Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI

Rubella adalah salah satu penyakit umum yang menyebar di seluruh dunia dan
menyerang berbagai umur dengan gejala yang bervariasi (Bachtiar, Raksanagara,
Widhiastuti, Judistiani, & Hardiana, 2015).

Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa
gejala sehingga sering tidak terlaporkan, sedangkan rubella pada wanita dewasa sering
menimbulkan sakit sendi (arthritis atau arthralgia). Rubella pada wanita hamil terutama pada
kehamilan trimester pertama dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir dengan cacat
bawaan yang disebut congenital rubella syndrome (CRS) (Kemenkes RI, 2018).

Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit terdiri
dari katarak (kekeruhan lensa mata), penyakit jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan
keterlambatan perkembangan, termasuk keterlambatan bicara dan disabilitas intelektual.
Sindrom rubella kongenital disebabkan infeksi virus rubella pada janin selama masa
kehamilan akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubella. Seorang anak dapat
menunjukkan satu atau lebih gejala CRS dengan gejala tersering adalah gangguan
pendengaran (Fitriany & Husna, 2018).

Risiko bayi yang terkena CRS dan keparahan dari cacat lahir tergantung di usia
kehamilan ketika ibu terkena rubella:

1. Infeksi pada awal kehamilan paling berbahaya (<12 minggu).


a. Minggu 1 – 10 = 90% terkena CRS.
b. Minggu 11 – 12 = 33% terkena CRS.
c. Minggu 13 – 14 = 11% terkena CRS.
d. Minggu 15 – 16 = 24% terkena CRS.
e. Minggu ≥ 17 = 0% terkena CRS.
2. Menyebabkan lahir mati atau prematur atau abortus.
3. Manifestasi klinis atau organ yang terserang tergantung usia kehamilan saat infeksi.
(Pencegahan, Measles, & Rubela, n.d.)

Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek
campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di antaranya adalah
campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010
sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah
kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan,
mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan
swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.

Di Indonesia, Rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang


memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir
menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain itu, berdasarkan
studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan
terdapat 2.767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun
menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun (Kemenkes RI, 2018).

2.2 ETIOLOGI

Sindrom rubella kongenital disebabkan infeksi virus rubella pada janin selama masa
kehamilan akibat ibu tidak mempunyai kekebalan terhadap virus rubella. Virus rubella
ditransmisikan melalui pernapasan yaitu melalui droplet yang dikeluarkan oleh seseorang
yang terinfeksi rubella, setelah terkena droplet, virus ini akan mengalami replikasi di
nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5 sampai hari
ke-7 setelah terpajan virus rubella. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin karena
proses pembelahan terhambat. Diagnosis dari CRS bisa ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pebunjang. Pemeriksaan laboratorium untuk menunjang
diagnosis CRS antara lain: isolasi virus, pemeriksaan serologik (ELISA) dan pemeriksaan
terhadap RNA virus rubella. Terapi untuk CRS sendiri hanya bersifat suportif untuk defek -
defek yang dialami. Penting untuk mencegah CRS adalah dengan vaksin MMR sebelum
hamil. Prognosis untuk CRS lebih buruk dibandingkan dengan rubella postnatal karena
disertai kerusakan organ multiple yang berat (Fitriany & Husna, 2018).

2.3 PATOFISIOLOGI
2.4 TANDA DAN GEJALA

 Ruam merah yang bermula di wajah, lalu menyebar ke badan dan tungkai.
 Demam.
 Pilek dan hidung tersumbat.
 Tidak nafsu makan.
 Mata merah.
 Muncul benjolan di sekitar telinga dan leher, akibat pembengkakan kelenjar getah
bening.

2.5 DIAGNOSIS BANDING


Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa ruam
makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium prodromal demam
disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam makulopapular.7,9 Penyakit lain
yang menimbulkan ruam yang sama antara lain:
„ Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
„ Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam
muncul.
„ Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium prodromal.
„ Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa
konjungtivitis ataupun coryza.
„ Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, tetapi
tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan sendi yang
tidak ada pada campak.

2.6 PENATALAKSANAAN
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.1,10,12 Vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian
vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia.5
Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut
„ 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
„ 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
„ 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
„ Pemberian vitamin A tambahan satu kali

2.7 KOMPLIKASI
Rubella tergolong infeksi ringan, dan biasanya hanya menyerang satu kali seumur
hidup. Akan tetapi, rubella dapat memberikan dampak yang lebih serius pada ibu hamil.
Kondisi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami keguguran atau memicu sindrom
rubella kongenital pada janin.
Sindrom rubella kongenital diketahui menyerang lebih dari 80% bayi, dari ibu yang terinfeksi
rubella pada usia kehamilan 12 minggu. Sindrom rubella kongenital sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan cacat lahir, seperti tuli, katarak, penyakit jantung bawaan, dan gangguan
pertumbuhan.

2.8 PENCEGAHAN
Rubella dapat dicegah dengan imunisasi MMR atau MR. Selain memberikan
perlindungan terhadap rubella, vaksin MMR juga dapat mencegah gondongan dan campak.
Sedangkan vaksin MR tidak melindungi dari gondongan. Lebih dari 90% penerima vaksin
MMR akan kebal dari serangan rubella.
Imunisasi MMR dianjurkan untuk dilakukan dua kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 5 tahun.
Pada orang yang belum pernah mendapat imunisasi MMR, vaksin ini dapat diberikan kapan
saja.
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan dianjurkan untuk menjalani tes darah. Jika
hasil tes menunjukkan tidak ada kekebalan terhadap rubella, vaksin MMR akan diberikan,
dan setidaknya satu bulan kemudian baru boleh hamil. Vaksin ini tidak boleh diberikan saat
sedang hamil.
Jika terdapat kontak dengan penderita rubella atau curiga terpapar oleh virus rubella, wanita
hamil perlu segera ke dokter kandungan untuk menjalani pemeriksaan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus

Tanggal : 30 Maret 2021

Pukul : 10. 00

1. PENGKAJIAN
1) Identitas Anak

a) Nama Anak : An.Q


b) Umur : 9 bulan
c) Tanggal lahir : 26 Juni 2020
d) Anak ke : Pertama
e) Jenis kelamin : Perempuan

2) Identitas ibu Identitas ayah

a) Nama : Ny. M Nama : Tn. T


b) Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
c) Agama : islam Agama : islam
d) Suku : jawa suku : jawa
e) Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT pekerjaan : Swata
g) Alamat : Cinderejo kidul,Banjarsari ,Surakarta

b. Anamnesa ( Data Subjektivf)

1). Alasan datang ke RB

Ibu mengatakan anaknya mengalami demam ringan dan terdapat ruam


merah di tubuhnya

2). Riwayat Kesehatan

a) Imunisasi , ibu mengatakam :

o BCG : 26 – 7 - 2020
o DPT Combo 1 : 26 – 8 - 2020
o DPT Combo 2 :26 – 9 -2020
o DPT Combo 3 : 26 – 10 -2020
o Polio 1 : 26 -7- 2020
o Polio 2 : 26 – 8- 2020
o Polio 3 : 26 – 9 -2020
o Polio 4: 26 – 10 – 2020
o Hepatitis B1 : 27 – 6- 2020
o Imunisasi lain : tidak ada

b) Riwayat Penyakit lalu

Tidak ada

c) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan anaknya demam dan terdapat ruam merah di


tubuhnya

d) Riwayat penyakit keluarga

ibu mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun

e). Riwayat sosial

1. Yang mengasuh

Ibu mengatakan anaknya di asuh sendiri oleh orang tuanya

2. Hubungan dengan anggota Keluarga


Ibu emngatakan hubungan anggota keluarganya
baik/harmonis
3. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan ankanya senang bermain dengan teman
sebayanya
4. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih dan rapi

3) Pola kebiasaan Sehari-hari


a) Nutrisi
Ibu mengatakan sejak lahir sampai umur 6 bulan anaknya hanya di beri
ASI ekslusif saja, setelah 6 bulan mulai diberi makanan pendamping
seperti bubur,kacang hijau dan setelah umur 9 bulan diberi makanan
tambahan nasi dan sayuran hijau
b) Istirahat / tidur
 Siang : 3 jam
 Malam : 8 jam
c) Personal Hygene
Pagi : jam 7
Sore : jam 4
d) Eliminasi
BAK : 5-6x , warna kuning jernih
BAB : 1x sehari pagi hari, konsistensi lunak
e) Aktifitas
Ibu mengatakan anaknya sangat aktif jika diajak bermain

c. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadran : Composmesntis
c) TTV : N = 104x/menit , R=49x/menit, S=36,2derajat x/menit
d) BB/TB : 12kg / 89 cm
e) LK/LLA : 47 cm/ 16cm
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
1. Rambut : hitam , tidak rontok
2. Muka : wajah tampak kemerahan , agak pucat
3. Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih,bersih dan air
mata tidak keluar
4. Teilnga : kanan kiri simtris, tidak ada cairan yang keluar dan bersih
5. Hidung : hidung simetris, bersih dan tidak ada benjolan
6. Mulut : bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, mulut
tampak terbuka untuk bernafas , gusi tidak bengkak/berdarah,mulut
tidak berbau
b) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
c) Dada : simetris , tidak ada retraksi
d) Kulit : terdapat ruam merah
e) Perut : tidak ada nyeri tekan , tidak kembung
f) Ekstremitas : dapat bergerak bebas , jari tangan dan kaki lengkap , tidak
ada kelainan
3) Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

2. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 30 maret 2021 Pukul : 10.00 WIB

a. Diagnosa Kebidanan
An Q umur 9 bulan dengan ruam merah di tubuhnya (Rubella)
Data Dasar
Subjektif :
1. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 26 juni 2020
2. Ibu mengatakan anaknya demam dan terdapat ruam merah di tubuhnya
Objetif :

1) KU : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) TTV : N = 104x/menit , R=49x/menit, S=36,2derajat x/menit
4) BB = 12 kg, TB = 89 cm, LK,47 cm
5) Muka terlihat pucat
6) Hidung simetris , bersih dan tidak ada benjolan
7) Dada : Tidak ada retraksi , simetris kanan kiri
8) Kulit : terdapat ruam merah

3. DIANGNOSA POTENSIAL
Anak mengalami campak jerman (rubella)
4. TINDAKAN SEGERA
Diberikan obat penurun demam untuk menurunkan suhu tubuh
5. INTERVENSI
6. PENATALAKSANAAN
7. EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

Journal CDK-238/ vol.43 no.3, th. 2016


http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/31/28

https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/seperti-ini-gejala-anak-yang-terkena-virus-
rubella/

Anda mungkin juga menyukai