Tugas Yunani Sintak Danius
Tugas Yunani Sintak Danius
____________________________
Tugas ini
Diajukan Kepada Dewan Dosen
Dr. Ir. Jakob Timisela, M.Th
____________________
Oleh:
Danius Telaumbanua
NIM:
01.1.2018.2.01
KASUS AKUSATIF
Akusatif memiliki kesamaan fungsi dengan genitif, yaitu keduanya menyatakan
gagasan pembatasan. Bedanya genetif menjelaskan batasan itu dari segi kualitas,
sedangkan akusatif yaitu dari segi kuantitas. Pada pihak lain akusatif juga memiliki
kesamaan funsi dengan datif; keduanya memiliki kaitan erat dengan kata kerja. Hanya
saja bila datif membicarakan hubungan tindakan, lokasi atau sarana yang digunakan
untuk melakukan tindakan , akusatif utamanya membahas jangkaun atau lingkup dari
tindakan.
Fungsi Akusatif.
1. Obyek Langsung. Kata benda akusatif menyatakan pihak (manusia ataua benda)
yang secara langsung menjadi penerima (menderita) yang disebutkan obyek dekat
dari tindakan yang dinytakan oleh kata kerja transitif. Namun harus diingat,
sejumlah kata kerrja menuntut objeknya berkasus genitif atau datif. Contoh: iV
ou- evla,bomen ca,rin kai. avpostolh.n “Olehnya kami menerima anugerah dan
jabatan Rasul (Rm.1:5).
2. Akusatif Ganda. Akusatif ganda dapat dibedakan kedalam dua jenis kontruksi.
Yang pertama disebut Akudsatif ganda manusia dan benda. Artinya, Akussatif
pertama mengacu manusia, sedangkan akusatif kedua menunjuk kepada benda.
Dalam hal ini tekanan khusu diarhakan kepada akusatif kedua.
a. Adikew :berbuat salah (Plm. 18.)
b. Aitew : meminta (Mrk.6:22)
c. anamimneh.skw :mengintakan (1Kor. 4:17)
d. enduw :mendadani (Mat. 27:31)
e. ekduw :menanggalkan pakaian (Mrk.15:20).
Kata-kata kerja diatas dapat digunakan hana dengan satu objek. Contoh: u`ma/j dida,xei
pa,nta “ia akan mengajar engkau segala sesuatu” (Yoh. 14:26).
3. Akusatif predikat. Kata benda akusatif bertindak sebagai predikat kata benda lain
yang juga akusatif. Kedua akusatif itu dihubungkan oleh kata kerja kopula, yang
berupa infinitif, bila kalimat itu berupa kutipan tidak langsung (atau rangkaian
serupa), atau partisip bial kalimat itu bukan kutipan tidak langsung. Contoh:
pe,poiqa,j te seauto.n o`dhgo.n ei=nai tuflw/n( “dan yakin bahwa engkau adalah
pemimpin orang buta “(Rm. 2:19; dan bisa juga di lihat Rm 6:18; Rm 7:3) dll.
4. Akusatif seasal. Kata benda akusatif seasal, baik secara etimologi (bentuk) atau
makna, dengan kata kerjanya. Peran sintaktisnya, akusatif itu bertindak sebagai
objek langsung (i.e. jenis khusus obejek lansung) kata Kerja. Contoh: To.n
avgw/na to.n kalo.n hvgw,nismai( “aku telah bertanding dengan (pertandingan)
baik” (2Tim. 4:7; lihat juga Luk 2:9; Mat. 2:10).
5. Kecaraan (adverbial). Dalam penggunaan semacam ini, akusatif itu menyatakan
cara pelaksanaan tindakan kata kerja. Patut diingat, pada mulanya adverbia itu
terwujud kasus akusatif. Contoh: dwrea.n evla,bete( dwrea.n do,teÅ “kamu telah
menerima dengan Cuma-Cuma, berilah juga dengan Cuma-Cuma” (Mat. 10:8;
lihat juga Yoh. 10:10).
6. Ukuran. Kata benda akusatif menjelaskan jauhnya (jarak ruang) atau lamanya
(jumlah waktu) pelaksanaan tindakan yang disebut oleh kata kerja. Contoh: kai.
auvto.j avpespa,sqh avpV auvtw/n w`sei. li,qou bolh.n “ia menjauhkan diri dari
mereka kira-kira seperlempar batu” (Luk. 22:41; lihat juga Mat. 4:2; Yoh. 6:9).
7. Hubungan atau kaitan. Ini memiliki arti yang sama dengan datif hubungan/kaitan
tetpi akusatif hubungan atau kaitan ini lebih jarang ditemukan dalam PB. Contoh:
pa/j de. o` avgwnizo,menoj pa,nta evgkrateu,etai(“setiap orang yang mengambiul
bagian dalam pertandingan ia menguasai diri dalam segala hal” (1Kor. 9:25).
8. Akusatif sumpah. Kata benda akusatif menjelaskkan manusia atau benda yang
dipakai untuk bersumpah termasuk penggunaan khusu akusatif ganda. Contoh:
o`rki,zw se to.n qeo,n( mh, me basani,sh|jÅ “aku menyupahi kamu, demi Allah,
jangan siksa aku” (Mrk.5:7).
9. Akusatif Absolut. Kata benda atau kata ganti kasus akusatif, biasanya
dihubungkan dengan partisip akusatif, dan ia bertindak sebagai subyeknya.
Contoh: ma,lista gnw,sthn o;nta se pa,ntwn tw/n kata. VIoudai,ouj evqw/n
“terutama karena engkau mengetahui benar tentang tradisi bangsa Yahudi” (Ki.
26:3).
10. Akusatif menggantung. Kata benda atau kata ganti pronomina kasus akusatif,
nampaknya bertindak sebagai objek kata kerja. Tetapi ternya ada kata benda
(ganti) lain, kasus akusatif, yang akhirnya mengisi peran itu. akibatnya akusatif
pertama itu berdiri sendirian, dan akhirnya beraposisi dengan kata ganti penunjuk.
Contoh: o] ga.r eva.n spei,rh| a;nqrwpoj( tou/to kai. qeri,sei\ “sebab apapun yang
orang tanam, itu jugalah yang ia tuai” (Gal. 6:7).
11. Subyek infinitif. Seringkali kata benda atau kata ganti akusatif bertindak sebagai
subyek infinitif. Konstruksi semacam ini barang kali lebih tepat disebut akusatif
kaitan/hubungan seperti yang disarankan Robertson. Contoh: eivj to. ei=nai
auvtou.j avnapologh,touj( “sehingga mereka tidak dapat berdalih (Rm. 1:20).
12. Akusatif beraposisi. Kata benda akusatif berfungsi sebagi aposisi terhadap kata
benda akusatif yang lain. Kedua benda mengaccu kepada pribadi atau benda yang
sama, dan akusatifkedua memberi rincian lanjut. Contoh: evn w-| e;comen th.n
avpolu,trwsin( th.n a;fesin tw/n a`martiw/n\ “di dalam Dia kita memperoleh
penebusan, yaitu pengampunan dosa-dosa (Kol. 1:14).
13. Mengikuti ajektif atau adverbia. Sangat jarang ditemukan, tetpi ada ajektif atau
adverbia yang menuntut kasus akusatif, bila kata benda itu mengikutinnya.
Contoh: o[moion ui`w/| avnqrw,pou( “seorang seperti anak manusia” (Why.
14:14).
14. Mengikuti preposisi. Du preposisi menuntut kasus akusatif , bila kata benda
dihubugkan dengannya; yaitu: ana dan eiz. Sedangkan dia,, kata, meta, peri, uper,
dan upo, selain dapat dihubungkan dengan genitif biasanya dikaitkan dengan
akusatif.
ARTIKEL
Artikel adalah salah satu unsur terpenting dalam abahsa Yunani. Namun harus
ditegaskan bahwa penyelidikan yang telah dilakukan hingga saat ini belum sepenuhnya
berhasil menggali semua kebenaran yang terkait dalam penggunaan artikel Yunani.
Fungsi artikel adalah pertama-tama artikel tidak mengubah kata benda tak tentu
menjadi tentu. Tugas pokok artikel salah satu yang terpenting adalah mencirikan atau
memberi identitas. Artikel mengkhusukan yaitu membedakan atau mencirikan suatu benda ,
sehingga benda itu menjadi khas dan di kenal lebih khusus.
Penggunaan Artikel Secara Umum
1. Artikel digunakan sebagai kata ganti.
a. Sebagai kata kanti orang. Dalam hal ini artikel di terjemahkan “ia” atau
sejenisnya. Contoh: o` de. ei=pen auvtoi/j\ “tetapi ia berkata kepada mereka”
(Yoh. 4:32).
b. Digunakan sebagai kata ganti Hubung. Biasanya ia merupakan pengulangan
mengikuti kata benda dan didepan sebuah frasa (Misalnya frasa genititif).
Contoh: O lo,goj ga.r o` tou/ staurou/ “pemberitaan tentang Salib” dalam
bahasa inggris “the word which of tthe cross”.
c. Digunakan sebagai kata ganti Empunya. Biasanya menunjukkan dengan jelas
bahwa benda yang dimaksud merupakan milik orang yang disebut
dalamkonteks itu. contoh: evktei,naj th.n cei/ra “mengulurkan tanganNya”
Artikel Mengkhususkan
a. Sekedar penanda. Ini merupakan kategori “keranjangnsampah”. Pilihan
sebenarnya seharusnya hanya dipakai sebagai pintu darurat. Contoh: h` basilei,a
tw/n ouvranw/nÅ “kerajaan sorga” (the kingdow of heaven Mat.3:2).
Ketidakhadiran artikel
Kata benda tanpa artikel akan menyatakan salah satu dari tiga nuansa ini: mungkin
kata benda tak tentu, kualitatif, atau kata benda tentu.
1. Kata benda tak tentu.
Kata benda tak tentu tidak menegaskan aspek tentu atau kualitasnya, tetapi hanya
menyatakan bahwa benda itu meriupakan anggota kelompok benda tertentu. Contoh:
Yoh. 4:7 disebutkan . “seorang wanita samaria..” kata “wanita” (gune) itu tak tentu,
berati sipenulis tidak menyebutkan apapun tentang wanita tersebut.
2. Kualitatif.
Kata benda kualitatif tidak menekankan aspek tentunya benda itu, yaitu identitas
pribadinya”, tetapi menjelaskan sifat atau hakikat benda itu. Contoh: o` qeo.j avga,ph
evsti,nÅ “Allah itu kasih adanya.” Dalam rangkaian noinatif predikat seperti ini,
memang tidak bisa diputar balikan “Kasih itu Allah”, maka kata b3eneda nominatif
predikat adalah kualitatif.
3. Kata benda tentu.
Kata benda tentu. Entah berartikel atau tanpa artikel ialah menekankan identitas
pribadi benda itu.
a. Nama diri. Nama diri selalu tentu sekalipun tanpa artikel. Nama paulus tidak
pernah diterjemahkan “seluruh paulus” atau “suatu paulus”.
b. Obyek preposisi (kata depan)
c. Angka ordinal (urut).
d. Nominatif predikat.
e. Kata benda monadik dll.
PREPOSISI(KATA DEPAN)
Tinjauan Awal
Preposisi mempertegas fungsi kasus. Dari segi sejarahnya, preposisi berkembang dari
Adverbia (kata keterangan).
Hubungan dengan kasus
Meskipun zz
Meskipun istilah mengatur tidak tepat, tetpi preposisi menuntut kasus tertentu.
Ada preposisi yang hanya dapat dihubungkan dengansatu kasus, ada yang dapat
dengan dua, dan beberapa boleh dengan tiga. Preposisi berikut hanya dapat digunakan
dengan satu kasus saja. ddengan kasusu genitif saja :anti, apo ek ez pro. Dengan
kasusu Datif :en, sun; ; dan hanya dengan akusatif :avna eij .
Funsi preposisi
Preposisi fungsinya menjelaskan atau mencirikan tindakan, gerak atau
keadaaan yang dinyatakan oleh kata kerja. Penjelasan yang dimaksud dapat menyakut
salah satau kesemua kemungkinan berkut ini:
1. Fungsi lokal.
a. Untuk menyatakan arah atau gerak menuju ke eij(A), proj (A), api (A), en ((D),
para (A), uper (A).
b. Menyatakan arah atau gerak dari : ana(A), apo (G), ek (G), kata (G).
c. Menyatakan arah atau keberadaan melewati/menembusi : dia (G).
d. Menegaskan posisi atau keberadaan:ana (A), anti(G), en(D), ek(G) dll.
2. Funsi temporal.
a. Sebelum: pro +G
b. Sesudah: meta + A; dia + G
c. Bersamaan: epi +D, G; eis +A dia +G en +D.
3. Fungsi logikal.
Dalam hal ini preposisi akan menjalskan hubungan logis di antara tindakan dalam frase
preposisional denhgan yang dinyatakan oleh katakerja pokok. Contoh: sumber/asalusul:
pro//ek/para+G.
PRONOMINA (KATA GANTI)
Pronomina (kata ganti) ialah “kata yang dipakai sebagi pengganti kata benda atau kata
yang dibendakan.
Macam-macamnya
1. Kata gtanti orang (personal pronoun)
Yang dimaksud disini: e,,,,.gw h,mei,j su, u.mei;j.. dalam hal pemakaian, digunakan
untuk memberi tekanan khusus kepada subyek. Contoh penggunaan kata ganti orang
kedua tunggal, terlihat dalam frasa-frasa berikut :su. Ei,paj “kamu berkata” (Mat.
26:64).
2. Kata ganti Hubung (relative pronoun). Funsinya adalah menghubungkan kata benada
yang diwakilinya dengan anak kalimat.
3. Kata ganti penunjuk(demonstrative pronoun). Yaitu untuk mengacu kepada benda
yang secara khusus dijadikan perhatian dalam pembicaraan, maka digunakanlah kata
ganti penunjuk. Dari segi8 makna, kata ganti penunjuk selalu atributif; tetpi dalam hal
ini posisi, tidak pernah atributif, melainkan selalu Predikatif.
4. Kata ganti penegas (intensive pronoun).
Bentuk :au.toj.. di samping funnsinya sebagai kata ganti penegas, kata ini juga digunakan
sebagai kata ganti orang (ketiga); contoh: uvto.j kai. h` mh,thr auvtou/ “ia dan ibunya” (Yoh.
2:12).
5. Kata ganti Empunya (possenssive pronoun). Contoh: kai. h` kri,sij h` evmh. dikai,a
evsti,n( “dan penghakimanku itu adil” (Yoh.5:30).
6. Kata ganti refleksi (reflexive pronoun). Bentuk: emautou, seautou,, eautou eautw.n..
fungsi untuk menyatalkan bahwa perbuatan itu kembali menimpa si subyek.
7. Kata ganti resiprok (reciproccal pronoun). Fungsinya untuk menyatakan pihak
yangalam tindakan yang bersifat saling (viz “satu dengan yang lain. Contoh: to. de.
kaqV ei-j avllh,lwn me,lhÅ “tetpi kita masing-masing anggota seorang terhadap yang
lain” (Rm.12:5).
8. Kata ganti penanya (interogative pronoun). Kata ini digunakan untuk menyatakan
pertanyaan “siapa,apa, atau bagaiman.”
9. Kata ganti tak tentu (indefinite pronoun). Digunkana untuk menandai pribadi yang
identitasnya tidak bermaksud ditonjolkan secara khusus (misalnya “seseorang”).
KATA KERJA BAHASA YUNANI
Kata kerja adalah kata yang membuat penegasan mengenai tindakan.
Jenis-jenis kata kerja
Ada kata kerja finit, ada kata kerja tak-finit.
1. Kata kerja disebut finit, bila ia telah dikaitkan dengan suatu dengan suatu subyek
tertentu.
2. Kata kerja tak-finit, jika ia hanya menyatakan tindakan atau keadaan secara lugas.
Penggunaan
Diatesis aktif.
Diatesis aktif menegaskan bahwa subyek memiliki hubungan aktif dengan
tindakanatau keadaan yang dinyatakan kata kerja.
Aktif simpel (biasa)
Subyek melakuakn kegiatan yang dinyatakan oleh kata kerja. Contoh: ou-toj h=lqen
eivj marturi,an i[na marturh,sh| peri. tou/ fwto,j( “Ia datang untuk memebrikan kesaksian,
agar dapat memberi kesaksian tentang terang itu” (Yoh. 1:7).
Aktif kausatif.
Subyek menjadi sumber/asal kegiatan. Mungkin sekali pelaku sejati tindakan itu
pihak lain, tetpi pada akhirnya subyek itu menjadi pangkal terjadinya tindakan. Contoh: To,te
ou=n e;laben o` Pila/toj to.n VIhsou/n kai. evmasti,gwsenÅ “maka pilatus mengambil Yesus
lalu menyesah (Dia) Yoh. 19:1.
Aktif refleksif
Subyek berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri atau terhadap dirinya sendiri. Contoh: sw/son
seauto,n( “selamatkan diriMu sendiri” (Mrk, 15:30).
Diatesis Pasif
Sebagai kebaliakan diateisis aktif, dalam diatesis ppasif subyek menjadi penerima
(penderita)tindakan. Jenis pelaku tindakan menjadi salah satu alat untuk membedakan
berbagai penggunaan diatesis pasif.
Diatesis medial
Diatesis medial menegaskan, subyek melakukan tindakan yang pada akhirnya berkaitan
dengan dirinya.
MODUS(egklisj).
Modus berkaitan dengan soal cara penyuguhan tindakan.
Perbedaan makna
1. INDIKATIF 2. SUBYUNGTIF 3. OPTATIF 4. IMPERATIF
Tindakan disuguhkan Tindakan disuguhkan Tindakan disuguhkan Tindakan disuguhkan
sebagai KEPASTIAN sebagai KEMUNGKINAN sebagai sebagai HARAPAN
BESAR KEMUNGKINAN
KECIL
MODUS INDIKATIF
modus indikatif menyuguhkan tindakan sebagai suatu kepastian. Disebut “modus
penegasan” pembicara menyuguhkan tindakan sebagaimana adanya, tanpa “dibatasi” oleh
sikapa terhadapnya. Modus indikatif dapat digunakan untuk menyatakan nuansa-nuansa
makna berikut ini:
1. Deklaratif. Dalam kategori ini tindakan disuguhkan sebagai fakta, atau
pernyataan “tanpa batasan”. Contoh: h` pi,stij u`mw/n katagge,lletai “imanmu
dimasyurkan” (Rm. 1:8).
2. Intergrogatif. Indikatif digunakan untuk mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini
pertanyaan yang diaajukan berkenan dengan fakta, bukan berkaitan dengan
masalah tingkah laku atau sikap. Contoh: kai. th/j makroqumi,aj katafronei/j(
“maukah kamu menganggap sepi kesabarannya” (Rm. 2:4).
3. Potensial atau kondisional. Modus indikatif dapat digunakan untuk membuat
kalimat bersyarat. Dua kemungkinan: kalimat bersyaratjenis pertama
(kondisional) biasa; penerimaan fakta tanpa syarat atau kalimat kondisional jenis
kedua (kondisional kebalikan fakta; penolakkan fakta tanpa syarat.
4. Kohortatif(perintah). Kata kerja indikatif dapat juga digunakan untuk mengajukan
perintah/suruhan. Contoh: ai. kale,seij to. o;noma auvtou/ VIwa,nnhnÅ “dan
sebutlah namanya Yohanes (Luk.1:13).
Klausa
Pemunculannya kan meghasilakan klausa dependen yang diperkenalkan dengan kata
“sebab”. Hubungan utmanya dengan verba kalimat, karenaitu berfungsi adverbial. Contoh:
ivdw.n de. tou.j o;clouj evsplagcni,sqh peri. auvtw/n( o[ti h=san evskulme,noi “melihat orang
banyak itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan kepada mereka, sebab mereka lelah (Mat.
9:36).
Epeksegetikal
Dalam hal ini o,.,ti memperkenalkjan klausa yang menyuguhkan penjelasan lanjut
(i.e.melengkapi dan karena itu (epeksegetik) gagasan yang dinyatakan oleh kata yang
dihubungkan dengannya. Contoh : oi` de. a;nqrwpoi evqau,masan le,gontej\ potapo,j evstin
ou-toj o[ti kai. oi` a;nemoi kai. h` qa,lassa auvtw/| u`pakou,ousinÈ “dan orang-orsng itu
heranlah, katanya, “orangapakah Dia ini bahkan angin dan danau pun taat kepadanya? (Mat.
8:27).
Substantival
Dari segi fungsi sintaksisnya, klausa o,.ti substantival mungkin akan bertindak
sebagai subjek, objek, atau apositif.
Sebagai subjek.
Klausa o,.ti bertindak sebagai subjek. Contoh: ge,graptai o[ti du,o avnqrw,pwn h`
marturi,a avlhqh,j evstinÅ “bahwa kesaksian dua orang itu sah ada tertulis dalam hukum
taurat” (Yoh. 8:17).
Sebagai objek.
Yang dimaksud dengan klausa objek disini yaitu :penggunnaan klausa o,.ti yang
dihubungkan dengan kata kerja (verba) yang secara gramatika tidak membutuhkan objek
wacana langsuung atau tidak langsung. Contoh: pare,dwka ga,r u,mi.n e,n prw,toij o,, kai,
pare,labon o,,.ti cristo,j a.pe,qanen u,pe.r tw,n a,martiw...,n “karena telah kusampaikan
kepadamu, apa yang telah kuterima juga, bahwa kristus telah mati karena dosa-dosa kita”.
Sebagai apositif.
Klausa o[ti memberikan penjelasan tambahan terhadap kata yang dijelaskannya. Bila
kalusa o[ti dihilangkan, maka posisinya dapat diis oleh yang diacunya (anteseden). Contoh:
Plh.n evn tou,tw| mh. cai,rete o[ti ta. pneu,mata u`mi/n u`pota,ssetai\ “namun demikian
janagnlah bersukacita karena roh-roh jahat takluk kepadamu (Luk. 10:20).
MODUS SUBYUNGTIF
Seperti halnya modus optatif, subyungtif menyuguhkan pernyataan yang mengandung
keraguan atau ketidakpastian. Kata kerja modus subyungtif dapat difungsikan sebagai kata
kerja kalimat (kalusa) indenpenden.
Kondisional
Kata kerja subyungtif digunakan dalam protasis kalimat kondisional jenis (kelas)
ketiga (keadaan futur (nanti) kemungkinan besar. kalimat bersyarat jenis ketiga dapat
dibedakan menjadi dua kategori. Yang pertama, syarat itu menegaskan “keadaaan nanti yang
kemungkinan besar terjadi”. Contoh: eva.n mo,non a[ywmai tou/ i`mati,ou auvtou/
swqh,somaiÅ “jika saja aku dapat menyentuh jubahNya, maka aku akan sembuh(Mat. 9:21).
Yang kedua, syarat itu menegaskan “kebenaran umum kini.” Contoh: Peritomh. me.n ga.r
wvfelei/ eva.n no,mon pra,ssh|j\ “memang sunat itu bermanfaat, jika saja engkau melakukan
hukum Taurat (Rm. 2:25).
MODUS IMPERATIF
Modus imperatif digunakan untuk mengungkapkan “keinginan” pembicara agar
tindakan yang dinyatakannya itu menjadi kenyataan.
KALA KINI
Dari segi aspeknya, biasanya linier; sedangkan waktunya biasanya kini, tetapi hal ini
terbatas pada modus indikatif.
Penggunaan
Kala kini digunakan untuk menyuguhkan tindakan yang tengah berlangsung; dan, bila
modusnya indikatif, tindakan itu terjadi pada waktu kini.
1. Kini progresif atau duratif. Tindakan ini disuguhkan sebagai sesuatu yang sungguh-
sungguh tengah berlangsung pada saat pembicara. Contoh: evn w-| ga.r kri,neij to.n
e[teron( seauto.n katakri,neij( “kamu uang menghakimi orang lain, kamu (sedang)
menghakimi dirimu sendiri” (Rm.2:1).
2. Kini iteratif. Tindakan yang disuguhkan terjadi secara beruntun dalam satu periode
waktu, diselingi dengan jeda, kemudian diusul dengan seperti yang terjadi dalam
periode sebelumnya. Contoh: e[kastoj ga.r to. i;dion dei/pnon prolamba,nei evn tw/|
fagei/n( “karena jikamasing-masing kamu makan dahulu makananya sendiri (1Kor.
11:21).
3. Kini kebiasaan. Digunakan untuk menyatakan kebenaran yang tidak dibatasi waktu.
contoh: avpokalu,ptetai g,ar o.rih. qeou. A.n. ou.ranou. karena “karena murka Allah
dinyatakan dari surga” (Rm. 1:17).
4. Kini tendensial. Untuk menyuguhkan suatu tindakan yang bermaksud dilaksanakan,
tetpi kenyataanyatidak dilakukan. Contoh: kathrgh,qhte avpo. Cristou/( oi[tinej evn
no,mw| dikaiou/sqe( “kamu yang mencoba mencari kebenaran melalui hukum taurat
telah tercerai dari kristus” (Gal5:4).
5. Kini gnomik. Digubakan untuk menyuguhkan kebenaran yang bersifat universal,
sehingga berlakunya tidak mengenal batasan waktu. contoh: Ou[twj pa/n de,ndron
avgaqo.n karpou.j kalou.j poiei/\ “maka setiap pohon yang baiak (selalu)
menghasilkan buah yang baik”(Mat.7:17).
6. Kini futuristik. Kalakini mengandung makna furtur, tetpi seringkali dipakai untuk
menegaskan unsur dekatnya dan pastinya tindakan itu. Contoh: Oi;date o[ti meta. du,o
h`me,raj to. Pa,sca gi,netai( “kamu tahu bahwa dua hari lagi paskah itu akan
dirayakan (jadi)......” (Matt. 26:2).
7. Kini historis. Ini merupakan penggunaan yang idiomatis, dan merupakan ciri khas
penggunaan dalam bahan naratif (cerita). Contoh: VEn de. tai/j h`me,raij evkei,naij
paragi,netai VIwa,nnhj o` baptisth.j “pada waktu itu tamppilah Yohanes pembabti ...”
(Mat.3:2).
8. Kini aoristik. Kala ini digunakan untuk menyuguhkan tindakan yang terjadi pada saat
pembicaraan, denggan tanpa menyigung soal kelangsungannya, tetpi hanya
menegaskan keberadaan peristiwa itu. Contoh: te,knon( avfi,entai, sou ai` a`marti,aiÅ
“ankku, dosamu telah diampuni” (Mrk. 2:5).
9. Kini perfektif. Yang dikankan disini adalah oal keberadaan akibat dari tindakan
lampau.Contoh: avmh.n le,gw u`mi/n( avpe,cousin to.n misqo.n auvtw/n “Aku
berkata kepadamu: “sesungguhnya merek sudah mendapat upahnya” (Mat. 6:2).
KALA IMPERFEK
Dari segi aspeknya, kala imperfek menyuguhkan tindakan yang bersifat linier. Unsur
waktunya, lampau; secara umumimperfek digunakan untuk menampilakn tindakan yang
tengah berlangsung pada masa lampau.
KALA FUTUR
Dari sudut aspek, sama seperti halnya aoris kala futur hanya menegaskan keberadaan
tindakan, tanap menjelaskan pencapaian. Kala futur menyatakan, tindakan itu akan terjadi
nanti . penggunaanya yaitu untuk menegaskan bahwa tindakan yang dinyatakannya
merupakan potensi bakal menjadi realita dimasa yang akan datang.
1. Predikatif. Tekananya, tindakan/peristiwa yang disuguhkan itu pasti akan terjadi
nanti. Contoh: ouv koimhqhso,meqa( pa,ntej de. avllaghso,meqa( “kita semua tidak
akan tidur, tetpi semua akan diubah” (1Kor. 15:51).
2. Imperatival. Kata kerja indikativ futur, subyek orang kedua, ada akalanya digunakan
untuk menyatakan perintah (bila larangan yang dimaksuudkan, partikel ingkar ou.
Ditambahkan). Contoh: Agaph,seij to.n plhsi,on sou w`j seauto,n( “kasihilah
sesamamu seperti dirimu sendir” (Yak. 2:8).
KALA AORIS
Istilah aoris berasal dari kata Yunani a. (artinya “tidak” atau “tanpa”), dan o,risto,j
(artinya “dapat dijelaskan”atau “dibatasi”). Penggunaan aoris sejalan dengan hakekat
dasar kala ini.
1. Aoris Igresif. Penekananya adalah pada pemulaian tindakan, atau masuknya pada
suatu keadaan. Contoh: de. th/j evntolh/j h` a`marti,a avne,zhsen( “sesudah datang
perintah itu, dosa mulai hidup” (Rm7:9).
2. Aoris konstantif. Tindakan peristiwa itu hanya dinyatakan sebagai suatu fakta, tanpa
menyigung masalah terjadinya tindakan itu. Contoh: o] proephggei,lato dia. tw/n
profhtw/n auvtou/ “Yang dijanjikanNya melalui para nabiNya” (Rm.1:2).
3. Aoris Konsumatif. Penekanan diletakkan apada akhir atau rampungnya tindakan.
Contoh: Kai. evpi. tou,tw| h=lqan oi` maqhtai. auvtou/ “pada waktu itu datanglah
murid-muridNya” (Yoh4:27).
4. Aoris Gnomik. Tindakan/kebenaran yang berlakunya tidak mengenal batasan waktu,
atau kebenaran umum, biasanya disuguhkan dengan penggunaan ini. Contoh: {Osoi
ga.r avno,mwj h[marton “sebab semua orang yang berdosa tanpahukum taurat”
(Rm.2:12).
5. Aoris Epistolari. Penulisannya berbicara dari sudut pandang pembacanya. Contoh:
nu/n de. e;graya u`mi/n “tetpi yang kutuliskan kepadamusekarang” (1Kor. 5:11).
6. Aoris Dramatis. Penggunaanya didorong oleh keinginan untuk menegaskan kepastian
terjadinya peristiwa itu, meskipun pada saat pembicara belum terjadi, tetpi dianggap
seolah-olah peristiwa yang sudah terwujud. Contoh: nu;n e.doza,sqh o, cio;j tou...,
a.nqrw,pou “sekarang Anak mmanusia dipermuliakan” (Yoh. 12:31).
7. Aoris Baru Terjadi. Digunakan untuk menunjukkan kepada peristiwa yang baru saja
terjadi (atau dibicarakan sebagai suatu peristiwa baru saja menjadi kenyataan).
Contoh: i;de nu/n hvkou,sate th.n blasfhmi,an\ “sekarang engkau baru saja mendengar
hujanNya” (Mat. 26:65).
KALA PERFEK
Kala perfek menegaskan penyelesaian dan keberadaan akibat dari tindakan itu.
penggunaanya yaitu: intensif san konsumatif.
a. Intensif. Tekananya adalah pada masih adanya akibat dari tindakan pada masa
lampau. Contoh: pe,poiqa,j te seauto.n o`dhgo.n ei=nai “engkau yakin menjadi
pemimpin” (Rm. 2:19).
b. Konsumatif. Digunakan untuk menampilkan tindakan yang telah dirampungkan.
Contoh: kai. ivdou. peplhrw,kate th.n VIerousalh.m “namun ternyata, kamu telah
memenuhi Yerusalem” (Kis. 5:28).
KALA PLUPERFEK
Pluperfek menegaskan akan adanya akibat tindakan rampung lampau. Penggunaanya
ada dua:
a. Pluperfek Intensif. Penekananya adalah pada keberadaan akibat tindakan. Contoh:
kai. ivdou. a;ndrej du,o pareisth,keisan auvtoi/j “tiba-tiba ada dua orang berdiri
didekat mereka (Kis.1:10).
b. Pluperfek Konsumatif. Disini tekanan diletakkan pada penyelesaian (rampungnya)
tindakan atau proses yang awalnya terjadi pada masa lampau. Contoh: h;dh ga.r
sunete,qeinto oi` VIoudai/oi( “karena orang-orang Yahudi sudah sepakat (Yoh.
9:22).
INFINITIF
Infinitif adalah kata benda verbal. Sebagai kata benda, infinit memiliki karakteristik
serta dapat difungsikan seperti layaknya kata benda biasa. Penggunaanya yaitu sebagaimana
halnya kata benda pada umumnya, infinitif dapat digunakan dengan (artikuler) atau tanpa
artikel (anartrus).
Tujuan
Infinitif digunakan untuk menyatakan tujuan atau sasaran tindakan kata kerja pokok.
Contoh: i[na ti metadw/ ca,risma u`mi/n pneumatiko.n eivj to. sthricqh/nai u`ma/j( “ untuk
membagikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu” (Rm.1:11).
Akibat(hasil)
Infinitif digunakan untuk menyatakan akibat nyata atau buah dari tindakan yang
dinyatakan oleh kata kerja pokok. Contoh: e;streyen de. o` qeo.j kai. pare,dwken auvtou.j
latreu,ein “Allah berpaling dan (akibatnya) membiarkan mereka beribadah kepada (Kis.
7:42).
Waktu
Digunakan untuk menyatakan waktu. Contoh: u. sh,meron tau,th| th/| nukti. pri.n h'
di.j avle,ktora fwnh/sai tri,j me avparnh,sh|Å “malam ini sebelum ayam berkokok dua kali,
engkau akan telah menyangkali Aku tiga kali” (Mrk. 14:30).
Sebab
Digunakan untuk menjelaskan “alasan” atau “sebab” terjadinya tindakan yang disebut
kata klerja pokok. Contoh: kai. euvqe,wj evxane,teilen dia. to. mh. e;cein ba,qoj gh/j\ “segera
menjdai layu, sebab tanahnya tipis”(Mat. 13:5).
Fungsi substanifal
a. Subjek. Infinitif atau klausa digunakan menjadi subjek kata kerja finit. Contoh: to.
ga.r qe,lein para,keitai, moi( to. de. katerga,zesqai “ sebab kehendak memang ada
padaku.. tetpi buka hal berbuat” (Rm.7:18).
b. Objek. Infinitif atau klausa digunakan untuk objek kata kerja finit, dan bertindak
sebagai objek langsungnya. Contoh: Kai. evzh,toun auvto.n krath/sai( “dan mereka
berusaha untuk menagkap Dia”(Mrk. 12:12).
c. Kutipan tidak langsuang. Mengikuti kata kerja yang menyatakan gagasan berkata,
betrpikir menunjukkan dll. Contoh: pe,poiqa,j te seauto.n o`dhgo.n ei=nai
tuflw/n( “yakin bahwa engkau adalah penununtun” (Rm. 2:19).
d. Aposisi. Bertindaka sebagai aposisi terhadap nomina pronomina, atau ajektif. Contoh:
avlla. tou/to kri,nate ma/llon( to. mh. tiqe,nai pro,skomma tw/| avdelfw/| h'
ska,ndalonÅ “lebih baik kamu mmenganut pandangan ini, jangan menjadi sandungan
atau menjadi hambatan bagi saudaramu” (Rm.14:13).
PARTISIP
Dalam hal funsi partisip dapat digunakan sebagai penjelas kata benda
(ajektifal) substantif, atau penjelas kata kerja (adverbial).
KATA KETERANGAN
Kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan gagasan kata lain
yaitu kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan lainnya.
Kata keterangan berasal dari bekuan benjtuk kasus. Kasus akusatif didalamPB,
seringkali digunakan untuk menyatakan gagasan adverbia.
Penggunaan
1. Melaksanakan cara pelaksanaan tindakan (Luk. 7:4)
2. Menyatakan terjadinya peristiwa (Luk.16:26)
3. Menyatakan gagasan waktu (Gal. 121).
4. Menyatakan deraja tindakan (Mat.2:16.
KONJUNGSI
Konjungsi disebut juga kata hubung. Tugas pokoknya adalah menghubungkan dua
bagian gramatika. Misalnya kata, frasa, klausa, atau kalimat.