Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kevin Philife Bancin

Bp : 1910111075

Kasus IPB dan Amerika serikat


Fakta
IPB melakukan perjanjian untuk mengirim 800 kera ke Amerika, Kera tersebut hanya akan
diambil anaknya saja dan babonnya akan dikembalikan ke Indonesia. Harga perekor
disepakati sebesar 80 (delapan puluh) juta dan pihak amerika serikat hanya membutuhkan
anaknya saja dan harus beranak di Amerika serikat. Ketika posisi pesawat masih di swiss,
seekor monyet stress dan lepas,melahirkan anaknya. Karena induknya telah dilumpuhkan dan
mati, maka dokter hewan IPB menyuntik mati anak monyet tersebut karena pertimbangan
rasa kasihan . Lawyer Amerika serikat menuntut IPB atas dasar perlindungan satwa dan
dianggap tak memenuhi prestasi dengan sempurna serta membunuh seekor anak monyet.
Disati sisi, Kera di Indonesia tidak lebih sebagai hama, sedangkan bagi Amerika serikat
merupakan satwa yang harus mendapat perlindungan

1 kasus yang ada pada di atas merupakan kasus hukum perdata internasional dikarenakan pada
kasus tersebut terdiri hubungan-hubungan perdata antara subjek hukum dari berbagai negara
yang di mana dokter hewan IPB menyuntik mati anak monyet yang dianggap merasa kasihan
oleh karena itu lawyer Amerika serikat menuntut IPB atas dasar perlindungan satwa dan
dianggap tidak memenuhi prestasi dengan sempurna serta membunuh anak monyet .

2 yang menjadikan perbedaan yaitu hukum perdata internasional melakukan pemberlakuan


hukum sendiri atau hukum lain (biasanya hukum asing) untuk memutuskan perkara, atau
menimbulkan masalah pelaksanaan yurisdiksi pengadilan sendiri atau pengadilan asing ,
sedangkan hukum perdata memutuskan perkara atau masalah pelaksanaan yurisdiksi dengan
pengadilan sendiri ( nasional) , dan yang menjadikan kasus ini sebagai perdata nasional adalah
karena ada unsur asingnya yang dimana pihak penggugat berkewarganegaraan amerika

3 menurut saya langkah yang tepat untuk menyelesaikan kasus tersebut menggunakan
● Titik taut primer yang dimana adalah factor-faktor/keadaan yang menciptakan hubungan
HPI dalam kasus
ini yang merupakan titik taut primer harus dilihat/ditinjau dari pengadilan yang berwenang
menyelesaikan sengketa ini. Menurut pandangan PN bogor perkara ini adalah perkara HPI
karena ada unsur asingnya yaitu pihak penggugat berkewarganegaraan Amerika

● Titik taut sekunder yaitu titik taut/factor-faktor/keadaan-keadaan yang menentukan


hukum mana yang harus diberlakukan Dalam kasus ini, titik taut sekunder untuk
klasifikasi perjanjian karena dalam perjanjian yang dibuat oleh IPB dengan amerika
serikat tidak ada pilihan hukum maupun pilihan forum, maka yang menjadi titik taut
sekundernya bisa ada beberapa antara lain Lex loci contractus Lex loci solusionis ,The
proper law of the contract , Digunakan untuk mengedepankan apa yang dinamakan
“intention of the parties” hukum yang ingin diberlakukan untuk perjanjian tersebut
karena dikehendaki oleh para pihak ybs. Hukum yang dikehendaki itu bisa dinyatakan
secara tegas yaitu dicantumkan dalam perjanjian, bisa pula tidak dinyatakan secara tegas
apabila ditegaskan keinginan para pihak,maka hukum yang diberlakukan adalah yang
Ditegaskan apabila tidak ditegaskan,maka harus disimpulkan oleh pengadilan dengan
melihat pada isi perjanjian, bentuknya unsure-unsur perjanjian maupun kejadian-
kejadian/peristiwa-peristiwa
disekelilingnya yang relevan dengan perjanjian tersebut.

The most characteristic connection adalah untuk menentukan hukum mana yang berlaku
adalah hukum dari Negara dengan mana kontrak bersangkutan mempunyai prestasi yang
paling kuat

4 Kasus ini termasuk kualifikasi hukum perjanjian dan perbuatan melawan hukum.
*Kualifikasi hukum perjanjian karena mengenai wanprestasi dari pihak IPB (jumlah kera yang
dikirim menjadi berkurang satu adalah yang seharusnya 800 ekor kera.)

● Kualifikasi perbuatan melawan hukum, karena pihak IPB menyuntik anak monyet sampai
mati, kera menurut amerika serikat merupakan satwa yang harus/mendapat perlindungan

5 Renvoi yang di gunakan untuk perkara yang ada di dalam kasus ialah Penunjukan
kembali (remission, rückverweisung, terugverwijzing) yang dimana Proses renvoi oleh kaidah
hukum perdata internasional asing kembali ke arah lex fori (. Dalam proses ini penunjukan
pertama berlangsung dari kaidah hukum perdata internasional forum ke arah kaidah hukum
perdata internasional asing, karena sebelumnya diketahui kaidah hukum perdata internasional
asing itu dalam penunjukkan kedua akan menunjuk kembali ke arah lex fori.

6 Teori yang saya gunakan untuk menyelesaikan kasus yang ada di atas dengan
menggunakan Lex loci Solusionis dan Lex loci contractus

Apabila perjanjian dibuat di Indonesia maka berdasarkan lex loci contractus, maka hokum
Indonesia yang dipakai. Tetapi kalau perjanjian dibuat di Amerika serikat, maka hokum
amerika serikat yang dipakai.

Berdasarkan lex loci solusionis. Apabila isi perjanjian dilaksanakan di Indonesia, maka hokum
Indonesia yang dipakai, apabila isi perjanjian dilaksanakan di Amerika serikat,maka hokum
AS yang dipakai.

Anda mungkin juga menyukai