Anda di halaman 1dari 12

Elektronika Telekomunikasi 1

Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik


Politeknik Negeri Medan

Penguat Kelas B Push Pull

Rangkaian dasarnya, Gambar 5.27

Gambar 5.27. Rangkaian Penguat kelas B Push Pull

Penguat kelas B ini memanfaatkan teknik push-pull, dua transistor yang bekerja
saling komplementer. Kedua transistor tersebut berbeda tipe namun karakteristiknya
sama atau matched.

Untuk :
V s > 0; Q1 konduksi, Q2 cut-off
84
iC1 mengalir dari VCC Q1 RL VCC1
Vo < 0 : Q1 cut off, Q2 konduksi
iC2 mengalir dari VCC RL Q2 VCC2
Vo > 0 ;
Arus mengalir di beban, IL = IC2 -IC1. Jika nilai puncak Vce1, sebesar Vp, maka arus IC1
adalah
Vp
I p=
RL
Bentuk sinyalnya ditunjukkan oleh Gambar 5.28.
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

Gambar 5.28. Bentuk sinyal


Kedua transistor sepasang (parameternya matched ) , daya keluaran : (untuk sinyal sinus)
V p I p V 2p
Po =V eff I eff = = (5.46)
√2 √2 2 R L

Tugas : (Kumpulkan sebelum mulai kaliah berikutnya)


Buatlah rangkaian ekivalen Gambar 5.27, tentukanlah nilai
a. Ai ( f )CB

b. A v ( f )CB

c. Ai ( f )CE , dan

d. A v ( f )CE.

d. Penguat Daya Kelas C

Penguat Daya kelas C hanya membutuhkan 1 transistor supaya dapat bekerja


dengan baik, tidak seperti pada penguat kelas B yang membutuhkan 2 transistor. Penguat
Daya kelas C memang dirancang khusus untuk menguatkan sinyal hanya 1 fasa positif
saja dan beberapa aplikasi memang hanya memerlukan 1 fasa positif saja. Contohnya
adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan
sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada fasa positif saja, bahkan

85
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya
bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C
adalah seperti pada rangkaian berikut ini.

Gambar 5.28. Penguat daya kelas C

Rangkaian penguat daya kelas C juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor
memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L-C pada rangkaian
tersebut akan beresonansi dan ikut berperan penting dalam mereplika kembali sinyal
masukan menjadi sinyal keluaran dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi
umpan balik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada pemancar.
penguat daya kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat
fidelitasnya lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan
dari penguat jenis ini. Prinsip kerja penguat daya Kelas C, arus keluaran akan mengalir
pada kolektor, kurang dari 180° pada setiap s iklusnya (tidak sinusoida), ada rangkaian

tangki resonansi, LC seperti ditunjukkan pada gambar 5.28.diatas. Rangkaian tangki


resonansi LC paralel, memiliki frekuensi resonansi sebesar:

1
fr≅ (5.47)
2 π √L C
Pada saat sinyal masukan sesuai pada frekuensi, fr , tegangan keluaran akan maksimum
dan bersifat sinusoida, dengan penguatan tegangan sebesar Amax. Untuk menganalisa
rangkaian ini, pertama-tama dibuat rangkaian ekivalen DC. Selanjutnya dilakukan
pembuatan garis beban ditunjukkan pada gambar berikut.

86
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

Rangkaian Elivalen DC Dan Garis Beban Penguat Daya kelas C

Gambar 5.29. Rangkaian ekivalen dan garis beban penguat daya kelas C.

Transistor pada penguat daya kelas C tidak membutuhkan pem-bias-an VBE = 0 ;  IC = 0


untuk sinyal masukan < 0,7 V. Titik Q akan cutt-off pada garis beban. RS, tahanan
kolektor DC (resistansi induktor RF);  garis beban relatif vertikal karena RS kecil. Pada
penguat daya kelas C seperti ditunjukan pada gambar 5.29. diatas berlaku rumus sebagai
berikut

V CE
I C(sat) =I CQ + (5.48)
rc

dan

V CE(cut )=V CEQ + I CQ r c (5.49)

Pada penguat kelas C, ICQ = 0 dan VCEQ = VCC, sehingga:

V CC
I C(sat) = (5.50)
rc

dan

V CE(cut )=V CC (5.51)


Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

87

Sebagaimana ditunjukkan oleh garis beban di atas, dengan r c : tahanan kolektor AC. Jadi
pada penguat daya kelas C berayun tegangan sebesar VCC dan arus saturasi sebesar VCC/rc.
Sebagai contoh penguat daya kelas C ditunjukkan oleh gambar 5.30.

Gambar 5.30. Contoh penguat daya kelas C

Ciri khas karakteristik Penguat Daya kelas C :

 Efisiensi : η = 85%, 15% panas


 Linieritas paling jelek
 Terdapat potongan sinyal >180 derajat

Penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan
hanya puncak-puncak sinyal saja. Penguat ini tidak memerlukan fidelitas, tetapi
memerlukan frekuensi kerja sinyal saja sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal.
Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Penguat ini sering ditambahkan
sebuah rangkaian resonator LC untuk membantu kerja penguat.
Tugas : Kerjakan hari ini, kumpulkan melalui WA paling lambat Jam.
15.00

1. Rancanglah sebuah atenuator konfigurasi T dan  simetris dengan IL = 6 dB dan


R0 = 600 Ω.
2. Suatu rangkaian resonansi RLC seri memiliki faktor Qs = 20 yang di-tuned pada
resonansi 1,2 MHz. Nilai kapasitansi tuning adalah 100 pF.
Hitung : a. Tahanan
b. Induktasi, dan
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

c. B3dB
88
3. Pada soal no. 2 diatas, apabila komponennya disusun resonansi RLC paralel,
hitunglah B3dB.
4. Hitunglah dalam bentuk Kartesian ( Z = a + j b)
3− j 4
a. Z = b. Z = ( 2− j2 )(−4+ j3 ) c. Z = 10←25o
2+ j2
5. Suatu rangkaian resonansi transformator frekuensi tinggi, Cp sisi primer, diketahui
frekuensi 1,125 MHz, Rp = Rs = 5 Ω, Lp = 75 µH, Ls = 50 µH, k = 0,01 dan R L =
50 kΩ
Hitunglah :
a. Cp,
b. Qtotal,
c. B3dB, dan
d. R’D.
5. Pada soal no.4 diatas, apabila Cp dipindahkan ke sisi sekunder menjadi Cs,
hitunglah B3dB, dan R’D.

6. Suatu penguat dengan rangkaian pada gambar 5.10, sebagai penguat CE, diketahui
gm = 20 mS pada frekuensi resonansi dan tahanan konduktansi keluaran, Ro = 100
kΩ diparalel dengan kapasitansi penguat, Co = 10 pF. Penguat dikopling dengan
transformator, induktansi primer, Lp = 100 µH, induktansi sekunder, Ls = 75 µH,
koefisien kopling, k = 0,01, tahanan primer, Rp = Rs = 10 Ω. Pada transformator
tersebut, primernya di-tuning oleh kapasitor, Cp = 50 pF dan sekunder dibebani
oleh tahanan beban, RL = 10 kΩ.

Hitunglah :

(a) Frekuensi resonansi, fo,

(b) Q total.

(c) B3dB, dan

(d) Penguatan tegangan pada saat resonansi, Av0


Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

89

e. Osilator

e.1. Pendahuluan

Osilator adalah suatu alat gabungan dari elemen aktif dan pasif untuk
menghasilkan bentuk gelombang sinusoidal atau bentuk gelombang periodik
lainnya. Suatu osilator memberikan tegangan keluaran dari suatu bentuk
gelombang yang diketahui tanpa penggunaan sinyal masukan dari luar.
(Chattopadyay, D. 1984: 256).

Untuk membuat sebuah osilator sinusoidal, membutuhkan penguat


tegangan umpan balik positif. Gagasannya ialah menggunakan sinyal umpan-balik
sebagai sinyal masuk. Dengan perkataan lain, sebuah osilator adalah sebuah
penguat yang telah diubah dengan umpan-balik positif sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memberikan sinyal masuk. Rangkaian ini hanya mengubah
energi DC dan catu daya menjadi energi AC. (Barmawi, Malvino. 1985: 217)

Gambar 5.31. Prinsip Osilator

e.2. Osilator Umpan Balik Positif

Osilator umpan balik positif termasuk jenis umum digunakan. Bentuk umum
osilator ini ditunjukkan oleh gambar 5.32.

Persamaan umum rantai loop (gain loop), Av,


Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

A v =|GH|<θ (5.52)

90

Gambar 5.32. Osilator sebagai suatu penguat umpan balik positif

dimana : G = gain penguat

H = besaran umpan balik positif

θ = sudut fasa (rad) = n3600

Kriteria Barkhausen menyatakan keadaan yang memenuhi syarat terjadi osilasi adalah

(a) Gain bersih disekitar loop tertutup, A v ≥ 1, dan

(b) pergeseran fasa bersih, θ=2 πn, atau kelipatan 3600

Gain keseluruhan rangkaian adalah

G
A v= (5.53)
1−GH

e.3. Osilator Penggeser Fasa RC

Jenis osilator ini merupakan penerapan langsung dari kriterian Barkhausen.


Rangkaian dasarnya ditunjukkan oleh gambar 5.33.

Setiap komponen RC akan menghasilkan penggeser fasa yang diperlukan. Rangkaian RC


tersusun secara kaskade dengan konstanta waktu, T =2 πRC yang sama. Sewaktu osilasi,
setiap bagian RC mengalami pergeseran fasa 1800, sehingga frekuensi osilasi menjadi :
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

1
f= (Hz) (5.54)
2 π √ 6 RC

91

Gambar 5.33. Osilator Penggeser Fasa

dan gain total adalah

Vo 1
| A v|=| | =
V i 29

e.4. Osilator LC di Tuning (Tala)

Osilator LC di Tuning (Tala) ini menggunakan komponen umpan balik rangkaian


LC. Komponen L sulit dirancang, maka disini menggunakan suatu transformator
frekuensi tinggi yang dihubung ke umpan balik. Rangkaian umum ditunjukkan oleh
gambar 5.34.
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

Gambar 5.34. Osilator LC dituning

92

Rangkaian ekivalen hybrid dapat ditunjukkan oleh gambar 4, dan penyederhanaannya


gambar 5.35

Gambar 5.35. Rangkaian ekivalen osilator LC

Gambar 5.36. Penyederhanaan rangkaian olsilator LC


Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

Berdasarkan kriteria Barkhausen, frekuensi osilasi adalah

1
f (Hz)
2 π √ LpC
(5.55)

dan syarat gain total adalah

L Lp
| A v|≥ Mp = (5.56)
k ❑√ L p Ls

93

e.5. Jenis Osilator

Osilator merupakan peralatan penting dalam komunikasi radio. Pada dasarnya


osilator merupakan penguat sinyal dengan umpan balik positif dimana
rangkaian resonansi sebagai penentu frekuensi osilator. (Malvino, Barmawi,
1985: 225)

Osilator ialah rangkaian yang dapat menghasilkan sinyal output tanpa


adanya sebuah sinyal input yang diberikan. Keluaran osilator bisa berupa bentuk
sinusoida, persegi, dan segitiga. Osilator berbeda dengan penguat, karena penguat
memerlukan syarat untuk menghasilkan syarat keluaran, dalam osilator tidak ada
syarat masukan melainkan ada syarat keluaran saja. (Susanti, Eka. 2014: 48)

Macam-macam osilator sebagai berikut :

1. Osilator Amstrong
2. Osilator Colpitts
3. Osilator Clapp
4. Osilator Hartley
5. Osilator Kristal
Elektronika Telekomunikasi 1
Minggu ke – 13 P.S. Telekomunikasi Jurusan Teknik Listrik
Politeknik Negeri Medan

94

Anda mungkin juga menyukai