Materi Pertemuan 3
Materi Pertemuan 3
[ISI]
TATAP MUKA 3
KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran daring ini adalah: google classroom,
google meet, slide, tutorial, conference, video pembelajaran, dan lain-lain.
JUDUL
KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL
1. Pengertiaan Komunikasi Interpersonal
2. Tinjauan dari Komponen Komunikasi
3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal
4. Model Komunikasi Interpersonal
URAIAN MATERI
Perkuliahan tatap muka ketiga ini, kita awali denan mentadabburi ayat al-Quran surat An-
Nisa/4 ayat: 5, yang berbunyi:
س ْو ُه ْم َوقُ ْولُ ْوا ل َ ُه ْم قَ ْو ًَل َّم ْع ُر ْوفًا ْ سفَه َۤا َء ا َ ْم َوالَكُ ُم الَّتِ ْي َجعَ َل اللّٰهُ لَ ُك ْم قِ ٰي ًما َّو
ُ ار ُزق ُ ْوهُ ْم فِ ْيهَا َوا ْك ُّ َو ََل ت ُ ْؤتُوا ال
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka
yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah
mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang baik (Qaulan Ma'rufan)”. (QS. An-Nisa/4: 5)
Kemudian Rasulullah Saw menyampaikan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah
bersabda:
“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara
dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga ”
Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa
yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.
Menurut sifatnya, komunikasi interpersonal dapat dbedakan atas dua macam (Cangara,
2016) yaitu:
a. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orag dalam situasi tatap muka. Komunikasi Diadik menurut Pace dapat
dilakukan dalam 3 bentuk yakni:
1) Percakapan: berlgsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.
2) Dialog: berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal.
3) Wawancara: sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi
bertanya dan lainnya berada pada posisi menjawab.
b. Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) ialah proses komunikasi
yang berlangsung tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling
berinteraksi satu sama lain dan komunikasi kecil ini banyak dinilai dari sebagai tipe
komunikasi antar pribadi karena:
1) Anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap
muka.
2) Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa
berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicaraan
tunggal yang mendominasi.
3) Sumber penerima sulit di identifikasi. Dalam situasi seperti saat ini, semua anggota
bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima. Karena itu, pengaruhnya
bisa bermacam-macam. Misalanya : si A isa terpengaruh dari si B, dan si C bisa
mempengaruhi si B. Proses komunikasi seperti ini biasanya banyak ditemukan
dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.
informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk
memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan mempengaruhi sikap dan tingkah
laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu
yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2. Encoding
Adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui
pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan
tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3. Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal
maupun non verbal, atau gabugan keduanya, yang mewakili keadaan komunikator untuk
menyampaikan informasi kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan itulah
yang disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4. Saluran
Merupakan saran fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang
menghubungkan orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpesonal,
penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak
memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5. Penerima/komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan.
Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan
melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan
balik komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan
komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama
oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6. Decoding
Suatu aktivitas yang dikerjakan oleh komunikan. Melalui indera ia mendapatkan macam-
macam data dalam bentuk mentah, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus
diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Decoding adalah
proses memberi makna atau penafsiran si penerima pesan (komunikan) ketika
mendapatkan pesan dari (komunikator).
7. Respon hasil dari aktivitas decoding.
Apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan
balik terhadap pesan yang telah diterimanya. Respon dapat bersifat positif, netral,
maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator.
Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator.
Respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan
oleh komunikator.
8. Gangguan
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan
dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem
komunikasi. Noise mrupakan apa saja yang menganggu atau membuat kacau
penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.
9. Konteks komunikasi.
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada 3 dimensi yaitu,
ruang, waktu da nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata
tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu
menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang,
sore dan malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi
suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata
kemudian berkembang menjadi mendalam dan semakin mendalam, namun tak menutup
kemungkinan untuk putus dan saling melupakan.
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi, dan koherensi (pernyataan yang
satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya).
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka yang kemungkinan
feedback nya besar sekali, yang kemudian dapat langsung ditanggapi oleh penerima
pesan. Dengan demikian di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi antar
satu dengan yang lain.
5. Komunikasi interpersonal berjalan menurut peraturan tertentu.
Peraturan itu ada yang bersifat intrinsik dan ada yang bersifat ekstrinsik. Peraturan
intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan oleh masyarakat untuk mengatur
seseorang berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Karena peraturan ini dibuat oleh
masyarakat, maka peraturan ini bersifat khas untuk masing-masing masyarakat, budaya
dan bangsa.Peraturan ekstrinsik adalah peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau
masyarakat.Peraturan ekstrinsik oleh situasi misalnya perbedaan nada bicara ketika
menghadiri pemakaman berbeda dengan ketika pesta.Peraturan ekstrinsik oleh
masyarakat missal, berkunjung kerumah teman tidak melebihi jam 9 malam.
6. Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada penerima atau
sebaliknya, melainkan komunikasi timbale balik antara pengirim dan penerima pesan.
7. Komunikasi interpersonal saling mengubah.
Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibatkomunikasi dapat saling
member inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan
sikap yang sesuai dengan topic yang dibahas bersama.
D. Model Komunikasi Interpersonal
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan
menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model merupakan sebagai alat
untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan, model juga
sekaligus mereduksi fenomena komunikasi; artinya ada nuansa komunikasi lainnya yang
mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model tersebut. Akibatnya apabila kurang
hati-hati menggunakan model, model dapat menyesatkan kita. Inilah sisi negatif dari model.
Menurut Sereno dan Mortensen (Cassata & Asante, 1979) model komunikasi merupakan
deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model
komunikasi merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri terpenting dan menghilangkan
rincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. Sedangkan B. Aubrey Fisher (1986)
mengatakan, model adalah analogi yang mengabstrakasikan dan memilih bagian dari
keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.
Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata
lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan. Selanjutnya sebagaimana dikatakan,
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. (1992) model membantu merumuskan teori
dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat,
model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena kita memilih unsur-unsur tertentu
yang kita masukkan dalam model, suatu model mengimplikasikan penilaian atas relevansi,
dan ini pada gilirannya mengimplikasikan teori mangenai fenomena yang diteorikan. Model
mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang diteorikan. Model dapat berfungsi
sebagai basis bagi teori yang lebih kompleks, alat suatu menjelaskan teori dan
menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep.
Dalam proses komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau
berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
komunikator dan komunikan. Karena dalam komunikasi interpersonal efek atau umpan
balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat mengetahui komponen-komponen yang terlibat
dalam komunikasi interpersonal dapat dijelaskan melalui gambar berikut (Devito, 2001):
2) Gangguan Psikolgis, gangguan ini timbul karna adanya perbedaan gagasan dan
penilaian subyektif diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat dalam
komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya.
3) Gangguan Semantik, gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yag digunakan
dalam komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima
gagal dalam menangkap dari maksud – makusud pesan yang disampaikan, contoh
perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
f. Umpan Balik. Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi interpersonal, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan
bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun
non verbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat
positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan.
g. Bidang Pengalaman, hal ini merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
interpersonal, komunikasi terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi
mempunyai bidang pengalaman yang sama.
h. Efek. Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai
paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasn. Hal
ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka.
RANGKUMAN
LATIHAN/TUGAS/LUARAN
Setelah mempelajari materi Arti Penting Komunikasi Interpersonal, jawabla pertanyaan-
pertanyaan berikut:
1. Coba saudara jelaskan pengertian komunikasi interpersonal.
2. Jelaskan komponen komunikasi interpersonal ditinjau dari komponen-komponen
komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, H., 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Edisi Kedua) ed. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Cassata, M. B. & Asante, M. K., 1979. Mass Communication: Principles and Practices. New
York: Macmillan.
Devito, J. A., 2001. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books.
Effendy, O. U., 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Effendy, O. U., 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Enjang, A., 2009. Komunikasi Konseling. Bandung: Nuansa.
Fisher, B. A., 1986. Teori-teori Komunikasi. Penerj. Soejono Trimo ed. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hardjana, A. M., 2007. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Johannesen, R. L., 1996. Etika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lilliweri, A., 1994. Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Aditya Bakti.
Muhammad, A., 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, D., 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Severin, W. J. & Tankard, J. W. J., 1992. Communication Theries: Origins, Methods, and Uses
in the Mass Media. New York: Longman.
Stewart, J. & D'Angelo, G., 1982. Together: Communikating Interpersonally. New York: Harper
and Row.
Suranto, A., 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiryanto, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.