Anda di halaman 1dari 25

Ringkasan Yunani Sintak

____________________________

Tugas ini
Diajukan Kepada Dewan Dosen
Dr. Ir. Jakob Timisela, M.Th

Sekolah Tinggi Theologia Baptis Jakarta


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Tugas Mata Kuliah Strata-1

____________________

Oleh:
Danius Telaumbanua
NIM:
01.1.2018.2.01

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA BAPTIS JAKARTA


NOPEMBER 2019
YUNANI SINTAKSIS
.
Kata sintaksis (yunani zuntasis) inggris syntax; sintaksis adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antar kata atau antar kelompok kata, di dalam kalimat.
Pentingnya sintaksis:
1. Tugas menyelidik bahasa bukanlah menyeusun patokan, melainkan menemukan
prinsip
2. Dalam menetapkan makna dalam suatu ujaran, makna asli (yaitu: makna yang
dipahami oleh baik pembicara maupun pendengar pertama) haru menjadi sasaran
pencarian.
3. Konteks harus diterima sebagai faktor sangat penting dalam menetukan makna.
KATA BENDA
Kata benda adalah kata atau sekelompokkata yang digunakan untuk menyebut
tempat, manusia, benda, atau apa yang dibendakan. Beberapa ciri khas:
1. Jumlah: dalam haljumlah, nomina (atau substantif) yunani dibedakan dalam dua jenis
yaitu tunggala dan jamak.
2. Jenis: nomina yunani dibedakan kedalam tiga jenis yaitu: maskulin, feminim, dan
netral.
Catatan: kata jenis adalah terjemahan istilah inggris gender. Terjemahan kelamin tidak di
gunakan, sebab kata gender dalam gramatika tidaklah selalu berkaitan dengan jenis kelamin
benda itu (hal ini diuraikan lebih lanjut dalam paragraf yang akan menyusul). Demikian juga,
oleh karena alasan yang sama, istilah Inggris neutral diterjemahkan dengan netral, dan bukan
banci.
3. Kasus: untuk menyatakan hubungan gramatis suatu substantif (nomina, adjectif,
pronomina (kata ganti), dan partisip) dengan unsur lain didalamkalimat, pembicara
yunani menggunakan perubahan bentuk (di sebut infleksi). Bahasa yunani mengenal 5
kasus yaitu: nominatif, genitif, datif, akusatif dan vokatif.
KASUS VOKATIF
1. Defenisi: kasus vocatif adalah kasus sapaan. Yaitu menyatakan orang atau benda
yang disapa oleh pembicara.
Banyak ahli gramtaika menganggap vokatif bukan kasus. Halitu didasarkan atas dua alasan:
1. Bentuk: dari segi bnetuk, cukup meragukan. Hanya sedikit saja jumlahnya. Yang
dijumpai hanya bentuk tunggal, berakhiran “e” atau “a” atau bentuk nominatif dengan
vokal pendek . beberpa ahli menyebut ini sebagai bentuk dasar yang tanpa imbuhan.
2. Fungsi: tidak memiliki hubungan dengan kalimat. Oleh karena kasus vokatif secara
gramatika bersifat absolut, yaitu secara sintaksis tidak punya hubungan dengan bagian
lain dalam kalimat, maka ia tidak dapat disebut kasus. Apalagi jika kasus
didefinisikan berdasarkan atas hubungan atau fungsi gramatikanya/tata bahasa
didalamkalimat. Jadi daalambahasa yunani klasik penggunaan vokatif biasanya
didahului dengan partikel “w/”. Namun dalam yunani koine biasanya tanpa partikel
tersebut; di dalam Perjanjian Baru digunakan baik dengan maupun tanpa “w/”. Dalam
sapaan kepada Allah partikel itu tidak pernah digunakan.
Penggunaan Kasus Vokatif
1. Sapaan: digunakan untukmenunjuk orang yang disapaoleh si pembicara.
Dalampenggunaan ini partikel “w/” biasanya tidak digunakan, kecuali dalam kisah
para rasul (dalam hal ini penggunaanya rupanya karenaalasan gaya tulis semata).
Contoh: evpista,ta evpista,ta( avpollu,meqaÅ “Tuhan, Tuhan kami akan binasa”
(Luk. 8:24).
2. Seruan: disini nuansa sapaan kurang menonjol dan yang ditekankan adalah
fungsinya sebagai kata seru. Fungsiini kadang kala disebut pula dengan istilah
“sapaan yang ditegaskan”. Berarti, si pembicara dalam menyapa itu disertai
dengan emosi yang dalam. Contoh: w= gu,nai( mega,lh sou h` pi,stij\ “oh ibu,
besarlah imanmu! (Mat. 15:28)
KASUS GENETIF
Kasus ini dapat disebut kasus “pengkhususkan.” Artinya, kasus ini menjelaskan,
atau menandai lebih rinci, i,e.mencirikan, menyebut karakteristik atau hubungan,
nomina yang dihubungkan dengannya. Dengan demikian kasus ini funsinya setara
dengan ajektiva (kata sifat), sekalipun penjelasana yang diberikan oleh genetif
biasanya lebih khusus dan kuat.
1. Penggunaan: posisi , genitif biasanya mengikuti nominanya, dengan menempati
kedudukan predikatif kedua. Contoh: o. euvagge,lio,n mou (Rom. 2:16). Dalam
keadaan tertentu, untuk menyatakan tujuan penekanan atau kontras, dapat saja genitif
ataua rangkaian genitif menduduki posisi predikatif pertama perhatikan kai. auvtw/n
kai. u`mw/n (Ef. 6:9). Hanya saja,apapun posisinya ghenitif akan selalu diterjemahkan
dengan makna antributif.
2. Fungsi genitif: untuk memahami fungsi genitif, yang pertama harus dilakukan adalah
memperhatikan baik-baik gagasan dasar kasus ini. Yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah konteks yaitu untuk menemukan makan, dan menerjemahkan
genitif dengan tepat, maka kata-kata yang berada di sekitarnya harus dipertimbangkan
dengan cermat. Berikut inilah sejumlah kemungkinan ggasan yang dapat di nyatakan
oleh kasus genitif.
1. Milik atau kepunyaan. Kata benda dalam kasus genitif “memiliki” benda yang
dihubungkan dengannya. Gagasan “milik” atau “kepunyaan” ini bisa berarti literal,
figuratif atau metaporikal. Termasuk yang lazim ditemui. Dalam hal ini banyak kali
penggunaanya banyak dikaitkan dengan kata ganti empunya. Contoh: au/loj dou/loj
Cristou/ VIhsou/( (Rm.1:1).
2. Subjelktif. Kata benda genitif bertindak sebgai subjek, atau pelaku tindakan yang
dinyatakan di dalam kata benda verbl yang dikaitkan kepadanya. Yang dimaksud
dengan kata verbal adalah kata-kata bendq, yang terkandung didalamnya sesuatu
perbuatan; misalnya kasih,pengharapan, pernyataan, ketaatan, dan seterusnya. Kata
benda semcam itu biasanya akan memiliki kata kerja yang seasal. Contoh: th.n
pa,ntwn u`mw/n u`pakoh,n( “ketaatan kamu semu” kamu disini adalah pelaku
ketaatan tersebut”(1Kor. 7:15).
3. Gemitif obyektif. Berkebalikan dengan genitif subyekstif, dalam genitif objektif kata
benda kasus genitif bertindak sebagai objek dari atau menerima (dalam pengertian
saja, bukan secara gramatika) tindakan kata benda verbal yang dihubungkan
dengannya. Contoh: dikaiosu,nh de. qeou/ dia. pi,stewj VIhsou/ Cristou/ “yaitu
kebenaran Allah karena iman dalam yesus kristus dikaiosu,nh disini adalah kasus
genitif. Allah sebagai subjek dan iman sebagai obyektif (Rm.3:22).
4. Pemisahan. Kata benda genitif menyatakan bahwa”sesuatu dipisahkan darinya”.
Pemisahan itu bisa bersifat fisik atau abstrak (dalam arti kias). Di gunakan sendirian,
sebenarnyakasus ini telah sanggup menyatakan gagasan itu. namun didalam yunani
koine untuk menyeguhkan gagasan itu di pergunakanlah kata depak e.k atau apo, plus
genitif. Hanya saja pemakaian semacam ini jarang dijumpai di dalam PB. Contoh: o[ti
o` paqw.n sarki. pe,pautai a`marti,aj“ karena barang siapa telah menderitapenderitaan
badani, ia telah berhenti berbuat dosa (1 Ptr. 4:1).
5. Sumber. Genitif sumber, genitif milik, dan genetif subjektif cukup dekat maknanya.
Genitif milik lebih lazim di temui dari pada genitif sumber, dsan genitif subjektif
harus dijadikan pilihan jika ditemukan dalam rangkaian denganbenda verbal. Contoh:
i[na h` u`perbolh. th/j duna,mewj h=| tou/ qeou/ kai. mh. evx h`mw/n\ “supaya nyata
bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami (2
Kor. 4:7).
6. Pembagian (partisif/wholatif). Kata benda dalam kasus genitif menjelaskan
keseluruhan dari sebagian, yang keseluruhannya di sebutkan dalam kata benda yang
dihubungkan dengannya. Genitif hanya dapat disebut partitif, jika kata yang
dirangkaian dengannya menyatakan sebagian atau sebagian kecil dari sejumlahyang
lebih besar (misalnya, salah satu dari kalian,beberapa dari antaramu, secuil roti, sudut
halaman, bagian depan rumah itu,), yang dinyatakan oleh kata benda non genitifnya.
Contoh: Eiv de, tinej tw/n kla,dwn evxekla,sqhsan( “karean itu apabila beberapa
cabang telah dipatahkan (Rm. 11:17).
7. Perbandingan. Kasus genitif, mengikuti kata sifat (ajektif) perbandingan, dan
digunakan untuk menyatakan perbandingan. Contoh: tosou,tw| krei,ttwn geno,menoj
tw/n avgge,lwn “jauh lebih tinggi dari malaikat-malaikat (Ibr. 1:4).
8. Bahan. Kata benda genitif bahan yang artinya kata benda yang dihubungkan itu
terbuat dari atau terdiri atas. Kategori ini termasuk lebih khusus dari genitif atributif.
Contoh: ouvdei.j evpi,blhma r`a,kouj avgna,fou evpirra,ptei evpi. i`mati,w| palaiw/|
“tidak seorang pun menampalkan kain yang belum susut (terdiri atas bahan yang
belum susut) bada baju tua (Mrk. 2:21).
9. Isi. Kata benda genitif ini dihubungkan menyatakan jumlah atau banyaknya sesuatu
menjadai wadah yang sesuatu. Contoh: komi,sasa avla,bastron mu,rou “ datanglah ia
membawa sebuah buli-buli puala berisi sebuah minyak wangi (Luk. 7:37).
10. Aposisi. Ini kasus yang sama bentuk kedua menjelaskan bentuk pertama. Secara
umum dapatalah dikatakan kata benda pertama mempunyai arti yang luas dan umum,
sedangkan kata benda genitif lebih khusu dan merupakan contoh khas dari
kelompoknya. Ini agak berbeda dengan aposisi yang baisa, dalam aposisi biasa kasus
kedua kata benda itu sama. Seangkan dalam genitif aposisi kata benda itu selalu
dalam kasus genitif apapun kasus kata yang dihubungkan dengannya. Contoh: ai.
shmei/on e;laben peritomh/j( “dan tanda sunat itu diterimannya (Rm. 4:11).
Catatan: secara teknis lebih tepat disebut genitif yang beraposisi. Dalam hal ini kata benda
genitif kedua (iesou kristou) menjelaskan lebih lanjut kata benda pertama yang juga genitif
(i.e. enos).
11. Nilai, Harga, Kuantitas. Kata benda genitif menjelasakan harga yang dibayarkan
untuk sesuatu atau menjelaskan nilai suatu benda. Contoh: ouvci. du,o strouqi,a
avssari,ou pwlei/tai “bukankan burng pipit dijual dua ekor seduit (Mat. 10:29).
12. Waktu. tekanannya pada “jenis” waktu; misalnya, peristiwa itu terjadi pada “pagi
hari,” dan bukannya “tengah hari” atau “petang”. Contoh: tw/n bow,ntwn auvtw/|
h`me,raj kai. nukto,j “yang berseru kepadanya siang dan malam (Luk. 18:7).
13. Tempat. Kata benda genitif menjelaskan tempat dimana sesuatu peristiwa terjadi
daerah atau wilayah tempat terjadinya peristiwa. Contoh: e,myon La,zaron i[na ba,yh|
to. a;kron tou/ daktu,lou auvtou/ u[datoj “suruhlah lazarus supaya ia mencelupkan
ujung jarinya kedalam air (Luk.16:24) dan ouv mo,non VEfe,sou avlla. scedo.n pa,shj
th/j VAsi,aj “bukan saja di Efesus tetpi di seluruh Asia (Kis. 19:26).
14. Hubungan kekeluargaan. Pengguna ini merupakan penerpan khusu dari genitif milik.
Dalam hal ini kata benda genitif meyebut pribadi yang memiliki hubunnga keluarga
(kekerabatan atau nikah) dengan dinyatakan dalam kata bendanya. Ada kalanya kata
bendanya dihilangkan. Kehadirannya digantikan oleh artikel tertentu, yang jenisnya
(i.e. maskulin, feminim, atau netral) selaras dengan hubungan keluarga yang hendak
dinyatakannya. Contoh: ei=den................ du,o avdelfou,j( VIa,kwbon tou/
Zebedai,ou “ia melihat .....dua bersaudara, Yakobus anak Zebedeus (Mat. 4:21).
15. Arah atau Tujuan. Kadangkala kata benda genitif itu menjelaskan tujuan keberadaan
benda yang dihubungkan dengannya. Dalam penggunaan ini seringkali benda genitif
itu akan dikuti oleh kata “odos”(jalan) atau thupa(pintu). Contoh: Eivj o`do.n evqnw/n
mh. avpe,lqhte( “jangan [pergi kejalan (yang mengarah) orang kafir (Mat. 10:5).
16. Sarana. Biasanya digabungklan kata depan e,k, dan bukan bentuk genitif saja. namun
pemakaian ini jarang ditemukan. Contoh: peritomh/j sfragi/da th/j dikaiosu,nhj th/j
pi,stewj “dan tanda sunat itu diterimanya sebagai materi kebenaran berdasarkan
(dengan sarana) iman (Rm. 4:11).
17. Pelaku. Biasanya walalupun tidak selalu, dikaitkan denagn kata sifat verbal (yaitu
kata sifat yang dibentuk dari kata kerja mengandung gagasan kata kerja pasif)),
misalnya: agapetos, didaktos, eklektos, dsb. Contoh: Deu/te( oi` euvloghme,noi tou/
patro,j mou( “mari, hai kamu yang dikasihi oleh Bapaku (Mt. 25:34).
18. Genitif predikat. Bertindak sebagai predikat. Genitif itu dihubungkan dengan kata
benda genitif laion oleh kata kerja kopula (dalam bentuk partisip) yang juga berkasus
genitif. Contoh: o,te u`pe,streyan eivj ~Ierousalh.m avpo. o;rouj tou/ kaloume,nou
VElaiw/noj( “maka kembalilah mereka itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut bukit
zaitun (Kis.1:12).
19. Genitif akibat. Kata benda genitif menjelaskan akibat atau hasil yang terjadi dari
gagasan yang dinyatakan dalam kata benda yang dihubungakan denngannya. Contoh:
ou[twj kai. diV e`no.j dikaiw,matoj eivj pa,ntaj avnqrw,pouj eivj dikai,wsin zwh/j\
“demikian juga oleh satu perbuatan benar, pembenaran (yang berakibat=untuk) hidup
tersedia untuk semua orang (Rm. 5:18).
20. Genetif Absolut. Contoh: h;dh de. auvtou/ katabai,nontoj oi` dou/loi auvtou/
u`ph,nthsan auvtw/| le,gontej o[ti o` pai/j auvtou/ zh/|Å “dan selagi ia kembali,
hambanya menemui dia dan melaporkan bahwa anaknya hidup(Yoh. 4:51).
21. Genitif Atribut. Ciri atau sifat yang dimaksud wajarnya akan dinyatakan dengan
ajektif. Konsep yang oleh pembicara asli Yunani dinyatakan dengan ajektif diganti
dengan genitif. Contoh: i[na katarghqh/| to. sw/ma th/j a`marti,aj( “supaya tubuh dosa
kita hilang kuasanya (Rm. 6:6).
22. Genetif beratribut. Berkebalikan dengan atribut, kata benda non-genitif menyebut ciri
atau sifat yang dimiliki oleh kata benda genitif. Untuk menguji kesahan klasifikasi ini,
ubalah kata bendanya menjadi kata sifat, kemudian gunakan untuk menjelaskan
genitifnya. Contoh: oi[tinej meth,llaxan th.n avlh,qeian tou/ qeou/ evn tw/| yeu,dei
“mereka menukar kebenaranAllah (Allah yang benar) dengan dusta (Rm. 1:25).
23. Genitif penjelasan (deskripsi). Kata benda kasus genitif menjelaskan dan mencirikan
benda yang dihubungkan dengannya. Penjelasan itu dalam arti yang lebih luas dan
bebas bila dibandingkan dengan genitif atribut. Contoh: e;laion avgallia,sewj para.
tou.j meto,couj souÅ “telah mengurapi engkau dengan minyak (sebagai tanda)
kesukaan melebihi teman-temanmu (Ibr. 1:9). Kesukaan disini merupakan
penjelasnbentuk genitif.
24. Obyek penderita.
a. Kata kerja yang memiliki arti “mengambil bagian” atau “ikut serta” serta kata
kerjayang memiliki gagasan genitif partitif (misalnya: “mengapa”, atau “maka
dari”).
b. Kata kerja yang berarti “menjamah” atau “memegang”.
c. Kata kerja dengan arti “mengajar”, menginginkan, menjangkau dan mendapatkan.
d. Kata kerja dengan arti “memenuhi” dipenuhi dengan”.
e. Kata kerja tentang persepsi.
f. Kata kerja yang berarti “mengingat”, melupakan.
g. Kata kerja berkenaan dengan emosi.
h. Kata kerja yang berarti “mengatur, memerintah, mengatasi.
i. Kata kerja yang berarti menuduh.
j. Kata-kata itu juga sering sering mengambil obyek genitif, akan tetpi dalam
kebnaykan kasus biasanya genitif pemisahan.
25. Mengikuti sejumlah ajektif. Ada sejumlah kata sifat yang menuntut kasus genitif
bilakata itu dihubungkan dengannya. Kata-kata sifat yang dimaksudkan adalah
avkatapau,stouj “tanpa henti” tidak pernah jenu berbuat dosa (2 Pet. 2:14). a;nomoj
“tanpa hukum” (1 Kor. 9:21) dll.
26. Genitif digunakan dengan adverbia (keterangan). Contoh: avxi,wj “dengan
sepatutnya” (Fil. 1:27), a[pax “sekali” (Ibr. 9”27), di.j “dua kali” (Luk. 18:12). Dll.
27. Genitif mengikuti preposisi. Sejumlah preposisi juga menghendaki genitif. Preposisi
berikut ini biasanya genetif akusatif dihubungakan dengan genetif :anti, apo, ek
(mutlak), (eks), pro, dia, kata, meta, peri, uper, upo, epi, para, pros (datif).
28. Mengikuti sejumlah kata benda. Ada sejumlah kecil kata-kata benda yang menuntut
kasus genitif bila dihubungkan dengannya, dan jelas sekali genitif itu bukan obyektif,
isi, partisip atau jenis penggolongan lain. Contoh: Ei-j ga.r qeo,j( ei-j kai. mesi,thj
qeou/ kai. avnqrw,pwn( “karena ada satu Allah, dan satu pengantara di antara Allah
dan manusia (1 Tim. 2:5).
KASUS DATIF
Kasus datif berkaitan khusunya dengan kepentingan pribadi (bila diterapkan kepada
persona atau benda yang dipersonakan); atau hubungan/kaitan bila dikaitkan dengan manusia
atau benda. Secara gramatika kasus datif memiliki fungsi adverbial; artinya, pada akhirnya ia
memberi penjelasan lanjut kepada kata kerja. Berikut inilah sejumlah fungsi sintaksis yang
dapat dimainkan oleh kasus datif.
1. Objek tidak langsung. Kata benda atau kata ganti benda kasus datif adalah orang atau
benda yang diberi (menerima) obyek langsung dari kata kerja transitif), atau subyek
kata kerja pasif. Dalam terjemahan gagasan ini dapat dinyatakan dengan penambahan
preposisi “kepada”. Contoh: i[na ti metadw/ ca,risma u`mi/n pneumatiko.n eivj to.
sthricqh/nai “agar suapay aku dapat membagikan karunia rohani kepadamu guna
menguatkan kamu (Rm. 1:11).
2. Milik. Ini biasanya berada pada posisi predikatif sesudah kata kerja bantu (to be), dan
bertindak sebagai pemilik subjek kata kerja. Kadang kala datif milik ini didapati
dalam rangkaian yang sama dengan genitif milk. Contoh: kai. ouvk h=n auvtoi/j
te,knon( “mereka tidak punya anak......(anak tidak ada pada mereka; Luk. 1:7).
3. Benda yang dimiliki. Dalam hal ini gagasan yang dinyatakan sepenuhnya
berkebalikan dengan datif milik. Contoh: pw/j evgei,rontai oi` nekroi,È poi,w| de.
sw,mati e;rcontaiÈ “bagaimankah orang mati itu dibangkitakan? Dengan tubuh
macam apakah mereka akan datang? (1 Kor. 15:35).
4. Hubungan atau penyertaan. Kata benda dfatif menyatakan orang atau benda yang
memiliki hubungan, mengambil bagian, atau yang menyertai dalam melaksanakan
tindakan yang disebut oleh kata kerja. Contoh: dio. kai. pukno,teron auvto.n
metapempo,menoj w`mi,lei auvtw/|Å “karena itu ia sendiri memanggilanya untuk
bercakap-cakap dengan dia” (Kis. 24:26).
5. Acuan atau kaitan (asosiasi). Kata benda datif membatasi atau memeprluas gagasan
yang dinyatakan oleh kata kerja dengan menyebutkan kaitan tindakan tersebut dengan
orang tempat atau barang. Dengan kata lain, jika seseorang membuat suatu pernyataan
dan ia tidak menghendaki pernyataanya itu tanpa batasan, maka ia dapat
membubuhkan kata benda datif. Dengan itu kata benda datif itu menegaskan sejauh
mana, atau kaitan dengan apa, pernyataan itu benar adanya. Contoh: i[tinej
avpeqa,nomen th/| a`marti,a|( pw/j e;ti zh,somen evn auvth/| “bukankah kita telah mati
terhadapa dosa;bagaimankah kita hidup didalamnya” (Rm.6”2). kadangkala sulit
membedakan pemakaian ini dengan datif lingkup, tetapi perhatikanlah Ef. 2:1, disana
datif lingkup dipakai, dengan menggunakan kata-kata yang sama dengan Rm.6:11,
namun makna yang dihasilkannya jelas betolak belakang.
6. Etis. Kata benda datif ini menyatakan orang yang perasaanya terlibat dengan erat
terhadap kegiatan yang dinyatakan. Pemakaian ini jarang ditemukan dalam PB.
Contoh: o.j evntroph.n u`mi/n le,gwÅ hal ini kukatakan untuk memalukan kamu
(yaitu apa yang kukatakan seharusnya menjadikan kamu merasa malu, dan kamulah
yang memang seharusnya merasa malu) (1 Kor. 6:5).
7. Kepentingan. Kata benda datif menyatakan orang atau barang yang memiliki
kepentingan dengan tindakan itu dapata dinyatakan dengan kata untuk atau demi atau
bagi. Datif kerugian dinyatakan “melawan atau bertentangan”. Contoh: te,loj ga.r
no,mou Cristo.j eivj dikaiosu,nhn panti. tw/| pisteu,ontiÅ “sebaba kristus adalah
kegena[pan hukum Taurat, demi kebenaran bagi orang-orang percaya. (Rm. 10:4).
8. Tempat. Kata benda datif menjelaskan tempat terjadinya suatu peristiwa (tempat dan
ruang dalam arti literal). Contoh: oi` de. a;lloi maqhtai. tw/| ploiari,w| h=lqon( “dan
murid-murid yang lain datang didalam perahu kecil (LAI: dengan perahu kecil Yoh.
21:8). Contoh yang lain Eiv de. h` diakoni,a tou/ qana,tou evn gra,mmasin
evntetupwme,nh li,qoij “tetapi pelayanan (yang memimpin kepada) kematian tertulis
dengan huruf padaloh batu (2Kor. 3:7).
9. Bidang atau Lingkungan. Ini sama dengan datif tempat , tetpi bukan literal, tetpi
kiasan. Kata benda datif menjelaskan bidang tempat terjadinya peristiwa, atau sesuatu
itu benar adanya dalam bidang itu. kadangkal sulit membedakan penggunaan ini
dengan datif respek (atau acuan), bahkan juga dengan datif etis. Contoh: kai. mh.
avsqenh,saj th/| pi,stei “dan tidak menjadi lemah dalam (bidang) iman (Rm. 4:19).
Contoh yang lain eiv de. kai. ivdiw,thj tw/| lo,gw|( avllV ouv th/| gnw,sei “namun jika
aku tidak cakap dalam (hal) ucapan, tetpi tidaklah demikian dalam (hal) pengetahuan
dalam(2Kor. 11:6).
10. Waktu. kata benda datif menejlaskan waktu terjadinya peristiwa yang disebut kata
kerja. Dalam hal ini waktu dilihatnya sebagai suatu titik. Contoh: En evkei,nw| tw/|
kairw/| evporeu,qh o` VIhsou/j toi/j sa,bbasin dia. tw/n spori,mwn “pada waktu itu,
pada hari sabat, Yesus melewati padang gandum (Mat. 12:1). Contoh lain kai. th/|
tri,th| h`me,ra| evgerqh,setai “dan pada hari yang ketiga akan bangkit (Mat. 17:23).
Kata “tri,th|” ini disebut dengan datif.
11. Kecaraan atau sikap. Kata benda datif ini dipakai untuk menunjukkan gagasan
“dengan cara, bagaimana” tindakan kata kerja itu dilaksanakan. Karena itu, datif itu
mengandung gagasan adverbial (kata keterangan). Untuk menyatakan gagasan itu
frase “dengan akan dugunakan dalam terejamahan. Contoh eiv evgw. ca,riti
mete,cw( ( “jika aku mengambil bbagian dengan ucapan syukur (1Kor. 10:30).
12. Sarana atau alat. Kata benda datif adalah bneda yang digunakan untuk melaksanakan
suatu tindakan. Jadi, bila datif sarana menegaskan alatnya, datif kecaraan
menunjukkan diterjemahkan bantuan kata “dengan”. Contoh: kai. evxe,balen ta.
pneu,mata lo,gw| “dan Ia mnegusir roh-roh jahat dengan firmanNya (Mat. 8:16).
13. Pelaku. Kata benda datif menyatakan pelaku (dapat berarti manusia, malaikat, atau
makhluklainya) yang melaksanakan tindakan yang di sebut oleh kata kerja. Satu-
satunya perbedaan dengan datif sarana ialah datif sarana benda itu non
manusia/pribadi, sedangakan datif pelaku bendanya adalah manusia /pribadi. Contoh:
o[soi ga.r pneu,mati qeou/ a;gontai( “karena seberapa banyak (mereka) yang dipimpin
roh Allah (Rm. 8:14).
14. Ukuran, Tingkat, atau Perbedaan. Kata benda datif mengikuti ajektif pembading,
digunakan untuk menyatakan perbandingan yaitu menjadikan benda datif itu sebagai
dasar perbandingan, atau untuk menjelaskan derajat perbedaan dalam perbandingan
itu. Contoh: pollw/| ou=n ma/llon “karena itu lebih-lebih (yaitu, lebih dari banyak),
(Rm.5:9).
15. Sebab. Kata benda datif ini menjelasakan sebab (alasan) atau dasar dilaksanakanya
tindakan yang disebut oleh kata kerja. Ini seringkali memiliki nuansa makna yang
sama dengan datif sarana. Contoh: mo,non i[na tw/| staurw/| tou/ Cristou/ mh.
diw,kwntai “hanya supaya kita tidak dianiaya oleh sebab salib Kristus (Gal. 6:!2).
16. Seasal. Kata benda datif itu seqalsal entah dalam bentuk , atau dalam makna dengan
kata kerja dalam kalimat. Dengan demikian datif itu semakin mempertegas
(menguatkan ) gagasan kata kerjanya. Dalam terjemahan, gagasan itu akan dinyatakan
dengan menggunakan kata keterangan (adverbia) yang selaras. Contoh: evpiqumi,a|
evpequ,mhsa tou/to to. pa,sca fagei/n meqV u`mw/n “Aku sangat rindu (merindukan
dengan kerinduan)untuk makan paskah ini bersama-sama kamu (Luk.22:15).
17. Ketentuan atau Arah. Kata benda datif menjelaskan bahan yang digunakan untuk
mewujudkan tindakan yang disebut kata kerja. Pada dasarnya ini sama dengan datif
sarana/alat. Contoh: eplhrwme,nouj pa,sh| avdiki,a| “dipenuhi dengan rupa-rupa
kelaliman (Rm. 1:29).
18. Sasaran atau penerima. Karena tidak adanya istilah yang baik, nama itu di gunakan
untuk menunjukkan kata benda datif yang mengandung gagasan “kepada” tetpi tidak
termasuk dalam jenis objek tidak langsung (misalnya, sesudah kata kerja intransitif).
Contoh: {Ellhsi,n te kai. barba,roij( sofoi/j te kai. avnoh,toij ovfeile,thj eivmi,( “aku
berhutang kepada orang Yunani dan kepada orang bukan Yunani kepada orang yang
terpelajar dan kepada orang yang tidak terpelajar (Rm.1:14).
19. Bahan. Pada dasarnya ini sama dengan datif saran/alat. Contoh: eplhrwme,nouj pa,sh|
avdiki,a| “dipenuhi dengan rupa-rupa kelaliman (Rm.1:29).
20. Datif predikat. Kata benda atau kata ganti datif bertindak sebagai predikat kata benda
datif lain dan dihubungkan dengannya oleh kata kerja kopula (bentuk partisip atau
infinitif) yang juga dtif. Contoh: a] ouvk e;xestin h`mi/n parade,cesqai ouvde. poiei/n
~Rwmai,oij ou=sinÅ “yang bagi kita sebgai orang Rum, tidak bioleh menerimanya
atau melakukannya (Kis. 16:21).
21. Datif aposisi. Kata benda datif ini hampir sama dengan yang lain. Dalam hal ini kedua
kata benda itu mengacu kepada persona yang sama, dan bertindak memberi
penjelasan lanjut terhadapat benda datif yang pertama. Contoh: u-toj ouvk evkba,llei
ta. daimo,nia eiv mh. evn tw/| Beelzebou.l a;rconti tw/n daimoni,wnÅ “orang ini tidak
dappat mengusir etan kecuali dengan Baalzebul, si penghulu setan (Mat. 12:24).
22. Mengikuti kata benda. Sejumlah kata benda Yunani menuntut kasus datif bila
dihubungkan dengannya. Beberapa yang ditemui adalah berikut ini: Diakonia
“pelayanan, pertolongan” (1Kor. 16:115); upantesis “pertemuan” (Mat. 8:34). Contoh:
ai. eivj diakoni,an toi/j a`gi,oij e;taxan e`autou,j\ “dan mereka membaktikan diri demi
pelayanan untuk orang-orang kudus (1Kor. 16:15).
23. Mengikuti

KASUS AKUSATIF
Akusatif memiliki kesamaan fungsi dengan genitif, yaitu keduanya menyatakan
gagasan pembatasan. Bedanya genetif menjelaskan batasan itu dari segi kualitas,
sedangkan akusatif yaitu dari segi kuantitas. Pada pihak lain akusatif juga memiliki
kesamaan funsi dengan datif; keduanya memiliki kaitan erat dengan kata kerja. Hanya
saja bila datif membicarakan hubungan tindakan, lokasi atau sarana yang digunakan
untuk melakukan tindakan , akusatif utamanya membahas jangkaun atau lingkup dari
tindakan.

Fungsi Akusatif.
1. Obyek Langsung. Kata benda akusatif menyatakan pihak (manusia ataua benda)
yang secara langsung menjadi penerima (menderita) yang disebutkan obyek dekat
dari tindakan yang dinytakan oleh kata kerja transitif. Namun harus diingat,
sejumlah kata kerrja menuntut objeknya berkasus genitif atau datif. Contoh: iV
ou- evla,bomen ca,rin kai. avpostolh.n “Olehnya kami menerima anugerah dan
jabatan Rasul (Rm.1:5).
2. Akusatif Ganda. Akusatif ganda dapat dibedakan kedalam dua jenis kontruksi.
Yang pertama disebut Akudsatif ganda manusia dan benda. Artinya, Akussatif
pertama mengacu manusia, sedangkan akusatif kedua menunjuk kepada benda.
Dalam hal ini tekanan khusu diarhakan kepada akusatif kedua.
a. Adikew :berbuat salah (Plm. 18.)
b. Aitew : meminta (Mrk.6:22)
c. anamimneh.skw :mengintakan (1Kor. 4:17)
d. enduw :mendadani (Mat. 27:31)
e. ekduw :menanggalkan pakaian (Mrk.15:20).
Kata-kata kerja diatas dapat digunakan hana dengan satu objek. Contoh: u`ma/j dida,xei
pa,nta “ia akan mengajar engkau segala sesuatu” (Yoh. 14:26).
3. Akusatif predikat. Kata benda akusatif bertindak sebagai predikat kata benda lain
yang juga akusatif. Kedua akusatif itu dihubungkan oleh kata kerja kopula, yang
berupa infinitif, bila kalimat itu berupa kutipan tidak langsung (atau rangkaian
serupa), atau partisip bial kalimat itu bukan kutipan tidak langsung. Contoh:
pe,poiqa,j te seauto.n o`dhgo.n ei=nai tuflw/n( “dan yakin bahwa engkau adalah
pemimpin orang buta “(Rm. 2:19; dan bisa juga di lihat Rm 6:18; Rm 7:3) dll.
4. Akusatif seasal. Kata benda akusatif seasal, baik secara etimologi (bentuk) atau
makna, dengan kata kerjanya. Peran sintaktisnya, akusatif itu bertindak sebagai
objek langsung (i.e. jenis khusus obejek lansung) kata Kerja. Contoh: To.n
avgw/na to.n kalo.n hvgw,nismai( “aku telah bertanding dengan (pertandingan)
baik” (2Tim. 4:7; lihat juga Luk 2:9; Mat. 2:10).
5. Kecaraan (adverbial). Dalam penggunaan semacam ini, akusatif itu menyatakan
cara pelaksanaan tindakan kata kerja. Patut diingat, pada mulanya adverbia itu
terwujud kasus akusatif. Contoh: dwrea.n evla,bete( dwrea.n do,teÅ “kamu telah
menerima dengan Cuma-Cuma, berilah juga dengan Cuma-Cuma” (Mat. 10:8;
lihat juga Yoh. 10:10).
6. Ukuran. Kata benda akusatif menjelaskan jauhnya (jarak ruang) atau lamanya
(jumlah waktu) pelaksanaan tindakan yang disebut oleh kata kerja. Contoh: kai.
auvto.j avpespa,sqh avpV auvtw/n w`sei. li,qou bolh.n “ia menjauhkan diri dari
mereka kira-kira seperlempar batu” (Luk. 22:41; lihat juga Mat. 4:2; Yoh. 6:9).
7. Hubungan atau kaitan. Ini memiliki arti yang sama dengan datif hubungan/kaitan
tetpi akusatif hubungan atau kaitan ini lebih jarang ditemukan dalam PB. Contoh:
pa/j de. o` avgwnizo,menoj pa,nta evgkrateu,etai(“setiap orang yang mengambiul
bagian dalam pertandingan ia menguasai diri dalam segala hal” (1Kor. 9:25).
8. Akusatif sumpah. Kata benda akusatif menjelaskkan manusia atau benda yang
dipakai untuk bersumpah termasuk penggunaan khusu akusatif ganda. Contoh:
o`rki,zw se to.n qeo,n( mh, me basani,sh|jÅ “aku menyupahi kamu, demi Allah,
jangan siksa aku” (Mrk.5:7).
9. Akusatif Absolut. Kata benda atau kata ganti kasus akusatif, biasanya
dihubungkan dengan partisip akusatif, dan ia bertindak sebagai subyeknya.
Contoh: ma,lista gnw,sthn o;nta se pa,ntwn tw/n kata. VIoudai,ouj evqw/n
“terutama karena engkau mengetahui benar tentang tradisi bangsa Yahudi” (Ki.
26:3).
10. Akusatif menggantung. Kata benda atau kata ganti pronomina kasus akusatif,
nampaknya bertindak sebagai objek kata kerja. Tetapi ternya ada kata benda
(ganti) lain, kasus akusatif, yang akhirnya mengisi peran itu. akibatnya akusatif
pertama itu berdiri sendirian, dan akhirnya beraposisi dengan kata ganti penunjuk.
Contoh: o] ga.r eva.n spei,rh| a;nqrwpoj( tou/to kai. qeri,sei\ “sebab apapun yang
orang tanam, itu jugalah yang ia tuai” (Gal. 6:7).
11. Subyek infinitif. Seringkali kata benda atau kata ganti akusatif bertindak sebagai
subyek infinitif. Konstruksi semacam ini barang kali lebih tepat disebut akusatif
kaitan/hubungan seperti yang disarankan Robertson. Contoh: eivj to. ei=nai
auvtou.j avnapologh,touj( “sehingga mereka tidak dapat berdalih (Rm. 1:20).
12. Akusatif beraposisi. Kata benda akusatif berfungsi sebagi aposisi terhadap kata
benda akusatif yang lain. Kedua benda mengaccu kepada pribadi atau benda yang
sama, dan akusatifkedua memberi rincian lanjut. Contoh: evn w-| e;comen th.n
avpolu,trwsin( th.n a;fesin tw/n a`martiw/n\ “di dalam Dia kita memperoleh
penebusan, yaitu pengampunan dosa-dosa (Kol. 1:14).
13. Mengikuti ajektif atau adverbia. Sangat jarang ditemukan, tetpi ada ajektif atau
adverbia yang menuntut kasus akusatif, bila kata benda itu mengikutinnya.
Contoh: o[moion ui`w/| avnqrw,pou( “seorang seperti anak manusia” (Why.
14:14).
14. Mengikuti preposisi. Du preposisi menuntut kasus akusatif , bila kata benda
dihubugkan dengannya; yaitu: ana dan eiz. Sedangkan dia,, kata, meta, peri, uper,
dan upo, selain dapat dihubungkan dengan genitif biasanya dikaitkan dengan
akusatif.

ARTIKEL
Artikel adalah salah satu unsur terpenting dalam abahsa Yunani. Namun harus
ditegaskan bahwa penyelidikan yang telah dilakukan hingga saat ini belum sepenuhnya
berhasil menggali semua kebenaran yang terkait dalam penggunaan artikel Yunani.
Fungsi artikel adalah pertama-tama artikel tidak mengubah kata benda tak tentu
menjadi tentu. Tugas pokok artikel salah satu yang terpenting adalah mencirikan atau
memberi identitas. Artikel mengkhusukan yaitu membedakan atau mencirikan suatu benda ,
sehingga benda itu menjadi khas dan di kenal lebih khusus.
Penggunaan Artikel Secara Umum
1. Artikel digunakan sebagai kata ganti.
a. Sebagai kata kanti orang. Dalam hal ini artikel di terjemahkan “ia” atau
sejenisnya. Contoh: o` de. ei=pen auvtoi/j\ “tetapi ia berkata kepada mereka”
(Yoh. 4:32).
b. Digunakan sebagai kata ganti Hubung. Biasanya ia merupakan pengulangan
mengikuti kata benda dan didepan sebuah frasa (Misalnya frasa genititif).
Contoh: O lo,goj ga.r o` tou/ staurou/ “pemberitaan tentang Salib” dalam
bahasa inggris “the word which of tthe cross”.
c. Digunakan sebagai kata ganti Empunya. Biasanya menunjukkan dengan jelas
bahwa benda yang dimaksud merupakan milik orang yang disebut
dalamkonteks itu. contoh: evktei,naj th.n cei/ra “mengulurkan tanganNya”

2. Digunakan Dengan Kata Benda


Penggunaan ini ada dua pokok yaitu Mengkhususkan dan Mengellompokkan.

Artikel Mengkhususkan
a. Sekedar penanda. Ini merupakan kategori “keranjangnsampah”. Pilihan
sebenarnya seharusnya hanya dipakai sebagai pintu darurat. Contoh: h` basilei,a
tw/n ouvranw/nÅ “kerajaan sorga” (the kingdow of heaven Mat.3:2).

b. Anaforik. ArtikelAnaforik bertindak menunjukkan benda atau pribadi yang


telahdijelaskan pada bagian terdahulu pada konteks itu. contoh: Yoh 4:10: Tuhan
Yesus memperkenalkan konsep air hidup (udwr zwn) kepada wanita samaria itu.
c. Deiktik (Penunjuk). Disisni artikel bertindak menunjuk kepada benda atau pribadi
yang sedang dibicarakan pada saat itu. kadang-kadang ia mempunyai nuansa kata
ganti penunjuk. Contoh: ivdou. o` a;nqrwpojÅ “lihatlah orangnya” (Yoh. 19:5
d. Monadik (benda satu-satunya, unhik). Artikel dalam hal ini menunujk kepada
benda yang tak ada duanya, misalnya Iblis, Matahari, Kristus, dan seterusnya.
Monadik menunjuk benda untuk tunggal. Sedangkan par-ekselens menandai
benda terbaik dallam jenisnya; jadi menyatakan gagasaqn superlattif. Matahari
(the suu) adalah monadik, sebab hanya ada satu matahari.
e. Terkenal (selebriti). Aryikel ini menunjukikan benda yang dikenal luas oleh
karena ciri tertentu yang dimilikinya. Contoh: th/| didach/| th/| koinwni,a|( th/|
kla,sei “pengajaraan, persekutuan..memecahkan roti” (Kis. 2:42).
f. Kata benda abstrak. Kata bendaa bastrak biasnaya tanpa artikel, karena dianggap
kata benda tak tentu. Namun bila pembicara ingin menegaskan kekhasan benda
abstrak itu , biasanya artikel disertakan. Contoh: h` swthri,a evk tw/n VIoudai,wn
evsti,nÅ “ keselamatan datangnya dari orang-orang Yahudi” (Yoh.4:22).

Artikel mengelompokkan/menggolongkan (jenerik).


Penggunaan semacam ini jauh lebih jarang dibandingkan dengan fungsi
mengkhususkan. Artikel mengelompokkan berarti ia membedakan satu jenis (kelas) benda
dengan jenis benda lainnya. Artikel yang mengkhusukan bertindak menandai sesuatu benda
yang termasuk dlam satu jenis tertentu. Sedqngkan artikel mengelompokkan bertindak untuk
memisahkan satu jenis benda yang dengan jenis yang lain. Contoh: Oi` a;ndrej( avgapa/te ta.j
gunai/kaj( “suami-suami, kasihilah isteri-isteri.” Fdalam konteks ini Paulus tidak
mengkhususkan (memisahkan) suami-suami di Efesus dengan para suami dari gereja lain. Ia
membedakan suami, isteri dan anak.
Artikel bertindak membedakan
Dalam penggunaan ini artikel ditempatkan di depan rangkaian kata atau farsee, dan
menjadikan bagian itu sebagai kata benda.
Contoh:
1. Dengan kata keterangan (adverbia). H epaurion (hemera dipahami)-pada hari
berikutnya (besok).
2. Dengan kata sifat (adjektif). Mat 6:13 “r`u/sai h`ma/j avpo. tou/ ponhrou/Å
“lepaskanlah kami dari yang jahat ).
3. Dengan frasa preposisional. to. kaqV h`me,ran\ “(makanan) setiap hari.”
4. Dengan klausa atau kutipan. Contoh: To. de,( VAne,bh( “dan (pernyataan) Ia telah
naik..”.

Artikel sebagi kata tugas (function marker)


Dalam hal ini artikel digunakan sbb:
1. Untuk menjelaskan posisi atributif, teristimewa dalam rangkaian atributif kedua.
2. Digunakan bersam-sama dengan kata ganti empunya (biasanya artikel selalu
digunakan)
3. Digunakan dengan rangkaian frasa genitif (kata beneda diikuti kata benda genitif,
maka kedua-duanya berartikel atau tanpa artikel).
4. Dihubungkan dengan benda yang tidak mengalami deklinasi (ia bertindak sebagai
penunjuk khusu bendanya).

Ketidakhadiran artikel
Kata benda tanpa artikel akan menyatakan salah satu dari tiga nuansa ini: mungkin
kata benda tak tentu, kualitatif, atau kata benda tentu.
1. Kata benda tak tentu.
Kata benda tak tentu tidak menegaskan aspek tentu atau kualitasnya, tetapi hanya
menyatakan bahwa benda itu meriupakan anggota kelompok benda tertentu. Contoh:
Yoh. 4:7 disebutkan . “seorang wanita samaria..” kata “wanita” (gune) itu tak tentu,
berati sipenulis tidak menyebutkan apapun tentang wanita tersebut.
2. Kualitatif.
Kata benda kualitatif tidak menekankan aspek tentunya benda itu, yaitu identitas
pribadinya”, tetapi menjelaskan sifat atau hakikat benda itu. Contoh: o` qeo.j avga,ph
evsti,nÅ “Allah itu kasih adanya.” Dalam rangkaian noinatif predikat seperti ini,
memang tidak bisa diputar balikan “Kasih itu Allah”, maka kata b3eneda nominatif
predikat adalah kualitatif.
3. Kata benda tentu.
Kata benda tentu. Entah berartikel atau tanpa artikel ialah menekankan identitas
pribadi benda itu.
a. Nama diri. Nama diri selalu tentu sekalipun tanpa artikel. Nama paulus tidak
pernah diterjemahkan “seluruh paulus” atau “suatu paulus”.
b. Obyek preposisi (kata depan)
c. Angka ordinal (urut).
d. Nominatif predikat.
e. Kata benda monadik dll.

BERBAGAI PENGGUNAAN LKHAS ARTIKEL TENTU


1. Kaidah colwell.
a. Anartrous: tanpa artikel tentu (i.e kata benda)
b. Pra-copula: mendahului kata kerja kopula (perangkai)
c. Nominatif predikat: kata benda nominatif yang bertindak sebagai prdikat
(biasanya sama denagan subyeknya).
2. Penemuan kaidah colwell.
Pada tahun 1931 E.C Colwell menyelesaikan disertasi doktornya yang berjudul
“ciri-ciri bahasa Yunani Injil Yohanes” melalui riset mendalam itulah yang
akhirnya membawa dia untuk menemukan kaidah ini. Pada tahun 1933 ia menulis
sebuah artikel yang berjudul “kaidah dasar tentang penggunaan Artikel bahasa
Yunani dalam PB” (journal of biblical literature 52:12-21). Itulah awal lahirnya
kaidah yang dikenal dengan nama kaidah colwell.
3. Terjadinya salah tafsir.
Sejak diperkenalkannya kaidah ini telah banyak terjadi penyalahtafsiran. Salah
satu (salah guna) yang paling umumadalah memakai kaidah ini untuk mendukung
ke-tentu-an kata benda anatrus nominatif predikat dalam rangkaian semacam itu.
4. Kesimpulan.
a. Nominatif predikat yangmendahului kopula biasanya anatrus.
b. Benda anatrus itu harus dianggap tentu, jika konteks menunjang kesimpulan
itu.
c. Kecuali konteks menyatakan lain, mayoritas benda anartrus dalam rangkaian
ini menegaskan kualitasnya.

AJEKTIF (KATA SIFAT)


Hubungan kata sifat dengan kata benda
Dihubungkan dengan kata benda, kata sifat dapat digunakan dalam dua posisi :
atributif dan predikatif. Dalam posisi atributif, kata sifat itu bertindak memeberi penjelasan
atau mencirikan kata benda. Sedangkan dalam posisi predikatif, kata sifat membuat
pernyataan tentang kata benda.
Posisi atributif
Posisi Atributif ini terbagi 3:
a. Atributif pertama (kalau ini kata sifat terlebih dahulu baru kata benda dan tidak
harus ada kata benda). Contoh: o` agatoj basileus “raja yang baik”. posisi atributif
pertama memberi tekanan lebih besar terhadap kata sifat lebih dari bendanya.
b. Atributif kedua. Artikel kata benda –artikel kata sifat. Contoh: basileuj o` agatoj
“raja yang baik.” disini baik kata benda maupun kata sifat sama-sama ditekankan.
c. Atributif ketiga. Kata benda artikel –kata sifa. Contoh: basileuj o` agatoj “raja yag
baik”. untuk menunjukkan nuansa maknanya, rangkaian semacam
Itu dapat diterjemahkan “seorang rakja, yang baik”.
Posisi perdikat dibedakan dalam dua jenis.
a. Predikat pertama menekankan keberadaan bahwa baik kata sifat mendapat tekanan
yang lebih besar.
b. Predikat kedua membedkan aposisi (intinya tidak berartikel sama-sama dapat tekanan
kalau atribut berartikel.
Jadi jika artikel berada diluar rangkaian artikel kata benda, maka itulah posisi predikatif.
Perkecualian hanya ditemukan dengan kata-kata sifat pronominal, seperti pas, olos
ekeinoj dll. Kata-kata tersebut biasanya digunakan dalam posisi predikatif, tetapi dengan
makna atributif.
Hubungan dengan kata benda anatrus
1. Dalam klausa non-ekuatif (yaitu klausa y6ang tidak membuat suatu pernyataan
mengenai subjek, jadi kata kerja pokok kalimat selain kata kerja kopula), maka kata
sifat tanpa artikel yang dihubungkan dengan kata benda tanpa artikel itu adalah
atributif.
2. Didalam klausa ekuatif (yaitu kata sifat itu membuat pernyataan mengenai subyek..
ini berarti kata kerja pokok yang ada berupa kata kerja kopula (entah dinyatakan, atau
hanya dipahami), maka kata sifat tanpa artikel itu adalah berfungsi predikatif.
Penggunaan kata sifat
Bentuk positif, komparatif dan Superlatif
1. Kata sifat positif hanya bersifat mencirikan, tanpa memberi penilaian, benda yang
dijelaskannya.
2. Kata sifat komparatif biasanya digunakan untuk menyatakan perbandingan. Tetapi
seringkali ia dipakai untuk menyataka makna superlatif, misalnya 1 Korintus 13:13.

PREPOSISI(KATA DEPAN)
Tinjauan Awal
Preposisi mempertegas fungsi kasus. Dari segi sejarahnya, preposisi berkembang dari
Adverbia (kata keterangan).
Hubungan dengan kasus
Meskipun zz
Meskipun istilah mengatur tidak tepat, tetpi preposisi menuntut kasus tertentu.
Ada preposisi yang hanya dapat dihubungkan dengansatu kasus, ada yang dapat
dengan dua, dan beberapa boleh dengan tiga. Preposisi berikut hanya dapat digunakan
dengan satu kasus saja. ddengan kasusu genitif saja :anti, apo ek ez pro. Dengan
kasusu Datif :en, sun; ; dan hanya dengan akusatif :avna eij .
Funsi preposisi
Preposisi fungsinya menjelaskan atau mencirikan tindakan, gerak atau
keadaaan yang dinyatakan oleh kata kerja. Penjelasan yang dimaksud dapat menyakut
salah satau kesemua kemungkinan berkut ini:
1. Fungsi lokal.
a. Untuk menyatakan arah atau gerak menuju ke eij(A), proj (A), api (A), en ((D),
para (A), uper (A).
b. Menyatakan arah atau gerak dari : ana(A), apo (G), ek (G), kata (G).
c. Menyatakan arah atau keberadaan melewati/menembusi : dia (G).
d. Menegaskan posisi atau keberadaan:ana (A), anti(G), en(D), ek(G) dll.
2. Funsi temporal.
a. Sebelum: pro +G
b. Sesudah: meta + A; dia + G
c. Bersamaan: epi +D, G; eis +A dia +G en +D.
3. Fungsi logikal.
Dalam hal ini preposisi akan menjalskan hubungan logis di antara tindakan dalam frase
preposisional denhgan yang dinyatakan oleh katakerja pokok. Contoh: sumber/asalusul:
pro//ek/para+G.
PRONOMINA (KATA GANTI)
Pronomina (kata ganti) ialah “kata yang dipakai sebagi pengganti kata benda atau kata
yang dibendakan.
Macam-macamnya
1. Kata gtanti orang (personal pronoun)
Yang dimaksud disini: e,,,,.gw h,mei,j su, u.mei;j.. dalam hal pemakaian, digunakan
untuk memberi tekanan khusus kepada subyek. Contoh penggunaan kata ganti orang
kedua tunggal, terlihat dalam frasa-frasa berikut :su. Ei,paj “kamu berkata” (Mat.
26:64).
2. Kata ganti Hubung (relative pronoun). Funsinya adalah menghubungkan kata benada
yang diwakilinya dengan anak kalimat.
3. Kata ganti penunjuk(demonstrative pronoun). Yaitu untuk mengacu kepada benda
yang secara khusus dijadikan perhatian dalam pembicaraan, maka digunakanlah kata
ganti penunjuk. Dari segi8 makna, kata ganti penunjuk selalu atributif; tetpi dalam hal
ini posisi, tidak pernah atributif, melainkan selalu Predikatif.
4. Kata ganti penegas (intensive pronoun).
Bentuk :au.toj.. di samping funnsinya sebagai kata ganti penegas, kata ini juga digunakan
sebagai kata ganti orang (ketiga); contoh: uvto.j kai. h` mh,thr auvtou/ “ia dan ibunya” (Yoh.
2:12).
5. Kata ganti Empunya (possenssive pronoun). Contoh: kai. h` kri,sij h` evmh. dikai,a
evsti,n( “dan penghakimanku itu adil” (Yoh.5:30).
6. Kata ganti refleksi (reflexive pronoun). Bentuk: emautou, seautou,, eautou eautw.n..
fungsi untuk menyatalkan bahwa perbuatan itu kembali menimpa si subyek.
7. Kata ganti resiprok (reciproccal pronoun). Fungsinya untuk menyatakan pihak
yangalam tindakan yang bersifat saling (viz “satu dengan yang lain. Contoh: to. de.
kaqV ei-j avllh,lwn me,lhÅ “tetpi kita masing-masing anggota seorang terhadap yang
lain” (Rm.12:5).
8. Kata ganti penanya (interogative pronoun). Kata ini digunakan untuk menyatakan
pertanyaan “siapa,apa, atau bagaiman.”
9. Kata ganti tak tentu (indefinite pronoun). Digunkana untuk menandai pribadi yang
identitasnya tidak bermaksud ditonjolkan secara khusus (misalnya “seseorang”).
KATA KERJA BAHASA YUNANI
Kata kerja adalah kata yang membuat penegasan mengenai tindakan.
Jenis-jenis kata kerja
Ada kata kerja finit, ada kata kerja tak-finit.
1. Kata kerja disebut finit, bila ia telah dikaitkan dengan suatu dengan suatu subyek
tertentu.
2. Kata kerja tak-finit, jika ia hanya menyatakan tindakan atau keadaan secara lugas.

Orang dan jumlah


Orang.
Istilah orang persona dalam gramatika berkaitan dengan pribadi atau pihak yang
menjadi pelaku (bila aktif). Atau penerima (bila pasif) laku/tindakan yang dinyatakaan oleh
kata kerja.
Jumlah.
Sering kali dalam bahasa yunani penulis memakai kata kerja tunggal dengan subyek jamak
(suatu pelanggaran terhadap prinsip kesesuaian.
Dia tesis voice
Diatesis adalah unsur kata kerja, yang menjelaskan hubungan anatara tindakan /laku
atau keadaaan yang terkandung dalam kata kerja dengan subyeknya. Disebut diatesis aktif,
bi8la subyek bertindak sebagai pelaku (hubungan aktif); disebut pasif, bila subyek menjadi
penerima (hubungan ppasif) dan medial, jika subyek bertindak sebagai penerima manfaat
akhir tindakan itu.

Penggunaan
Diatesis aktif.
Diatesis aktif menegaskan bahwa subyek memiliki hubungan aktif dengan
tindakanatau keadaan yang dinyatakan kata kerja.
Aktif simpel (biasa)
Subyek melakuakn kegiatan yang dinyatakan oleh kata kerja. Contoh: ou-toj h=lqen
eivj marturi,an i[na marturh,sh| peri. tou/ fwto,j( “Ia datang untuk memebrikan kesaksian,
agar dapat memberi kesaksian tentang terang itu” (Yoh. 1:7).
Aktif kausatif.
Subyek menjadi sumber/asal kegiatan. Mungkin sekali pelaku sejati tindakan itu
pihak lain, tetpi pada akhirnya subyek itu menjadi pangkal terjadinya tindakan. Contoh: To,te
ou=n e;laben o` Pila/toj to.n VIhsou/n kai. evmasti,gwsenÅ “maka pilatus mengambil Yesus
lalu menyesah (Dia) Yoh. 19:1.

Aktif refleksif
Subyek berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri atau terhadap dirinya sendiri. Contoh: sw/son
seauto,n( “selamatkan diriMu sendiri” (Mrk, 15:30).
Diatesis Pasif
Sebagai kebaliakan diateisis aktif, dalam diatesis ppasif subyek menjadi penerima
(penderita)tindakan. Jenis pelaku tindakan menjadi salah satu alat untuk membedakan
berbagai penggunaan diatesis pasif.

Pasif dengan pelaku asli.


Dalam pemakaian ini kata kerja pasif menerima atau menderita tindakan yang
dilakukan oleh pelaku asli (pelaku melaksanakan tindakan itu atas inisiatif sendiri). Contoh:
to. avsfale,j( to. ti, kathgorei/tai u`po. tw/n VIoudai,wn( “(ingin megetahui) dengan teliti apa
yang dituduhkan (oleh) orang-orang Yahudi” (Kis. 22:30).

Pasif dengan pelaku pengantara


Dalam penggunaan ini pelaku melaksanakan tindakan, yang sumbernya berada pihak
lain. Contoh: pa,nta diV auvtou/ evge,neto( “segala sesuatu diciptakan oleh Dia” (Yoh.1:3).

Pasif dengan kata benda non-personal


Ada kalanya kata kerja pasif dihubungkan dengan pelaku tindakan non-personal.
Pelaku tindakan dalam hal ini disebut sarana atau alat. Contoh: kai. evk tw/n e;rgwn h` pi,stij
evteleiw,qh( “iman itu disempurnakan oleh tindakan-tindaknnya” (Yak. 2:22).

Pasif tanpa pelaku


Sesungguhnya, bukannya tanpa pelaku, tetapi ada kalanya pelaku tindakan tidak
dinyatakan, melainkan harus disimpulkan berdasarkan konteks. Contoh: kai. o[ti evgh,gertai
th/| h`me,ra| th/| tri,th| kata. ta.j grafa.j “ dan dibangkitakan (i.e. oleh Allah) pada hari ketiga,
sesuai dengan kitab suci” (1Kor. 15:4).

Diatesis medial
Diatesis medial menegaskan, subyek melakukan tindakan yang pada akhirnya berkaitan
dengan dirinya.

MODUS(egklisj).
Modus berkaitan dengan soal cara penyuguhan tindakan.
Perbedaan makna
1. INDIKATIF 2. SUBYUNGTIF 3. OPTATIF 4. IMPERATIF
Tindakan disuguhkan Tindakan disuguhkan Tindakan disuguhkan Tindakan disuguhkan
sebagai KEPASTIAN sebagai KEMUNGKINAN sebagai sebagai HARAPAN
BESAR KEMUNGKINAN
KECIL

MODUS INDIKATIF
modus indikatif menyuguhkan tindakan sebagai suatu kepastian. Disebut “modus
penegasan” pembicara menyuguhkan tindakan sebagaimana adanya, tanpa “dibatasi” oleh
sikapa terhadapnya. Modus indikatif dapat digunakan untuk menyatakan nuansa-nuansa
makna berikut ini:
1. Deklaratif. Dalam kategori ini tindakan disuguhkan sebagai fakta, atau
pernyataan “tanpa batasan”. Contoh: h` pi,stij u`mw/n katagge,lletai “imanmu
dimasyurkan” (Rm. 1:8).
2. Intergrogatif. Indikatif digunakan untuk mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini
pertanyaan yang diaajukan berkenan dengan fakta, bukan berkaitan dengan
masalah tingkah laku atau sikap. Contoh: kai. th/j makroqumi,aj katafronei/j(
“maukah kamu menganggap sepi kesabarannya” (Rm. 2:4).
3. Potensial atau kondisional. Modus indikatif dapat digunakan untuk membuat
kalimat bersyarat. Dua kemungkinan: kalimat bersyaratjenis pertama
(kondisional) biasa; penerimaan fakta tanpa syarat atau kalimat kondisional jenis
kedua (kondisional kebalikan fakta; penolakkan fakta tanpa syarat.
4. Kohortatif(perintah). Kata kerja indikatif dapat juga digunakan untuk mengajukan
perintah/suruhan. Contoh: ai. kale,seij to. o;noma auvtou/ VIwa,nnhnÅ “dan
sebutlah namanya Yohanes (Luk.1:13).

BERBAGAI PEMAKAIAN “OTI


Kata o....,ti dipakai untuk mendahului/memperkenalkan berbagai macama klausa
(anak kalimat). Kata ini digunakan denganmodus indikatif.

Klausa
Pemunculannya kan meghasilakan klausa dependen yang diperkenalkan dengan kata
“sebab”. Hubungan utmanya dengan verba kalimat, karenaitu berfungsi adverbial. Contoh:
ivdw.n de. tou.j o;clouj evsplagcni,sqh peri. auvtw/n( o[ti h=san evskulme,noi “melihat orang
banyak itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan kepada mereka, sebab mereka lelah (Mat.
9:36).

Epeksegetikal
Dalam hal ini o,.,ti memperkenalkjan klausa yang menyuguhkan penjelasan lanjut
(i.e.melengkapi dan karena itu (epeksegetik) gagasan yang dinyatakan oleh kata yang
dihubungkan dengannya. Contoh : oi` de. a;nqrwpoi evqau,masan le,gontej\ potapo,j evstin
ou-toj o[ti kai. oi` a;nemoi kai. h` qa,lassa auvtw/| u`pakou,ousinÈ “dan orang-orsng itu
heranlah, katanya, “orangapakah Dia ini bahkan angin dan danau pun taat kepadanya? (Mat.
8:27).

Substantival
Dari segi fungsi sintaksisnya, klausa o,.ti substantival mungkin akan bertindak
sebagai subjek, objek, atau apositif.

Sebagai subjek.
Klausa o,.ti bertindak sebagai subjek. Contoh: ge,graptai o[ti du,o avnqrw,pwn h`
marturi,a avlhqh,j evstinÅ “bahwa kesaksian dua orang itu sah ada tertulis dalam hukum
taurat” (Yoh. 8:17).

Sebagai objek.
Yang dimaksud dengan klausa objek disini yaitu :penggunnaan klausa o,.ti yang
dihubungkan dengan kata kerja (verba) yang secara gramatika tidak membutuhkan objek
wacana langsuung atau tidak langsung. Contoh: pare,dwka ga,r u,mi.n e,n prw,toij o,, kai,
pare,labon o,,.ti cristo,j a.pe,qanen u,pe.r tw,n a,martiw...,n “karena telah kusampaikan
kepadamu, apa yang telah kuterima juga, bahwa kristus telah mati karena dosa-dosa kita”.

Sebagai apositif.
Klausa o[ti memberikan penjelasan tambahan terhadap kata yang dijelaskannya. Bila
kalusa o[ti dihilangkan, maka posisinya dapat diis oleh yang diacunya (anteseden). Contoh:
Plh.n evn tou,tw| mh. cai,rete o[ti ta. pneu,mata u`mi/n u`pota,ssetai\ “namun demikian
janagnlah bersukacita karena roh-roh jahat takluk kepadamu (Luk. 10:20).

MODUS SUBYUNGTIF
Seperti halnya modus optatif, subyungtif menyuguhkan pernyataan yang mengandung
keraguan atau ketidakpastian. Kata kerja modus subyungtif dapat difungsikan sebagai kata
kerja kalimat (kalusa) indenpenden.

1. Hartatori. Subyekny orang pertama jamak dan digunakan menyatakan himbauan.


Gagasan itu dinyatakan dengan ungkapan “marilah kita...” Contoh: poih,swmen
ta. kaka,( “marilah kita berbuat yang jahat” (Rm.3:8).
2. Larangan. Kata kerja subyungtif digunakan untuk menyuguhkan pernyataan atau
perintah, yang melarang dilakukannya suatu tindakan. Contoh: mh. ei;ph|j evn th/|
kardi,a| sou\ “jangan berkata dalam hatimu” (Rm.10:6).

Kondisional
Kata kerja subyungtif digunakan dalam protasis kalimat kondisional jenis (kelas)
ketiga (keadaan futur (nanti) kemungkinan besar. kalimat bersyarat jenis ketiga dapat
dibedakan menjadi dua kategori. Yang pertama, syarat itu menegaskan “keadaaan nanti yang
kemungkinan besar terjadi”. Contoh: eva.n mo,non a[ywmai tou/ i`mati,ou auvtou/
swqh,somaiÅ “jika saja aku dapat menyentuh jubahNya, maka aku akan sembuh(Mat. 9:21).
Yang kedua, syarat itu menegaskan “kebenaran umum kini.” Contoh: Peritomh. me.n ga.r
wvfelei/ eva.n no,mon pra,ssh|j\ “memang sunat itu bermanfaat, jika saja engkau melakukan
hukum Taurat (Rm. 2:25).

Pertanyaan tak langsung


Modus subyungtif dapat digunakan dalam pertanyaan tak langsung, yang mengikuti kata
kerja kata primer. Contoh: mh. merimna/te th/| yuch/| u`mw/n ti, fa,ghte “janagn kuatir akan
hidupmu, akan apa yang harus kau makan” (Mat. 6:25).

MODUS IMPERATIF
Modus imperatif digunakan untuk mengungkapkan “keinginan” pembicara agar
tindakan yang dinyatakannya itu menjadi kenyataan.

Penggunaan: biasanya digunakan untuk menyuguhkan gagasan atau prinsip yang


berkaitan dengan tingkah laku. Sedangkan bentuk aoris, dihubungkan dengan tindakan atau
tingkah laku khusus, yang mendesak untuk dilakukan pada situasi khusus. Contoh
penggunaannya:
1. Perintah atau suruhan. Yaitu tindakan yang diminta pembicara untuk dilaksanakan
(oleh pihak lain). Contoh: parasth,sate e`autou.j tw/| qew/| “serahkankanlah dirimu
kepada Allah” (Rm.6:13).
2. Larangaan. Larangan tidak lain adalah perintah ingkar (negataif). Partikel ingkar yang
digunakan adalah: mh,.. Contoh: Mh. kri,nete( i[na mh. kriqh/te\ “janggan
menghakimi, supaya jangan engkau dihakimi (Mat. 7:1).
3. Permohonan atau perintah halus. Imperatif seringkali digunakan untuk mengajukan
suatu permintaan atau permohonan. Contoh: th,rhson auvtou.j evn tw/| ovno,mati, sou
“peliharalah mereka dalam namaMu” (Yoh. 17:11).
4. Ijin. Dengan imperatif, pembicara menginjikan atau memebri kebebasan dilakukanya
suatu tindakan. Contoh: eiv de. o` a;pistoj cwri,zetai( cwrize,sqw\ “tetpi kalau orang
yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai (1Kor. 7:15).
5. Kalimat bersyarat. Imperatif adakalanya digunakan untuk menyatakan syarat yang
melandasi penggenapan (terpenuhinya) kebenaran yang disampaikan dalam klausa
yang mengikutinya biasanya ditampilkan dengan indikatif futur, meski tidak selalu.
Contoh: lu,sate to.n nao.n tou/ton kai. evn trisi.n h`me,raij evgerw/ auvto,nÅ
“runtuhkan Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirinya kembali (Yoh.
2:19).

KALA BAHAS YUNANI


Secara umum, kala bahsa yunani melibatkan dua unsur: aspek (jenis tindakan) dan
waktu.
1. Waktu. Waktu membahas soal kapan terjadinya tindakan. Modus akan menjadi
penentu terlibat tidaknya unsur waktu di dalam kata kerja itu.

2. Masalah aspek. Yang dimaksud dengan aspek adalah “penggambaran tindakan


berkenaan dengan kelangsungannya.
a. Tindakan berrlangsung.
b. Tanpa penjelasan.
c. Tindakan rampung.

KALA KINI
Dari segi aspeknya, biasanya linier; sedangkan waktunya biasanya kini, tetapi hal ini
terbatas pada modus indikatif.

Penggunaan
Kala kini digunakan untuk menyuguhkan tindakan yang tengah berlangsung; dan, bila
modusnya indikatif, tindakan itu terjadi pada waktu kini.

1. Kini progresif atau duratif. Tindakan ini disuguhkan sebagai sesuatu yang sungguh-
sungguh tengah berlangsung pada saat pembicara. Contoh: evn w-| ga.r kri,neij to.n
e[teron( seauto.n katakri,neij( “kamu uang menghakimi orang lain, kamu (sedang)
menghakimi dirimu sendiri” (Rm.2:1).
2. Kini iteratif. Tindakan yang disuguhkan terjadi secara beruntun dalam satu periode
waktu, diselingi dengan jeda, kemudian diusul dengan seperti yang terjadi dalam
periode sebelumnya. Contoh: e[kastoj ga.r to. i;dion dei/pnon prolamba,nei evn tw/|
fagei/n( “karena jikamasing-masing kamu makan dahulu makananya sendiri (1Kor.
11:21).
3. Kini kebiasaan. Digunakan untuk menyatakan kebenaran yang tidak dibatasi waktu.
contoh: avpokalu,ptetai g,ar o.rih. qeou. A.n. ou.ranou. karena “karena murka Allah
dinyatakan dari surga” (Rm. 1:17).
4. Kini tendensial. Untuk menyuguhkan suatu tindakan yang bermaksud dilaksanakan,
tetpi kenyataanyatidak dilakukan. Contoh: kathrgh,qhte avpo. Cristou/( oi[tinej evn
no,mw| dikaiou/sqe( “kamu yang mencoba mencari kebenaran melalui hukum taurat
telah tercerai dari kristus” (Gal5:4).
5. Kini gnomik. Digubakan untuk menyuguhkan kebenaran yang bersifat universal,
sehingga berlakunya tidak mengenal batasan waktu. contoh: Ou[twj pa/n de,ndron
avgaqo.n karpou.j kalou.j poiei/\ “maka setiap pohon yang baiak (selalu)
menghasilkan buah yang baik”(Mat.7:17).
6. Kini futuristik. Kalakini mengandung makna furtur, tetpi seringkali dipakai untuk
menegaskan unsur dekatnya dan pastinya tindakan itu. Contoh: Oi;date o[ti meta. du,o
h`me,raj to. Pa,sca gi,netai( “kamu tahu bahwa dua hari lagi paskah itu akan
dirayakan (jadi)......” (Matt. 26:2).
7. Kini historis. Ini merupakan penggunaan yang idiomatis, dan merupakan ciri khas
penggunaan dalam bahan naratif (cerita). Contoh: VEn de. tai/j h`me,raij evkei,naij
paragi,netai VIwa,nnhj o` baptisth.j “pada waktu itu tamppilah Yohanes pembabti ...”
(Mat.3:2).
8. Kini aoristik. Kala ini digunakan untuk menyuguhkan tindakan yang terjadi pada saat
pembicaraan, denggan tanpa menyigung soal kelangsungannya, tetpi hanya
menegaskan keberadaan peristiwa itu. Contoh: te,knon( avfi,entai, sou ai` a`marti,aiÅ
“ankku, dosamu telah diampuni” (Mrk. 2:5).
9. Kini perfektif. Yang dikankan disini adalah oal keberadaan akibat dari tindakan
lampau.Contoh: avmh.n le,gw u`mi/n( avpe,cousin to.n misqo.n auvtw/n “Aku
berkata kepadamu: “sesungguhnya merek sudah mendapat upahnya” (Mat. 6:2).

KALA IMPERFEK
Dari segi aspeknya, kala imperfek menyuguhkan tindakan yang bersifat linier. Unsur
waktunya, lampau; secara umumimperfek digunakan untuk menampilakn tindakan yang
tengah berlangsung pada masa lampau.

1. Imperfek progresif. Disebut juga imperfek duratif, desikriptif, atau piktorial.


Pembicara menyuguhkan tindakan itu seolah sedang berlangsung sesaat sebelum saat
pembicaraan. Contoh: kai. polloi. plou,sioi e;ballon polla,\ “dan banyak
orangkaya(tengah) memeberi jumlah yang besar”(Mrk. 12:41).
2. Imperfek iteratif. Kalaimperfek ini dipakai untuk menyuguhkan tindakan yang terjadi
ulang kali pada masa lampau. Contoh: kai. e;legon\ cai/re o` basileu.j tw/n
VIoudai,wn\ “mereka (prajurit roma) terus-menerus berteriak: “salam hai raja orang
Yahudi” (Yoh. 19:3).
3. Imperfek kebiasaan. Digunakan untuk menyatakan tindakan yang selalu terjadi atau
ayang biasanya terjadi (menjadi pola) pada amasa lampau. Contoh: Kata. de. e`orth.n
avpe,luen auvtoi/j e[na de,smion “telah terjadi kebiasaan untukmembebaskan bagi
mereka seorang tawanan tipa-tiap hari raya” (Mrk. 15:6).
4. Imperfek ingresif. Penekanananya terletak pada permulaian tondakan itu. contoh: Kai.
evpibalw.n e;klaienÅ “lalu ia mulai menagis tersedu-sedu” )Mrk. 14:72).
5. Imperfek tendensial. Yang ditekankan disisni adalah soal harapan atau keingan untuk
melakukan tindakan (disebut voluntatif, desideratif, atau potensial), atau akibatnya
(tendensial), atau usaha untuk melaksanakannya tetpi tidak ada kelanjutaanya
(konatif). Contoh: kai. evka,loun auvto. evpi. tw/| ovno,mati “dan mereka bermaksud
(hendak) menamai dia ...menurut nama” (Luk.1:59).

KALA FUTUR
Dari sudut aspek, sama seperti halnya aoris kala futur hanya menegaskan keberadaan
tindakan, tanap menjelaskan pencapaian. Kala futur menyatakan, tindakan itu akan terjadi
nanti . penggunaanya yaitu untuk menegaskan bahwa tindakan yang dinyatakannya
merupakan potensi bakal menjadi realita dimasa yang akan datang.
1. Predikatif. Tekananya, tindakan/peristiwa yang disuguhkan itu pasti akan terjadi
nanti. Contoh: ouv koimhqhso,meqa( pa,ntej de. avllaghso,meqa( “kita semua tidak
akan tidur, tetpi semua akan diubah” (1Kor. 15:51).

2. Imperatival. Kata kerja indikativ futur, subyek orang kedua, ada akalanya digunakan
untuk menyatakan perintah (bila larangan yang dimaksuudkan, partikel ingkar ou.
Ditambahkan). Contoh: Agaph,seij to.n plhsi,on sou w`j seauto,n( “kasihilah
sesamamu seperti dirimu sendir” (Yak. 2:8).

3. Deliberatif. pertnayaan dengan nada ketidak-pastian (dengan subyek orqang pertama,


tunggal atau jamak), seringkali dinyatakan dengan memakai kata kerja indikatif futur.
Contoh: ku,rie( pro.j ti,na avpeleuso,meqaÈ “Tuhan, kepada siapa kami akan (harus)
pergi?” Yoh. 6:68).

4. Gnomik. Digunakan untuk menegaskan suatu kecenderungan atau kemungkinan


bahwa suatu tindakan/peristiwa akan terjadi. Contoh: BYZ Romans 5:7 Mo,lij ga.r u`pe.r
dikai,ou tij avpoqanei/tai “karena jarang ada orang yang mau mati
Untuk orang benar” (Rm. 5:7).

KALA AORIS
Istilah aoris berasal dari kata Yunani a. (artinya “tidak” atau “tanpa”), dan o,risto,j
(artinya “dapat dijelaskan”atau “dibatasi”). Penggunaan aoris sejalan dengan hakekat
dasar kala ini.

1. Aoris Igresif. Penekananya adalah pada pemulaian tindakan, atau masuknya pada
suatu keadaan. Contoh: de. th/j evntolh/j h` a`marti,a avne,zhsen( “sesudah datang
perintah itu, dosa mulai hidup” (Rm7:9).
2. Aoris konstantif. Tindakan peristiwa itu hanya dinyatakan sebagai suatu fakta, tanpa
menyigung masalah terjadinya tindakan itu. Contoh: o] proephggei,lato dia. tw/n
profhtw/n auvtou/ “Yang dijanjikanNya melalui para nabiNya” (Rm.1:2).
3. Aoris Konsumatif. Penekanan diletakkan apada akhir atau rampungnya tindakan.
Contoh: Kai. evpi. tou,tw| h=lqan oi` maqhtai. auvtou/ “pada waktu itu datanglah
murid-muridNya” (Yoh4:27).
4. Aoris Gnomik. Tindakan/kebenaran yang berlakunya tidak mengenal batasan waktu,
atau kebenaran umum, biasanya disuguhkan dengan penggunaan ini. Contoh: {Osoi
ga.r avno,mwj h[marton “sebab semua orang yang berdosa tanpahukum taurat”
(Rm.2:12).
5. Aoris Epistolari. Penulisannya berbicara dari sudut pandang pembacanya. Contoh:
nu/n de. e;graya u`mi/n “tetpi yang kutuliskan kepadamusekarang” (1Kor. 5:11).
6. Aoris Dramatis. Penggunaanya didorong oleh keinginan untuk menegaskan kepastian
terjadinya peristiwa itu, meskipun pada saat pembicara belum terjadi, tetpi dianggap
seolah-olah peristiwa yang sudah terwujud. Contoh: nu;n e.doza,sqh o, cio;j tou...,
a.nqrw,pou “sekarang Anak mmanusia dipermuliakan” (Yoh. 12:31).
7. Aoris Baru Terjadi. Digunakan untuk menunjukkan kepada peristiwa yang baru saja
terjadi (atau dibicarakan sebagai suatu peristiwa baru saja menjadi kenyataan).
Contoh: i;de nu/n hvkou,sate th.n blasfhmi,an\ “sekarang engkau baru saja mendengar
hujanNya” (Mat. 26:65).

KALA PERFEK
Kala perfek menegaskan penyelesaian dan keberadaan akibat dari tindakan itu.
penggunaanya yaitu: intensif san konsumatif.

a. Intensif. Tekananya adalah pada masih adanya akibat dari tindakan pada masa
lampau. Contoh: pe,poiqa,j te seauto.n o`dhgo.n ei=nai “engkau yakin menjadi
pemimpin” (Rm. 2:19).
b. Konsumatif. Digunakan untuk menampilkan tindakan yang telah dirampungkan.
Contoh: kai. ivdou. peplhrw,kate th.n VIerousalh.m “namun ternyata, kamu telah
memenuhi Yerusalem” (Kis. 5:28).

1. Perfek Dramastis. digunakan untuk mengajukan pernyataan retorik. Contoh: pelqw.n


pe,praken pa,nta o[sa ei=cen “ia pun pergi menjual seluruh miliknya” (Mat.13:46).

KALA PLUPERFEK
Pluperfek menegaskan akan adanya akibat tindakan rampung lampau. Penggunaanya
ada dua:
a. Pluperfek Intensif. Penekananya adalah pada keberadaan akibat tindakan. Contoh:
kai. ivdou. a;ndrej du,o pareisth,keisan auvtoi/j “tiba-tiba ada dua orang berdiri
didekat mereka (Kis.1:10).
b. Pluperfek Konsumatif. Disini tekanan diletakkan pada penyelesaian (rampungnya)
tindakan atau proses yang awalnya terjadi pada masa lampau. Contoh: h;dh ga.r
sunete,qeinto oi` VIoudai/oi( “karena orang-orang Yahudi sudah sepakat (Yoh.
9:22).

INFINITIF
Infinitif adalah kata benda verbal. Sebagai kata benda, infinit memiliki karakteristik
serta dapat difungsikan seperti layaknya kata benda biasa. Penggunaanya yaitu sebagaimana
halnya kata benda pada umumnya, infinitif dapat digunakan dengan (artikuler) atau tanpa
artikel (anartrus).

Tujuan

Infinitif digunakan untuk menyatakan tujuan atau sasaran tindakan kata kerja pokok.
Contoh: i[na ti metadw/ ca,risma u`mi/n pneumatiko.n eivj to. sthricqh/nai u`ma/j( “ untuk
membagikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu” (Rm.1:11).

Akibat(hasil)

Infinitif digunakan untuk menyatakan akibat nyata atau buah dari tindakan yang
dinyatakan oleh kata kerja pokok. Contoh: e;streyen de. o` qeo.j kai. pare,dwken auvtou.j
latreu,ein “Allah berpaling dan (akibatnya) membiarkan mereka beribadah kepada (Kis.
7:42).

Waktu
Digunakan untuk menyatakan waktu. Contoh: u. sh,meron tau,th| th/| nukti. pri.n h'
di.j avle,ktora fwnh/sai tri,j me avparnh,sh|Å “malam ini sebelum ayam berkokok dua kali,
engkau akan telah menyangkali Aku tiga kali” (Mrk. 14:30).
Sebab
Digunakan untuk menjelaskan “alasan” atau “sebab” terjadinya tindakan yang disebut
kata klerja pokok. Contoh: kai. euvqe,wj evxane,teilen dia. to. mh. e;cein ba,qoj gh/j\ “segera
menjdai layu, sebab tanahnya tipis”(Mat. 13:5).

Fungsi substanifal
a. Subjek. Infinitif atau klausa digunakan menjadi subjek kata kerja finit. Contoh: to.
ga.r qe,lein para,keitai, moi( to. de. katerga,zesqai “ sebab kehendak memang ada
padaku.. tetpi buka hal berbuat” (Rm.7:18).
b. Objek. Infinitif atau klausa digunakan untuk objek kata kerja finit, dan bertindak
sebagai objek langsungnya. Contoh: Kai. evzh,toun auvto.n krath/sai( “dan mereka
berusaha untuk menagkap Dia”(Mrk. 12:12).
c. Kutipan tidak langsuang. Mengikuti kata kerja yang menyatakan gagasan berkata,
betrpikir menunjukkan dll. Contoh: pe,poiqa,j te seauto.n o`dhgo.n ei=nai
tuflw/n( “yakin bahwa engkau adalah penununtun” (Rm. 2:19).
d. Aposisi. Bertindaka sebagai aposisi terhadap nomina pronomina, atau ajektif. Contoh:
avlla. tou/to kri,nate ma/llon( to. mh. tiqe,nai pro,skomma tw/| avdelfw/| h'
ska,ndalonÅ “lebih baik kamu mmenganut pandangan ini, jangan menjadi sandungan
atau menjadi hambatan bagi saudaramu” (Rm.14:13).

PARTISIP
Dalam hal funsi partisip dapat digunakan sebagai penjelas kata benda
(ajektifal) substantif, atau penjelas kata kerja (adverbial).

Partisip Sebagai Ajektif


Sebagai ajektif (kata sifat), partisip dapat dipakai sebagai kata benda, seperti
halnya kata sifat biasa.

1. Ajektival. Partisip menjelaskan nomina atau pronomina. Contoh: ta,foj avnew|


gme,noj o` la,rugx auvtw/n( tai/j glw,ssaij auvtw/n evdoliou/san( “kerongkongan
merekaitu kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu” (Rm.3:13).
2. Substantival. Partisip digunakan mungkin artikuler, mungkin juga anartrus. Contoh:
ouvde,pote avne,gnwte o[ti evk sto,matoj nhpi,wn kai. qhlazo,ntwn kathrti,sw “belum
pernahkah kamu baca:dari mulut bayi-bayi dan dari yangsesangn menyusu engkau
telah menyediakan pujian:”(Mat.21:16).
3. Waktu, cara, sarana,sebab, syarat, tujuan dll.

KATA KETERANGAN
Kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan gagasan kata lain
yaitu kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan lainnya.

Kata keterangan berasal dari bekuan benjtuk kasus. Kasus akusatif didalamPB,
seringkali digunakan untuk menyatakan gagasan adverbia.

Penggunaan
1. Melaksanakan cara pelaksanaan tindakan (Luk. 7:4)
2. Menyatakan terjadinya peristiwa (Luk.16:26)
3. Menyatakan gagasan waktu (Gal. 121).
4. Menyatakan deraja tindakan (Mat.2:16.

KONJUNGSI
Konjungsi disebut juga kata hubung. Tugas pokoknya adalah menghubungkan dua
bagian gramatika. Misalnya kata, frasa, klausa, atau kalimat.

1. Alla, ini adalah kata hubung kontras yang paling kuat.


2. A;ra konjungsi ini disebut pospositif artinya ia tidak boleh ditempatkan sebagai kata
pertama dalam kalimat
3. Ta,r konjugsi ini pospositif, seringkali digabungkan dengan “ge” dan “a;ra”. Ia
menyatakan gagasan dasar : dasar/alasan, penjelasan dan penegasan.
4. Ae. Biasanay digunakan sebagai artikel kontras.
5. Aio, ini merupakan penggabunagn anatara preposisi dan kata ganti hubung :di,o, yang
artinya “atas dasar itu, oleh karena itu”. dianggap sebagai konjungsi kesimpulan
paling kuat.
6. .Ea,n ini terjadi dari penggabungan ei. dan a;n. Selaras dengan fungsi partikel a;n,
yaitu menegaskan gagasan ketidakpastian, konjungsi ini juga digunakan dengan
modus itu, yaitusubyungtif.
7. Ei. digunakan untukmenunjukkan kalimat bersyarat.
8. ,Epei, biasanay digunakan untuk menyataka gagasan “klausa”.
9. ;Ina konjungsi ini selalu diikuti modus subyungtif.
10. Kai. Untuk menyatakan kelangsunagan aargumentasi, sebagai pembuat kontras dan
sebagai penegas.
11. Ou;n ia bertindak menyatakan”kesimpulan”.

Anda mungkin juga menyukai