net/publication/353443549
CITATIONS READS
0 3
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Jakobis Johanis Messakh on 25 July 2021.
Penerbit :
PMIPA PRESS
Jl .Adisucipto Penfui Kupang
Gedung Jurusan Pendidkan MIPA FKIP Undana
Telp : 0380 – 8583071
e-mail: pmipapress@gmail.com
i
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan
ISBN:
ii
Halaman Persembahan
iii
Ucapan Terima Kasih
Buku ajar ini tersusun dan diterbitkannya sebagai bagian dari Program
Revitalisasi LPTK II Tahun 2017. Untuk itu Penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus kepada Bapak/Ibu:
1. Direktur Belmawa Kemeristekdikti RI
2. Rektor Universitas Nusa Cendana
3. Dekan FKIP Universitas Nusa Cendana
4. Dr. I Made Parsa
5. Daniel Lay Moy, S.Pd., M.Eng
6. Teman sejawat dilingkungan Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan FKIP Undana,
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan andil tersusunnya buku ajar ini.
Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati Bapak/Ibu sekalian.
iv
Pengantar Penerbit
v
vi
Pengantar Penulis
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas berkat dan perkenaan-NYA sehingga dapat diselesaikannya
penyusunan buku ajar “PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR”
untuk mendukung proses pembelajaran bagi mahasiswa Program Studi
Teknik Bangunan – FKIP Undana.
Buku Ajar ini terdiri dari tujuh Bab dan telah disusun dengan materi
yang telah disesuaikan dengan jumlah pertemuan minimal pada satu
semester yakni 16 kali pertemuan. Buku ajar ini juga dilengkapi
dengan bahan presentase dalam bentuk power point yang dicetak
secara terpisah, sehingga sangat memudahkan dosen dan mahasiswa
melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, dilengkapi juga dengan
tes dan kunci sebagai bahan evaluasi untuk bisa mengukur sejauhmana
pencapaian hasil belajar oleh mahasiswa dan keberhasilan
pembelajaran secara umum.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak
sehingga dapat diselesaikannya penyusunan buku ajar ini. Kepada
Bapak Direktur Belmawa Kemeristekdikti atas dana Hibah Revitalisasi
LPTK II Tahun 2017. Bapak Rektor Undana Kupang dan Bapak Dekan
FKIP Undana sebagai pemimpin institusi dimana Penulis bekerja,
selanjutnya kepada Bapak Dr. I Made Parsa dan Bapak Daniel Lay
Moy, M.Eng yang telah melibatkan Penulis dalam Program Hibah
Revitalisasi LPTK II Tahun 2017. Tidak lupa ucapan terima kasih
kepada teman sejawat dilingkungan program studi Pendidikan Teknik
Bangunan FKIP Undana, yang secara langsung atau tidak langsung
turut memberikan andil dari awal hingga diterbitkannya buku ajar ini.
Juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan
penyusunan buku ajar ini.
Penulis sadari bahwa buku ajar ini masih jauh dari kesempurnaan
karena berbagai keterbatasan. Saran maupun kritik yang konstruktif
vii
untuk penyempurnaannya Penulis ucapkan terima kasih.
Semoga buku ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran di program studi Teknik Bangunan FKIP
Undana ataupun secara luas kepada semua masyarakat ilmiah yang
peduli dan terlibat dalam”PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR”.
Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.
Syallom!
viii
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………...... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………. iii
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH …………………. iv
PENGANTAR PENERBIT ..………………………………. v
PENGANTAR PENULIS ..…………………………………. vii
DAFTAR ISI ..…………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ....…………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL ….……………………………………….. xv
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU ….………………….. xvi
ix
BAB 2 AIR DAN SIKLUS HIDROLOGI 21
A. PENDAHULUAN ................................................. 21
B. PENYAJIAN ......................................................... 22
B.1. AIR ........................................................................ 22
B.2. SIKLUS HIDROLOGI .......................................... 26
B.3. KOMPONEN UTAMA SIKLUS HIDROLOGI 35
B.5. RANGKUMAN ..................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 47
C. PENUTUP ............................................................. 49
C.1. LATIHAN ............................................................. 49
C.2. TES DAN KUNCI ................................................ 49
x
C.1. LATIHAN ............................................................. 96
C.2. TES DAN KUNCI ................................................ 96
xi
B.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ............... 139
B.4. SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH ................... 142
B.5. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK DAN LAJU 146
KEBUTUHAN AIR ..............................................
B.6. RANGKUMAN ..................................................... 154
DAFTAR PUSTAKA ............................................ 155
C. PENUTUP ............................................................. 156
C.1. LATIHAN ............................................................. 156
C.2. TES DAN KUNCI ................................................ 156
xii
Daftar Gambar
Gambar
1.1. Sumber daya air dan komponennya 6
1.2 Salah satu segi pemanfaatan air untuk 9
kebutuhan air minum masyarakat
1.3 Konservasi air berdampak pada 10
ketersediaan air yang berkelanjutan
dalam ruang dan waktu
1.4 Ilustrasi pencemaran air oleh limbah 11
industry
2.1 Visualisasi distribusi air di bumi 23
berdasarkan volume
2.2 Komposisi keberadaan air di dunia 24
2.3 Keberadan air di dunia 25
2.4 Model siklus hidrologi 28
2.5 Siklus hidrologi 30
2.6 Siklus hidrologi pendek 33
2.7 Siklus hidrologi sedang 34
2.8 Siklus hidrologi panjang 35
2.9 Cara rata-rata hitung 39
2.10 Cara poligon thiesen 40
2.11 Cara isohyet 42
2.12 Rata-rata curah hujan tahunan dan 43
banyaknya curah hujan tertinggi yang
terjadi dalam satu bulan pada lima
stasiun hujan di daerah Kupang dan
sekitarnya
2.13 Keacakan data debit sungai tilong 45
dalam hitungan rata-rata debit bulanan
xiii
3.1 Ilustrasi daerah aliran sungai 55
3.2 Ilustrasi daerah aliran sungai 57
3.3 Hubungan biofisik daerah hulu dan hilir 59
suatu DAS
3.4 Keterkaitan DAS hulu dan hilir 60
3.5 Tiga corak DAS 61
3.6 Ilustrasi sungai 66
3.7 Zonasi memanjang sungai dengan 69
perubahan komponennya
3.8 Hubungan antara tinggi muka air dan 71
karakteristik vegetasi daerah bantaran
sungai
3.9 Hubungan antara lebar sungai dan 72
kedalaman sungai dengan kandungan
lumpur
3.10 Kriteria CAT sesuai PP No. 43 Tahun 74
2008
3.11 Peta sebaran wilayah CAT dan non- 76
CAT di Indonesia
3.12 CAT di Nusa Tenggara Timur 77
4.1 Peta daerah arid 87
4.2 Variasi suhu permukaan bumi 89
6.1 Muka air tanah freatik yang menjadikan 115
kedalaman air tanah berbeda-beda di
beberapa tempat
6.2 Skema irisan lapisan-lapisan tanah 114
xiv
Daftar Tabel
Halaman
Tabel
3.1. Jumlah potensi air tanah pada cekungan 78
air tanah tiap pulau di Indonesia
7.1. Standar kebutuhan air bersih 150
berdasarkan jenis kota
7.2. Nilai factor hari maksimum dan factor 154
jam puncak
xv
xvi
Petunjuk Penggunaan Buku
xvii
BAB 1
RUANG LINGKUP DAN ASAS PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
A. PENDAHULUAN
Air, sumber air dan daya air yang terangkum dalam “Sumber daya air”
(SDA) telah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting akibat
adanya pertumbuhan penduduk dan aktivitas pembangunan yang pesat.
Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap insan di bumi baik
manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Air digunakan sebagai
kebutuhan vital untuk konsumsi dan sanitasi umat manusia, untuk
proses produksi berbagai barang industri, untuk produksi makanan dan
kebutuhan lainnya.
Tubuh manusia itu sendiri, lebih dari 70% tersusun dari air, sehingga
ketergantungannya akan air sangat tinggi. Manusia membutuhkan air
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, maupun
kebutuhan domestik. Hal ini berarti bahwa pertambahan jumlah
penduduk yang terus menerus terjadi dan aktivitas pembangunan yang
tinggi, membutuhkan usaha yang sadar dan sengaja agar SDA dapat
tersedia secara berkelanjutan.
SDA merupakan salah satu potensi dan kekayaan alam yang dimiliki
oleh Bangsa Indonesia yang beragam antara satu daerah dengan daerah
lainnya. Keberagaman SDA yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia tidak
lepas dari karakteristik wilayah yang ditentukan oleh iklim khususnya
curah hujan, letak geografis, kondisi penutupan lahan, morfologi tanah
dan batuan dan lain sebagainya.
B. PENYAJIAN
Selanjutnya Pasal 35, menyebutkan sumber daya air meliputi: (a) air
a) Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
Air sebagai bagian dari sumber daya alam adalah merupakan bagian
dari ekosistem. Karena itu pengelolaan sumber daya air memerlukan
pendekatan yang integratif, komprehensif dan holistik yakni hubungan
timbal balik antara teknik, sosial dan ekonomi serta harus berwawasan
Gambar 1.2. Salah satu segi pemanfaatan air untuk kebutuhan air
minum masyarakarat (Sumber: Messakh, dkk. 2015)
B.5. RANGKUMAN
1) Pengelolaan sumber Daya Air (water resources management)
mencakup keseluruhan aspek teknik dan non-teknis yang berkaitan
dengan sumber daya air yang lebih luas kajiannya dibanding
dengan perencanaan (design) ataupun pengembangan
(development).
2) Sumber daya air perlu dikelola berdasarkan asas kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,
keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
3) Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar
DAFTAR PUSTAKA
1. Arwin (2009): Perubahan Iklim, Konversi Lahan dan Ancaman
Banjir dan Kekeringan di Kawasan Terbangun - Pidato Guru
Besar di Majelis Guru Besar ITB Bandung, disampaikan pada
rapat majelis guru besar ITB Bandung pada tanggal 27 Februari
2009.
2. Arwin (2010): Tren Global Pembangunan Infrastuktur Sumber
Daya Air yang Berkelanjutan. Makalah: Diskusi Pakar Perumusan
Kebijakan Eco-Efficient Water Infrastructure Indonesia.
Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS, Jakarta.
3. Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XII/2013
tentang Pembatalan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air.
5. Kodoatie, R.J., dan Sjarief, R. (2010): Tata Ruang Air, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
6. Messakh J J, Arwin, Hadihardaja I K., dan Chalik A A (2015). A
study on fulfillment of drinking water need of people in semi-arid
A. PENDAHULUAN
B. PENYAJIAN
B.1. AIR
Air adalah semua air yang terdapat pada di atas, atau di bawah
permukaan tanah termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan air
laut. Menurut Kodoati dan Sjarief (2010), air merupakan sumber daya
alam yang paling unik jika dibandingkan dengan sumber daya lain
karena sifatnya yang terbarukan dan dinamis. Artinya sumber utama
air yang berupa hujan akan selalu datang pada musimnya sesuai dengan
waktu. Namun, pada kondisi tertentu, air bisa bersifat tak terbarukan,
misal pada kondisi geologi tertentu dimana proses perjalanan air tanah
memerlukan waktu ribuan tahun, sehingga bila pengambilan air tanah
dilakukan secara berlebihan akan habis.
Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi, di mana
70% permukaan bumi ditutupi air, dengan volume sekitar
1.385.984.610 km3 (Unesco, 1978 dikutip Chow dkk., 1988). Hanya
sebagian kecil saja dari jumlah tersebut yang benar-benar dapat
dimanfaatkan, yaitu sekitar 0,003% (Chow dkk., 1988; Sanim, 2011).
Dari seluruh sumber daya air di bumi, hanya tiga persen yang
merupakan air tawar, dan dua pertiganya berada dalam kondisi beku di
es kutub dan gletser. Seperlima dari satu persennya berada di lokasi
yang tidak terjangkau atau tidak bisa dimanfaatkan (misal air yang
mengalir sebagai banjir akibat hujan deras). Kurang lebih hanya 0,08
persen dari total air tawar yang mampu dimanfaatkan oleh manusia dan
Gambar 2.1, Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 berikut ini akan
menggambarkan tentang komposisi air di muka bumi, yang dapat
memberikan gambaran kepada kita terhadap keberadaan air,
khususnya air tawar. Data ini menunjukkan bahwa air yang bisa
dimanfaatkan manusia yang jumlahnya sangat kecil sehingga
mengajarkan kita untuk memanfaatkannya secara bertanggung jawab
dan terus melakukan upaya konservasi untuk menjaga
keberlanjutannya.
Dari Gambar 2.2. dapat ddilihat bahwa, pada diagram pertama, hanya
2,5% air bumi adalah air tawar yang merupakan jumlah yang
dibutuhkan seumur hidup manusia dan makhluk hidup lainnya untuk
dapat bertahan. Diagram tengah menunjukkan komposisi keberadaan
air tawar. Hampir semuanya berada sebagai es dan di tanah. Hanya
sedikit lebih dari 1,2% dari semua air tawar adalah air permukaan, yang
melayani sebagian besar kebutuhan hidup. Diagram kanan
menunjukkan distribusi air permukaan. Sebagian besar air ini dikurung
dalam es, dan 20,9% lainnya ditemukan di danau. Sungai membentuk
0,49% air permukaan. Meskipun sungai hanya menyumbang sejumlah
kecil air tawar, di sinilah manusia mendapatkan sebagian besar airnya.
Perhatikan gelembung kecil, ini mewakili semua air tawar di danau dan
sungai. Air dalam gelembung itu memiliki tanggung jawab besar untuk
memenuhi sebagian besar kebutuhan manusia dan hewan.
Keterangan :
1. Penguapan 6. Aliran permukaan
2. Awan hujan 7. Aliran antara
3. Penguapan kembali 8. Infiltrasi
4. Hujan 9. Perkolasi
5. Aliran limpasan 10. Aliran air tanah
Menurut pendapat Totok dkk. (2006), air hujan adalah air yang berasal
dari uap air yang naik ke udara menjadi awan dan dengan proses
kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang sangat kecil)
membentuk tetes air yang lebih besar, kemudian jatuh kembali ke
permukaan bumi. Pada proses transportasi terjadinya hujan, uap air
tercampur dan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida,
debu, dan senyawa lain. Karena itulah, air hujan juga mengandung
debu, bakteri, dan berbagai senyawa yang terdapat dalam udara.
Kualitas air hujan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
Air hujan diduga akan mengandung lebih banyak macam gas dari pada
air tanah, terutama CO2 dan O2. Air hujan biasanya tidak mengandung
garam-garam mineral, zat-zat racun, atau zat yangdapat mengganggu
kesehatan.
Hujan memiliki sifat yang acak dan stokastik dalam ruang dan waktu.
Oleh karena itu kajian-kajian tentang curah hujan telah banyak
dilakukan, diantaranya oleh Modarres dan De Paulo (2007), terhadap
time-series curah hujan tahunan, jumlah hari hujan per tahun, dan curah
hujan bulanan pada 20 stasiun hujan untuk menilai variabilitas iklim di
daerah arid dan semi-arid Iran. Hasilnya menunjukan trend penurunan
dan peningkatan dari ke 20 stasiun hujan yang diamati. Hasil yang
sama juga dilaporkan oleh Zhai, dkk (2005) yang meneliti tentang
curah hujan di Cina, yang menunjukan bahwa masing-masing stasiun
hujan memiliki karakterisasi yang berbeda-beda.
Cara ini digunakan pada daerah datar dan banyak stasiun penakar
hujannya dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah
hujannya adalah merata. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
d = tinggi curah hujan rata-rata daerah (mm)
d1,d2,...dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2...n (mm)
n = banyaknya pos penakar
A1. d1 + A2. d2 …
D= ………………………. (2.4)
A1 + A2 …
Keterangan :
D = Tinggi curah hujan rata-rata daerah (mm)
A = Luas daerah (km2)
d1, d2 = Tinggi curah hujan pos 1 dan 2 (mm)
A1,A2 = Luas daerah Pengaruh pos 1 dan 2 (mm)
c. Metode Isohyet
Keterangan :
R = Curah hujan maksimum rata-rata (mm)
R1, R2, ..., Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2,., n (mm)
2
A1, A2, ..., Rn = Luas bagian yang dibatasi oleh isohyet (km )
Curah hujan tertinggi yang terjadi dalam satu bulan, berkisar pada
angka 874 mm, di stasiun hujan Camplong, sampai 1101 mm, di
stasiun hujan Lasiana. Nilai ini mencakup sekitar setengah sampai tiga
perempat dari jumlah curah hujan dalam setahun dari masing-masing
stasiun hujan di daerah studi. Sisanya setengah atau seperempat dari
total curah hujan yang terjadi dalam setahun terdistribusi pada rentang
waktu sebelas bulan lainnya. Rata-rata curah hujan bulanan sebesar
119 sampai 133 mm/bulan, namun kenyataannya hujan hanya terjadi
pada rentang durasi waktu yang singkat yakni hanya sekitar tiga sampai
empat bulan.
Jika diamati terhadap curah hujan tahunan selama 34 tahun dari lima
stasiun hujan tersebut, maka curah hujan tahunan yang tercatat pada
stasiun hujan Oekabiti, berkisar antara 877 mm, di tahun 2002, sampai
2380 mm, di tahun 1995. Pada stasiun hujan Tarus, berkisar antara 912
mm, di tahun 1985, sampai 2609 mm, di tahun 2003. Pada stasiun
hujan Lasiana, berkisar antara 761 mm, di tahun 1985, sampai 2452
mm, di tahun 1996. Pada stasiun hujan Baun, berkisar antara 868 mm,
di tahun 1982, sampai 3022 mm, di tahun 1990. Pada stasiun hujan
Camplong, berkisar antara 783 mm, di tahun 1985, dan 2046 mm, di
tahun 2000.
B.3.2 Debit
2.0 1.83
1.8
debit (m3/detik)
1.6 1.51
1.4
1.08 1.14
1.2
1.0
0.78
0.8
0.56
0.6 0.44
0.37
0.4 0.26
0.18 0.12 0.12
0.2
0.0
Mar
Mei
Jul
Jun
Des
Agust
Feb
Apr
Sep
Okt
Nop
Jan
DAFTAR PUSTAKA
1. Aldrian, E., dan Susanto, R. P. (2003): Identification of Three
Dominant Rainfall Region Within Indonesia and Their
Relationship to Sea surface Temperature. International
Journal of Climatology 23, 1435-1452
2. Arwin (2009): Perubahan Iklim, Konversi Lahan dan Ancaman
C. PENUTUP
C.1. LATIHAN
Baca secara berulang dan cermat mengenai bahasan mengenai ”Air
dan Siklus Hidrologi” yang telah dipaparkan di atas serta dalami
melalui Daftar Pustaka yang telah dicantumkan atau referensi ilmiah
lainnya. Diskusikan bersama teman dan/atau dosen mengenai hal-hal
yang kurang dimengerti.
Kunci
Hanya menjadi acuan jawaban, tidak menjadi rumusan yang baku,
bisa dilakukan pengembangan sesuai pendapat orisinal dari
mahasiswa/pembaca.
1. Air adalah semua air yang terdapat pada di atas, atau di bawah
permukaan tanah termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan
air laut. Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas bumi,
di mana 70% permukaan bumi ditutupi air dengan volume sekitar
1.385.984.610 km3. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah
tersebut yang benar-benar dapat dimanfaatkan, yaitu sekitar
0,003%.
Siklus hidrologi adalah merupakan suatu sistem pergerakan air di
bumi dan ruang atmosfer yang melibatkan beberapa komponen
membentuk suatu sistem yang disebut siklus hidrologi, dimana
proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan
klimatologis. Siklus hidrologi yang merupakan suatu sistem terdiri
atas komponen masukan (input) antara lain presipitasi, dan
infiltrasi. Komponen keluaran (output) terdiri dari aliran air
permukaan, dan aliran air tanah. Komponen ketiga adalah
simpanan (storage) yang dapat berupa air tanah dangkal dan alam.
Ketiga komponen ini selalu berubah-ubah atau bersifat dinamis,
A. PENDAHULUAN
Pengelolaan Suber Daya Air (PSDA), terjadi pada suatu wilayah air
yakni Daerah Aliran Sungai (DAS), Wilayah Sungai (WS) dan
Cekungan Air Tanah (CAT). Karakteristik DAS, WS dan CAT pada
satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki kekhasan dan keunikan
tersendiri, yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya iklim,
topografi, letak geografis, morfologi tanah dan batuan, penutupan
lahan dan lain sebagainya.
Air DAS adalah air yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi
oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang
jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Air pada DAS merupakan
aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama
berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan
laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke
laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan
(sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan
dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap
ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan
permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas
permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk
Menurut Asdak (2002) Secara biogesik, daerah hulu dicirikan oleh hal-
hal sebagai berikut:
Keterkaitan biofisik antara daerah hulu dan hilir suatu DAS dapat
ditunjukan seperti Gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3.3. Hubungan biofisik daerah hulu dan hilir suatu DAS
(Brooks et al, 1989 dalam Asdak, 2002 dengan
modifikasi Penulis)
Para ahli hidrologi dan sumber daya air membedakan daerah aliran
sungai berdasarkan pola alirannya. Pola aliran tersebut dipengaruhi
oleh geomorfologi, topografi, dan bentuk wilayah, yakni terdiri dari
corak bulu burung, corak radial, dan corak pararel.
3) Corak pararel, memiliki dua jalur sub daerah aliran sungai yang
sejajar dan bergabung di bagian hilir. Memiliki resiko banjir
yang cukup besar di titik hilir aliran sungai.
Sistem alur sungai (gabungan antara alur badan sungai dan alur
sempadan sungai) merupakan sistem river basin yang membagi DAS
menjadi sub-DAS yang lebih kecil. Oleh karenanya segala sesuatu
perubahan yang terjadi di DAS akan berakibat pada alur sungai. Alur
sempadan sungai didefinisikan sebagai alur pinggir kanan dan kiri
Guna lebih mengetahui secara detail tentang sungai maka dibuat zona
memanjang maupun melintang. Tampang memanjang merupakan
zonasi makro dari hulu sampai ke hilir dan tampang melintang adalah
zonasi mikro dari daerah bantara sisi sungai yang satu sampai bantaran
sisi yang lainnya.
Zona memanjang pada umumnya diawali dengan kali kecil dari mata
air di daerah pegunungan, kemudian sungai menengah di daerah
peralihan antara pegunungan dan dataran rendah, dan selanjutnya
sungai besar pada dataran rendah sampai di daerah pantai. Dari literatur
morfologi sungai, pada umumnya ditemukan tiga pembagian zona
sungai memanjang yakni sungai bagian hulu "upsteram", bagian
tengah "middle-stream", dan bagian hilir "downstream". Dari hilir
sampai ke hulu ini dapat ditelusuri perubahan-perubahan komponen
sungai seperti kemiringan sungai, debit sungai, temperatur, kandungan
Pada zona sungai secara melintang dapat dibedakan menjadi tiga zona,
yaitu zona akuatik (badan sungai), zona amphibi (daerah tebing sungai
sampai pertengahan bantaran) dan zona teras sungai (daerah
pertengahan bantara yang sering tergenang air saat banjir sampai batas
luar bantaran yang hanya kadang-kadang kena banjir). Kondisi biotik
dan abiotik dari ketiga zona ini dipengaruhi oleh lama, ketinggian, dan
frekuensi banjir yang ada. Banjir (tinggi genangan) merupakan faktor
dominasi yang mempengaruhi perubahan kualitas dan kuantitas habitat
serta morfologi sungai. Gambar dibawah ini menunjukkan contoh
hubungan antara garis muka air dan vegetasi pinggir sungai yang ada.
Dalam UU Sumber Daya Air daerah aliran air tanah disebut Cekungan
Air Tanah (CAT) atau groundwater basin. Definisi CAT adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan
air tanah berlangsung.
B.4 RANGKUMAN
1. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
2. WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-
pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000
km2. Atau, kesatuan wilayah pengelolan sumber daya air
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, S (2012): Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press.
Bogor
2. Arwin (2009): Perubahan Iklim, Konversi Lahan dan Ancaman
Banjir dan Kekeringan di Kawasan Terbangun - Pidato Guru
Besar di Majelis Guru Besar ITB Bandung, disampaikan pada
rapat majelis guru besar ITB Bandung pada tanggal 27 Februari
2009.
3. Asdak, C. (2002): Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
4. http://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2016/09/10/daerah-aliran-
sungai/ diunduh tanggal 27 September 2017
5. Keppres No. 26 Tahun 2011 tentang CAT
Kunci
Hanya menjadi acuan jawaban, tidak menjadi rumusan yang baku,
bisa dilakukan pengembangan sesuai pendapat orisinal dari
mahasiswa/pembaca.
A. PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting dalam PSDA berkelanjutan adalah iklim.
Iklim di Indonesia secara umum adalah iklim tropis basah, namun pada
sebagian daerah beriklim tropis kering. Iklim merupakan salah satu
faktor kunci dalam pengelolaan sumber daya air, disamping faktor
penutupan lahan, karena iklim secara langsung mempengaruhi siklus
hidrologi dimana perputaran air di bumi ini terjadi.
Bagian ini akan membahas tentang Iklim dan PSDA, yang terdiri dari
beberapa bagian bahasan, yakni: iklim di Indonesia, serta perubahan
dan variabilitas Iklim, pengaruh dan kekeringan dan contoh kasus iklim
di Kupang.
Capaian pembelajaran yang akan dicapai setelah mahasiswa
mempelajari buku ajar ini adalah:
1) Mampu menjelaskan tentang tipe iklim di Indonesia.
2) Mampu membedakan dan menjelaskan tentang variabilitas
iklim dan perubahan iklim
3) Mampu menjelaskan tentang peranan iklim dalam menentukan
model pengelolaan sumber daya air berkelanjutan.
B. PENYAJIAN
B.1. IKLIM DI INDONESIA
Iklim adalah kondisi cuaca dalam suatu periode yang panjang,
sedangkan musim terjadi karena adanya perbedaan jumlah sinar
Pola iklim dan curah hujan di Indonesia memiliki variasi yang berbeda
secara spasial (Aldrian dan Susanto, 2003), hal ini disebabkan karena
wilayahnya yang berupa kepulauan dan berada pada daerah tropis
(Tjasyono dan Bannu, 2003; BPS, 2014). Keunikan iklim dan pola
hujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh letaknya yang berada diantara
dua samudera dan dua benua, karena itu tidak semua wilayah Indonesia
mempunyai pola hujan yang sama (Boerema, 1928; Aldrian dan
Susanto, 2003).
Secara statistik, iklim juga mencakup tidak hanya nilai rata-rata, tetapi
juga variasi besaran dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga tahun ke
tahun. Iklim dalam arti yang sempit dapat juga didefinisikan sebagai
kondisi cuaca rata-rata, atau gambaran statistik dalam menyatakan
rata-rata dan variabilitas nilai/ukuran yang terkait pada periode tertentu
yang berkisar dari beberapa bulan, ribuan sampai jutaan tahun
(Lakitan, 1994; IPCC, 2007). Iklim suatu wilayah sangat dipengaruhi
oleh garis lintang rendah (tropis), menengah (sedang), atau tinggi
(kutub), topografi dan ada tidaknya badan air (laut, danau, atau sungai).
Wilayah yang berlokasi di garis lintang rendah (wilayah tropis) akan
menerima radiasi matahari maksimum hampir sepanjang tahun;
Wilayah yang berlokasi di garis lintang menengah akan menerima
radiasi matahari maksimum selama tiga bulan dalam setahun, sehingga
menyebabkan terjadinya empat musim, dingin, semi, panas, dan gugur.
Sementara di lintang tinggi dapat dikatakan tidak pernah menerima
radiasi matahari maksimum sepanjang tahun (Matthews, 2005 dalam
Kodoatie dan Sjarief, 2010)
A. PENDAHULUAN
B.1.1 Pengertian
Air permukaan secara alami terisi melalui presipitasi dan secara alami
berkurang melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan
sehingga menjadi air bawah tanah. Air permukaan merupakan sumber
terbesar untuk air bersih.
1) Sungai
Secara umum sungai adalah kumpulan air yang bergerak pada saluran-
saluran yang terbentuk secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah hingga akhirnya sampai ke laut. Hulu sungai
biasanya merupakan mata air yang memancarkan air yang makin lama
menyatu dan membentuk sungai. Daerah hulu sungai biasanya tidak
terlalu dalam dan arus pada daerah ini biasanya deras.
2) Danau
3) Rawa
Water harvesting yang berarti pemanenan air atau lebih dikenal dengan
istilah penyadapan air, merupakan salah bidang dalam konservasi air.
Konsep ini didasarkan asumsi bahwa suatu bagian lahan tertentu lebih
berharga diberi air daripada bagian lainnya.
4. Pengolahan Tanah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, S (2012): Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press.
Bogor
2. Indarto (2011): Hidrologi Operasional, Penerbit Andi, Yogjakarta.
3. Kodoatie, R.J., dan Sjarief, R. (2010): Tata Ruang Air, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
4. Totok, S. 2006. Teknologi Penyedian Air Bersih. Jakarta : Rineka
Cipta.
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
A. PENDAHULUAN
Selain air permukaan, maka sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk menunjang aktivitas kehidupannya adalah air tanah. Air
tanah terdapat di bawah permukaan tanah baik berada di daratan
maupun di bawah dasar laut, mengikuti sebaran karakteristik tempat
keberadaannya yaitu dalam lapisan tanah atau batuan pada cekungan.
Bagian ini akan membahas mengenai air tanah, yang terdiri dari:
pengertian air tanah, zonasi air tanah, jenis-jenis air tanah, aspek
pengelolaan air tanah dan kebijakan pengelolaan air tanah di Indonesia.
B. PENYAJIAN
Para ahli mengatakan bahwa air tanah adalah bagian air yang berada
pada lapisan di bawah permukaan tanah atau air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan. Definisi yang lain
menyebutkan bahwa air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap
di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/ penambahan
secara terus menerus oleh alam (Kodoatie dan Sjarief, 2010; UU SDA
No. 7/2004; Hadisusanto, 2010); Soewarno, 2000).
Air tanah berasal dari air hujan, laut, atau magma. Air tanah yang
berasal dari air hujan (air meteorit) disebut air vados atau air tua. Air
ini mengandung air berat (H3) atau tritium. Tritium ialah suatu unsur
yang terbentuk pada atmosfer dan terdapat di dalam tanah karena
turunbersama-sama dengan air hujan.
Air tanah yang berasal dari laut juga terdapat di daerah pantai dan
kemungkinan air tanah ini asin. Air tanah yang berasal dari magma
disebut air juvenil. Air juvenil belum mengalami siklus hidrologi. Air
ini merupakan air baru yang ditambahkan pada zone kejenuhan dari
kulit bumi yang dalam. Air yang berasal dari magma itu belum tentu
berbentuk air, tetapi dapat berbentuk hidrogen (H) dan oksigen (O2).
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap melalui berbagai media
peresapan, antara lain sebagai berikut.
Kedalaman air tanah tidak sama pada setiap tempat. Hal itu tergantung
pada tebal tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan
lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air pada sumur-sumur yang
digali merupakan cerminan kedalaman air tanah pada suatu tempat.
Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air itu disebut
permukaan preatik.
Manfaat air tanah bagi kehidupan, antara lain: (a) merupakan bagian
yang penting dalam siklus hidrologi, (b) menyediakan kebutuhan air
bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, (c) merupakan persediaan air
bersih secara alami, (d) untuk keperluan hidup manusia (minum,
memasak dan mencuci), (e) untuk keperluan industri (industri tekstil
dan industri farmasi), dan (f) untuk irigasi pada sektor pertanian
1) Zona air berudara (zone of aeration). Zona ini adalah suatu lapisan
tanah yang mengandung air yang masih dapat kontak dengan
udara. Pada zona ini terdapat tiga lapisan tanah, yaitu lapisan air
tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi air gravitasi dan
lapisan kapiler yang berisi air kapiler
2) Zona air jenuh (zone of saturation). Zona ini adalah suatu lapisan
tanah yang mengandung air tanah yang relatif tak terhubung
dengan udara luar dan lapisan tanahnya atau aquifer bebas.
1) Air Tanah Freatik. Air Tanah Freatik adalah air tanah dangkal,
contohnya air sumur yang terletak di antara air permukaan dan
lapisan kedap air (impermeable). Kualitas air tanah dangkal sangat
rendah khususnya pada daerah urban, dan kontinuitasnya sangat
tergantung musim. Hal-hal yang perlu diketahui dalam pembuatan
sumur dangkal adalah: (a) Sumur harus diberi tembok rapat air 3
m dari muka tanah, agar pengotoran oleh air permukaan dapat
dihindarkan, (b) sekeliling sumur harus diberi lantai rapat air
selebar 1-1,5 m untuk mencegah terjadinya pengotoran dari luar,
(c) pada lantai (sekelilingnya) harus diberi saluran pembuangan air
kotor, agar air kotor dapat tersalurkan dan tidak akan mengotori
sumur ini, (d) pengambilan air sebaiknya dengan pipa kemudian
air dipompa ke luar, dan (e) pada bibir sumur, hendaknya diberi
tembok pengaman setinggi 1m.
5) Air Fosil (Konat). Air Fosil (Konat) adalah air tanah yang terjebak
pada pori-pori batuan pada saat batuan tersebut terbentuk. Air
tanah dapat berasal dari air tawar atau air laut dan bermineral
tinggi.
a) Air mengandung zat besi. Air dengan kandungan zat besi tinggi
akan menyebabkan air berwarna kuning. Pertama keluar dari kran,
air nampak jernih namun setelah beberapa saat air akan berubah
warna menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena air yang berasal
dari sumber air sebelum keluar dari kran berada dalam bentuk ion
Fe2+, setelah keluar dari kran Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+
yang berwarna kuning.
Macam-macam air tanah juga dapat dibedakan atas air bawah tanah,
geiser, travertine dan sungai bawah tanah, sebagai berikut:
a) Air bawah tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah
yang tidak kedap air (preatis) dan air tanah dalam yang kedap air
(artesis). Contoh air preatis adalah air sumur.
b) Geiser adalah mata air dari dalam tanah yang menyemburkan uap
dan air panas ke atas pada waktu-waktu tertentu. Pemanasan air ini
berasal dari dalam bumi. Air tanah yang mencapai daerah panas
bumi akan berubah menjadi uap air, karena uap air mempunyai
kekuatan yang berupa tekanan, maka jika tekanannya sudah cukup
tinggi, akan menyembur lepas ke permukaan bumi, jika persediaan
air tanah dan panas buminya sudah habis, maka geiser akan
berhenti. Geiser banyak terdapat di Eslandia, Selandia Baru dan
Taman nasional Yellowstone, USA. Di Indonesia juga ada sumber-
sumber air yang memancarkan air panas ke permukaan bumi,
misalnya di Cisolok dekat Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) dan di
Kuwu, Purwodadi (Jawa Tengah).
c) Travertin adalah endapan kalsium karbonat (CaCo3) yang
dihasilkan oleh mata air. Pada umumnya mata air travertin
mengandung gamping. Contoh travertin di Indonesia terdapat di
Pegunungan seribu Jawa Tengah dan Ciater Jawa Barat.
d) Sungai Bawah Tanah. Air hujan yang masuk ke dalam tanah
melalui lubang-lubang dan mengalir di bawah permukaan tanah di
Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan
batuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut terdapat dua jenis lapisan
batuan utama, yaitu lapisan kedap (impermeable) dan lapisan tak kedap
air (permeable).
Gambar 6.1. Muka air tanah freatik (water table) yang menjadikan
kedaiaman air tanah berbeda-beda di beberapa tempat
(Sumber: Google Image)
Untuk lapisan tanah pada air tanah terdapat dua jenis lapisan, yaitu
lapisan kedap air dan lapisan tidak kedap air.
b) Lapisan Tak Kedap Air (permeable). Kadar pori lapisan tak kedap
air cukup besar maka kemampuan untuk melewatkan air juga
besar. Air hujan yang jatuh akan terus meresap ke bawah dan
berhenti di suatu tempat yang telah tertahan oleh lapisan kedap.
Yang termasuk lapisan tembus air antara lain pasir, padas, kerikil,
dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempat-tempat
persediaan air yang baik. Bagian atas dari tubuh air ini disebut
permukaan preatik, yang tinggi permukaannya dinyatakan oleh
tinggi air tanah dalam sumur. Air tanah yang berada pada lapisan
berpori dan yang terletak di antara kedua lapisan yang kedap air
disebut air preatis. Air preatis dapat menimbulkan gejala-gejala
berupa: sungai bawah tanah di daerah kapur, mata air, mata air
artesis, geyser, dan travertin.
Air tanah freatik terdapat pada formasi lapisan batuan porous yang
menjadi pengikat air tanah dengan jumlah cukup besar. Kedalaman
lapisan freatik tergantung pada ketebalan lapis-lapis batuan di atasnya.
Jika lapisan freatik menjumpai retakan atau patahan maka air akan
keluar ke permukaan dan awalnya sering membawa endapan air.
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya
terbatas. Keberadaan air tanah tergantung pada lingkungan vegetasi di
sekitar lokasi yang mempengaruhi adanya reservoir (tampungan) di
dalam tanah. Pada musim kemarau, suatu lokasi yang terdapat sumber
air tanah dapat mengalami kekurangan air, tetapi pada musim hujan
terkena banjir. Salah satu masalah yang mungkin timbul adalah apakah
air yang disimpan tersebut masih berada dalam reservoir yang kita
inginkan atau barangkali sudah berpindah (migrasi) ke tempat lain.
Secara alamiah, kualitas air tanah dipengaruhi oleh susunan kimia
batuan yang dilalui selama proses peresapan. Kualitas air tanah
Tiga aspek dalam pengelolaan air bawah tanah yang tidak boleh
dilupakan yakni aspek pemanfaatan, aspek pelestarian dan aspek
pengendalian.
1) Aspek pemanfaatan. Hal ini biasanya terlintas dalam pikiran
manusia jika berhubungan dengan air. Baru setelah terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan air yang tersedia,
maka manusia mulai sadar atas aspek yang lain.
2) Aspek pelestarian. Agar pemanfaatan tersebut bisa
berkelanjutan, maka air perlu dijaga kelestariannya baik dari
segi jumlah maupun mutunya. Menjaga daerah tangkapan
hujan dihulu maupun daerah penambilan merupakan salah satu
bagian pengelolaan. Sehingga perbedaan debit air musim
kemarau dan musim hujan tidak besar. Demikian pula menjaga
air dari pencemaran limbah.
3) Aspek Pengendalian. Perlu disadari bahwa selain memberi
manfaat, air juga memiliki daya rusak fisik maupun kimiawi
akibat ulah manusia. Oleh karena itu dalam pengelolaan air
tanah tidak boleh dilupakan adalah pengendalian terhadap
daya rusak yang berupa pencemaran air tanah.
B.6. RANGKUMAN
1. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah.
2. Untuk menjaga agar kelestarian air tanah tetap terjamin, maka
perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.
a. Konsep reduce (menghemat) yaitu penggunaan air tanah yang
diatur sesuai kebutuahan.
b. Konsep reuse (menggunakan) yaitu menggunakan air tanah
yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan serta
penggunaan lahan dalam suatu daerah aliran sungai harus
diperhitungkan dampak dan manfaatnya.
c. Konsep recovery (memfungsikan) yakni memfungsikan
kembali tampungan-tampungan air dengan cara melestarikan
keberadaan situ dan danau serta menjaga fungsi hutan agar
tidak menimbulkan ketimpangan tata air.
d. Konsep recycle (mengelolah) adalah mengolah air limbah
menjadi air bersih dengan menggunakan metode kimiawi
sehingga layak digunakan lagi dan memperketat pelaksanaan
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) khususnya
terhadap air tanah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, S (2012): Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press.
Bogor
2. Asdak, C. (2002): Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
3. Keppres No. 26 Tahun 2011 tentang CAT
4. Kodoatie, R.J., dan Sjarief, R. (2010): Tata Ruang Air Tanah,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
5. Undang-Undang No. 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
6. Pengelolaan Air Tanah Di Indonesia: Konservasi Air Tanah
Berbasis Cekungan Air Tanah (Permen Esdm No. 02 Tahun 2017
Tentang Cekungan Air Tanah Di Indonesia).
http://www.bgl.esdm.go.id/index.php/berita-terkini/660-
pengelolaan-air-tanah-di-indonesia-konservasi-air-tanah-
berbasis-cekungan-air-tanah-permen-esdm-no-02-tahun-2017-
tentang-cekungan-air-tanah-di-indonesia
7. Permen ESDM Nomor 02 Tahun 2017 tentang CAT.
C. PENUTUP
C.1. LATIHAN
Baca secara berulang dan cermat mengenai bahasan mengenai
”Pengelolaan Air Tanah” yang telah dipaparkan di atas serta dalami
melalui Daftar Pustaka yang telah dicantumkan atau referensi ilmiah
lainnya. Diskusikan bersama teman dan/atau dosen mengenai hal-hal
yang kurang dimengerti.
C.2. TES DAN KUNCI
Tes
Bacalah secara rinci soal di bawah ini dan jawablah secara tepat.
1) Kemukakan pendapat anda tentang kelebihan dan kekurangan
pemanfaatan air tanah bagi kebutuhan manusia.
2) Bagaimana dampak yang bisa ditimbulkan apabila pemanfaatan
air tanah menjadi tidak terkendali?
3) Bagaimana konsep pengelolaan air tanah yang berkelanjutan?
Kunci
Hanya menjadi acuan jawaban, tidak menjadi rumusan yang baku,
bisa dilakukan pengembangan sesuai pendapat orisinal dari
mahasiswa/pembaca.
A. PENDAHULUAN
B. PENYAJIAN
B.1. Pengertian dan Masalah Global Penyediaan Air Bersih
B.1.1. Pengertian
Menurut PP RI Nomor 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM), air minum adalah air minum rumah tangga yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan
air bersih adalah air yang dapat digunakan oleh manusia untuk
keperluan sehari-harinya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih dapat berasal dari air
hujan, air permukaan, dan air tanah.
B.1.2. Masalah Global Mengenai Air Bersih
Kebutuhan air baku untuk air minum di berbagai daerah di
Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun,
hal ini dikarenakan pertambahan penduduk dan meningkatnya
kebutuhan manusia dalam aktifitasnya. Sangat vitalnya kebutuhan air
minum bagi masyarakat sehingga Komite PBB untuk Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya, telah mendeklarasikan bahwa “akses terhadap air
merupakan sebuah hak dasar bagi manusia”. Untuk itu pembangunan
air minum bukan saja merupakan salah satu agenda nasional namun
juga menjadi agenda dunia dengan dicanangkannya deklarasi
Millenium Development Goals (MDGs). Target MDGs bidang air
minum tahun 2015 yakni proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap sumber air minum layak perdesaan sebesar
65,81% dan untuk perkotaan sebesar 75,29% (Messakh, dkk. 2015;
1. Persyaratan Kualitas.
2. Persyaratan Kuantitas.
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau
maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air
bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan,
kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak
dapat dipenuhi pada setiap penduduk di desa, sehingga untuk
menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan
cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi
(kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang
berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air
bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang
akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas
dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal.
2. Sistim Perpipaan
Hirarki pipa ini secara hidrolis terisolasi. Hal ini berarti air dari hirarki
yang lebih tinggi terkendali alirannya ke hirarki yang lebih rendah.
Dengan demikian tekanan air di pipa induk akan lebih tinggi dari yang
ada di pipa retikulasi dan pengaturannya antara kedua jenis pipa ini
dilakukan oleh katup (valve) atau valve pengatur tekanan (pressure
reducing valve). Katup (valve) adalah sebuah perangkat yang
mengatur, mengarahkan atau mengontrol aliran dari suatu cairan
dengan membuka, menutup, atau menutup sebagian dari jalan
alirannya. Sedangkan debit air yang mengalir di pipa mengalir secara
satu arah yaitu pipa induk ke pipa retikulasi. Untuk itu antara pipa
induk dan pipa sekunder selain dilengkapi dengan katup (valve)
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk sarana
dan prasarana daerah yang teridentifikasi ada atau bakal ada
berdasarkan rencana tata ruang. Sarana dan prasarana berupa
kepentingan sosial/umum seperti untuk pendidikan, tempat ibadah,
kesehatan, dan juga untuk keperluan komersil seperti untuk perhotelan,
kantor, restoran dan lain-lain. Selain itu juga keperluan industri,
pariwisata, pelabuhan, perhubungan dan lainlain.
Keterangan :
Qr = kebutuhan air rata –rata
Qd= kebutuhan air untuk keperluan domestik(ltr/dtk).
Qnd = kebutuhan air untuk keperluan non domestik(ltr/dtk).
Qprod = Qm + Qh ….…...............................(2.5)
Keterangan:
Qprod = Kapasitas produksi (liter/detik).
Qm = Kapasitas air hari maksimum (liter/detik).
Qh = Kehilangan air (liter/detik).
5. Kehilangan Air
Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada
dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubah-ubah untuk
setiap waktu menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami
perubahan naik dan turun atau dapat disebut berfluktuasi.
B.4. RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
1. BPPSPAM (2013): Kinerja PDAM wilayah 2 tahun 2013. Jakarta
2. Depkimpraswil (2003): Standar Kebutuhan Air Minum.
Depkimpraswil, Jakarta
3. Ditjen Cipta Karya DPU-RI (2000). Pedoman/Petunjuk Teknik dan
Manual SPAM Perkotaan. Ditjen Cipta Karya DPU, Jakarta.
4. Ditjen Cipta Karya DPU-RI (2002): Standar Fasilitas Perkotaan.
Ditjen Cipta Karya DPU, Jakarta.
5. Domene E, and Sauri D 2006. Urbanisation and water
consumption: Influencing Faktors in the Metropolitan Region of
Barcelona. Sage Journals 43 9
6. Joko, T. (2010): Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air
Minum. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
7. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2010. Peta
Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia. BAPPENAS, Jakarta.
8. Kim S H, Choi S H, Koo J Y, Choi S I, and Hyun I H 2007. Trend
analysis of domestik water consumption depending upon sosial,
cultural, economic parameters. Water Science and Technology
Water Supply. 7(5-6) 61-8.
9. Kodoatie, R.J., dan Sjarief, R. (2010): Tata Ruang Air, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
10. Linsley, R.K., Franzini, J.B., dan Sasongko, J. (1994): Teknik
Sumber Daya Air – Jilid 1, Penerbitv Erlangga, Jakarta.
11. Messakh J J, Arwin, Hadihardaja I K., dan Chalik A A (2015b): A
study on fulfillment of drinking water need of people in semi-arid
areas in Indonesia. Journal of People and Environment. 22 (3) 271-
80
12. Messakh J J. (2017): Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan
Jumlah Pemakaian Air Bersih Rumah Tangga Dari Jaringan
C. PENUTUP
C.1. LATIHAN
Baca secara berulang dan cermat mengenai bahasan mengenai
”Pengelolaan Air Minum/Bersih” yang telah dipaparkan di atas serta
dalami melalui Daftar Pustaka yang telah dicantumkan atau referensi
ilmiah lainnya. Diskusikan bersama teman dan/atau dosen mengenai
hal-hal yang kurang dimengerti.
C.2. TES DAN KUNCI
Tes
Bacalah secara rinci soal di bawah ini dan jawablah secara tepat.
1) Jelaskan tentang perbedaan antara air bersiih dan air minum.
2) Jelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
air bersih oleh manusia.
Kunci:
1) Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan air bersih
adalah air yang dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan
sehari-harinya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air bersih dapat berasal dari air
hujan, air permukaan, dan air tanah.