Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA

“Sasaran Keselamatan Pasien : Komunikasi Efektif”

Kelompok 5

Alhafizah Winof Putri (1611313005)

Annisa F. Rahmadani (1611312012)

Monica Fiodiesa Vimora (1611312001)

Wildayati Musfira (1611313021)

Yoga Gustiva (1611311019)

Yuli Indah Sari (1611312006)

FAKULTAS KEPERAWATAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sasaran

Keselamatan Pasien : Komunikasi Efektif”

Makalah ini, penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan

kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “Sasaran

Keselamatan Pasien : Komunikasi Efektif” dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan tentang komunikasi efektif dan semoga bermanfaat bagi

pembaca.

Padang, Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………..…………………....….….………i

DAFTAR ISI …………………………………………..….….…..…..……..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………......………………….……...…...….……1

1.2 Rumusan Masalah …………………………….....….…......….…....2

1.3 Tujuan Penulisan ………………...……………......……..…......….2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi………………..….............…..…....………3

2.2 Komunikasi efektif dalam tim kesehatan .……............…....………3

2.3 ISBAR ..............................................................................................6

2.4 Contoh kasus ....................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………...…...................………………...………..….11

3.2 Saran …………………..……………….......……….....…………11

DAFTAR PUSTAKA …………........……..…………………......…..……12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan peralatan di rumah
sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, dan
keselamatan lingkungan (green productivity). Hal tersebut dapat berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit. Kelima
aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan (Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dijelaskan bahwa rumah sakit di Indonesia diwajibkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan melalui akreditasi rumah sakit minimal dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali. Standar akreditasi rumah sakit terdiri dari
empat kelompok, yang salah satunya adalah kelompok sasaran keselamatan
pasien. Sehingga keselamatan pasien merupakan bagian yang sangat penting
dalam akreditasi rumah sakit (KARS, 2014).
Budaya keselamatan pasien dapat dilihat berdasarkan enam sasaran
keselamatan pasien yang dikeluarkan oleh komite akreditasi rumah sakit versi
2012. Keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan enam
sasaran keselamatan pasien terdapat pada standar akreditasi rumah sakit,
terdiri dari ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medications), kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan risiko
pasien jatuh.

4
Komunikasi yang buruk merupakan penyebab yang paling sering
menimbulkan efek samping di semua aspek pelayanan kesehatan, sehingga
menimbulkan permasalahan dalam pengidentifikasian pasien, kesalahan
pengobatan dan transfusi serta alergi diabaikan, salah prosedur operasi, salah
sisi bagian yang dioperasi, semua hal tersebut berpotensi terhadap terjadinya
insiden keselamatan pasien dan dapat dicegah dengan meningkatkan
komunikasi. Elemen peningkatan komunikasi yang efektif menurut
Permenkes (2011) sebagai beikut:
a. Perintah lengkap secara lisan dan melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud menjabarkan lebih
rinci mengenai salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien, yaitu
komunikasi efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari komunikasi?
2. Bagaimana komunikasi efektif dalam tim kesehatan?
3. Apa itu metode komunikasi ISBAR?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari komunikasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui komunikasi efektif dalam tim kesehatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui metode komunikasi ISBAR

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi


Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal
dan perilaku non verbal. Selagi perilaku dapat disebut komunikasi jika
melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu
sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian
suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik berbentu verbal (kata-
kata) atau bentuk non-verbal (non katakata). Sementara komunikasi efektif
berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki
pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa
asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua
belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang
disampaikan.

2.2 Komunikasi efektif dalam tim kesehatan


Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan
kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi
setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. Mengingat
keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan
program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan, maka rumah
sakit perlu melaksanakan sasaran keselamatan pasien (SKP). Sasaran
keselamatan pasien tersebut meliputi ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien
operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan
pengurangan risiko pasien jatuh. Dari enam sasaran keselamatan pasien,
unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi
efektif. Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan

6
pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang
fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg, 2010). Alvarado, et al
(2006), mengungkapkan bahwa ketidakakuratan informasi dapat
menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian
sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera
yangserius di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi.
Pelayanan yang ada di rumah sakit merupakan pelayanan yang
multidisilpin sehinga bisa berpotensi terjadinya pelayanan yang tumpang
tindih, terjadinya konflik interprofesional dan juga keterlambatan
pemeriksaan dan tindakan (Susilaningsih, 2016). Dalam pelayanan
kesehatan terjadi kesalahan (error) 70-80 % yang disebabkan oleh
buruknya komunikasi dan pemahaman dalam tim, kerjasama tim yang baik
dapat membantu mengurangi masalah patient safety (WHO, 2009)
Upaya peningkatan kualitas pelayanan tersebut diperlukan
keselarasan langkah yang dinamis antar berbagai klinisi dan disiplin
keilmuan untuk membangun tim pelayanan dengan tatanan dan kultur
pendekatan interdisiplin atau interprofesional. Pasien yang ditangani
secara interdisiplin baik di ruang rawat inap maupun pelayanan kesehatan
primer, meningkatkan kesinambungan asuhan, kepuasan pasien serta
mengurangi hospitalisasi dan angka kematian (Mitchell&Crittenden, 2000)
Kolaborasi interprofesional merupakan merupakan strategi untuk
mencapai kualitas hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam
pelayanan kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur
penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien
(Reni,A al,2010). Kemampuan untuk bekerja dengan profesional dari
disiplin lain untuk memberikan kolaboratif, patient centred care dianggap
sebagai elemen penting dari praktek profesional yang membutuhkan
spesifik perangkat kompetensi.
The American Nurses Association (ANA, 2010) menggambarkan
komunikasi efektif sebagai standar praktik keperawatan profesional.
Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya

7
psikomotor dan keterampilan diagnostik klinis, tetapi juga kemampuan
dalam keterampilan interpersonal dan komunikasi. Perawat terdaftar
diharapkan untuk berkomunikasi dalam berbagai format dan di semua
bidang praktek.
Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengupayakan proses komunikasi yang efektif, yaitu antara lain:
a. Sensitifitas kepada penerima komunikasi
Sensitivitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi
serta pemilihan media komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi
paling baik dibicarakan secara langsung atau tatap muka, dan dengan
demikian mengurangi adanya kecanggungan serta kemungkinan adanya
miskomunikasi.
b. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis
Hal ini menjadi penting dalam seseorang mengerti komunikasi yang
disampaikan. Komunikasi seringkali disampaikan secara non verbal atau
lebih dikenal dengan body language. Pengertian akan body language, yang
bisa berbeda sesuai dengan kultur, ini akan memberikan kelebihan dalam
komunikasi. Penentuan waktu yang tepat dan umpan balik Hal ini sangatlah
penting terutama dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitif.
Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan
kepastian mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seseorang
sumber (source) dapat diterima oleh komunikan (receiver).
c. Komunikasi tatap muka
Komunikasi semacam ini memungkinkan kita untuk melihat dengan
baik lawan bicara kita, melihat body language, melihat mimik lawan bicara,
serta menghilangkan panjangnya rantai komunikasi yang memungkinkan
terjadinya mis komunikasi.
d. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh beberapa pihak, pasien, dokter, perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan

8
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.

2.3 ISBAR
Metode komunikasi yang efektif adalah dengan menggunakan
komunikasi ISBAR, komunikasi ISBAR (Introduction, Situation,
Background, Assesment, Recomendation) merupakan komunikasi dengan
menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat
ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien.  Komunikasi
ISBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas
kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
ISBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan
informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan
berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan
pasien. ISBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah
terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke
dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. ISBAR
memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya.
a) Waktu Melakukan Komunikasi ISBAR :
 Saat visite dokter
 Saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien
kritis
 Saat pertukaran shift
 Saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan lain
 Saat transfer pasien
b) Adapun keuntungan dari penggunaan metode ISBAR adalah:
 Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

9
 Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan
perawat paham akan kondisi pasien.
 Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan
pasien.

c) Komunikasi efektif ISBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan


Di harapkan semua tenaga kesehatan menerapkan teknik
komunikasi ini, maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan
baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien. Teknik Komunikasi ISBAR sebagai berikut :
1. Introduction : Memperkenalkan diri yaitu Memperkenalkan diri perawat
dan memperkenalkan pasien.
2. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/dilaporkan?
 Sebutkan nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal masuk, dan
hari perawatan
 Diagnosa medis dan masalah keperawatan yang belum/sudah
teratasi
 Apa yang terjadi dengan pasien
3. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan
dengan situasi?
 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari
setiap diagnosis keperawatan
 Obat saat ini dan riwayat alergi
 Riwayat medis
 Temuan klinis terbaru.
4.   Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
 Apa temuan klinis? Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian
pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran,

10
braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status
nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
 Apa analisis dan pertimbangan perawat?
 Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
5.    Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
 Apa tindakan /rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
 Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter?
 Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki
kondisi pasien?
 Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Perawat mencatat (writing down) semua rekomendasi/instruksi dari dokter


dalam kolom lembar komunikasi SBAR yang tersedia/lembar instruksi
dokter/catatan terintegrasi dalam rekam medik pasien:
 Tanggal dan jam pesan diterima
 Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik
untuk menghindari salah penafsiran/ hasil test kritis yang dilaporkan.

Perawat memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai


dengan cara mengulang dan membacakan kembali (repeat back dan read back) ke
pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran pesan yang telah dituliskan
dan hal-hal yang telah diinstruksikan oleh dokter. Hal ini dibuktikan dengan
menulis pada lembar komunikasi SBAR untuk komunikasi per telepon yang
pertama kali dan dengan memberikan cap/stempel “read back (+)” berwarna
merah pada catatan perkembangan terintegrasi untuk komunikasi per telepon
selanjutnya.
Dokumentasikan secara lengkap instruksi dokter dalam formulir lembar
komunikasi SBAR/ Lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan berikan paraf

11
serta nama jelas perawat yang melapor, dan nama dokter yang memberikan
pesan/instruksi.

2.4 Contoh Kasus


a. Introduction (I) :
Saya perawat Andi yang bertugas akan pasien Tn.A
b. Situation (S) :
Tn.A umur 35 tahun, Jenis kelamin Laki – Laki, tanggal masuk 8
Desember 2017 sudah 3 hari perawatan, DPJP  : dr Setyoko, SpPD,
diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Background (B) :
 Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/
24 jam.
 Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
 Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
 Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
 Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal
kronik
 Diet : rendah protein 1 gram
d. Assessment (A) :
 Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
suhu 37 0C, RR 20 x/menit, edema pada ekstremitas bawah,
tidak sesak napas, urine sedikit, eliminasi feses baik.
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237
mg/dl
 Pasien masih mengeluh mual.

12
e. Recommendation (R) :
 Awasi balance cairan
 Batasi asupan cairan
 Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
 Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x
1 amp
 Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
 Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan
perilaku non verbal yang melibatkan dua orang atau lebih. Sementara
komunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan (feedback).
Unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien di RS adalah
komunikasi efektif. Faktor yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi
efektif adalah sensitifitas kepada penerima komunikasi,; kesadaran dan
pengertian terhadap makna simbolis; komunikasi tatap muka; komunikasi
efektif.
Metode komunikasi yang efektif adalah dengan menggunakan
komunikasi ISBAR. Waktu melakukan komunikasi ISBAR adalah saat visit
dokter; saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien kritis;
saat pertukaran shift; saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan
lain; saat transfer pasien. Keuntungan dari penggunaan metode ISBAR adalah
kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif; dokter percaya pada analisa
perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien;
memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

3.2 Saran
Diharapkan bagi tenaga kesehatan (khususnya calon perawat) agar
menguasai metode komunikasi efektif (ISBAR) untuk keselamatan pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Efektif. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya

Rokhmah, Noor Ariyani., Anggorowati. 2017. Komunikasi Efektif dalam Praktek

Kolaborasi Interprofesi sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan.

Journal of Health Studies, 1(1), 65-71.

Supinganto, Agus., Mulianingsih, Misroh., Suharmanto. Identifikasi Komunikasi

Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di

RSUD Kota Mataram. Jurnal STIKES Yarsi Mataram.

15

Anda mungkin juga menyukai