009)

Baron & Greenberg (2000) menyatakan bahwa pelatihan digunakan untuk

menyiapkan karyawan baru menghadapi tantangan dalam pekerjaannya.

Cahyono (2008) menyatakan bahwa pelatihan merupakan proses sistematik

dan terorganisir untuk mempengaruhi produktifitas, kinerja dan pekerjaan

staf secara efektif serta penguasaan suatu hal yang khusus yang menjadi

kewajiban dari pekerjaan yang dimiliki oleh staf. Dampak kegiatan kognitif

yang diperoleh seseorang melalui pelatihan adalah berupa proses

62
pengambilan keputusan yang semakin baik sehingga seseorang akan

terhindar untuk melakukan kesalahan.

Hasil penelitian dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Juslida (2001) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

nilai rata-rata pengetahuan antara pre test dan post test dengan p value

sebesar 0,001.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kirana

(2007) yang menemukan bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif perawat

secara signifikan pada kelompok sebelum dan setelah diberikan pelatihan

dengan p value=0,000.

Hasil penelitian juga menunjukan terdapat 7 responden yang memeliki

pemahaman tentang pasien safety sama sebelum dan sesudah, namun

terdapat peningkatan pada nilai jawaban pada post test lebih besar dari pada

pre test. Hali ini dikarenakan responden yang focus pada saat mengkuti

pelatihan pasien safeyt. Hal ini sesuai dengan teori lain yang diungkapkan

oleh (Cahyono,2008) bahwa Pemahaman setiap orang sama akan tetapi ada

peningkatan pemahaman seseorang ketika orang tersebut lebih focus dan

serius dalam mengikuti pelatihan.

63
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji wilcoxon maka kesimpulan

dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman awal perawat pelaksana berdasarkan hasil penilaian melalui

pre test. dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman

pada sebelum pelatihan (pre-test) tinggi (kurang baik).pemahaman awal

perawat pelaksana mengenai keselamatan pasien belum optimal.

2. Pemahaman perawat pelaksana berdasarkan hasil penilaian post-test lebih

tinggi (baik). dalam hal ini menunjukan bahwa rata-rata pemahaman

perawat pelaksana sudah optimal.

3. adanya pengaruh sebelum di berikan pelatihan dan sesudah di berikan

pelatihan mengenai keselamatan pasien.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka saran yang

dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut :

1. Bagi Tempat Penilitian

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan perawat

untuk dapat mengembangkan pengetahuan perawat dengan penanganan

64
pada pasien, tigkat pengetahuan yang baik dapat meningkatkat tingkat

keberhasilan penanganan pada pasien Di RSI Sitti Maryam Manado.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penilitian ini diharapkan menjadi sumber referensi bagi

dosen dan mahasiswa dalam mengembangkan ilmu keperawatan

khususnya di ruangan lingkup Ilmu keperawatan.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi informasi dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan

Sebagai pengalaman berharga yang dapat menambah wawasan serta

pengetahuan baru tentang penelitian ilmiah.

65
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron, R.A. & Greenberg, J. (2000). Behaviour in organizations. (7th ed.). New Jersey:

Prentice Hall.

Bloom, B.S., Hastings, J.T., & Madaus, G.F. (1956). Taxonomy of educational objectives: the

classificationofeducationalgoals,handbook1,cognitivedomain.10Februari2010.http://

www.esf.edu/erfeg/endreny/courses/LevelsofKnowledge.htm.

Bernardin, H.J. (2003). Human resource management: An experential approach.


(3rd ed.). New York: The McGraw-Hill Companies

Cahyono, J.B.S.B. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik

kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Chan, M.F. (2009, Februari). Factors affecting knowledge, attitude, and skills levels for

nursing staff toward the clinical management system in hongkong.

Canadian Nurses Association. (2004) . Everyday Ethics. Ottawa: The Author. Juni .28

2010.http://www.cnanurses.ca/CNA/documents/pdf/publications/EverydayEthics_e.pdf .

Canadian Nurses Association. (2009). Position statement patient safety. Ottawa: The

Author.Januari14,2010.http://www.cnaaiic.ca/cna/documents/pdf/publications/PS102

_Patient_Safety_e.pdf Considine, J. (2005, Maret). The role of nurses in preventing

adverse events related to respiratory dysfunction: Literature review. Journal of

Advanced Nursing, 49 (6), 624-633.

Depkes. (2008). Pedoman indikator mutu pelayanan keperawatan klinik di sarana kesehatan.

Jakarta: The Author.

66
Depkes & KKP-RS. (2008a). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (Edisi 2).

Jakarta: The Author.

Djaali. (2007). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dunn, K.L, et al. (2006).

Medical record review of death, unexpected intensive.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management: a sistem approach. (3rd ed.)


Phyladelphia: WB. Saunders Company

George, J.M. & Jones, G.R. (2002). Understanding and managing organizational behaviour.
(3rd ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Hadiyati, W. (2008). Pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap kinerja pegawai di lembaga

pendidikanattaufiqbogor.Maret10,2010.http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=mbipb- 12312421421421412-witahadiya-623.

Henriksen, K., & Dayton, E. (2006, Agustus 25). Issues in the design of training for
quality and safety. Quality and Safety Health Care15 (1), i17-i24. Januari 10,
2010. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2464873/pdf/i17.pdf

Huber, D.L. (2006). Leadership and nursing management. (3rd ed.). Philadelphia: Saunders

Elsevier.

Hughes, R.G (2008). Patient safety and quality: an evidence-based handbook for nurses.

Rockville MD: Agency for Healthcare Research and Quality Publications. Januari

10, 2010. http://www.ahrq.gov/QUAL/nurseshdbk/.

International Council of Nurse & World Health Organization. (2007). Islamabad declaration

on strengthening nursing and midwifery. Juni 23, 2008. http://www.icn.ch.

International Council of Nurse (2002). Position statement patient safety. Geneva: The Author.

Januari 14, 2010. http://www.icn.ch.

67
Kohn., Corrigan, J.M., & Donaldson, M.S. (2000). To err is human: building a safer health

sistem. Washington DC: National Academies Press. Desember 20, 2009.

http://www.nap.edu/openbook.php?isbn=0309068371.

Lohman, D.F & Bosma, A. (2002). Using cognitive measurement models in the

assessment of cognitive styles .Februari17,2010.

http://www.citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.133.8212,

Lorio, C.K.D. (2005). Measurement in health behavior: Methods for research and evaluation.

USA: A Wiley Imprint.

Lumenta, N.A (2008). State of the art patient safety. Disampaikan pada Workshop

Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko Klinis di RSAB Harapan Kita pada

tanggal 1-3 April 2008. Jakarta

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2006). Leadership roles and management functions in

nursing: therory and application.(5th Ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Mc.Cutcheon, A.S., et. al. (2006, September). Staffing for safety: a synthesis of the evidence
on nurse staffing and patient safety. Mei 18, 2010. http://www.chsrf.ca.

Maryam, D. (2009). Hubungan penerapan tindakan keselamatan pasien oleh


perawat pelaksana dengan kepuasan pasien di irna bedah dan irna medik RSU D S
Surabaya. .

Notoatmojo S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Prawitasari, S. (2009). Hubungan beban kerja perawat dengan keselamatan pasien di rs

h jakarta. Pascasarjana FIK-UI.

68
Robbins, S.P. (2001). Organizational behaviour: Concepts, controversies, and applications.

(9th ed.). New Jersey: Prentice Hall International.

Riyadi, S & Kusnanto, H. (2007). Motivasi Kerja Dan Karakteristik Individu Perawat Di
RSUD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura. Maret 10, 2010. http://lrc-
kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.18_Sujono_Riyadi_04_07_WPS.pdf
Thite, M. (2004). Managing people in the new economy: targeted HR practices that
persuade people to unlock their knowledge. New Delhi: Sage Publications

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan RB Bandung: CV Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit.

69
70
71
Lampiran 1 :

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


N a m a : Yulianto Kusuma Putra
Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Manado
NIM : 1201006
Akan melaksanakan penelitian dengan judul "Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien
Terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien"
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien
Terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien
Bersama dengan surat ini, saya sebagai peneliti mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk
menjadi responden pada penelitian ini. Peneliti menjamin tidak akan menimbulkan
kerugian bagi Ibu/Bapak sebagai responden. Sebaliknya hasil penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada klien. Identitas serta informasi yang Ibu/ Bapak berikan pada penelitian ini
akan dijaga kerahasiaanya.
Demikian permohonan ini peneliti sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama
Ibu/Bapak, peneliti mengucapkan terima kasih.

Manado, ...... 2016


Peneliti

Yulianto Kusuma
Putra

72
Lampiran 2 :

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Kode Responden :

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Inisial : .............................

Umur : .............................

Alamat : .............................

Setelah membaca penjelasan penelitian dan mendapat penjelasan terhadap pertanyaan

yang diajukan, saya menyadari bahwa penelitian ini tidak berdampak negatif bagi

saya. Saya mengerti bahwa peneliti dapat menghargai dan menjunjung hak-hak saya

sebagai responden. Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini

sangat besar manfaatnya bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien

yang masih kurang pengetahuan terutama dalam perawatan diri.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya tanda tangani dengan penuh kesadaran dan

tanpa paksaan dari pihak manapun.

Manado, .................... 2016


Yang Membuat Persetujuan

(.........................................)
Inisial dan Tanda Tangan

73
Lampiran 3

SAP Patient Safety


Topik Atau Matery : Patien Safety

Sasaran : Perawat

Waktu :

Tempat : Aula RSI Stiti Maryam Manado

1. Standart Berkompetensi : mampu menjelaskan tentang patient safety


2. Kompetensi Dasar : setelah di berikan materi patien safety perawat
mampu menjelaskan apa itu patien safety
3. Pokok Bahasan : Patien Safety
4. Waktu :
5. Bahan : LCD dan Laptop
6. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
7. Materi :

A. Internasional Patient Safety Goals


 Goals 1 : Identifikasi Paien Secara Benar
 Goals 2 : Meningkatkan Komunikasi Efektif
 Goals 3 : High Alert Medication
 Goals 4 : Patient Safety Pada Operasi/Tindakan Invasif
 Goals 5 : Indikator Menurunkan Kejadian Infeksi Rumah Sakit
 Goals 6 : Menurunkan Resiko Cidera Karena Jatuh
 7 Benar

1. Identifikasi Pasien Secara Benar


 Identitas Pasien : Nama Lengkap, Tanggal Lahir, Nomor Rekam Medik
 Identitas Pasien Yang Dapat Berkomunikasi
 Identitas Pasien saat Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium, Radiologi,
Dll
 Identitas Pasien Saat Pemberian Transfusi
 Identifikasi Pasien Pada Bayi baru Lahir

74
 Identifikasi Pasien Yang Tidak Memungkinkan Pemasangan Gelang
Identitas

Gelang Resiko

 DBR : Do Not Resucitation (purple)


 LIMB ALERT (pink)
 LATEX (green)
 FALL RISK (yellow)
 ALERGY (red)

2. Meningkatkan Komunikasi Efektif


a) Sistematika
Komunikasi Antar Petugas :
o Komunikasi Verbal Dengan READ BACK/TBAK ( Tulis,
BacaKembali)
o Pelaporan Hasil Tes Kritis
o Serah Terima Dengan SBAR (Situation-Backround-Assessment-
Recommendation)
Komunikasi Dengan Melibatkan Pasien :
o SPEAK UP

b) Maksud Dan Tujuan


 Komunikasi Efektif Yang Tepat Waktu, akurat, Lengkap, Jelas, Dan di
Pahami Oleh pasien. Akan mengurangi Kesalahan dan keselamatan
pasien.
 Kesalahan yang sering terjadi saat komunikasi adalah :
- Saat instruksi di berikan secara lisan atau melalui telepon
- Pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
Mis. Melaporkan kembali hasil laboraturiom klinik melalui telepon ke
unit perawatan

c) READ BACK /TBAK

Kapan ? saat dokter memberi instruksi verbal, terapkan TBAK Tulis


baca kembali

Bagaimana ? Instruksi pertelepon /Lisan/hasil test yang kritis

75
Bagaimana ? setelah pesan di tuliskan. Bacakan Kembali /BAK(read
back) kepada pengirim pesan pertelepon /lisan/hasil test kritis untuk
konfirmasi kebenaran pesan yang di tulskan, termasuk nama lengkap
pasien, tanggal lahir, dan diagnosis, Tulis nama dokter yang memberikan
pesan

d) Pelaporan Hasil Tes Kritis


Dibagi 3 kategori sesuai jenis pemeriksaan masing-masing unit
penunjang.
Mis. Radiologi, kardiologi
-Kategori merah : Pasien dalam bahaya/akan meninggal/dampak serius
jika tidak segera di tangani, pelaporan hasil harus segera ke dokter.
Prmberi instruksi / yang akan melakukan tindakan. Hasil tes harus
terinformasikan pada dokter <1 jam
-kategori orange : pasien perlu perhatian/tindakan segera walau nilai
tersebut tidak merefleksikan kondisi potensial segera mengancam jiwa.
Hasil test harus sudah terinformasikan pada dokter yang merawat
maksimal 8 jam (dalam satu shift jaga)
-kategori kuning : hasil abnormal untuk penyakit yang memerlukan
deteksi dan evaluasi untuk pengambilan tindakan. Hasil test harus sudah
terinformasikan pada dokter yang merawat dalam maksimal waktu 3-5
hari.

3. High Alert Medication


a. What happened ?
 Memasukkan data pasien yang salah
 Tidak mengenali obat dan aturan pendistribusioan
 Tidak memeriksa instruksi pengobatan

MULTIDISIPLIN

b. Obat high alert


Obat yang beresiko tinggi menyebabkan bahaya bermakna
pada pasien jika obat di gunakan secara salah
c. Independent double-chek

Bandingkan dengan resep/instruksi dokter :

76
 Identitas pasien sudah benar ?
 Nama obat sudah benar ?
 Dosis sudah benar ?
 Rute sudah benar ?
 Kecepatan infus sudah benar ?
 Waktu pemberiansudah benar ?
d. additional double-check
 Indikasi obat sesuai dengan diagnose ?
 Formulasi obat sudah benar ?
 Rute pemberian aman untuk pasien ?
 Setting syringe pump sudah benar ?
 Selang infus tersambung dengan benar ?

4. Pasien safety pada operasi/tindakan invasive


a. FOKUS
 Yakinkan pada :
1) Benar lokasi dan sisi operasi
2) Benar prosedur operasi
3) Benar pasien

b. Protokol Unversal

Prosedur yang mengutamakan Proses utama pada protocol


komunikasi aktif untuk universal :
mencegah terjadinya :
1. Penandaan lokasi
1. Kesalahan lokasi dan sisi operasi
prosedur 2. Verifikasi pra
2. Kesalahan prosedur operasi/prosedur
3. Prosedur pada pasien invasive
yang tidak tepat 3. Proses time out yang di
lakukan sesaat sebelum
operasi /prosedur
invasive di mulai

77
5. indicator menurunkan kejadian infeksi rumah sakit
 Setiap petugas melakukan kebersihan tangan 6 langkah dari
WHO
 Menggunakan APD sesuai indikasi
 Menerapkan etika batuk/bersih

6. Menurunkan resiko cidera karena jatuh


a. Mengapa pasien sering jatuh
 Gangguan status mental ( bingung, disorientasi, gangguan
memori)
 Gangguan mobilitas (gangguan keseimbangan, lemahnya
mobilitas pinggul bagian bawah)
 Riwayat jatuh
 Mendapat obat (sedative, tranquilizer)
 Perlu bantuan khusus saat ke toilet
 Uisia lanjut

b. Intervensi jatuh resiko tinggi pasien dewasa di ruang gawat


darurat
 Pakaikan gelang resiko jatuh berwarna kuning pasang
tanda segitiga warna kuning pada bed pasien
 Pasien ditempatkan dekat nure station
 Handrail mudah di jangkau pasien dan kokoh.

7. pemberian obat dengan prinsip 7 benar

a. Benar obat
b. Benar dosis obat
c. Benar cara pemberian
d. Benar waktu pemberian
e. Benar pasien
f. Benar informasi
g. Benar dokumentasi

78
Lampiran 4

SOAL PRE-TES

Inisial Nama :

Ruangan :

Umur :

Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Benar

1. Ada berapakah tujuan keselamatan pasien internasional ?


a. 4
b. 5
c. 6
d. 7
2. Bagaimana cara mengidentifikasi secara benar ?
1. Nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medic
2. Tanggal lahir, nomor rekam medic, nama lengkap
3. Nomor rekam medic, nama lengkap, tanggal lahir
4. Nama lengkap, nomor rekam medic, tanggal lahir
3. Ada berapakah warna gelang resiko ?
a. 6
b. 7
c. 5
d. 4
4. Warna apakah gelang Fall Risk ?
a. Red
b. Yellow
c. Pink
d. Purple
5. Warna apakah gelang allergy ?
a. Red
b. Yellow
c. Pink
d. Purple

79
6. Ada berapakah indicator menurunkan kejadian infeksi rumah sakit ?
a. 4
b. 5
c. 3
d. 6

7. Di bawah ini manakah yang menurunkan resiko cidera karena jatuh. KECUALI ?
a. Gangguan status mental
b. Usia lanjut
c. Mendapat obat
d. Kurangnya Pengetahuan
8. fivemoment ada berapa langkah ?
a. 4
b. 5
c. 6
d. 7
9. Ada berapa tahap melakukan kebersihan tangan ?
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
10. Ada berapa penerapan dalam kewaspadaan standart/pencegahan, pengendalia, dan
infeksi ?
a. 10
b. 11
c. 12
d. 13

80
Lampiran 5

SOAL POST-TES

Inisial Nama :

Ruangan :

Umur :

Berilah Tanda Silang (X) Pada Jawaban Yang Benar


11. Ada berapakah tujuan keselamatan pasien internasional ?
e. 4
f. 5
g. 6
h. 7
12. Bagaimana cara mengidentifikasi secara benar ?
5. Nama lengkap, tanggal lahir, nomor rekam medic
6. Tanggal lahir, nomor rekam medic, nama lengkap
7. Nomor rekam medic, nama lengkap, tanggal lahir
8. Nama lengkap, nomor rekam medic, tanggal lahir
13. Ada berapakah warna gelang resiko ?
e. 6
f. 7
g. 5
h. 4
14. Warna apakah gelang Fall Risk ?
e. Red
f. Yellow
g. Pink
h. Purple
15. Warna apakah gelang allergy ?
e. Red
f. Yellow
g. Pink
h. Purple
16. Ada berapakah indicator menurunkan kejadian infeksi rumah sakit ?
e. 4

81
f. 5
g. 3
h. 6

17. Di bawah ini manakah yang menurunkan resiko cidera karena jatuh. KECUALI ?
e. Gangguan status mental
f. Usia lanjut
g. Mendapat obat
h. Kurangnya Pengetahuan
18. Fivemoment ada berapa langkah ?
e. 4
f. 5
g. 6
h. 7
19. Ada berapa tahap melakukan kebersihan tangan ?
e. 5
f. 6
g. 7
h. 8
20. Ada berapa penerapan dalam kewaspadaan standart/pencegahan, pengendalia, dan
infeksi ?
e. 10
f. 11
g. 12
h. 13

82
No Inisial Umur Jenis Kelamin Pre Test Post Test
Responden
1 Y.K.P 1 1 1 2
2 A.R.P 1 1 1 2
3 N.H 1 2 2 2
4 E.S.D 1 2 1 2
5 F.N.B 1 2 1 2
6 Y.S 3 2 1 2
7 N.H.L 3 2 1 2
8 M.B 3 2 1 2
9 M.M 4 2 1 2
10 J.F.P 1 1 1 2
11 F.S.P 1 1 1 1
12 S.M 1 1 1 2
13 F.M 1 1 1 2
14 T.P 2 1 1 2
15 R.H 2 1 1 2
16 T.H 2 1 2 2
17 S.N 1 2 1 2
18 S.A.M 3 2 2 2
19 A.D 1 1 1 2
20 N.A 1 2 1 2
21 F.S 3 2 1 2
22 R.B 2 1 1 2
23 H.I 2 1 1 2
24 I.N.D 1 2 1 2
25 G.S.G 2 2 1 2
26 E.D 1 2 1 2
27 F.S 1 2 2 2
28 A.I 2 1 2 2
29 M.I 2 2 1 2
30 A.N 1 2 1 2
31 S.L 2 2 1 2
32 P.J 2 2 1 2
33 D.T.A 1 2 2 2
34 V.N.S 1 2 1 2
35 F.N 1 1 1 2
MASTER TABEL

83
Keterangan :

Umur Jenis Kelamin

1. 22 – 26 tahun : 1 1. Laki-laki : 1
2. 27 – 32 tahun : 2 2. Perempuan : 2
3. 33 – 37 tahun : 3
4. 38 – 42 tahun : 4

Pre Test
Post Test
1. Pemahaman Kurang : 1
2. Pemahaman Baik :2 1. Pemahaman Kurang : 1
2. Pemahaman Baik :2

84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
Keterangan :

Proses Pelatihan Keselamatan Pasien Di RSI Sitti Maryam Manado

99

Anda mungkin juga menyukai