Bab-22-Pj-1983-Cek 20090203151616 1802 22
Bab-22-Pj-1983-Cek 20090203151616 1802 22
XXI/1
BAB XXII
APARATUR PEMERINTAH
A. PENDAHULUAN
XXII/3
Selanjutnya juga merupakan dasar utama untuk terseleng -
garanya penertiban aparatur Negara ialah Ketetapan MPR No.
VIII/MPR/1978 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang kepada
Presiden/Mandataris MPR Dalam Rangka Pengsuksesan dan Penga -
manan Pembangunan Nasional yang pada pasal 1 b menetapkan
penugasan kepada Presiden/Mandataris MPR untuk dalam waktu
lima tahun meneruskan penertiban dan pendaya-gunaan aparatur
Negara di segala bidang dan tingkatan.
XXII/5
b. Meningkatkan pembinaan dan penertiban aparatur Pemerintah
baik di tingkat Pusat maupun Daerah, termasuk aparatur
perekonomian Negara dan Daerah, sehingga dapat menjadi
alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa serta
mampu melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan meng -
gerakkan pelaksanaan pembangunan secara lebih lancar.
c. Mengembangkan keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah atas dasar keutuhan Negara Kesatuan
dan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata,
dinamis dan bertanggungjawab yang dapat menjamin perkem -
bangan dan pembangunan Daerah, dan dilaksanakan bersama -
sama dengan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
d. Menyempurnakan tata kerja dan hubungan kerja, baik antara
Departemen/Lembaga maupun dalam Departemen/Lembaga itu
sendiri, agar tercipta langkah kegiatan yang lebih terpadu
dan serasi guna mendukung keberhasilan pencapaian tujuan -
tujuan serta pelaksanaan perogram-program pembangunan se-
cara menyeluruh.
e. Meningkatkan pengawasan dan penertiban seluruh aparatur
Pemerintah, termasuk aparatur perekonomian Negara dan
Daerah dalam rangka penanggulangan masalah-masalah korup -
si, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan ke -
kayaan dan keuangan Negara, pungutan-pungutan liar serta
berbagai bentuk penyimpangan lainnya yang menghambat pe -
laksanaan pembangunan.
f. Meningkatkan produktivitas, kegairahan dan disiplin kerja
pegawai negeri dengan terus mengembangkan sistem karier
yang diserasikan dengan sistem prestasi kerja.
g. Memantapkan pembinaan dan ketatalaksanaan aparatur pereko -
nomian Negara sehingga dapat menjadi pendorong kegiatan -
kegiatan pembangunan dan produksi pada sektor-sektor usaha
swasta yang belum mampu, pemupukan modal dan keuntungan,
penyediaan jasa sosial ekonomi dan turut aktif mengamankan
serta menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program Pe -
merintah dalam pengembangan golongan ekonomi lemah.
h. Meningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah, baik tingkat
Pusat maupun tingkat Daerah, dalam tugas-tugas umum peme -
rintahan dan pembangunan yang meliputi kemampuan dalam
penyusunan rencana, perumusan kebijaksanaan dan program,
kemampuan dalam pelaksanaan serta kemampuan dalam pengen -
dalian dan pengawasan yang efektif dan efisien. Hal terse -
but dilakukan dengan sistem di mana setiap sektor pem -
bangunan menjadi jelas penanggungjawab dan aparatur Peme -
rintah yang menanganinya.
XXII/6
i. Mengembangkan administrasi Pemerintah secara tertib dengan
antara lain penuangan berbagai ketetapan dan kebijaksanaan
Pemerintah dalam produk peraturan perundang-undangan se -
hingga ketetapan dan kebijaksanaan tersebut memperoleh
landasan kekuatan hukum yang pasti dan jelas, baik bagi
para pelaksana maupun bagi masyarakat.
a. Menjelang Sidang Umum MPR pada tahun 1983 ini maka untuk
ketiga kali dalam masa orde baru telah dilangsungkan pemi -
lihan umum anggota-anggota MPR, DPR dan DPRD. Pemilihan
umum yang didasarkan dengan prinsip "LUBER" (langsung,
umum, bebas dan rahasia) dan yang telah berlangsung secara
aman dan tertib adalah antara lain berkat kerjasama yang
XXII/7
baik antara Pemerintah dan DPR dalam merumuakan Undang-
undang No.2 tahun 1980 tentang Pemilihan Umum Badan Permu-
syawaratan/Perwakilan Rakyat sebagai perubahan atas Un -
dang-undang No.15 tahun 1969 dan No. 4 tahun 1975. Partai
Politik dan Golongan Karya sebagai kontestan dalam pemi-
lihan umum tetap didasarkan pada Undang-undang No. 3 tahun
1975 dan demikian pula susunan serta kedudukan MPR/DPR/ -
DPRD tetap didasarkan pada Undang-undang No. 5 tahun 1975.
Dengan demikian dalam sejarah Republik Indonesia telah da-
pat dibentuk untuk ketiga kalinya Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum.
b. Dewan Pertimbangan Agung yang dibentuk berdasarkan Un -
dang-undang No. 3 tahun 1967 jo. Undang-undang No. 4 tahun
1978 telah diperluas keanggotaannya dari 27 orang menjadi
45 orang anggota termasuk pimpinan. Dewan ini yang peng -
angkatan anggota-anggotanya dilakukan dengan Keppres No.
167 M tahun 1978 dan No. 138 M tahun 1981 telah banyak
membantu Pemerintah dengan saran-saran secara teratur.
c. Badan Pemeriksa Keuangan yang kekuasaan dan kewajibannya
ditetapkan dengan Undang-undang No. 5 tahun 1973 sebagai
pembaharuan Undang-undang No. 17 tahun 1965 telah meng -
alami penggantian beberapa anggota dengan Keputusan
Presiden No.161 M tahun 1981. Dalam pelaksanaan fungsinya
sebagaimana ditugaskan oleh UUD 1945 BEPEKA telah memberi -
kan saran-saran perbaikan dalam pertanggungjawaban keuang -
an Negara yang mendapat perhatian sungguh-sungguh dari
Pemerintah.
d. Pada tahun 1981 telah diadakan penggantian Ketua dan Wakil
ketua Mahkamah Agung berdasarkan Keppres No. 30 M tahun
1981 dan disusul kemudian dengan penyempurnaan susunan Ha -
kim Agung. Jumlah hakim agung ditambah dari 15 menjadi 19
orang. Sebagaimana diketahui pada tahun 1970 telah diada -
kan pembaharuan Undang-undang No. 19 tahun 1964 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dengan Un -
dang-undang No. 14 tahun 1970 sehingga kekuasaan kehakiman
terjamin sebagai kekuasaan sesuai dengan ketentuan UUD
1945 serta Penjelasannya. Dalam rangka pembinaan hukum pa -
da umumnya dan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
pada khususnya maka secara terus-menerus Pemerintah telah
memberikan bantuannya dalam penyempurnaan administrasi
peradilan agar proses peradilan dapat terselenggara cepat
dengan biaya ringan dengan memenuhi rasa keadilan bagi se -
mua warga masyarakat.
XXII/8
Dalam Ketetapan MPR-RI Nomor III/1978 tentang kedudukan
dan hubungan tata kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau
Lembaga-lembaga Tinggi Negara antara lain ditegaskan bahwa
hak keuangan/administratif dan kedudukan protokol dari Pimpi -
nan/Anggota Lembaga Tertinggi Negara dan atau Lembaga Tinggi
Negara diatur dengan Undang-undang.
XXII/9
Direktorat Jenderal sebagai instansi vertikal di daerah. Pem -
bentukan Kanwil ini disesuaikan dengan pembagian wilayah ad -
ministratif yang dapat mencakup satu atau beberapa propinsi,
tergantung dari tugas dan beban kerja yang menjadi tanggung -
jawabnya. Di samping itu, dalam rangka memperlancar pelaksa -
naan tugas Kantor Wilayah di daerah tingkat Kabupaten/Kotama -
dya telah pula dibentuk kantor Departemen di beberapa daerah
tersebut, seperti kantor Departemen Perdagangan dan Koperasi
dan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
XXII/11
e. Badan Koordinaai Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga
bagi peningkatan fungsinya (Keppres No. 38 tahun 1978);
f. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan penyempur -
naan struktur organisasi dan tatakerja sehingga dalam pro-
ses aplikasi penanaman modal calon investor cukup hanya
berhubungan dengan hanya satu instansi (one stop service),
yaitu dengan BKPM (Keppres No. 53 tahun 1977), dengan pe -
nambahan satu Deputy dan dua Biro (Keppres No. 33 tahun
1981) dan untuk perbaikan tatakerja dalam menyusun
DaftarSkala Prioritas (DSP) (Keppres No. 78 tahun 1982);
dan
XXII/12
Badan Kordinasi Energi Nasional (Keppres No. 46 dan No. 75
tahun 1980).
XXII/13
.
ii) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) baik
tingkat I maupun tingkat II yang masing-masing ber-
tugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dalam
perencanaan pembangunan di daerah;
iii) Inspektorat Wilayah Propinsi (ITWILPROP) dan Inspek-
torat Wilayah Kabupaten/Kotamadya (ITWILKAB/ITWIL-
KOT) yang mempunyai fungsi pengawasan;
iv) Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPM-D) yang
merupakan badan pembantu Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I dalam menyelenggarakan usaha dan kegiatan
yang berhubungan dengan penanaman modal.
XXII/14
baik sektoral, regional maupun yang bersifat khusus. Kordi -
nasi terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian
dan pengawasan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan merupakan kordi-
nasi aktif. Hal ini berarti Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
ikut membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan
memberikan pengarahan-pengarahan.
XXII/15
dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan karena berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 219 tahun 1979 mempunyai kewenangan cukup
luas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
umum pemerintahan maupun tugas pembangunan. Sehubungan dengan
itu maka dalam rangka pengembangan dan peningkatan sistem pe -
ngawasan dan pengendalian secara terarah, terpadu dan serasi
maka dengan Keppres No. 20 tahun 1981 telah dibentuk Team
Kordinasi Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan di Daerah
(TKP3D) dengan tugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I dalam mengkordinasikan pengendalian dan pengawasan pemba -
ngunan Pusat dan Daerah di wilayah bersangkutan. Team dike -
tuai oleh Ketua BAPPEDA Tingkat I sedangkan para anggotanya
adalah Kepala Inspektorat Wilayah Propinsi, Kakanwil Ditjen
Anggaran, Kakanwil DJPKN, Kepala Cabang Bank Indonesia dan
sebagai Sekretaris Kepala Sekretariat BAPPEDA Tingkat I.
Dengan diadakannya team tersebut dapat dihindarkan kemungkin -
an tumpang tindih pelaksanaan pengendalian dan pengawasan di
antara aparatur-aparatur pengendalian dan pengawasan di Da -
erah sehingga dapat ditingkatkan hasilguna dan dayaguna ma -
sing-masing aparatur.
XXII/16
Desa, Pengambilan Keputusan Desa, tata cara pemilihan/pen -
sahan/pengangkatan/pemberhentian Kepala Desa serta persyarat-
an, tata cara pengangkatan/pemberhentian Sekretaris Desa,
Kepala Urusan dan Kepala Dusun.
XXII/17
dalam bentuk proyek-proyek yang dikenal sebagai proyek-
proyek Inpres. Proyek-proyek tersebut ialah:
XXII/18
3. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
XXII/19
d. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I turut bertanggungjawab
atas pelaksanaan proyek-proyek sektoral di daerahnya, an -
tara lain dengan mengikuti dan mengawasi perkembangan
proyek-proyek yang ada di daerahnya baik berdasarkan lapo-
ran dari Pemimpin Proyek dan BAPPEDA Tingkat I maupun
dengan melakukan penelitian sendiri serta dengan mengada -
kan pertemuan berkala dengan para Pemimpin Proyek/Bendaha -
rawan Proyek dalam wilayahnya (Keppres No. 14 A tahun 1980
jo. Keppres No. 18 tahun 1981).
XXII/20
Daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran pembangunan
khususnya pemerataan kegiatan pembangunan di daerah, pemera -
taan pendapatan, pemerataan kesempatan bekerja dan pemerataan
kegiatan berusaha terutama bagi golongan ekonomi lemah. Dalam
rangka ini peranan dan tugas Pemerintah Daerah dirumuskan an -
tara lain sebagai berikut :
XXII/21
lebih lanjut mengenai proyek-proyek tersebut kepada dunia
usaha melalui Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)
Daerah.
XXII/22
Negara, OPSTIB Pusat dan Lembaga Administrasi Negara.
XXII/23
nya berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang sehat dan efi -
sien sehingga menguntungkan bagi penerimaan Negara, di sam -
ping dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta da-
pat menyelenggarakan kemanfaatan umum yang lebih baik dan le-
bih merata. Kecuali itu khususnya bagi lembaga-lembaga ke -
uangan, pembinaan ditujukan ke arah kemampuan menjadi pendo -
rong kegiatan pembangunan dan produksi sektor swasta dan ko -
perasi yang belum mampu serta turut aktif mengamankan dan me-
nunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program Pemerintah da -
lam pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah dan stabi -
litas ekonomi.
Mengingat pentingnya peranan badan-badan usaha milik Nega-
ra maka sejak tahun 1967 secara terus-menerus diusahakan pe -
ningkatan efisiensi perusahaan. Segi lain dalam penyempurnaan
adalah pengawasannya ke arah pengelolaan yang sehat. Setiap
badan usaha milik Negara dalam bentuk perusahaan Negara di -
awasi oleh suatu dewan komisaris yang bertanggungjawab kepada
pemegang saham, yakni Negara yang dalam hal ini diwakili oleh
Menteri Keuangan dan Menteri yang membina bidang kegiatan
perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan Negara diwajibkan
membuat rencana anggaran belanja yang harus disetujui oleh
pemegang saham dan diwajibkan pula membuat laporan secara
berkala.
Selanjutnya untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan
terhadap Perjan, Perum dan Persero dalam rangka mencapai mak -
sud dan tujuan diadakannya badan usaha milik Negara maka de -
ngan PP No.3 tahun 1983 telah diatur tatacara pembinaan dan
pengawasan Perjan, Perum dan Persero. Dalam PP ini ditegaskan
fungsi-fungsi pokok Badan Usaha Milik Negara sebagai aparatur
perusahaan negara, sebagai berikut
XXII/24
(iii) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan
jasa yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak;
(iv) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum
dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
(v) Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat me -
lengkapi kegiatan swasta dan koperasi dengan antara
lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam
bentuk barang maupun dalam bentuk jasa dengan mem -
berikan pelayanan yang bermutu dan memadai;
(vi) Turut aktif memberikan bimbingan kegiatan kepada
sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi
lemah dan sektor koperasi;
(vii) Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan
kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang eko -
nomi dan pembangunan pada umumnya.
XXII/25
e. Penggabungan, yaitu pengalihan penguasaan modal Negara
dalam PT Merpati Nusantara Airlines kepada PT Garuda
Indonesian Airways (PP No. 30 tahun 1978), penggabungan PN
Perkapalan Dok Alimenjaya ke dalam PT Galangan Koja Indo -
nesia (PP No. 28 tahun 1979), penggabungan beberapa per -
usahaan perikanan Negara di Riau, Sulawesi Selatan, Sula -
wesi Tenggara, Jawa Timur dan Jawa Tengah ke dalam Perse-
ro-persero Perikanan yang telah ada (PP No. 3, No. 4 dan
No. 5 tahun 1981) serta penggabungan PN Perkebunan XVI ke
dalam Persero PT Perkebunan XV (PP No. 11 tahun 1981).
XXII/26
TABEL XXII - 1
No. Jenis Badan Usaha 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/834)
3. Perum 20 22 22 20 23 24
4. Perjan 2 2 2 2 2 2
5. Perusahaan Negara 49 47 45 44 35 3) 31
6. PT bentuk lama 1) 13 13 12 12 1 2 3) 12
2
7. Status Khusus ) 9 9 9 9 9 9
XXI/27
hubungan ini pembuatan Daftar Skala Prioritas (DSP) merupakan
pengarahan Pemerintah terhadap pengembangan penanaman modal
dengan berpedoman pada Trilogi Pembangunan. Selain itu DSP
juga merupakan hasil perpaduan berbagai kebijaksanaan yang
menampung usul-usul dari Departemen-departemen teknis yang
mebidangi sektor-sektor, dan instansi-instansi lain yang ber -
hubungan dengan kegiatan penanaman modal seperti Bank Indone -
sia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan sebegainya.
Demikian pula DSP menampung partisipasi Daerah dalam menentu -
kan kebijaksanaan melalui Badan-badan Kordinasi Penanaman
Modal Daerah. Dengan demikian DSP merupakan usaha yang ter -
kordinasikan secara terpadu, baik sektoral maupun regional,
sesuai dengan makna penyempurnaan Badan Kordinasi Penanaman
Modal dengan Keppres No. 33 tahun 1981 dan No. 78 tahun 1982.
XXII/28
yang mantap sehingga kepercayaan masyarakat terus meningkat.
Jumlah saham yang terdapat pada tahun 1977 tercatat 260.260
lembar dewasa ini naik menjadi 37.902.696 lembar, demikian
pula nilainya mengalami kenaikan yang tahun 1977 tercatat Rp.
3,4 milyar dewasa ini menjadi Rp. 89 milyar. Peredaran saham
rata-rata tiap hari 149 lembar pada tahun 1977, dewasa ini
rata-rata tiap hari 18.084 lembar. Jumlah dividen yang dinik -
mati para pemegang saham selama 5 tahun berdirinya pasar
modal mencapai Rp. 19,74 milyar.
XXII/30
Kesungguhan Pemerintah dalam mengupayakan agar keseluruh -
an aparatur menjadi alat yang berwibawa, kuat, efektif, efi -
sien dan bersih guna menjamin keberhasilan pelaksanaan pem -
bangunan tercermin dengan diperkuatnya unsur-unsur pengawas-
an. Pengangkatan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan
Lingkungan Hidup dalam Kabinet Pembangunan III serta Menteri
Negara Penertiban Aparatur Negara sejak Repelita I, demikian
pula perangkat pengawasan yang luas serta usaha penyempurnaan
secara terus-menerus menujukkan tekad Pemerintah tersebut.
XXII/31
TABEL XXII - 2
XXI/32
Di samping Operasi Tertib dan penertiban yang dilaksana-
kan secara fungsional dan secara operasional oleh atasan
langsung kepada bawahan dalam waktu 5 tahun terakhir ini, di -
laksanakan pula penertiban-penertiban yang dilakukan secara
khusus, seperti Operasi Bersih dan Berwibawa (Sihwa I) dan
Operasi Tunas. Pada tahun ketiga Repelita III telah dilaksa -
nakan operasi penertiban yang diberi nama "Operasi Bersih dan
Berwibawa" sebagai operasi untuk menangani adanya penyimpang -
an dalam pengangkatan pegawai honorer daerah dan pengangkatan
lurah dan perangkat kelurahan menjadi pegawai negeri. Dalam
operasi tersebut yang dilaksanakan di 10 Propinsi Daerah
Tingkat I maka telah didapati penyelewengan oleh 97 orang pe -
gawai negeri Pusat dan Daerah. Terhadap mereka telah dikena -
kan tindakan hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerin -
tah No. 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
XXII/33
kesempatan tersebut dapat pula diberikan amanat atau penga -
rahan dalam rangka pembinaan aparatur kearah peningkatan
prestasi kerja, peningkatan pengabdian dan pelayanan kepada
masyarakat. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa Upacara
bendera setiap tanggal 17 tiap bulan segaligus dipergunakan
sebagai forum komunikasi bagi pembinaan aparatur.
XXII/34
(iv) Tatacara tersebut di atas berlaku juga bagi aparatur
pengawasan di Lembaga-Lembaga Pemerintah Non Depar-
temen, Sekretariat Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara
dan Badan Usaha Milik Negara.
Kemudian dengan PP No.3 tahun 1983 telah diatur kekuasa -
an, wewenang, tugas dan kewajiban Departemen dalam pembinaan
dan pengawasan terhadap Perjan, Perum dan Pesero yang berada
di bawah kekuasaannya dalam rangka pemantapan pengelolaan ba -
dan-badan usaha milik Negara tersebut. Di samping itu, Perum
yang selama ini umumnya tidak memiliki perangkat pengawasan,
maka dengan adanya PP No.3 tahun 1983 tersebut ditetapkan
adanya Badan Pengawas yang tugas dan fungsinya seperti Dewan
Komisaris pada Persero. Dengan adanya PP.No.3 tahun 1983 maka
makin dipertegas tugas dan fungsi aparatur Pemerintah yang
bersangkutan serta aparatur pengawasan fungsional intern Per -
usahaan dalam melakukan tugas-tugas pengawasan terhadap per -
usahaan yang bersangkutan.
XXII/35
h. Mengembangkan hubungan kerja pengawasan secara terkoordi -
nasikan di daerah dengan cara lebih memantapkan kedudukan
dan fungsi Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inapektorat
Wilayah Kabupaten/Kotamadya sebagai aparat pengawasan Pe -
merintah Daerah.
XXII/36
Dengan adanya segala pembinaan berupa penyempurnaan dan
perbaikan di atas diharapkan akan semakin terjamin ketenangan
dan kegairahan bekerja pegawai negeri dan pada gilirannya
akan mendorong pegawai negeri untuk berprestasi dengan kete -
kunan dan rasa tanggungjawab yang lebih besar.
XXII/37
TABEL XXII - 3
9 7 1977 P e r a t u r a n G a j i P eg a w a i N eg e r i S i p i l
XXII/38
(Lanjutan Tabel XXII – 3 )
XXII/39
( l a n j u t a n T a be l X XI I - 3)
38 25 1981 A s u r a n s i S o s i a l P eg a w a i N eg e r i S i p i l
XXII/40
(Lanjutan Tabel XXII – 3)
XXII/41
Dalam lima tahun terakhir ini penambahan pegawai negeri
mengutamakan penambahan tenaga pendidik serta tenaga
keseha
tan dengan tidak mengenyampingkan kebutuhan tenaga pada
sek
tor-sektor lainnya. Hal itu didasarkan pada tugas Pemerintah
untuk melaksanakan pemerataan pembangunan, dalam hal ini pe-
merataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kese-
hatan.
XXII/42
r
TABEL XXII - - 4
JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENGALAMI KENAIKAN PANGKAT
1977/78 – 1982/83
TAHUN FISKAL
(orang)
XXII/43
Mengenai pegawai negeri yang menduduki jabatan fungsional
seperti jabatan di bidang penelitian, bidang akademis dan la-
in-lainnya, maka kenaikan pangkatnya selain didasarkan pada
persyaratan umum juga didasarkan kriteria menurut jumlah kre-
dit tertentu.
XXII/44
Perbaikan penghasilan rata-rata pegawai negeri dari tahun
anggaran 1977/78 sampai dengan Nopember 1982 dapat dilihat
dalam Tabel XXII - 5.
1. I/a 4 10.500 15.990 25.600 32.000 a. Setiap Pegawai Negeri Sipil dianggap
mempunyai seorang isteri/suami dan 3
2. I/b 7 10.700 20.540 32.900 41.100 orang anak
3. I/c 9 10.900 23.650 37.900 47.300 b. Dalam perhitungan ini belum termasuk:
i. tunjangan jabatan
4. I/d 11 11.100 27.310 43.100 54.700 ii. tunjangan pangan
5. II/a 12 24.400 38.190 57.300 68.800 c. Belum dikurangi iuran wajib 10% dari
penghasilan
6. II/b 13 29.490 43.180 64.800 77.800 d. Pada bulan Juni 1979 dan Januari 1980
diberikan gaji bulan ketiga belas dan
gaji bulan keempatbelas masing-masing
II/c 13 32.790 45.740 68.700 82.400 untuk:
7.
8. II/d 13 36.300 48.400 72.600 87.200 Golongan I = 125 %
Golongan II = 100 %
9. III/a 15 50.760 64.270 90.000 106.100 Golongan III = 100 %
10. III/b 15 55.370 67.830 95.000 112.000 Golongan IV = 75 %
e. Sejak 1 April 1980 diberikan per-
11. III/c 15 60.310 71.940 100.100 115.000 baikan penghasilan untuk :
12. III/d 16 65.270 75.260 111.600 131.600 Golongan I = 60 %
Golongan II = 50 %
13. IV/a 18/21 77.950 102.790 144.000 164.500 Go lo ng an III = 4 0 %
14. IV/b 19/21 83.930 107.900 151.100 172.700 Golongan IV = 40 %
f. S e j a k 1 J a n u a r i 1 9 8 1 d i b e r i k a n p e r -
15. Iv/c 18/24 90.110 121.770 170.500 194.900 baikan penghasilan untuk :
16. IV/d 18/24 96.510 127.430 178.400 203.900 Golongan I = 100 %
Golongan II = 80 %
17. IV/e 18/24 103.100 133.200 186.500 213.200 Golongan III = 65 %
Dasar: Dasar: Dasar: Dasar: Golongan IV = 60 %
PP No. 7 PP No. 7 PP No. 47 PP No. 47
tahun 1976 tahun 1977 tahun 1980 tahun 1980
XXII/46
Dalam rangka peningkatan disiplin pegawai negeri maka Pe -
merintah telah mengeluarkan PP No. 30 tahun 1980 tentang Per -
aturan Disiplin Pegawai Negeri yang mengatur kewajiban, la -
rangan serta sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau la -
rangan dilanggar oleh setiap pegawai negeri. Dengan dikeluar -
kannya peraturan disiplin tersebut maka setiap pegawai negeri
diharapkan akan lebih menyadari kewajiban dan tanggungjawab -
nya sehingga tercipta aparatur yang bersih, berwibawa dan
berdayaguna sehingga mampu melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan.
XXII/47
dengan Keppres No. 67 tahun 1980 telah dibentuk Badan Pertim-
bangan Kepegawaian yang diketuai oleh Menteri Negara Penerti-
ban Aparatur Negara, Kepala BAKN sebagai sekretaris dan ang-
gota-anggotanya terdiri dari Sekretaris Kabinet, Dirjen Hukum
dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman, Jaksa Agung Muda
Bidang Pembinaan Kejaksaan Agung, Dirjen PUOD Departemen
Dalam Negeri dan Ketua Pengurus Pusat Korpri.
XXII/48
TABEL XXII – 6
KEADAAN KOMPOSISI PEGAWAI NEGERI PUSAT DAN DAERAH,
PADA 31 MARET 1977 DAN MARET 1982
(orang)
XXII/49
(Lanjutan Tabel XXII – 6)
XXII/50
Jumlah pegawai negeri sipil yang ditetapkan NIP dan Kar-
pegnya sejak tahun 1977/78 sampai dengan Nopember 1982 adalah
masing-masing 953.425 buah dan 858.973 buah.
Selanjutnya sesuai dengan perkembangan dan tambahan beban
tugas BAKN dan dalam rangka untuk lebih meningkatkan pelayan-
an administrasi kepegawaian, maka berdasarkan Keppres No. 53
tahun 1980 telah ditetapkan pembentukan Kantor Wilayah BAKN
tingkat Propinsi. Dalam tahun 1981/82 untuk tahap pertama
telah dibentuk Kantor Wilayah BAKN di Yogyakarta untuk mela-
yani mutasi kepegawaian di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 1984 diharapkan dapat diben-
tuk Kantor Wilayah BAKN di Surabaya untuk melayani mutasi
kepegawaian di Propinsi-propinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Teng-
gara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur.
f. Perbaikan penghasilan penerima pensiun/tunjangan yang
bersifat pensiun
Sejalan dengan perbaikan penghasilan pegawai negeri, maka
secara bertahap telah diusahakan pula perbaikan penghasilan
dari para penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun.
Sebagaimana diketahui sejak tanggal 1 April 1977 berlaku
PP No. 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri
Sipil. Perubahan peraturan gaji tersebut menyebabkan juga
perubahan dasar pensiun dan pensiun pokok pegawai negeri
sebagaimana diatur dengan PP No. 8 tahun 1977 tentang Pe -
netapan Pensiun Pokok Bekas Pegawai Negeri Sipil dan
Janda/Duda.
Sesuai dengan kemampuan keuangan Negara maka penyesuaian
pensiun pokok bekas pegawai negeri dilakukan secara bertahap
sebagai berikut :
(i) Bekas pegawai negeri yang dipensiunkan sebelum 1 Janu -
ari 1977 yang telah mencapai usia 80 tahun terhitung
mulai tanggal 1 April 1977 disesuaikan pensiun pokok -
nya berdasarkan PP No. 8 tahun 1977. Bekas pegawai ne -
geri yang dipensiunkan sebelum 1 Januari 1977 yang te -
lah mencapai usia 70 tahun sampai dengan 80 tahun ter -
hitung mulai tanggal 1 April 1978 disesuaikan pensiun
pokoknya berdasarkan PP No. 8 tahun 1977. Bekas pega -
wai negeri yang dipensiunkan sebelum 1 Januari 1977
selain dua yang disebut terdahulu, terhitung mulai
tanggal 1 April 1979 disesuaikah pensiun pokoknya ber-
dasarkan PP No. 8 tahun 1977.
(ii) Pada bulan Januari 1980 kepada para penerima pensiun/
tunjangan yang bersifat pensiun diberikan pensiun tam-
bahan sebesar penghasilan pensiun bersih, tidak terma-
suk tunjangan beras.
XXII/51
(iii) Terhitung mulai tanggal 1 April 1980 diberikan setiap
bulan tunjangan perbaikan penghasilan pensiun sebesar
35% dari penghasilan.
(iv) Terhitung mulai tanggal 1 Januari 1981 tunjangan per-
baikan penghasilan pensiun ditambah dari 35% menjadi
50%.
XXII/52
TABEL XXII - 7
XXII/54
Ketentuan-ketentuan mengenai perawatan, tunjangan cacad
dan uang pegawai negeri tersebut di atas telah diatur dengan
PP No. 12 tahun 1981.
XXII/55
eselon II tersebut. SESPA diselenggarakan oleh masing-masing
Departemen di samping juga oleh LAN untuk SESPA yang bersifat
inter-departemental. Untuk meningkatkan frekuensi dan daya
tampung penyelenggaraan SESPA maka dewasa ini telah disedia -
kan gedung kampus SESPA yang dewasa ini sedang dalam taraf
penyelesaian. Penyelenggaraan SESPA selama tahun 1977/78
sampai akhir Desember 1982 adalah sebagai tercantum pada
Tabel XXII - 8.
XXII/57
Berturut-turut sejak Repelita I telah diadakan usaha-usa -
ha ke arah itu dengan dikeluarkannya berbagai peraturan per -
undang-undangan, antara lain :
(i) Pendaftaran kekayaan pribadi yang wajib diisi oleh pa-
ra pejabat pada SPT PKK (Surat Pemberitahuan tentang
Pajak Kekayaan) dan disampaikan kepada Inspeksi Pajak
(Keppres No. 21 tahun 1970);
(ii) Pelaporan bahwa para pejabat telah memenuhi kewajiban
membayar pajak-pajak pribadi dengan pengisian SPT PKK
di samping juga pengisian SPT PPD (Surat Pemberitahuan
Pajak Pendapatan) (Keppres No. 52 tahun 1971);
(iii) Pembentukan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI)
sebagai wadah menghimpun para pegawai negeri sebagai
usaha untuk membina dan menjamin adanya pegawai negeri
aktif dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan mak -
mur berdasarkan Pancasila (Keppres No. 82 tahun 1971);
(iv) Pembatasan kegiatan pegawai negeri dan kesederhanaan
hidup yang dimaksudkan untuk memberikan arah agar
segala kemampuan dalam pembangunan dapat digunakan
dengan lebih efektif dan efisien dengan penggarisan
pedoman bagi tingkah laku pegawai negeri untuk melak -
sanakan hidup sederhana (Keppres No. 10 tahun 1974);
(v) Pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta
(PP No. 6 tahun 1974);
(vi) Pengaturan keanggotaan pada Partai Politik dan Golong -
an Karya berhubung dengan dikeluarkannya Undang-undang
No. 3 tahun 1975 yang mengatur keanggotaan pegawai ne -
geri dalam partai Politik dan Golongan Karya (PP No.
20 tahun 1976);
(vii) Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P-4) yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Pendi -
dikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP 7) dimaksudkan agar segenap pegawai ne -
geri mempunyai ketaatan penuh pada Pancasila, Undang-
undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta bersa -
tu, bermental baik, berwibawa, berdayaguna, bersih,
berkualitas tinggi serta sadar akan tanggungjawabnya
(Instruksi Presiden No. 10 tahun 1978);
Penataran dilaksanakan secara bertingkat, yaitu Tipe A
yang diikuti oleh pegawai negeri golongan III ke atas
atau yang dipersamakan dengan itu, tipe B yang diikuti
oleh pegawai negeri golongan II atau yang dipersamakan
dengan itu dan tipe C untuk pegawai negeri golongan I
atau yang dipersamakan. Penataran yang telah dimulai
pada tahun 1979/80 yang diperinci per tahun menurut
tipe penataran adalah sebagaimana tercantum dalam Ta-
bel XXII - 9.
XX/58
TABEL XXII – 9
PESERTA PENATARAN TINGKAT NASIONAL SERTA TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
DARI TIPE A, TIPE B DAN C,
1979/80 – 1982/83
(orang)
XXII/59
Dalam hubungan ini lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa
berdasarkan Inpres No. 10 tahun 1979 maka BP-7 secara bertu -
rutan telah melaksanakan penataran P-4 bagi :
a. Calon-calon penatar tingkat nasional/Manggala yang ber -
langsung di Istana Bogor yang diikuti oleh lebih kurang
400 orang peserta;
b. Pembina penataran tingkat Pusat dan tingkat Daerah di Ge -
dung Pemerintah Daerah DKI yang diikuti oleh lebih kurang
400 orang peserta; dan
c. Penatar tingkat instansi Pusat/Propinsi di Taman Mini In -
donesia Indah yang diikuti oleh lebih kurang 3.800 orang
peserta; yang dilanjutkan dengan penataran-penataran P-4
dengan tipe A, B dan C di tingkat Departemen/Instansi
Pusat, di tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kotamadya
seluruh Indonesia.
XXII/61
biaya pengamanan dan pemeliharaan di samping akan berkurang -
nya nilai ekonomis barang yang seharusnya dihapus.
XXII/62
Pengendali Pengadaan untuk keperluan Departemen/Lembaga/ -
Kantor/Satuan Kerja/Proyek yang dilaksanakan secara ter-
pusat oleh Sekretariat Negara;
e. penetapan pengecualian terhadap ketentuan bahwa semua pe -
lelangan pekerjaan untuk pemborongan/pembelian dengan ni -
lai pelelangan di atas Rp. 500 juta dilakukan di tempat
lokasi kantor/satuan kerja/proyek, di ibukota Kabupaten/
Kotamadya atau di ibukota Propinsi yang bersangkutan dan
penetapan tempat pelelangan setelah mendengar pertimbang -
an Menteri/Ketua Lembaga dan Gubernur Kepala Daerah Ting-
kat I yang bersangkutan.
XXII/63
dan pembangunan seperti perencanaan, pelaksanaan, pengendali -
an dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan, juga me -
rupakan dasar bagi pembinaan arsip statis sebagaimana dimak -
sudkan oleh UU No. 7 tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kearsipan.
Pada tahun 1977/78 dalam usaha penyempurnaan kearsipan
dinamis telah dikembangkan suatu sistem serta penyebar luas -
annya melalui berbagai pendidikan dan latihan kearsipan. Pada
tahun-tahun selanjutnya sistem kearsipan dinamis terus dikem -
bangkan dan ditingkatkan sehingga menjadi semakin mantap.
Kecuali oleh Departemen/Lembaga sistem tersebut telah di -
usahakan diterapkan oleh Pemerintah Daerah sampai pada be -
berapa banyak Kabupaten-kabupaten, bahkan sampai di banyak
Kecamatan-kecamatan dan Desa-desa.
Dalam tahun anggaran 1981/82 usaha-usaha penertiban dan
pembinaan kearsipan semakin ditingkatkan dan lebih diinten -
sifkan. Jangkauan peningkatan kegiatan selama tahun anggaran
1981/82 meliputi peningkatan pendidikan dan latihan, pengem -
bangan dan konservasi kearsipan. Penyelenggaraan pendidikan
dan latihan dilakukan dengan penataran kearsipan dinamis ak -
tif dan penataran kearsipan dinamis inaktif. Penataran kear -
sipan dinamis aktif ditekankan pada pengurusan surat (mail
handling) dan penataran berkas (filing) sedangkan penataran
kearsipan dinamis inaktif dilaksanakan dalam rangka pelaksa -
naan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1979 tentang penyusut -
an arsip, khususnya penyusutan arsip dalam masa peralihan se -
belum adanya jadwal retensi arsip sebagaimana ditentukan da -
lam pasal 17 PP tersebut dan yang petunjuk pelaksanaannya di -
tuangkan dalam Surat Edaran Kepala Arsip Nasional No. SE/01/
1981.
Selanjutnya dewasa ini sedang dipersiapkan untuk penye-
lenggaraan pendidikan tenaga ahli menengah kearsipan dengan
bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra
Universitas Indonesia yang akan diselenggarakan dalam bentuk
pendidikan program diploma. Dalam rangka penyelamatan ba -
han-bahan bukti sejarah maka Arsip Nasional sejak tahun
1979/80 telah memperluas bidang kegiatannya dengan usaha pe -
nyelamatan arsip pandang/dengar (audio-visual) berupa rekam -
an film, foto, tape dan lain-lain yang diperoleh baik dari
dalam negeri maupun luar negeri seperti dari Imperial War Mu -
seum di Inggeris, Rijksvoorlichting dienst dan Koninklijk
Institut voor de Tropen di Nederland, Nippon Hoso Kyoku di
Jepang, dan lain sebagainya. Gambar dan suara dari peristiwa -
peristiwa penting dalam perjuangan bangsa yang terekam dalam
arsip pendang-dengar ini merupakan bahan bukti sejarah yang
amat berharga bagi generasi yang akan datang.
XXII/64
Untuk dapat menampung arsip pandang dengar dan arsip karto -
grafik maka pada tahun 1980/81 telah mulai dibangun depot se -
luas 3.250 m2. Depot arsip pada tahun-tahun mendatang akan
diperluas dengan pembangunannya di berbagai ibukota Propinsi
sebagai tempat penampungan dan penyimpanan arsip-arsip di
Daerah.
C. SISTEM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN
NEGARA
1. Pendahuluan
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai
rencana operasional tahunan diusahakan mencerminkan pola ke -
bijaksanaan, prioritas dan program dari Repelita untuk tahun
bersangkutan.
Sehubungan dengan itu Pemerintah dalam menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tetap didasarkan pada 4 prin -
sip, yaitu : (a) Anggaran berimbang yang dinamis; (b) Dana -
dana pembangunan dari dalam negeri harus makin besar; (c) Pe -
nentuan skala prioritas yang tepat; (d) Bekerja berdasarkan
program terpadu.
Dalam pelaksanaan Anggaran Belanja Negara, prinsip yang
dipergunakan ialah : (a) hemat, tidak mewah dan effisien, dan
(b) terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/ke -
giatan serta fungsi masing-masiag Departemen/Lembaga.
Untuk menciptakan stabilitas yang sehat dan dinamis Peme -
rintah tetap berpegang teguh pada prinsip anggaran berimbang
yang dinamis yang merupakan syarat untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi sebagai sarana peningkatan kesejah -
teraan lahir batin rakyat banyak dalam menuju terciptanya ma -
syarakat adil dan makmur. Sementara itu dengan tuntutan akan
peningkatan volume pembangunan, menimbulkan konsekuensi yang
semakin besar pula akan kebutuhan dana yang diperlukan. Hal
ini memerlukan memobilisasi sumber-sumber dana dalam negeri
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam pembiayaan. Rea -
lisasi dari usaha tersebut tercermin dengan meningkatnya vo -
lume dana pembangunan tiap tahun yang bersumber dari dalam
negeri selama ini berupa tabungan Pemerintah. Di samping ta -
bungan Pemerintah, dana pembangunan juga ditunjang oleh pe -
nyusunan/bantuan luar negeri yang terdiri dari nilai lawan
bantuan program dan bantuan proyek dan fasilitas kredit eks -
por. Bantuan proyek merupakan pinjaman yang bersifat lunak
XXII/65
maupunsetengah lunak atau pinjaman dalam rangka fasilitas
kredit ekspor yang diterima langsung oleh pemerintah dalam
bentuk barang, peralatan atau jasa untuk keperluan proyek -
proyek pembangunan tertentu yang telah ditetapkan. Mengingat
bahwa dana-dana pembangunan merupakan suatu kendala, maka Pe -
merintah dalam melaksanakan pembangunan tetap mendasarkan ke -
pada skala prioritas yang tinggi dengan mendahulukan apa yang
harus didahulukan dan menunda apa yang dapat ditunda dengan
berpedoman atas dasar program terpadu dan melaksanakan atas
disiplin anggaran.
XXII/66
telah dikeluarkan Keppres No. 10 dan No. 15 tahun 1980. Kebi -
jaksanaan yang tertuang dalam kedua Keppres tersebut dimak -
sudkan agar pengendalian dan penentuan pengadaan barang/per -
alatan Pemerintah dapat dilakukan secara terpusat dan terkor -
dinasikan. Atas dasar penilaian maka hasil pengendalian ter -
sebut telah cukup dapat mengarahkan berbagai kegiatan pemba -
ngunan mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Dalam
hubungan ini dapat dikemukakan bahwa sejak terbentuknya Team
Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah tahun 1980
sampai dengan bulan Januari 1983, telah dapat ditangani se -
jumlah 2.966 proyek dengan nilai semula sekitar Rp. 16.371
milyar, menjadi Rp. 15.444 milyar. Penekanan biaya tersebut
merupakan penghematan yang tidak sedikit yaitu sekitar Rp.
927 milyar.
XXII/67
Pemimpin Proyek. Hal terakhir menunjukkan peralihan tekanan dari
pre-audit ke pengawasan langsung dan post-audit.
XXII/68
didikan dan Kebudayaan; Departemen Kesehatan; Departemen Aga -
ma; Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; dan Departemen
Sosial.
XXII/69
Dalam usaha memperlancar prosedur pembiayaan pembangunan
maka beberapa kewenangan yang semula dimiliki oleh Kantor
Perbendaharaan Negara telah dilimpahkan kepada Pemimpin Pro -
yek. Jika dahulu KPN mempunyai wewenang dan tanggungjawab da-
lam mengadakan pengujian atas tagihan terhadap tagihan Nega -
ra, maka kini wewenang dan tanggungjawab tersebut sebagian
beralih kepada wewenang dan tanggungjawab pelaksana opera -
sional dan sebagian kepada Departemen/Lembaga yang bersang -
kutan. Dalam DIP juga tidak lagi terdapat uraian terperinci
penggunaan dana anggaran. Perincian tersebut terdapat dalam
PO yang disampaikan kepada Pemimpin Proyek tanpa pengiriman
tembusan/salinannya kepada KPN. Dengan demikian KPN tidak la-
gi mengadakan pengujian terhadap kesesuaian dengan tujuan pe-
ngeluaran anggaran ketika menerima Surat Permintaan Pembayar-
an Pembangunan (SPJP).
XXII/70
Tahun Keputusan Presiden tentang
Anggaran UU Tentang APBN pelaksanaan anggaran tahun
yang bersangkutan
XXII/71
takan pemerataan serta guna adanya jaminan pelaksanaan sesuai
dengan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan. SKB 3 Men-
teri itu yang berlaku sejak 1 Maret 1982 mengatur setiap pa -
ket pekerjaan dengan biaya sampai Rp. 100 juta harus dilaksa-
nakan oleh rekanan/pemborong di lingkungan propinsi yang ber-
sangkutan dengan pelanggan terbatas. Untuk pelelangan berni -
lai Rp. 500 juta lebih dicarikan rekanan/pemborong dari luar
propinsi yang bersangkutan sepanjang di propinsi tersebut ti-
dak ada rekanan/pemborong yang mampu.
XX/72
bulan mengirimkan Laporan Keadaan Kas Pembangunan (LKKP) me -
ngenai bulan yang baru lalu kepada KPN. Dalam hal ini Direk -
tur Jenderal atau Pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga
perlu mengambil langkah-langkah penyelesaian apabila terjadi
kelambatan penyampaian LKKP tersebut.
XXII/73
pembatalan kontrak dan pengeluaran pemborong/rekanan ber -
sangkutan dari DRM.
XXII/75
dengan para Pemimpin Proyek/Bendaharawan Proyek dalam wila -
yahnya. Dalam mengadakan pertemuan berkala diikutsertakan pu -
la Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran atau
Kepala KPN dalam hal di ibukota propinsi tidak terdapat Kan -
tor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran. Selanjutnya Guber -
nur Kepala Daerah Tingkat I melaporkan secara berkala ataupun
sewaktu-waktu mengenai keadaan suatu proyek atau proyek-pro -
yek bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Nege -
ri, Departemen/Lembaga bersangkutan, Menteri Keuangan, Mente -
ri Kordinator bidang EKUIN/Ketua BAPPENAS dan Menteri Negara
PPLH.
XXII/76
Tujuan dari kesemua pelaporan tersebut di atas dalam
rangka pengendalian pelaksanaan proyek-proyek pembangunan
ialah supaya pelaksanaan proyek terselenggara secara lebih
baik sehingga tercapai tujuannya sesuai dengan rencana dan
jadwal waktu yang telah ditetapkan.
XXII/77
tahun 1980 telah dibuka 3 buah Kantor Pengawasan Keuangan Ne -
gara yang baru, yaitu di Kupang, Jambi dan Palu, sedangkan
Kantor Akuntan Negara di Palembang telah ditingkatkan kedu -
dukannya menjadl Kantor Wilayah DJKPN.
XXII/78
tahun makin meningkat, yaitu pada akhir Repelita I terdapat
0,17 per proyek, pada akhir Repelita II terdapat 0,04 kejadi -
an per proyek, sedangkan pada tahun ketiga Repelita III ter -
dapat 0,07 kejadian per proyek.
XXII/79
TABEL XXII - 10
1) D ir ek to ra t J en de ra l
Pengawasan Keuangan Negara
2) Data pada bulan Desember 1982
XXII/80
TABEL XXII-11
HASIL-HASIL PEMERIKSAAN SERENTAK OLEH djpkn1) TERHADAP PROYEK-PROYEK REPELITA,
1977/78 – 1981/82
XXII/81
tugas DJPKN. Perhitungan Anggaran Negara itu setelah disusun
kemudian diajukan melalui BEPEKA kepada DPR untuk disetujui
dan ditetapkan sebagai Undang-undang. Perhitungan Anggaran
Negara yang telah berhasil disusun serta disahkan sebagai Un-
dang-undang sampai dewasa ini adalah mengenai tahun-tahun
1968/69 Sampai dengan tahun 1978/79 sedangkan Perhitungan
Anggaran Negara tahun 1979/80 akan disampaikan kepada DPR da-
lam tahun ini.
XXII/82