Anda di halaman 1dari 33

TKE 3105

ISYARAT DAN SISTEM


Bab 4 – Deret Fourier Untuk Isyarat Periodik

Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

Program Studi Teknik Elektro


Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2009
79

BAB IV
DERET FOURIER UNTUK ISYARAT PERIODIK

Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa dapat melakukan
analisis dan sintesis sistem yang sangat bermanfaat untuk menunjang
kreativitas perekayasaan terutama dalam desain sistem.
2. Khusus
Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan:
- Mahasiswa dapat menyatakan deret Fourier isyarat periodik waktu
kontinyu.
- Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat deret Fourier waktu
kontinyu.
- Mahasiswa dapat menyatakan deret Fourier isyarat periodik waktu
diskrit.
- Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat deret Fourier waktu diskrit.
- Mahasiswa dapat menentukan tanggapan frekuensi sistem LTI.
- Mahasiswa dapat memahami tentang filter-filter pemilih frekuensi.

4.1. Tanggapan Sistem LTI Terhadap Eksponensial Kompleks


Tanggapan sistem LTI terhadap masukan eksponensial merupakan
isyarat eksponensial yang sama tetapi dengan perubahan amplitudo. Hal ini
dapat dinyatakan sebagai:
est → H(s) est (sistem waktu kontinyu)
zn → H[z] zn (sistem waktu diskrit)
Suatu isyarat yang menghasilkan keluaran yang merupakan hasil kali suatu
konstanta dengan masukannya tersebut, disebut eigenfunction dari sistem
tersebut (dalam hal ini adalah est atau zn). Sedangkan faktor amplitudonya
disebut dengan eigenvalue sistem tersebut (dalam hal ini adalah H(s) atau
H[z]) .
80

Berikut adalah ilustrasi pada sistem LTI waktu kontinyu.


Terdapat sistem LTI waktu kontinyu dengan tanggapan impuls h(t).
Untuk masukan x(t) = est maka keluarannya dapat ditentukan dengan
integral konvolusi, yaitu:
+∞
y(t) = ∫
−∞
h (τ) x ( t − τ)dτ
+∞
= ∫
−∞
h (τ)e s( t−τ)dτ
+∞
= ∫
−∞
h ( τ ) e st e − s τ d τ
+∞
= e st ∫ −∞
h ( τ ) e − sτ d τ
= e st H ( s )
dengan
est merupakan eigenfunction sistem
+∞
H(s) = ∫ h (τ)e −sτ dτ merupakan eigenvalue sistem
−∞

Sedangkan ilustrasi pada sistem LTI waktu diskrit dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Sistem LTI waktu diskrit dengan tanggapan impuls h[n] mempunyai
masukan
x[n] = zn
maka keluaran sistem dapat ditentukan dengan jumlah konvolusi
sebagai

y[n ] = ∑ h[k]
k = −∞
x[n − k ]

= ∑ h[k]
k = −∞
zn −k

= ∑ h[k]
k = −∞
zn z−k

= zn ∑ h[k]
k = −∞
z−k

= z H[z] n

dengan
81

zn merupakan eigenfunction sistem



H[ z] = ∑ h[k ]
k = −∞
z −k merupakan eigenvalue sistem

4.2. Sifat Superposisi


Sistem LTI memiliki sifat superposisi. Jika x(t) merupakan kombinasi
linier yang dinyatakan dengan persamaan
x ( t ) = a 1 e s1t + a 2 e s 2 t + a 3 e s3t

maka tanggapan sistem LTI waktu kontinyu yang dihasilkan merupakan


jumlahan (superposisi) dari tanggapan masing-masing komponen yang
membentuk masukannya. Perhatikan:
x 1 ( t ) = a 1 e s1t → y1 ( t ) = a 1 H (s1 ) e s1t
x 2 ( t ) = a 2 e s2t → y 2 ( t ) = a 2 H(s 2 ) e s2 t
x 3 ( t ) = a 3 e s3t → y 3 ( t ) = a 3 H (s 3 ) e s3t

+
x (t ) → y( t )

∑a
k
k e sk t → ∑a
k
k H (s k ) e sk t

Dengan demikian, keluaran y(t) dapat dinyatakan sebagai


y( t ) = ∑ a k H(s k ) e sk t
k

Sifat superposisi juga terdapat pada sistem LTI waktu diskrit. Jika
masukan x[n] merupakan kombinasi linier yang dinyatakan sebagai
x[ n ] = ∑ a k z k
n

maka tanggapan sistem LTI waktu diskrit yang dihasilkan juga merupakan
jumlahan (superposisi) dari tanggapan masing-masing komponen yang
membentuk masukannya. Dengan cara yang sama, maka keluaran y[n] dapat
dinyatakan dengan
y[ n ] = ∑ a k H[ z k ] z k
n

k
82

4.2.1. Contoh Soal dan Penyelesaian


1. Sebuah sistem LTI waktu kontinyu mempunyai hubungan masukan dan
keluaran sebagai berikut:
y(t) = x(t – 3)
j2t
Jika masukannya adalah x(t) = e , maka tentukanlah keluaran sistem
tersebut.
Penyelesaian
Cara 1
Dengan masukan x(t) = e j2t, maka
y(t) = x(t – 3)
= e j2(t – 3)
= e – j6 e j2t
j2t
Dalam hal ini e merupakan eigenfunction dan eigenvalue untuk
s = j2 dituliskan sebagai
H(s) = H(j2) = e – j6

Cara 2
+∞
H(s) dapat ditemukan dengan rumusan H(s) = ∫
−∞
h (τ)e −st dτ , dengan

h(t) = δ(t – 3), sehingga


+∞
H(s) = ∫ h (τ) e −sτ dτ
−∞
+∞
= ∫ δ (τ − 3) e −sτ dτ
−∞
+∞
= ∫ e −3s δ (τ − 3) dτ
−∞
+∞


−3 s
=e δ (τ − 3) dτ
−∞

= e −3 s
Jika x(t) = e j2t, maka s = j2 dan dengan demikian
H(j2) = e – 3s
= e – j6
83

2. Untuk sistem LTI yang sama dengan pada contoh soal no. 1, maka
tentukanlah keluaran sistem jika masukannya adalah
x(t) = cos 4t + cos 7t
Penyelesaian
Masukan x(t) merupakan kombinasi linear yang terdiri atas dua
komponen, sehingga soal ini dapat diselesaikan dengan sifat superposisi
yang dimiliki sistem LTI. Masukan x(t) dapat diuraikan menggunakan
rumus Euler menjadi:
x ( t ) = cos 4 t + cos 7 t

= {e j 4 t + e − j 4 t }+ {e j 7 t + e − j 7 t }
1 1
2 2
maka keluaran y(t) dapat ditemukan sebagai
y( t ) = x ( t − 3)
1 1 1 1
= e j4 ( t −3) + e − j4( t −3) + e j7 ( t −3) + e − j7 ( t −3)
2 2 2 2
= cos{4( t − 3)} + cos{7( t − 3)}

Eigenfunction dan eigenvalue untuk masing-masing komponen


diperlihatkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Eigenfunction dan eigenvalue untuk masing-masing


komponen untuk contoh soal no. 2

Komponen Eigenfunction Eigenvalue


e j4(t – 3) e j4t
½e j12

e – j4(t – 3) e – j4t ½ e – j12


e j7(t – 3) e j7t ½e j21

e – j7(t – 3) e – j7t ½ e – j21

4.2.2. Soal-soal Tambahan


1. Sebuah sistem LTI waktu kontinyu mempunyai hubungan keluaran dan
masukan yang dinyatakan dengan persamaan
84

y(t) = 2 x(t – 1)
Jika masukannya adalah x(t) = e j3t, maka tentukanlah keluaran sistem.
2. Sebuah sistem LTI waktu kontinyu mempunyai hubungan keluaran dan
masukan yang dinyatakan dengan persamaan
y(t) = x(t) + 2 x(t – 1)
Jika masukannya adalah x(t) = e j3t, maka tentukanlah keluaran sistem.

4.3. Representasi Deret Fourier Pada Isyarat Periodik Waktu Kontinyu


Untuk isyarat periodik waktu kontinyu x(t) yang mempunyai perioda
dasar T dan frekuensi dasar ω0 = 2π/T, maka deret Fourier atas x(t)
didefinisikan sebagai berikut:
+∞
x(t) = ∑a
k = −∞
k e jkω0 t

+∞ ⎛ 2π ⎞
jk ⎜ ⎟t
= ∑ ak e
k = −∞
⎝ T ⎠

dengan
1
ak =
TT∫ x ( t ) e − jkω0 t dt

⎛ 2π ⎞
1 − jk ⎜ T ⎟ t

T ∫T
= x ( t ) e ⎝ ⎠ dt

Koefisien ak disebut koefisien deret Fourier atau koefisien spektral dari


x(t). Koefisien a0 (yaitu ak saat k = 0) disebut komponen dc atau konstan dari
x(t), yang ditentukan oleh:
1
T ∫T
a0 = x ( t ) dt

Besarnya ak menunjukkan besarnya sinyal x(t) pada setiap harmonik dari


komponen dasar. Pada subab berikut akan diberikan beberapa contoh soal
berikut penyelesaiannya dalam hal menyatakan sebuah isyarat menjadi deret
Fouriernya.
85

4.3.1. Contoh Soal dan Penyelesaian


1. Isyarat x(t) = sin ω0 t mempunyai frekuensi dasar ω0. Tentukanlah deret
Fourier untuk menyatakan x(t).
Penyelesaian
Salah satu cara untuk menentukan deret Fourier untuk x(t) = sin ω0 t
adalah dengan menguraikan x(t) menggunakan rumus Euler.
x ( t ) = sin ω 0 t

=
1
j2
{
e jω 0 t − e − jω 0 t }
1 jω 0 t 1 − jω 0 t
= e − e
j2 j2
Dari penguraian x(t) dapat diketahui bahwa
1
a −1 = −
j2
a0 = 0
1
a1 =
j2
dan ak = 0 untuk nilai k yang lain.

2. Isyarat x(t) didefinisikan sebagai berikut:


x(t) = 1 + sin ω0 t + 2 cos ω0 t + cos (2ω0 t + π/4)
Nyatakanlah x(t) dalam deret Fourier.
Penyelesaian
Isyarat x(t) mempunyai frekuensi dasar ω0 dan dapat diuraikan menjadi:
⎛ π⎞
x ( t ) = 1 + sin ω 0 t + 2 cos ω 0 t + cos ⎜ 2ω 0 t + ⎟
⎝ 4⎠
− j ⎜ 2 ω0 t + ⎟ ⎫
1 ⎧⎪ j⎜ 2 ω0 t + 4 ⎟⎠
⎛ π⎞ ⎛ π⎞

=1+ {
1 j ω0 t
} { }
e − e − j ω0 t + e j ω0 t + e − jω 0 t + ⎨ e ⎝ −e
⎝ 4⎠ ⎪


j2 2 ⎪⎩ ⎪⎭
π π
⎡ 1 ⎤ j ω0 t ⎡ 1 ⎤ − j ω0 t 1 j 4 j 2 ω0 t 1 − j 4 − j 2 ω0 t
= 1 + ⎢1 + ⎥ e + ⎢1 − ⎥ e + e e + e e
⎣ j2 ⎦ ⎣ j2 ⎦ 2 2

maka
86

x(t) = 1 → k=0
⎡ 1⎤
+ ⎢1 + ⎥ e jω0 t → k =1
⎣ j2 ⎦
⎡ 1⎤
+ ⎢1 − ⎥ e − jω0t → k = −1
⎣ j2 ⎦
π
1 j 4 j2ω0t
+ e e → k=2
2
π
1 − j 4 − j2ω0t
+ e e → k = −2
2
dan dapat diketahui bahwa:
a0 = 1
⎡ 1⎤ 1
a 1 = ⎢1 + ⎥ =1− j
⎣ j2 ⎦ 2
⎡ 1⎤ 1
a −1 = ⎢1 − ⎥ = 1+ j
⎣ j2 ⎦ 2
π
1 j 2
a2 = e 4 = (1 + j)
2 4
π
1 − j4 2
a −2 = e = (1 − j)
2 4
a k = 0 untuk k > 2

Koefisien ak dapat diplot seperti pada gambar 4.1.

-3 -2 -1 0 1 2 3 k

Gambar 4.1 Plot koefisien-koefisien deret Fourier pada soal no. 2

3. Isyarat x(t) pada gambar 4.2 dapat dinyatakan sebagai


⎧1, t < T1

x(t ) = ⎨ T
⎪⎩0, T1 < t < 2

Nyatakanlah isyarat tersebut dalam deret Fourier.


87

X(t)

-T -T1 T1 T

Gambar 4.2 Isyarat x(t) untuk soal no. 3


Penyelesaian
Isyarat x(t) merupakan isyarat yang periodik, maka untuk satu periode x(t)
dapat ditemukan koefisien ak.
• Saat k = 0, maka
T
1 1
a0 = ∫
T −T1
x ( t ) e − jkω0 t dt

T
1 1
T −∫T1
= 1.1 dt

1
=
T
t −1T
T 1

= [T1 − (−T1 )]
1
T
2T
= 1
T
• Saat k ≠ 0, maka
T
1 1
a k = ∫ x ( t ) e − jkω0t dt
T −T1
T
1 1
= ∫ e − jkω0t dt
T −T1
1 −1 T
= × × e − jkω0t 1
T jkω0 − T1

=
−1
jkω0 T
[
× e − jkω0T1 − e jkω0T1 ]
=
1
jkω0 T
[
× e jkω0T1 − e − jkω0T1 ]
2 e jkω0T1 − e − jkω0T1
= ×
kω 0 T j2
88

2
= × sin (kω0 T1 )
kω0 T
2 sin(kω0 T1 )
=
kω0 T
sin(kω0 T1 )
=


Ingat bahwa ω0 =
T
Sebagai gambaran, maka dapat dimisalkan suatu kasus jika T = 4T1
2π 2π π
sehingga ω0 = = atau ω0 T1 = . Dengan pemisalan ini dapat
T 4T1 2
ditemukan nilai-nilai koefisien deret Fourier x(t) untuk berbagai harga k.
2T1 2T1 1
a0 = = =
T 4T1 2
⎡ π⎤
sin ⎢k ⎥
sin( kω0 T1 ) ⎣ 2⎦
ak = =
kπ kπ
maka
sin( π / 2) 1
a1 = = → a −1 = a 1
π π
sin π
a2 = =0 → a −2 = a 2

sin(3π / 2) − 1
a3 = = → a −3 = a 3
3π 3π
sin 2π
a4 = =0 → a −4 = a 4

sin(5π / 2) 1
a5 = = → a −5 = a 5
5π 5π
dan seterusnya
Koefisien ak dapat diplot seperti pada gambar 4.3.
ak

-3 3

-5 -4 -2 -1 0 1 2 4 5 k

Gambar 4.3 Plot koefisien-koefisien deret Fourier pada soal no. 3


89

4.3.2 Soal-soal Tambahan


1. Untuk soal yang sama dengan contoh soal no. 3, tentukanlah koefisien
deret Fourier dari x(t) jika:
a. T = 8T1
b. T = 16T1
c. Apa kesimpulan anda?
2. Tentukanlah deret Fourier untuk isayarat x(t) yang diperlihatkan pada
gambar 4.4 berikut ini.

X(t)

-8 -5 -2 0 1 4 7 k

Gambar 4.4 Isyarat x(t) untuk soal no. 2

4.4. Sifat-sifat Deret Fourier Waktu Kontinyu


Untuk kepentingan kemudahan dalam pembahasan tentang sifat-sifat
deret Fourier waktu kontinyu, maka koefisien deret Fourier dari sebuah isyarat
x(t), yaitu ak , akan dituliskan dengan notasi:
x ( t ) ←⎯→
FS
ak

Artinya, isyarat x(t) dapat dinyatakan dengan deret Fourier dengan koefisien-
koefisien ak (FS = Fourier Series = Deret Fourier).
Berikut adalah sifat-sifat deret Fourier waktu kontinyu:
1. Linearitas
Jika x(t) dan y(t) adalah isyarat periodik dengan periode T dan
x ( t ) ←⎯→
FS
ak

y( t ) ←⎯→
FS
bk
maka untuk isyarat z(t) yang didefinisikan sebagai
z(t) = A x(t) + B y(t)
berlaku sifat linearitas sebagai berikut:
z( t ) ←⎯→
FS
ck = A a k + B bk
90

yaitu koefisien deret Fourier dari z(t) adalah ck = A ak + B bk , dengan A


dan B adalah konstanta.
2. Pergeseran waktu
Jika x(t) adalah isyarat periodik dengan periode T dengan
x ( t ) ←⎯→
FS
ak

dan y(t) merupakan isyarat tergeser waktu dari x(t) yang dinyatakan
sebagai
y(t) = x(t – t0)
maka berlaku sifat

− jk t0
− jkω0 t 0
y( t ) ←⎯→ a k .e
FS
= a k .e T

yaitu koefisien deret Fourier dari y(t) merupakan perkalian ak dengan



− jk t0
− jkω0 t 0
e =e T
.
3. Waktu-balikan
Jika x(t) adalah isyarat periodik dengan periode T dengan
x ( t ) ←⎯→
FS
ak

maka untuk isyarat waktu balikan dari x(t) yaitu x(-t) berlaku sifat sebagai
berikut:
x (− t ) ←⎯→
FS
a −k

4. Perkalian
Jika x(t) dan y(t) adalah isyarat periodik dengan periode T dan
x ( t ) ←⎯→
FS
ak

y( t ) ←⎯→
FS
bk
maka berlaku

x ( t ) y( t ) ←⎯→
FS
hk = ∑a
l = −∞
l b l −k

yaitu koefisien deret Fourier dari perkalian x(t) dan y(t) merupakan jumlah
konvolusi diskrit dari ak dan bk.
5. Penskalaan waktu (time scalling)
Jika isyarat x(t) dapat dinyatakan dengan deret Fourier sebagai
91


x(t) = ∑a
k = −∞
k e jkω0 t

maka isyarat x(t) yang terskala waktu (sebesar α) mempunyai deret


Fourier yang dinyatakan sebagai

x (α t ) = ∑a
k = −∞
k e jk ( αω0 ) t

6. Konjugat dan simetri konjugat


Jika x(t) adalah isyarat periodik dengan periode T dengan
x ( t ) ←⎯→
FS
ak

maka
x ( t ) ←⎯→
FS
a −k

dimana x ( t ) adalah konjugat kompleks dari x(t) dan a k adalah konjugat


kompleks dari ak .
Jika x(t) merupakan bilangan riil murni, maka x ( t ) = x(t) dan koefisien
deret Fourier akan menjadi simetri konjugat, yaitu:
a −k = a k

4.5. Deret Fourier Isyarat Periodik Waktu Diskrit


Jika isyarat periodik waktu kontinyu x[n] periodik dengan periode
dasar N dan frekuensi dasar ω0 = 2π / N , maka x[n] dapat dinyatakan sebagai
deret Fourier waktu diskrit sebagai berikut:
x[n ] = ∑
k= N
a k e jk ω 0 n


jk n
= ak e N

k= N

dengan ak adalah koefisien deret Fourier untuk isyarat x[n], dan didefinisikan
dengan pernyataan
92

1
ak = ∑
N k= N
x[n ] e − jkω0n


1 − jk n
= ∑
N k= N
x[n ] e N

4.5.1. Contoh Soal dan Penyelesaian


1. Jika x[n] = sin ω0 n, maka tentukan deret Fourier untuk x[n].
Penyelesaian
Isyarat x[n] = sin ω0 n periodik hanya jika 2π/ω0 merupakan bilangan

bulat atau perbandingan bilangan bulat. Jika ω0 = , maka x[n] periodik
N
dengan periode dasar N dan x[n] dapat diuraikan menjadi deret Fourier
sebagai berikut:
x[n ] = sin ω0 n
⎡ 2π ⎤
= sin ⎢ ⎥ n
⎣N⎦
2π 2π
1 j N n 1 −j N n
= e − e
j2 j2
Dengan demikian, koefisien deret Fouriernya adalah
1
a1 =
j2
1
a −1 = −
j2
a k = ..... ? untuk k yang lain
Untuk harga k yang lain, dapat dicari dengan cara berikut. Oleh karena
x[n] periodik dengan periode dasar N, maka koefisien-koefisien deret
Fourier x[n] juga akan berulang dengan periode N, sehingga
a N+1 = a 1 dan a N−1 = a −1
Misalkan diambil periode dasar N = 5, maka dapat ditentukan:
1
a1 =
j2
93

1
a −1 = −
j2
1
a N +1 = a 5+1 = a 6 = (= a 1 )
j2
1
a N −1 = a 5−1 = a 4 = − (= a −1 )
j2
1
a − N +1 = a −5+1 = a −4 = (= a 1 )
j2
1
a − N −1 = a −5−1 = a −6 = − (= a −1 )
j2
1
a 2 N+1 = a 10+1 = a 11 = (= a 1 )
j2
1
a 2 N−1 = a 10−1 = a 9 = − (= a −1 )
j2
Koefisien ak dapat diplot seperti pada gambar 4.5.

ak
1/j2

-6 -1 4 9

-5 -4 -3 -2 0 1 2 3 5 6 7 8 10 11 k

-1/j2

Gambar 4.5 Plot koefisien-koefisien deret Fourier pada soal no. 1


2. Untuk soal yang sama dengan soal no. 1, maka misalkan 2π/ω0 merupakan
perbandingan bilangan bulat sebagai berikut:
2π 2π N
ω0 = M atau =
N ω0 M
maka nyatakanlah koefisien-koefisien deret Fourier untuk x[n].
Penyelesaian

Dengan mensubsitusikan ω0 = M pada persamaan isyarat x[n], maka
N
x[n] dapat dinyatakan kembali sebagai:
94

x[n ] = sin ω0 n
⎡ 2π ⎤
= sin ⎢ M ⎥ n
⎣N ⎦
2π 2π
1 jM N n 1 − jM N n
= e − e
j2 j2
Sehingga
1
aM =
j2
1
a −M = −
j2
Isyarat x[n] periodik dengan periode dasar N, jika dipilih M = 3 dan N = 5,
maka diperoleh:
1
aM = a3 =
j2

1
a − M = a −3 = −
j2

1
a N + M = a 5+ 3 = a 8 = (= a 3 )
j2
1
a N − M = a 5 −3 = a 2 = − ( = a −3 )
j2
1
a − N + M = a −5 + 3 = a − 2 = (= a 3 )
j2
1
a − N −M = a −5−3 = a −8 = − ( = a −3 )
j2
1
a 2 N+ M = a 10+3 = a 13 = (= a 3 )
j2
1
a 2 N−M = a 10−3 = a 7 = − ( = a −3 )
j2
1
a −2 N+ M = a −10+3 = a −7 = (= a 3 )
j2
1
a −2 N−M = a −10−3 = a −13 = − ( = a −3 )
j2

Koefisien ak dapat diplot seperti pada gambar 4.6.


95

ak
1/j2

-8 -3 2 7
-7 -6 -5 -4 -2 -1 0 1 3 4 5 6 8 9 k

-1/j2

Gambar 4.6 Plot koefisien-koefisien deret Fourier pada soal no. 2


⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
3. Tentukanlah deret Fourier untuk isyarat x[n ] = 1 + sin ⎢ ⎥ n + 3 cos ⎢ ⎥ n
⎣N⎦ ⎣N⎦
Penyelesaian
Isyarat x[n] periodik dengan periode dasar N, dan dapat diuraikan
menjadi:
⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
x[n ] = 1 + sin ⎢ ⎥ n + 3 cos ⎢ ⎥ n
⎣N⎦ ⎣N⎦
1 ⎧⎪ j ⎢⎣ N ⎥⎦ n − j⎢ ⎥ n ⎫ 3 ⎧⎪ j⎢⎣ N ⎥⎦ n − j⎢ ⎥ n ⎫
⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
⎣N⎦ ⎪ ⎪
= 1 + ⎨e −e ⎬ + ⎨e +e ⎣N⎦ ⎬
j2 ⎪⎩ ⎪⎭ 2 ⎪⎩ ⎪⎭
⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
⎧ 3 1 ⎫ j⎢ ⎥ n ⎧ 3 1 ⎫ − j⎢ ⎥ n ⎧ 3 1 ⎫ j⎢ ⎥ n
= 1 + ⎨ + ⎬e ⎣ N ⎦ + ⎨ − ⎬e ⎣ N ⎦ ⎨ + ⎬e ⎣ N ⎦
⎩ 2 j2 ⎭ ⎩ 2 j2 ⎭ ⎩ 2 j2 ⎭
Sehingga diperoleh:
a0 = 1
3 1 3 1
a1 = + = −j
2 j2 2 2
3 1 3 1
a −1 = − = +j
2 j2 2 2
4. Tentukanlah koefisien-koefisien deret Fourier untuk isyarat x[n] jika
isyarat x[n] diperlihatkan pada gambar 4.7.

X[n]

-N -N1 0 N1 N n

Gambar 4.7 Isyarat x[n] untuk soal no. 4


96

Penyelesaian
Dari gambar isyarat x[n] di atas, diketahui bahwa x[n] = 1 untuk harga
–N1 < n < N1 , maka dapat dinyatakan:
⎡ 2π ⎤
1 N1 − jk ⎢⎣ N ⎥⎦ n
ak = ∑e
N n =− N1

Dengan menganggap bahwa m = n + N1 , maka


⎡ 2π ⎤
1 2 N1 − jk ⎢ ⎥ ( m− N1 )
ak = ∑ e ⎣ N ⎦
N m=0
⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
1 jk ⎢⎣ N ⎥⎦ N1 2 N1 − jk ⎢ ⎥ m
=
N
e ∑
m =0
e ⎣N⎦
)*

⎡ 2π ⎤
⎧ ⎟⎫
⎛ 2 N1 +1 ⎞
− jk 2 π ⎜
1 jk ⎢⎣ N ⎥⎦ N1 ⎪1 − e ⎝ N ⎠

= e ⎨ ⎛ 2π ⎞ ⎬
N ⎪ − jk ⎜ ⎟

⎩ 1− e
⎝ N ⎠

⎧ jk ⎡⎢ N ⎤⎥ N1
2 π ⎡ ⎤
2 π
jk ⎢ ⎥ N1
⎛ 2 N1 +1 ⎞
− jk 2 π ⎜ ⎟ ⎫
1 ⎪e ⎣ ⎦
−e ⎣N⎦
.e ⎝ N ⎠

= ⎨ ⎛ 2π ⎞ ⎬
N⎪ − jk ⎜ ⎟

⎩ 1 − e ⎝ N ⎠

⎧⎪ jk 2 π ⎡⎢ N1 +N0,5 ⎤⎥ ⎥⎫
⎡ N +0,5 ⎤
⎣ N ⎦⎪
− jk 2 π ⎢ 1
⎡ 2π ⎤
− jk ⎢ ⎥ ⎨e
⎣ ⎦
−e ⎬
1 e ⎣ 2N ⎦ ⎪⎩ ⎪⎭
= × ⎡ 2π ⎤
×
N ⎧⎪ jk ⎡⎢ 2 N ⎤⎥
2 π ⎡ 2 π
⎥⎫

⎣ 2N ⎦ ⎪
− jk ⎢ ⎥ − jk ⎢
e ⎣ 2N ⎦ ⎨ e ⎣ ⎦
− e ⎬
⎪⎩ ⎪⎭
⎡ ⎛ N + 0,5 ⎞⎤
sin ⎢2πk⎜ 1 ⎟⎥
1 ⎣ ⎝ N ⎠⎦
= × ; k ≠ 0, ± N, ± 2 N, ....
N ⎡ πk ⎤
sin ⎢ ⎥
⎣N⎦
Catatan
⎡ 2π ⎤
2 N1 − jk ⎢ ⎥ m
)* Suku
∑e
m =0
⎣N⎦ merupakan sebuah deret geometri dengan 2N1+1 suku, sehingga

jumlah deret geometri tersebut dapat diketahui menggunakan rumus jumlah deret
geometri.

Sedangkan untuk k = 0, ±N, ±2N, … maka koefisien deret Fouriernya


adalah
97

2 N1 + 1
ak =
N
Sebagai contoh, koefisien-koefisien ak untuk (2N1 + 1) = 5 dapat
digambarkan untuk berbagai nilai N, misalnya N = 10.
• Untuk k = 0, ±10, ±20, … maka
2 N1 + 1 5 1
ak = = =
N 10 2
• Untuk k ≠ 0, ±10, ±20, … maka
⎡ ⎛ N + 0 ,5 ⎞ ⎤
sin ⎢ 2 π k ⎜ 1 ⎟⎥
1 ⎣ ⎝ N ⎠⎦
ak = ×
N ⎡ π k ⎤
sin ⎢ ⎥⎦
⎣ N
⎡ ⎛ 2 N 1 + 1 ⎞⎤
sin ⎢ π k ⎜ ⎟⎥
1 ⎣ ⎝ N ⎠⎦
= ×
N ⎡ πk ⎤
sin ⎢
⎣ N ⎥⎦
⎡ πk ⎤
sin ⎢
=
1 ⎣ 2 ⎥⎦
10 ⎡ πk ⎤
sin ⎢
⎣ 10 ⎥⎦
Sehingga diperoleh:
⎡π⎤
sin ⎢ ⎥
a1 =
1 ⎣ 2 ⎦ = 0,3 → a −1 = a 1
10 ⎡π⎤
sin ⎢ ⎥
⎣10 ⎦
1 sin π
a2 = =0 → a −2 = a 2
10 ⎡π⎤
sin ⎢ ⎥
⎣5⎦
⎡ 3π ⎤
sin ⎢ ⎥
a3 =
1 ⎣ 2 ⎦ = −0,124 → a = a
−3
⎡ 3π ⎤
3
10
sin ⎢ ⎥
⎣ 10 ⎦
1 sin 2π
a4 = =0 → a −4 = a 4
10 ⎡ 4π ⎤
sin ⎢ ⎥
⎣ 10 ⎦
98

⎡ 5π ⎤
sin ⎢ ⎥
a5 =
1 ⎣ 2 ⎦ = 0,1 → a −5 = a 5
10 ⎡π⎤
sin ⎢ ⎥
⎣2⎦
1 sin 3π
a6 = =0 → a −6 = a 6
10 ⎡ 3π ⎤
sin ⎢ ⎥
⎣5⎦

⎡ 7π ⎤
sin ⎢ ⎥
a7 =
1 ⎣ 2 ⎦ = −0,124 → a = a
−7
⎡ 7π ⎤
7
10
sin ⎢ ⎥
⎣ 10 ⎦
1 sin 4π
a8 = =0 → a −8 = a 8
10 ⎡ 4π ⎤
sin ⎢ ⎥
⎣5⎦
⎡ 9π ⎤
sin ⎢ ⎥
a9 =
1 ⎣ 2 ⎦ = 0,3 → a −9 = a 9
10 ⎡ 9π ⎤
sin ⎢ ⎥
⎣ 10 ⎦
Karena sifatnya yang periodik dengan periode N = 10, maka
a 11 = a 1 → a −11 = a 11
a 12 = a 2 → a −12 = a 12
....
a 19 = a 9 → a −19 = a 19
a 21 = a 1 → a −21 = a 21
a 22 = a 2 → a −22 = a 22
.....
Koefisien ak dapat diplot seperti pada gambar 4.8.
ak

-7 -3 3 7

-10 -5 -1 0 1 2 4 5 6 8 9 1011 k

Gambar 4.8 Plot koefisien-koefisien deret Fourier pada soal no. 4


99

4.5.2. Soal-soal Tambahan


1. Untuk soal yang sama dengan pada contoh soal no. 3, tentukanlah
koefisien-koefisien deret Fourier untuk x[n] jika
a. N = 5
b. N =10
c. N = 15
Gambarkan plot dari koefisien-koefisien tersebut.
2. Untuk soal yang sama dengan pada contoh soal no. 4, tentukanlah
koefisien-koefisien deret Fourier untuk x[n] jika
a. N = 20
b. N = 40
Gambarkan plot dari koefisien-koefisien tersebut.

4.6. Sifat-sifat Deret Fourier Waktu Diskrit


Untuk isyarat waktu diskrit x[n] yang periodik dengan periode N dan
mempunyai koefisien deret Fourier ak, maka hubungan ini akan ditulis sebagai
berikut:
x[n ] ←⎯→
FS
ak
Berikut ini adalah sifat-sifat deret Fourier waktu diskrit.
1. Perkalian
Jika x[n] dan y[n] adalah isyarat periodik dengan periode N dan
x[n ] ←⎯→
FS
ak

y[n ] ←⎯→
FS
bk
maka berlaku
x[n ].y[n ] ←⎯→
FS
dk = ∑a
l= N
l b k −l

2. Diferensiasi pertama
Jika x[n] adalah isyarat periodik dengan periode N dan
x[n ] ←⎯→
FS
ak
100

maka koefisien deret Fourier yang sesuai dengan diferensiasi pertama dari
x[n] dinyatakan sebagai:
⎡ ⎟⎤
⎛ 2π ⎞
− jk ⎜
x[n ] − x[n − 1] ←⎯→ a k ⎢1 − e ⎝ N ⎠ ⎥
FS

⎢⎣ ⎥⎦

dimana frekuensi dasar x[n] adalah ω0 = 2π/N.

4.7. Deret Fourier dan Sistem LTI


Dalam waktu kontinyu, jika x(t) = est merupakan input atau masukan
sistem LTI waktu kontinyu, maka keluarannya adalah
y(t) = H(s) est
dengan
+∞
H(s) = ∫ h (τ)e −sτ dτ
−∞

dan h(t) merupakan tanggapan impuls sistem LTI. Jika s = jω maka


e st = e jωt
sehingga masukan LTI merupakan eksponensial kompleks dengan frekuensi
ω. Dalam hal ini, maka H(s) = H(jω) yang dinyatakan:
+∞
H( jω) = ∫ h (τ)e −sτdτ
−∞

H(jω) disebut dengan istilah tanggapan frekuensi (frequency response) sistem


LTI.
Jika isyarat masukan x(t) dinyatakan dalam deret Fourier sebagai
berikut
+∞
x[n ] = ∑a
k = −∞
k e jkω0 t

maka keluaran sistem LTI dapat dinyatakan dengan


+∞
y[n ] = ∑a
k = −∞
k H ( jkω0 ) e jkω0t

dimana dalam hal ini sk = jkω0 , dan koefisien dari y(t) adalah
bk = ak H(jkω0)
101

Dengan cara yang sama, dalam waktu diskrit jika x[n] = zn merupakan
masukan sistem LTI waktu diskrit, maka keluarannya adalah
y[n] = H(z) zn
dengan

H (z) = ∑ h[k ]
k = −∞
z −k

dan h[n] adalah tanggapan impuls sistem LTI.


Jika harga z dipilih sedemikian rupa sehingga ⎢z⎥ = 1, maka
z = e jω
dan
zn = e jωn
Dengan demikian, maka diperoleh persamaan yang menyatakan tanggapan
frekuensinya, yaitu:

H (e jω ) =
+∞

∑ h[n ] e
n = −∞
− jωn

Jika isyarat masukan x[n] merupakan isyarat periodik yang dinyatakan


dalam deret Fourier sebagai
⎡ 2π ⎤
jk ⎢ ⎥ n
x[n ] = ∑a
k= N
k e ⎣N⎦

maka keluaran sistem LTI (dengan tanggapan impuls h[n]) adalah


⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
jk ⎢ ⎥ jk ⎢ ⎥ n
y[n ] = ∑a
k= N
k H (e ⎣N⎦
)e ⎣N⎦

dimana koefisien y[n] adalah


bk = ak H(e j2πk/N)

4.7.1. Contoh Soal dan Penyelesaian


1. Sebuah sistem LTI waktu kontinyu mempunyai tanggapan impuls
h(t) = e −t u(t)
Jika masukan sistem sistem ini adalah
102

3
x[n ] = ∑a
k = −3
k e jk 2 πt

dengan
a0 = 1
a1 = a−1 = ¼
a2 = a−2 = ½
a3 = a−3 = 1
3

maka tentukanlah tanggapan frekuensi dan keluaran sistem LTI tersebut.


Penyelesaian
Tanggapan frekuensi dapat ditemukan sebagai berikut:

H( jω) = ∫ h ( t ) e − jωt dt
−∞

= ∫ e − t u ( t ) e − jωt dt
−∞

= ∫ e − t e − jωt dt
0

= ∫ e −(1+ jω) t dt
0

1
=− e −(1+ jω) t
1 + jω 0

1
=
1 + jω
Oleh karena isyarat x(t) mempunyai frekuensi dasar ω0 = 2π maka
keluaran sistem LTI tersebut adalah
3
y[n ] = ∑b
k = −3
k e jk 2 πt

dengan
bk = ak H( jk2π )
sehingga dapat ditentukan besaranya bk untuk harga-harga k yang berbeda
sebagai berikut.
103

b 0 = a 0 H (0) = 1
1 1
b1 = a 1 H( j2π) = ×
4 1 + j2π
1 1
b 2 = a 2 H( j4π) = ×
2 1 + j4π
1 1
b 3 = a 3 H( j6π) = ×
3 1 + j6π
1 1
b −1 = a −1 H (− j2π) = ×
4 1 − j2π
1 1
b −2 = a −2 H (− j4π) = ×
2 1 − j4π

1 1
b −3 = a −3 H(− j6π) = ×
3 1 − j6π
2. Sebuah sistem LTI waktu diskrit mempunyai tanggapan impuls
h[n] = α n u[n]
dimana −1 < α < 1. Jika masukan sistem ini adalah
2πn
x [ n ] = cos
N
maka tentukanlah tanggapan frekuensi sistem tersebut.
Penyelesaian
2 πn
x [ n ] = cos
N
2π 2π
1 jN n 1 −j N n
= e + e
2 2
maka dapat diperoleh tanggapan frekuensi untuk jω = j2π/N dan
jω = −j2π/N, sebagai berikut:

( ) ∑ h[n ] e
+∞
H e j2 π / N = − j( 2 π / N ) n

n = −∞
+∞
= ∑α
n = −∞
n
u [ n ] e − j( 2 π / N ) n

∑ [α e ]
+∞
− j( 2 π / N ) n
=
n=0

1
=
1 − α e − j2 π / N
104

dan

( ) ∑ h[n ] e
+∞
H e − j2 π / N = j( 2 π / N ) n

n = −∞
+∞
= ∑α
n = −∞
n
u [ n ] e j( 2 π / N ) n

∑ [α e ]
+∞
j( 2 π / N ) n
=
n =0

1
=
1 − α e j2 π / N
Secara umum, tanggapan frekuensinya dapat dinyatakan dengan

( )
H e jω =
1
1 − α e − jω
Cara lain untuk menentukan tanggapan frekuensi sistem adalah sebagai
berikut. Masukan x[n] dapat ditulis sebagai deret Fourier
⎡ 2π ⎤ ⎡ 2π ⎤
1 j⎢ ⎥ n 1 − j⎢ ⎥ n
x[n ] = e ⎣ N ⎦ + e ⎣ N ⎦
2 2
dan tanggapan frekuensinya adalah

H (e jω ) =
+∞

∑ h[n] e
n = −∞
− jωn

+∞
= ∑α
n = −∞
n
u[n ] e − jωn

= ∑ α n e − jωn
n =0

= ∑ α n e − jωn
n =0

1
=
1 − α e − jω
Dengan demikian, keluaran sistem dapat dinyatakan sebagai:

∑ a k H ( e j 2 πk / N ) e
jk n
y[ n ] = N

k= N
2π 2π
1 j n 1 −j n
= H (e j2 π / N ) e N + H (e − j2 π / N ) e N
2 2
1⎧ 1 ⎫ j 2Nπ n 1 ⎧ 1 ⎫ − j 2Nπ n
= ⎨ ⎬e + ⎨ ⎬e
2 ⎩1 − α e − j 2 π / N ⎭ 2 ⎩1 − α e j 2 π / N ⎭
105

4.7.2. Soal-soal Tambahan


1. Sebuah sistem LTI waktu diskrit mempunyai tanggapan impuls
n
⎡1⎤
h[n ] = ⎢ ⎥
⎣2⎦
maka tentukanlah representasi deret Fourier dari y[n] jika masukan x[n]
adalah isyarat periodik dengan periode 6 dan dinyatakan sebagai berikut
⎧1, n = 0, ± 1
x[n ] = ⎨
⎩0, n = ±2, ± 3
2. Sebuah sistem LTI waktu kontiyu dengan tanggapan impuls
h(t) = e −4⎜t⎥
maka tentukanlah representasi deret Fourier dari y(t) jika masukan x(t)
seperti pada gambar berikut.
X(t)

... ...

-2 -1 0 1 2 3 t

Gambar 4.9 Isyarat x(t) untuk soal no. 2

4.8. Filter-filter Pemilih Frekuensi


Tanggapan frekuensi suatu filter dalam waktu kontinyu, secara garis
besar dibedakan menjadi:
1. Lowpass ideal
Filter ini melewatkan frekuensi rendah saja. Perhatikan gambar 4.10.

H(jω)

ω
−ωc 0 ωc

Gambar 4.10 Tanggapan frekuensi filter lowpass ideal (waktu kontinyu)


106

2. Highpass ideal
Filter ini melewatkan frekuensi tinggi saja. Perhatikan gambar 4.11.
H(jω)

ω
−ωc 0 ωc

Gambar 4.11 Tanggapan frekuensi filter highpass ideal (waktu kontinyu)

3. Bandpass ideal
Tanggapan frekuensi filter bandpass ideal diperlihatkan pada gambar 4.12.
H(jω)

ω
−ω2 −ω1 ω1 ω2

Gambar 4.12 Tanggapan frekuensi filter bandpass ideal (waktu kontinyu)

Sedangkan tanggapan frekuensi suatu filter dalam waktu diskrit, secara


garis besar juga dibedakan menjadi:
1. Lowpass ideal
Tanggapan frekuensi filter bandpass ideal diperlihatkan pada gambar 4.13.
H(e jω)

ω
−2π −π −ω 0 ω1 π 2π
1

Gambar 4.13 Tanggapan frekuensi filter lowpass ideal (waktu diskrit)

2. Highpass ideal
Tanggapan frekuensi filter bandpass ideal diperlihatkan pada gambar 4.14.
107

H(e jω)

ω
−2π −π 0 π 2π

Gambar 4.14 Tanggapan frekuensi filter highpass ideal (waktu diskrit)

3. Bandpass ideal
Tanggapan frekuensi filter bandpass ideal diperlihatkan pada gambar 4.15.
H(e jω)

ω
−2π −π 0 π 2π

Gambar 4.15 Tanggapan frekuensi filter bandpass ideal (waktu diskrit)

4.8.1. Contoh Soal dan Penyelesaian


1. Sebuah rangkaian filter lowpass RC sederhana pada gambar 4.16. Jika
masukan sistem adalah Vs(t) dan keluarannya adalah Vc(t), tentukanlah
persamaan yang menyatakan hubungan antara keluaran dan masukan
sistem.
R

Vs(t)
C Vc(t)

i(t)

Gambar 4.16 Rangkaian filter RC lowpass sederhana

Penyelesaian
Dengan Vs(t) sebagai masukan sistem dan Vc(t) sebagai keluarannya,
maka untuk rangkaian RC di atas berlaku:
108

VR ( t ) + VC ( t ) = VS ( t )
R i( t ) + VC ( t ) = VS ( t )
d
RC VC ( t ) + VC ( t ) = VS ( t )
dt
Jika masukan Vs(t) = e jωt maka keluaran Vc(t) harus menjadi
Vc(t) = H(jω) e jωt
Sehingga diperoleh

RC
d
dt
{ }
H( jω) e jωt + H( jω) e jωt = e jωt

RCjω H( jω) e jωt + H( jω) e jωt = e jωt


RCjω H( jω) + H( jω) = 1
[RCjω + 1] H( jω) = 1
1
H( jω) =
RCjω + 1
Jika
ω ≈ 0 maka ⎢H(jω)⎥ ≈ 1 dan ω > 0 maka ⎢H(jω)⎥ <<
Tanggapan frekuensi filter ini dapat digambarkan secara grafis pada
gambar 4.17.
IH(Jω)I

ω
-1/RC 1/RC

Gambar 4.17 Tanggapan filter lowpass RC pada soal no. 1

Filter lowpass RC sederhana pada contoh soal no. 1 ini merupakan filter
yang non-ideal.
2. Sebuah rangkaian filter highpass RC sederhana pada gambar 4.18. Jika
masukan sistem adalah Vs(t) dan keluarannya adalah VR(t), tentukanlah
persamaan yang menyatakan hubungan antara keluaran dan masukan
sistem.
109

VR(t)

Vs(t)
C

i(t)

Gambar 4.18 Rangkaian filter RC highpass sederhana

Penyelesaian
Dengan Vs(t) sebagai masukan sistem dan VR(t) sebagai keluarannya,
maka untuk rangkaian RC di atas berlaku:
VR ( t ) + VC ( t ) = VS ( t )
1
C∫
VR ( t ) + i( t )dt = VS ( t )

1 V (t)
VR ( t ) + ∫ R dt = VS ( t )
C R
1
RC ∫
VR ( t ) + VR ( t ) dt = VS ( t )

d d
RC VR ( t ) + VR ( t ) = RC VS ( t )
dt dt
Jika masukan Vs(t) = e jωt maka keluaran VR(t) harus menjadi
VR(t) = H(jω) e jωt
Sehingga diperoleh
d d
RC VR ( t ) + VR ( t ) = RC VS ( t )
dt dt
d
[ ]
RC H( jω).e jωt + H ( jω).e jωt = RC e jωt
dt
d
dt
RCjω . H( jω) e + H ( jω).e = RCjω. e jωt
j ωt jωt

(RCjω + 1) H ( jω) = RCjω


RCjω
H ( jω) =
RCjω + 1
Terlihat dari persamaan tanggapan frekuensi sistem, bahwa jika
⎜ω⎟ >> 1/RC maka terjadi redaman. Dengan kata lain, jika ω mendekati
nol maka ⎢H(jω)⎥ << dan jika ⎜ω⎟ = 1/RC maka ⎢H(jω)⎥ = 1.
110

Tanggapan frekuensi filter ini dapat digambarkan secara grafis pada


gambar 4.19.
IH(Jω)I

ω
-1/RC 1/RC

Gambar 4.19 Tanggapan filter highpass RC pada soal no. 2

Filter highpass RC sederhana pada contoh soal no. 2 ini merupakan filter
yang non-ideal.

Anda mungkin juga menyukai