23 Agustus 2021
DUPLIK DALAM PERKARA
No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel
Antara
PT Pernadi Wiraperkasa Selaku Penggugat
Lawan
Asep Anwar Masum Selaku Tergugat
Dengan Hormat.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Asep Anwar Masum, Warga Negara Indonesia dengan
nomor induk 3174011002640003, beralamat domisili di Perumahan Mahakam Residence No.
D5 Jl. Joe, Rt. 003 Rw. 006, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dalam hal ini selaku
Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi pada perkara Gugatan Wanprestasi Nomor
228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel. Untuk dan atas nama Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi
dengan ini menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi.
Setelah mempelajari dan menganalisa secara seksama materi Replik pada perkara Gugatan
Wanprestasi Nomor 228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel yang diajukan oleh Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi di depan persidangan pada hari kamis tanggal 26 Juli 2021,
maka perkenankan kami menyampaikan Duplik sebagai berikut:
DALAM KONVENSI.
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 1
Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas. Aturan untuk
peningkatan Modal Ditempatkan ada di Pasal 14, untuk Perubahan Data Perseroan ada
di Pasal 15 dan aturan secara umum ada di Pasal 2 sampai Pasal 7.
Untuk Peningkatan Modal Perseroan notaris harus menyampaikan sesuai pasal 14 butir
(f) “bukti setor modal dari bank atas nama Perseroan atau Neraca Perseroan jika
perubahan anggaran dasar mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor
dalam rangka modal dasar”
Untuk perubahan Pemegang Saham karena pengalihan saham dan/atau jumlah
kepemilikan saham yang dimilikinya harus sesuai Pasal 15 butir (3) “Dokumen pendukung
pemberitahuan perubahan data Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk :
a. perubahan susunan pemegang saham karena pengalihan saham dan/atau jumlah
kepemilikan saham yang dimilikinya berupa :
i. tembusan akta perubahan susunan pemegang saham yang meliputi nama
dan jumlah saham yang dimilikinya dilengkapi dengan akta pemindahan hak
atas saham yang diketahui oleh notaris sesuai dengan aslinya; dan
ii. ringkasan akta perubahan nama pemegang saham karena pengalihan
saham, sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.”
Untuk aturan umum mengenai bukti setor disebutkan di pasal 6 butir (e) “fotokopi bukti
setor modal Perseroan yang diketahui oleh notaris sesuai dengan aslinya berupa:
i. slip setoran atau keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening
bersama atas nama para pendiri atau pernyataan telah menyetor modal
Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi bersama‐sama
semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan, jika setoran
modal dalam bentuk uang;
ii. keterangan penilaian dari ahli yang tidak terafiliasi atau bukti pembelian
barang jika setoran modal dalam bentuk lain selain uang yang disertai
pengumuman dalam surat kabar jika setoran dalam bentuk benda tidak
bergerak;
iii. Peraturan Pemerintah dan/atau surat keputusan Menteri Keuangan bagi
Perseroan Persero atau Peraturan Daerah dalam hal pendiri adalah
Perusahaan Daerah atau Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota; atau
iv. neraca dari Perseroan yang meleburkan diri atau neraca dari perusahaan
bukan badan hukum yang dimasukkan sebagai setoran modal.”
Dari bukti diatas, sudah jelas Notaris sudah memeriksa terlebih dahulu keaslian dokumen
berupa bukti setor modal, risalah RUPS dan kelengkapan dokumen lainnya SEBELUM
dikirimkan copy nya ke Kemenhumkam, dan jika lengkap, baru dibuatkan Akta Notaris
dan kemudian mendapat pengesahan dari Kemenhumkam. Jadi jika Akta Notaris sudah
di terbitkan dan di‐SAH‐kan Kemenhunkam, artinya bukti setor modal dan risalah RUPS
sudah dipastikan ada dan diperiksa ke‐aslian‐nya.
Dengan alasan yang disebutkan dalam Butir 2 diatas, sudah jelas Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi tidak mempunyai dasar Hukum kuat untuk menggugat,
karena:
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 2
i. Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi tidak menyebutkan bukti bukti
adanya cacat hukum dalam proses pembuatan Akta Notaris yang
merupakan Akta Autentik yang di sahkan Kemenhunkam. Tidak akan
tercantum perubahan jumlah saham Tergugat Konvensi/Penggugat
Rekonvensi dalam Akta Notaris jika bukti setor modal dan di risalah RUPS
tidak dilampirkan dana tau tidak sesuai aslinya dalam proses pembuatan
Akta ke Notaris.
ii. Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi salah memahami Pasal 33 ayat
1 UU No. 40 Tahun 2007 aturan tersebut adalah untuk mendirikan
perseroan dan penambahan modal; perseroan didirikan tahun 1994,
sedangkan Tergugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi masuk sebagai
pemegang saham pada tahun 1995, jadi bukan sebagai pendiri perseroan.
iii. Tidak ada satu pun dokumen perjanjian/pernyataan dalam kurun waktu
1995‐2020 yang menunjukan kewajiban Tergugat Konvensi/Penggugat
Rekonvensi terhadap Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi ada yang
belum dipenuhi.
iv. Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi bisa memeriksa setoran modal
tersebut dengan melihat Neraca Keuangan atau arsip rekening bank atas
nama perusahaan pada tahun akta notaris tentang perubahan modal
dibuat. Bukti tersebut harusnya ditunjukan, apakah untuk pemegang
saham lain ada bukti setor dan untuk Tergugat konvensi/Penggugat
Rekonvensi tidak ada buktinya?. Sebagai catatan untuk Majelis Hakim yang
Mulia, Arsip rekening Bank tersebut dalam penguasaan Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi, sehingga tidak memungkinkan Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi untuk memeriksanya.
v. Tidak pernah ada keberatan dari pemegang saham atau pihak lain setelah
Akta Notaris perubahan modal ditempatkan atau perubahan pemegang
saham tersebut selesai dibuat, padahal perubahan tersebut terjadi sejak
tahun 1995 sampai tahun 2012, sudah 8 – 26 Tahun lalu kejadiannya.
vi. Terhadap pihak lain pun Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi
mengakui ada penambahan modal disetor, terbukti dari Neraca Keuangan
Perusahaan yang disampaikan ke Ditjen Pajak dalam SPT Tahunan pajak dari
mulai tahun 1995 sampai sekarang; dan Laporan Keuangan Perusahaan
yang disampaikan ke pihak lain untuk syarat ikut serta dalam lelang
pengadaan atau perijinan dari Intansi yang berwenang, sejak tahun 1995..
3. Bahwa Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi dalam Replik butir 4 sengaja
mengaburkan tanggapan terhadap fakta yang disebut Tergugat konvensi dalam
jawaban surat gugatan butir 2 ayat (b) yang isinya “b. Petitum nomor 5 dan nomor
6 dalam Gugatan bertolak belakang dan tidak sinkron, karena sesuai dengan
petitum nomor 3 dan nomor 4, jumlah saham yang Tergugat peroleh jumlahnya:
24 lembar dalam petitum nomor 2; dan 200 lembar saham dalam petitum nomor
4, tapi dalam petitum nomor 5 dan nomor 6 diminta mengembalikan 11.900
lembar saham.” Faktanya isi tuntutan (Petitum) Penggugat Konvensi nomor 3
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 3
“Menyatakan Akta Perubahan Pemyataan Keputusan Rapat PT PWP, No. 1,
tanggal 1 Desember 1995, yang dibuat dihadapan Notaris Yudo Paripurno, SH.
Terhadap kepemilikan saham Tergugat tidak sah dan batal demi hukum. “ dalam
akta tersebut Tergugat konvensi/Penggugat Rekonvensi mendapatkan 24 lembar
saham. Isi Tuntutan (Petitum) nomor 4 “Menyatakan Akta Perubahan Pernyataan
Keputusan Para Pemegang Saham PT PWP, No 2, tanggal 6 Desember 2004 yang
dibuat oleh Nyonya Lely Roostiati Yudo Paripumo, SH., sebagai pengganti
sementara Notaris Yudo Paripurno, SH., terhadap kepemillkan saham Tergugat
tidak sah dan batal demi hukum.” Dalam Akta tersebut Tergugat mendapatkan
200 lembar saham. Akan Tetapi dalam tuntutan (petitum) nomor 5 isinya:
“Menghukum Tergugat untuk mengembalikan saham PT PWP miliknya
dikembalikan kepada PT PWP.” Padahal seperti disebutkan juga dalam surat
gugatan butir 8 “…dimana Tergugat memiliki 11.900 lembar saham (10%} saham
PT PWP dengan nilai sebesar Rp. 1.190.000.000, (satu milyar seratus sembilan
puluh juta Rupiah). Sudah jelas isi dari petitum Nomor 3 dan 4 tidak sinkron
dengan Petitum nomor 5 dan 6.
Perlu dijelaskan kedua Akta Notaris tersebut perubahan saham Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi berasal dari pembelian saham, jadi kalau ada
yang keberatan dan minta dibatalkan yang meminta harusnya penjual
saham/pemilik saham sebelumnya, perseroan tidak ada hubungan hukum
dalam penjualan tersebut dan tidak punya hak menuntut Akta Notaris tersebut
dibatalkan.
Kemudian bagaimana mungkin dalam Petitum butir 3 dan 4, 2(dua) Akta Notaris
yang minta dibatalkan; dimana isinya perolehan saham Tergugat jumlahnya 224
(Dua Ratus Dua Puluh Empat) lembar saham, tapi dalam petitum butir 5 minta
dikembalikan 11.900(sebelas ribu Sembilan ratus) lembar saham? kemudian
bagaimana mungkin pemegang saham lainnya hak milik saham jumlahnya tetap?,
padahal dalam Akta Notaris yang diminta dibatalkan ada juga tambahan perolehan
saham untuk pemegang saham lainnya.
4. Bahwa untuk menjawab Replik butir 9, perlu dijelaskan bahwa dalam Undangan
RUPSLB Nomor 043/PWP/X/2020 tanggal 1 Oktober 2020, agenda rapat nya
adalah :
1. Pembukaan
2. Pembenahan Kepemilikan Saham Perseroan berdasarkan Legal
Opini atas legalitas kepemilikan saham.
3. Tanggapan atas saham kepemilikan Bapak Ir Asep Anwar Masum
sebesar 10% (11.900 lembar saham)
4. Pengembalian Aset milik Bapak Ir Asep Anwar Masum.
5. Pengembalian hutang piutang Perseroan kepada Bapak Ir Asep
Anwar Masum.
Kenyataannya RUPSLB tersebut hanya mempertanyakan keabsahan kepemilikan
saham Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi dengan alasan sama sekali
belum menyetorkan modal, padahal Akta Autentik yang menyatakan SAH nya
kepemilikan saham tersebut jelas jelas ada. Dalam RUPS tersebut tidak
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 4
disampaikan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi bukti bukti adanya cacat
hukum dalam proses pembuatan Akta Notaris yang merupakan Akta Autentik yang
di sahkan Kemenhunkam. Jika merasa Akta Notaris tersebut tidak benar, misalkan
karena belum setor, tentunya harus dijelaskan dan diperlihatkan bukti rekening
perusahaan yang menunjukan pemegang saham lain sudah menyetor dan
Tergugat konvensi/Penggugat Rekonvensi bukti setor tidak ada, serta ada bukti
ada pemalsuan data yang disampaikan ke Notaris.
Karena tidak ditunjukkan bukti; serta keabsahan kepemilikan saham diambil
voting, maka Tergugat konvensi/Penggugat Rekonvensi memutuskan WALKOUT
dari RUPSLB, sehingga tidak tahu sama sekali risalah RUPS. Pada RUPS tersebut
Tergugat konvensi menegaskan RUPSLB tidak berwenang menyatakan keabsahan
kepemilikan saham, hanya Pengadilan yang punya wewenang.
Akan tetapi di sisi lain; yang tertulis di undangan acara pengembalian asset dan
hutang piutang Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi tidak dilaksanakan dan
akhirnya ternyata dibuat sebagai sandera supaya keinginan pemegang saham lain
serta Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi dipenuhi, sangat jelas perbuatan
tersebut tidak menghormati lembaga pengadilan dan hal tersebut dapat
memenuhi pidana penggelapan sesuai pasal 372 KUHP.
5. Bahwa dalam Replik Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi butir 10, memutar
balikan fakta, dimana masa kejadian perolehan saham terjadi mulai tahun 1995
sampai dengan tahun 2012, akan tapi dalam replik butir 10 ditulis “…Sekali lagi
Tergugat memutarbalikan fakta‐fakta yang ada dimana pada masa sekitar tahun
2016 sampai dengan 2018, Tergugat adalah Direktur Utama dari Perseroan, yang
mana saat itu semua adalah TANGGUNG JAWAB TERGUGAT DAN LAPORAN
KEUANGAN SERTA PAJAK YANG ADA ADALAH PERBUATAN TERGUGAT SENDIRI…”
logika apa yang dipakai kalau perbuatan yang yang terjadi pada masa tahun 1995
sampai tahun 2012, tapi dijawab untuk pertanggung jawaban masa tahun 2016
sampai tahun 2018?
6. Bahwa Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi butir 10 alinea terakhir
menyampaikan pernyataan bohong dengan menyampaikan pemegang saham lain
menyetorkan dan mendanai perseroan hingga saat ini, dan tergugat konvensi tidak
pernah lakukan, pernyataan tersebut tidak didukung bukti‐bukti setoran dari
pemegang saham lain. Perlu disampaikan bukti setoran atas nama Tergugat
Konvensi sebagian masih ada dalam catatan di komputer Tergugat konvensi.
Dalam jawaban gugatan butir 3 ayat b sub ayat vi setoran atas nama Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi disampaikan ada setoran ke rekening bank
perseroan nomor Rek. 0359‐01‐000549‐30‐6 di Bank BRI tanggal 27 Juni 2011
sebesar Rp. 230.000.000,‐ sebagai setoran modal 2300 lembar saham; sebagai
tambahan ada juga setoran ke ke rekening perseroan nomor Rek. 006‐
0005154863 di Bank Mandiri tanggal 14 Januari 2011 sebesar Rp. 449.985.000,‐
untuk Modal Kerja perseroan. silahkan data tersebut untuk diperiksa dan
dicocokkan dengan print‐out rekening bank di tahun diatas.
Kemudian ada juga setoran lainnya antara lain:
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 5
a. setoran yang kemudian jadi piutang Tergugat Konvensi sebesar
Rp.650.000.000,‐ dan pada saat ini sisa yang belum dibayar sebesar Rp.
330.000.000,‐ sesuai surat pernyataan perseroan Nomor
019/PWP/VI/2019 tanggal 27 Juni 2019.
b. Pinjaman dari Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi kepada
perseroan periode Tahun 2000 – 2011 jumlah total sebanyak
Rp.2.099.600.000,‐ dan sudah lunas diselesaikan perseroan berdasarkan
catatan keuangan periode tahun 2000‐2011.
7. Bahwa Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi butir 12 salah dalam membaca
jawaban gugatan, ada bukti tertulis surat pernyataan dari Bank Mandiri Nomor:
CBC JTH 2/0441/2010 Tanggal 25 Februari 2010 yang menyatakan asset tersebut
dan beberapa asset lain milik Tergugat konvensi/Penggugat rekonvensi menjadi
jaminan fasilitas kredit di Bank mandiri (persero) tbk.
8. Bahwa Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi dalam butir 13 salah dalam
memahami Undang Undang, dimana kewajiban untuk memberikan laporan
keuangan tetap ada sebelum ada keputusan pengadilan yang berkekuatan tetap
membatalkan akta tentang kepemilikan saham Tergugat konvensi/Penggugat
Rekonvensi.
9. Bahwa Penggugat konvensi/Tergugat Rekonvensi dalam butir 16 mengakui tidak
meberikan kompensasi apapun terhadap mundurnya Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi setelah 23 Tahun bekerja di perseroan dan posisi
sebagai Direktur Utama hanya 2 tahun terakhir.
10. Bahwa pertanggung jawaban sebagai Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi
sudah dilakukan sesuai dengan surat Serah Terima Laporan Keuangan PT Pernadi
Wiraperkasa dan Group tanggal 28 Januari 2019, yang diterima dan di tanda
tangan oleh pemegang saham mayoritas perseroan/komisaris perseroasn Ir.
Hendarin Riandi dan Ir. Herfin Prakoso.
DALAM REKONVENSI.
1. Bahwa Penggugat Rekonvensi dengan ini menyatakan tetap pada Jawabannya semula
dalam Gugatan Rekonvensi serta menolak segala dalil‐dalil dan dalih yang dikemukakan
oleh Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi baik dalam Gugatannya maupun dalam
Repliknya a quo kecuali yang kebenarannya diakui secara tegas oleh Penggugat
Rekonvensi/Tergugat Konvensi.
2. Bahwa segala sesuatu yang telah dikemukakan dalam bagian Konvensi mohon dianggap
pula dalam bagian Rekonvensi ini
3. Bahwa dalam Jawaban Gugatan Rekonvensi butir 18 Tergugat Rekonvensi mengakui ada
utang, dan mengakui sudah menerima somasi, sesuai surat jawaban Tergugat Rekonvensi
No. 044/PWP/X/2020 tanggal 5 Oktober dan surat jawaban No. 049/PWP/X/2020 tanggal
28 Oktober 2020. Namun dalam kedua surat jawaban tersebut Tergugat Rekonvensi tidak
menunjukan itikad baik untuk membayar; dan menghindar dengan memberi alasan yang
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 6
tidak masuk akal, padahal Tergugat Rekonvensi dipastikan mampu membayar utang
tersebut. Disebutkan dalam surat jawaban perseroan No. 049/PWP/X/2020 tanggal 28
Oktober 2020 “Bahwa pada tanggal 20 Oktoher 2020. telah dilakukan Rapat Umum
Pemegang Saham PT Pernadi Winiperkasa ("Perseroan") yang memutuskan. Perseroan
akan mengembalikan uang milik Klien Saudara di Perseroan jika Klien Saudara telah
mengembalikan saham atas nama Tuan Asep Anwar Masum seluruhnya kepada
Perseroan dan saham lainnya dalam group Pernadi Wiraperkasa atas nama Klien
Saudara yaitu saham di PT Sinar Langit Utara dan atas nama Nyonya Kiki Sri Puspitasari
saham di PT Mega Gema Bahana telah dikembalikan juga.” Dari jawaban tersebut sudah
jelas Tergugat Rekonvensi melanggar hukum, karena SUDAH MEMUTUSKAN SEPIHAK
Penggugat Rekonvensi harus mengembalikan saham baru utang tersebut dibayar,
padahal pada saat pinjaman dilakukan klausul tersebut tidak pernah dibahas, dan gugatan
atas hal tersebut pada waktu surat dibuat belum dilakukan dan sekarang masih dalam
proses dan belum ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap tentang
pengembalian saham.
4. Bahwa dalam Jawaban Gugatan Rekonvensi butir 27, Tergugat Rekonvensi salah
memahami isi Undang Undang tentang Perseroan Terbatas, Pasal 33 ayat 1 UU No. 40
Tahun 2007 aturan tersebut adalah untuk mendirikan perseroan dan penambahan
modal, perseroan didirikan tahun 1994, sedangkan Tergugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi masuk sebagai pemegang saham pada tahun 1995, jadi Penggugat
Rekonvensi bukan sebagai pendiri perseroan.
5. Bahwa Tergugat Rekonvensi dalam replik butir 33 menyebutkan Putusan Cerai Penggugat
Rekonvensi No. 1963/Pdt.G/2009/PAJS, perlu ditegaskan bahwa dokumen tersebut milik
Penggugat Rekonvensi bukan dokumen publik, dan tidak pernah diberikan ke Tergugat
Rekonvensi atau Perseroan atau pegawai perseroan, dan dokumen tersebut patut diduga
hasil fotocopy tanpa ijin atau pencurian dokumen, sehingga melanggar Pasal 362 KUHP.
Dokumen hasil pencurian seharusnya tidak bisa dijadikan bukti dalam persidangan, dan
saham perseroan yang dimiliki Penggugat Rekonvensi pada tahun 2009 jumlahnya sangat
sedikit sekitar 2% dibanding nilai asset asset lainnya pada tahun tersebut makanya tidak
disebutkan.
PENUTUP
Dari uraian‐uraian tersebut diatas, dalam Gugatan wamprestasi bisa disimpulkan Penggugat
Konvensi tidak punya dasar hukum dan bukti yang kuat untuk mengajukan Gugatan
Wanprestasi ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tujuan utamanya adalah: Penggugat
beserta Pemegang Saham lain tidak mau memenuhi hak Tergugat; melakukan upaya
merampas Hak atas Saham milik Tergugat; serta menyandera Asset Hak milik Tergugat
supaya tujuannya tercapai .
Dalam Gugatan Rekonvensi, Penggugat Rekonvensi tetap dalam jawaban semula, dan tidak
berubah dalam tuntutan, karena:
1. Tergugat Rekonvensi mengakui ada utang tersebut sesuai dengan Replik butir 18,
akantetapi tidak punya itikad baik untuk membayar, sehingga diperlukan sita jaminan
supaya ada kepastian akan dibayar.
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 7
2. RUPSLB PT Pernadi Wiraperkasa No. 2 tanggal 20 Oktober 2020 tidak mempunyai
wewenang untuk menyatakan ke‐absahan kepemilikan saham penggugat Rekonvensi.
3. Kewajiban untuk memberikan Laporan Keuangan sudah jelas tertulis dalam Undang
Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 138 ayat (3). dan
Penggugat Rekonvensi masih sebagai pemegang saham yang sah sebelum ada
keputusan pengadilan yang menyatakan sebaliknya.
Karena alasan yang sudah dijelaskan diatas, sudi kiranya Yang Mulia Majelis Hakim yang
memeriksa, memutus, dan mengadili Perkara a quo dapat memutus Perkara a quo, sebagai
berikut:
1. DALAM EKSEPSI
Menerima Eksepsi Tergugat Konvensi untuk seluruhnya.
2. DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak Gugatan Penggugat Konvensi untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Gugatan Penggugat Konvensi tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijke Verklaard);
3. Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini;
3. DALAM REKONVENSI.
1. Mengabulkan Gugatan Tergugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melakukan perbuatan
Wanprestasi.
3. Menyatakan RUPSLB PT Pernadi Wiraperkasa No. 2 tanggal 20 Oktober
2020 adalah perbuatan melawan hukum serta tidak sah, dan batal demi
hukum.
4. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk mengembalikan sisa hutang
pokok sebesar Rp.330.000.000,‐(Tiga ratus tiga puluh juta rupiah), secara
sekaligus dan seketika.
5. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar hutang bunga secara
sekaligus dan tunai sebesar 1% atau Rp. 3.300.000,‐ (Tiga juta tiga ratus
ribu rupiah) setiap bulan terhitung sejak bulan Mei 2017 sampai semua
hutang dilunasi
6. Menetapkan sita jaminan yang Sah dan berharga terhadap objek jaminan
berupa satu buah kendaraan Mobil SkidTank Nomor Polisi B9145PEA Merk
Mitsubishi Type Fuso FZY1W 280T4X2 Tahun 2016 dengan Nomor Rangka
MEC622CCGP028212 dan Nomor Mesin 400951D0028238 beserta Tanki
LPG 15 Ton dan kelengkapannya milik/atas nama PT Pernadi Wiraperkasa.
7. Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 330.000,‐ (Tiga ratus tiga puluh ribu rupiah) setiap hari apabila
Tergugat RekonvensiI lalai menjalankan isi putusan.
8. Memberikan Laporan Keuangan PT. Pernadi Wiraperkasa hasil
pemeriksaan dari Kantor Auditor Publik Independen, tahun 2018 sampai
paling tidak tahun 2020 dan atau sampai tahun terakhir bisa diperiksa,
secara lengkap termasuk data transaksi Buku Besar (General Ledger), baik
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 8
hardcopy maupun softcopy dan membagikan keuntungan hasil usaha
sampai tahun terakhir diperiksa.
9. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada
bantahan (verset), banding atau kasasi (uitvoerbaar bij voorraad);
10. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara yang
timbul dalam perkara ini
Atau bila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil‐adilnya
(ex aequo et bono).
Demikian Duplik, dalam Jawaban Gugatan dan Gugatan Rekonvensi ini kami ajukan, atas
perhatian dan terwujudnya prinsip keadilan dalam pemeriksaan Gugatan ini, kami
sampaikan terima kasih.
Hormat Kami
Asep Anwar Masum
Duplik Gugatan No.228/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Sel Hal. 9