Anda di halaman 1dari 8

Penguat daya kelas AB ini dibuat bertujuan untuk membentuk penguat sinyal

yang tidak cacat (distorsi) dari penguat kelas A dan untuk mendapatkan efisiensi daya
yang lebih baik seperti pada amplifier kelas B. Karena amplifier kelas A memiliki
efisiensi daya yang rendah (±25%) yang disebabkan titik kerja berada di ½ VCC tetapi
memiliki kualitas sinyal yang terbaik. Sedangkan amplifier kelas B memiliki efisiensi
daya yang baik (±85%) karena titik kerja mendekati V CC tetapi kualitas suara yang
kurang baik. Sehingga dibuat amplifier kelas AB yang memiliki efisiensi daya
penguatan sinyal (±60%) dengan kualitas sinyal audio yang baik.

4.1. Penguat Daya Kelas AB


Distorsi crossover yang ada pada penguat daya kelas B dapat dieliminasi dengan
memberikan tegangan bias DC kecil pada masing-masing transistor.
Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit diatas
daerah cut-off. Misalnya seperti rangkaian pada gambar 4.1, Resistor R2 pada
rangkaian berfungsi untuk memberikan tegangan jepit antara basis transistor Q1 dan
Q2. Nilai R2 ditentukan untuk memberikan arus bias tertentu bagi kedua transistor.
Tegangan jepit pada R2 dihitung dari pembagi tegangan R1, R2, dan R3 dengan
persamaan (1):
(2VCC ) R2
VR 2 = ............................................................................ (1)
R1 + R2 + R3

Kemudian tentukan arus basis dan lihat relasinya dengan arus IC dan IE sehingga dapat
dihitung relasinya dengan tegangan jepit R2 dengan rumus pada (2).
VR 2 = 2(0,7) + I E ( RE1 + RE 2 ) .................................................................... (2)

Dengan teknik ini penguat kelas AB ternyata punya masalah dengan teknik ini,
sebab akan terjadi penggemukan sinyal pada kedua transistornya aktif ketika saat
transisi. Masalah ini disebut gumming.
Untuk menghindari masalah gumming ini, dibuat teknik yang hanya
mengaktifkan salah satu trasnsistor saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan
membuat salah satu transistornya bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja
pada kelas B.

[4]
Gambar 4.1. Penguat daya kelas AB
Metode lain merancang penguat daya kelas AB dengan menggunakan dua buah
dioda atau dua buah transistor yang kira-kira sama dengan 2V seperti ditunjukkan
pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Penguat daya kelas AB dengan menggunakan 2 buah dioda


Transistor Q1 akan dibias untuk operasi kelas A. Hambatan R1 sebagai beban kolektor
dengan kondisi quiescent (VS = 0), ILQ = 0 dan VENQ = 20V.

[5]
Arus yang mengalir melalui dioda D1 dan D2 akan menghasilkan beda potensial
sebesar :
VD1 + VD2 = VB2E + VEB2 ……………………………………………………… (3)
Pada kondisi quiescent arus yang mengalir di kolektor adalah IC1Q. Transistor Q2 dan
Q3 beroperasi dalam kelas B. Umumnya pada rancangan ini dioda D 1, D2 dan transistor
Q2 dan Q3 menggunakan heat-sink yang sama dengan tujuan pada saat transistor Q2
dan Q3 panas akan membuat VD1+VD2 berkurang tegangan selanjutnya akan
mengurangi arus quiescent, rancangan ini dikenal sebagai umpan-balik negatif
thermal.
Untuk membuat tingkat driver transistor Q1 dari rancangan kelas AB tersebut
maka dilakukan :
Pada saat VS mencapai tegangan maksimum negatif, transistor Q1 mendekati cut-off
sehingga VEN = VB2N  40 V. Untuk kondisi ini iB2 maksimum dan akan mengalir ke R1.

Gambar 4.3. Kurva Operasi penguat daya kelas AB

4.2. Penguat Daya Kelas C


Penguat daya kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah
frekuensi kerja sinyal dan tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai
pada penguat frekuensi tinggi. Untuk membantu kerja biasanya sering ditambahkan
sebuah rangkaian resonator LC yang terdiri dari induktor dan kondensator. Desain
penguat kelas C memiliki efisiensi terbesar sampai 100% tapi fidelitas yang rendah
dibandingkan dengan penguat kelas A, B ataupun AB.
Penguat daya kelas C hanya membutuhkan 1 transistor penguat untuk dapat
bekerja dengan baik. Penguat daya kelas C memang didesain khusus untuk

[6]
menguatkan sinyal hanya 1 fasa positif saja. Ada beberapa aplikasi yang memang
hanya memerlukan 1 fasa positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat
frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas
C bekerja aktif hanya pada fasa positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya
pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya dapat direplika oleh rangkaian
resonansi L dan C. Rangkaian penguat daya kelas C ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 4.4. Rangkaian penguat daya kelas C


Rangkaian tangki resonansi LC pararel, memiliki frekuensi resonansi sebesar :
1
fr  ........................................................................ (4)
2 LC
Pada saat sinyal input tertala pada frekuensi fr tegangan output akan maksimum dan
bersifat sinusoidal dengan penguatan tegangan sebesar A mak.
Untuk menganalisa rangkaian penguat daya pada gambar 3, pertama-tama dilakukan
dengan analisa rangkaian ekivalen DC. Selanjutnya dilakukan pembuatan garis beban
seperti ditunjukkan pada gambar 4.

(a) Ekivalen DC (b) Ekivalen AC


Gambar 4.5. Rangkaian ekivalen DC dan AC penguat kelas C

[7]
Gambar 4.6. Garis beban DC dan AC penguat kelas C
Transistor pada penguat daya kelas C tidak membutuhkan pembiasan, dimana
• VBE = 0, IC = 0 untuk sinyal input < 0,7 V
• Titik Q akan cut-off pada garis beban
• RS : hambatan kolektor DC (resistansi induktor RF); garis beban relatif vertikal
karena RS kecil
Dari rangkaian ekivalen didapatkan :
VCEQ
I C ( sat ) = I CQ + ............................................................................ (5)
rC

Dan VCE (cut−off ) = VCEQ + I CQ .rC ................................................................. (6)

Pada penguat kelas C, ICQ = 0 dan VCEQ = VCC, subsitusi ke persamaan (5) dan (6)
didapatkan :
VCEQ VCC
I C ( sat ) = = ........................................................................... (7)
rC rC

Dan VCE (cut−off ) = VCC

Jika digambarkan garis beban ditunjukkan seperti gambar (4.6), dengan rC sebagai
hambatan kolektor AC.

Contoh :
Penguat kelas C tertala pada gambar 4.7 mempunyai harga Q kumparan adalah 50.
Tentukanlah frekuensi resonansi, arus jenuh AC, tegangan cut-off AC, lebar pita, dan
kepatuhan keluaran AC.

[8]
+ 15 V

C 470 pF L 2 mH

C2

C1 RL 1 kW
+5 V
0V RB 4,7 kW
-5 V

Gambar 4.7. Penguat kelas C tertala.

Penyelesaian :
Frekuensi resonansi dari penguat sesuai dengan persamaan (4) adalah
1
fr 
2 LC
1
= = 5,19 𝑀𝐻𝑧
2𝜋√(2 𝜇𝐻)(470 𝑝𝐹)

Dengan fr = 5,19 MHz, maka reaktansi induktor adalah


XL = 2frL
= 2(5,19 MHz)(2 µH) = 65,2 W
Resistansi seri induktor dapat diganti dengan resistansi pararel RP, yaitu
RP = QLXL
= 50(65,2 W) = 3,26 kW
Resistansi beban ac ekivalen dengan RP dipararel dengan RL :
rC = RP//RL
= 3,26 kW//1 kW = 765 kW
Arus saturasi ac dari penguat adalah
𝑉𝐶𝐶
𝐼𝐶(𝑠𝑎𝑡) = 𝑟𝐶
15 𝑉
= 765 W
= 19,6 𝑚𝐴

[9]
Besarnya tegangan cut-off ac adalah
VCE(cut-off) = VCC = 15 V
Nilai Q rangkaian penguat keseluruhan adalah
𝑟𝐶
𝑄= 𝑋𝐿

765 𝑘W
= = 11,7
65,2 W

Besarnya lebar pita (bandwidth) dari rangkaian resonansi adalah


𝑓𝑟
𝐵= 𝑄
5,19 𝑀𝐻𝑧
= = 0,444 𝑘𝐻𝑧
11,7

Maka, kepatuhan keluaran ac dari rangkaian penguat kelas C adalah


PP = 2VCC
= 2(15 V) = 30 V

b) Bila disipasi disipasi daya transistor (PD) adalah 7,5 mW, tentukan daya yang hilang
pada kumparan, penguras arus, dan efisiensi penguat !
Sehubungan dengan kepatuhan keluaran ac, daya beban maksimum adalah
𝑃𝑃2
𝑃𝐿(𝑚𝑎𝑘𝑠) = 8𝑅𝐿
(30 𝑉)2
= = 113 𝑚𝑊
8(1000 W)

Dengan RP = 3,26 kW maka daya yang hilang pada kumparan adalah


𝑃𝑃2
𝑃(𝑘𝑢𝑚𝑝) = 8𝑅𝑃

(30 𝑉)2
= = 34,5 𝑚𝑊
8(3260 W)

Disipasi terjadi pada beban, transistor, dan kumparan. Dengan mengabaikan daya
sinyal ac kecil yang memasuki transistor, maka daya dari catu
PS = PL + PD + P(kump)
= 113 mW + 7,5 mW + 34,5 mW = 155 mW
Penguras arus dari rangkaian adalah
𝑃𝑆
𝐼𝑆 = 𝑉𝐶𝐶
155 𝑚𝑊
= 15 𝑉
= 10,3 mA

Besarnya efisiensi rangkaian penguat kelas C adalah

[10]
𝑃𝐿(𝑚𝑎𝑘𝑠)
𝜂= x 100%
𝑃𝑆
113 𝑚𝑊
= x 100% = 72,9%
155 mW

4.3. Rangkuman
Tujuan Penguat daya kelas AB dibuat adalah untuk membentuk penguat sinyal
yang tidak cacat (distorsi) dari penguat kelas A dan untuk mendapatkan efisiensi daya
yang lebih baik seperti pada amplifier kelas B.
Penguat daya kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Penguat daya kelas
C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal dan tidak
memperhatikan bentuk sinyal. Untuk membantu kerja penguat kelas C biasanya sering
ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC yang terdiri dari induktor dan
kondensator. Desain penguat kelas C memiliki efisiensi terbesar sampai 100% tapi
fidelitas yang rendah dibandingkan dengan penguat kelas A, B ataupun AB.

4.4. Latihan
1. Rangkaian dibawah ini menunjukkan penguat kelas C yang ditala :
a. Berapakah frekuensi resonansi dari rangkaian tank (tank resonansi) ?
b. Agar konstanta waktu (T) pengosongan dari rangkaian basis menjadi 10
kali perioda sinyal input, berapa seharusnya harga R ?
20 V

2mH
200 pF

50 pF

RL
R

[11]

Anda mungkin juga menyukai