KESEHATAN KERJA
Kelompok 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan
pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Komunikasi yang buruk merupakan penyebab yang paling sering
menimbulkan efek samping di semua aspek pelayanan kesehatan, sehingga
menimbulkan permasalahan dalam pengidentifikasian pasien, kesalahan
pengobatan dan transfusi serta alergi diabaikan, salah prosedur operasi, salah
sisi bagian yang dioperasi, semua hal tersebut berpotensi terhadap terjadinya
insiden keselamatan pasien dan dapat dicegah dengan meningkatkan
komunikasi. Elemen peningkatan komunikasi yang efektif menurut
Permenkes (2011) sebagai beikut:
a. Perintah lengkap secara lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud menjabarkan lebih
rinci mengenai salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien, yaitu
komunikasi efektif.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang
fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg, 2010). Alvarado, et al
(2006), mengungkapkan bahwa ketidakakuratan informasi dapat
menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian
sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera
yangserius di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi.
Pelayanan yang ada di rumah sakit merupakan pelayanan yang
multidisilpin sehinga bisa berpotensi terjadinya pelayanan yang tumpang
tindih, terjadinya konflik interprofesional dan juga keterlambatan
pemeriksaan dan tindakan (Susilaningsih, 2016). Dalam pelayanan
kesehatan terjadi kesalahan (error) 70-80 % yang disebabkan oleh
buruknya komunikasi dan pemahaman dalam tim, kerjasama tim yang baik
dapat membantu mengurangi masalah patient safety (WHO, 2009)
Upaya peningkatan kualitas pelayanan tersebut diperlukan
keselarasan langkah yang dinamis antar berbagai klinisi dan disiplin
keilmuan untuk membangun tim pelayanan dengan tatanan dan kultur
pendekatan interdisiplin atau interprofesional. Pasien yang ditangani
secara interdisiplin baik di ruang rawat inap maupun pelayanan kesehatan
primer, meningkatkan kesinambungan asuhan, kepuasan pasien serta
mengurangi hospitalisasi dan angka kematian (Mitchell&Crittenden, 2000)
Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk
mencapai kualitas hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam
pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur
penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien
(Reni,A al,2010). Kemampuan untuk bekerja dengan profesional dari
disiplin lain untuk memberikan kolaboratif, patient centred care dianggap
sebagai elemen penting dari praktek profesional yang membutuhkan
spesifik perangkat kompetensi.
The American Nurses Association (ANA, 2010) menggambarkan
komunikasi efektif sebagai standar praktik keperawatan profesional.
Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya
7
psikomotor dan keterampilan diagnostik klinis, tetapi juga kemampuan
dalam keterampilan interpersonal dan komunikasi. Perawat terdaftar
diharapkan untuk berkomunikasi dalam berbagai format dan di semua
bidang praktek.
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengupayakan proses komunikasi yang efektif, yaitu antara lain:
a. Sensitifitas kepada penerima komunikasi
Sensitivitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi
serta pemilihan media komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi
paling baik dibicarakan secara langsung atau tatap muka, dan dengan
demikian mengurangi adanya kecanggungan serta kemungkinan adanya
miskomunikasi.
b. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis
Hal ini menjadi penting dalam seseorang mengerti komunikasi yang
disampaikan. Komunikasi seringkali disampaikan secara non verbal atau
lebih dikenal dengan body language. Pengertian akan body language, yang
bisa berbeda sesuai dengan kultur, ini akan memberikan kelebihan dalam
komunikasi. Penentuan waktu yang tepat dan umpan balik Hal ini sangatlah
penting terutama dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif.
Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan
kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang
sumber (source) dapat diterima oleh komunikan (receiver).
c. Komunikasi tatap muka
Komunikasi semacam ini memungkinkan kita untuk melihat dengan
baik lawan bicara kita, melihat body language, melihat mimik lawan bicara,
serta menghilangkan panjangnya rantai komunikasi yang memungkinkan
terjadinya mis komunikasi.
d. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh beberapa pihak, pasien, dokter, perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
8
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.
2.3 ISBAR
Metode komunikasi yang efektif adalah dengan menggunakan
komunikasi ISBAR, komunikasi ISBAR (Introduction, Situation,
Background, Assesment, Recomendation) merupakan komunikasi dengan
menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat
ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi
ISBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas
kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
ISBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan
informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan
berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan
pasien. ISBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke
dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. ISBAR
memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya.
a) Waktu Melakukan Komunikasi ISBAR :
Saat visite dokter
Saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien
kritis
Saat pertukaran shift
Saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan lain
Saat transfer pasien
b) Adapun keuntungan dari penggunaan metode ISBAR adalah:
Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
9
Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi pasien.
Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan
pasien.
10
braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status
nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
Apa analisis dan pertimbangan perawat?
Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
5. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
Apa tindakan /rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?
Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki
kondisi pasien?
Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
11
serta nama jelas perawat yang melapor, dan nama dokter yang memberikan
pesan/instruksi.
12
e. Recommendation (R) :
Awasi balance cairan
Batasi asupan cairan
Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x
1 amp
Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan
perilaku non verbal yang melibatkan dua orang atau lebih. Sementara
komunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan (feedback).
Unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien di RS adalah
komunikasi efektif. Faktor yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi
efektif adalah sensitifitas kepada penerima komunikasi,; kesadaran dan
pengertian terhadap makna simbolis; komunikasi tatap muka; komunikasi
efektif.
Metode komunikasi yang efektif adalah dengan menggunakan
komunikasi ISBAR. Waktu melakukan komunikasi ISBAR adalah saat visit
dokter; saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien kritis;
saat pertukaran shift; saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan
lain; saat transfer pasien. Keuntungan dari penggunaan metode ISBAR adalah
kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif; dokter percaya pada analisa
perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien;
memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
3.2 Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan (khususnya calon perawat) agar
menguasai metode komunikasi efektif (ISBAR) untuk keselamatan pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
15