1,April 2020
Abstrak
Latar Belakang: Rubella dapat menjadi penyakit serius ketika diderita oleh wanita hamil. Sebagai salah satu
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, Rubella mengalami peningkatan kasus di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dengan tidak adanya vaksinasi dapat menjadi penyebab meningkatnya kasus. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pola penyebaran kasus Rubella dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode:
Dengan pendekatan studi kasus kontrol, penelitian ini menggunakan 142 responden (1: 1) dan pemetaan dalam
melihat pola penyebaran kasus. Analisis statistik dilakukan oleh Odds ratio (OR) dan regresi logistik. Hasil:
Penelitian ini menemukan kejadian Rubella meningkat sejak 2014, Kulonrprogo memiliki insiden tertinggi,
peningkatan kasus terjadi pada musim kemarau, 64,6% kasus Rubella berusia di bawah lima belas tahun, dan
meningkat dengan status sosial ekonomi dan populasi padat. Rubela menyebar dari daerah dengan insiden tinggi
ke daerah sekitarnya setiap tahun. Tinggal di daerah padat penduduk berisiko 2,96 kali menderita Rubella. Usia
balita adalah faktor pelindung Rubella. Kesimpulan: vaksinasi Rubella perlu dilakukan untuk membangun
kekebalan kelompok dan mengurangi penyebaran kasus. Penguatan dalam Surveilans Campak Berbasis Kasus
(CBMS) dan penyelidikan epidemiologi, terutama dalam kasus Rubella, disebabkan oleh informasi yang tidak
lengkap dan sebagian besar responden yang tidak tahu bahwa mereka telah terpapar oleh Rubella. Setelah
vaksinasi rubella massal, diperlukan vaksin rutin untuk anak di bawah satu tahun, dua dosis vaksin untuk anak
di atas 12 tahun, dan vaksin untuk wanita usia subur, sebagai strategi tindak lanjut untuk mengatasi penyebaran
rubella.
Abstract
Background: Rubella can be a serious illness when suffered by pregnant women. As one of the diseases that
can be prevented by immunization, Rubella has increasing case in the Yogyakarta Special Region. In the
absence of vaccination may be the cause of the increasing cases. This study aimed to see the pattern of Rubella
case spread and the factors that influence it. Method:With case control study approach, this study used 142
respondents (1:1) and mapping in viewing pattern of case spread. Statistical analysis is performed by Odds
ratio (OR) and logistic regression.Result:This study found Rubella incidence increased since 2014,
Kulonrprogo has the highest incidence, the increasing cases occured in the dry season, 64.6% of Rubella cases
are under fifteen years old, and increasing with socioeconomic status and densely population. Rubella spread
from region with high incidence to surrounding area each year. Living in densely populated areas has risk 2.96
times to suffer Rubella. Age under five was protective factor of Rubella. Conclusion: Rubella vaccination needs
to be done to establish group immunity and to reduce the spread of cases. Strengthening in Case-Based Measles
Surveillance (CBMS) and epidemiologic investigation, especially in Rubella case, is caused by incomplete
information and most respondents who do not know that they have been exposed by Rubella. After mass
vaccination of rubella, routine vaccines for children under one year are required, two doses of vaccine for
children up 12 years old, and vaccines for women of childbearing age, as a follow-up strategy to overcome the
spread of rubella.
39
Vol :4, No.1,April 2020
40
Vol :4, No.1,April 2020
41
Vol :4, No.1,April 2020
42
Vol :4, No.1,April 2020
200
180
160
Jumlah Kasus Rubella
140
120
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
43
Vol :4, No.1,April 2020
44
Vol :4, No.1,April 2020
membentuk pola menggambarkan dengan curah hujan yang hampir tidak ada.
rendahnya kekebalan komunitas dan Di Nigeria, Rubella meningkat pada
tingginya risiko paparan10. Di DIY, musim panas di bulan Februari hingga
kejadian Rubella meningkat pada bulan April11. Di India, 91% kasus Rubella dari
Juli hingga November. Menurut BMKG tahun 2008-2009 terjadi pada usia rata-rata
pada tahun 2015, antara bulan Juli hingga 6 tahun dan 23 tahun terjadi di musim
November merupakan musim panas dingin yaitu pada bulan Januari
45
Vol :4, No.1,April 2020
hingga Maret dan Agustus hingga apabila terjadi mobilitas tinggi dan
Desember12. peningkatan kasus di wilayah tetangga.
Strategi vaksinasi yang berhasil Kejadian Rubella meningkat pada wilayah
meningkatkan imunitas populasi dengan kepadatan penduduk tinggi dan
ditunjukkan dengan tidak adanya kasus menyebar di wilayah-wilayah di
pada populasi target ketika terdapat sekitarnya.
kejadian Rubella pada sub-populasi target Masa penularan virus Rubella
dimana individu di dalam sub-populasi adalah 7 hari sebelum dan setelah
belum mendapatkan vaksinasi10. Hasil munculnya rash. Dengan masa penularan
analisis deskriptif di setiap kabupaten/kota yang cukup lama dan gejala yang tidak
di Daerah Istimewa Yogyakarta begitu khas, dapat menjadi masalah bila
menunjukkan angka insiden terjadi di penderita tinggal di wilayah padat
kecamatan yang sama dan menyebar ke penduduk dan memiliki mobilitas yang
kecamatan lain. Hal ini menggambarkan tinggi. Kepadatan penduduk akan
tidak adanya imunitas di dalam populasi memudahkan penularan virus dari orang-
sehingga rentan untuk terjangkit Rubella orang. Hasil analisis OR menunjukkan
46
Vol :4, No.1,April 2020
responden memiliki risiko 2,96 kali untuk kepadatan penduduk dengan risiko infeksi
menderita Rubella bila tinggal di wilayah campak. Campak dan Rubella menular
padat penduduk. Kepadatan penduduk dan melalui penyebaran droplet di udara atau
tingginya mobilitas memudahkan dengan kontak langsung penderita,
penularan penyakit. Menurut Achmadi, penularannya berhubungan dengan
kepadatan penduduk merupakan tempat kepadatan penduduk15.
berkembangan biak yang subur bagi virus Hasil analisis bivariat menunjukkan
dan tempat ekspresimen rekaya genetik bahwa anak usia di bawah 5 tahun berisiko
secara alamiah13. Angka insiden Rubella 3 kali untuk menderita Rubella
yang tinggi di Kulonprogo sebagai dibandingkan anak usia 5 - 14 tahun.
kabupaten dengan kepadatan penduduk Sementara anak usia lebih dari 15 tahun
ketiga di Daerah Istimewa Yogyakarta bisa memiliki risiko 2 kali untuk menderita
disebabkan karena mudahnya transportasi Rubella dibandingkan anak usia 6 – 15
sehingga meningkatkan mobilitas tahun. Kerentanan seseorang dapat terjadi
penduduk. Beberapa penderita rubella setelah kekebalan yang didapat dari ibu
yang di wawancara merupakan pekerja berkurang. Pada penelitian ini, setelah
yang pulang pergi ke kota Yogyakarta dilakukan analisis multivariat, anak usia <
setiap minggu atau pelajar yang sekolah 5 tahun secara siginifikan menjadi faktor
asrama di kota. Hal ini memberikan protektif terhadap kejadian Rubella.
jawaban transmisi yang sesungguhnya Sementara usia > 15 tahun berisiko 1,71
terjadi di wilayah padat penduduk, kali untuk menderita Rubella namun
kemudian penderita membawa pulang secara statistik tidak bermakna. Sehingga
virus ke daerah asal yang bisa dijangkau bisa diasumsikan bahwa usia 5 – 14 tahun
dengan kemudahan transportasi. Pada jenis memiliki risiko yang tinggi. Hal ini
patogen yang menyebar langsung dari dikarenakan pada usia tersebut kekebalan
orang ke orang seperti virus campak dan alami dari ibu telah berkurang dan
rubella, akan mudah menyebar pada meningkatnya mobilitas dan aktivitas anak
populasi yang besar dan padat14. Rubella setelah usia > 5 tahun di luar rumah . Hal
dengan R0 6–11 memungkinkan penularan ini sejalan dengan kejadian rubella di
penyakit yang cukup cepat namun masih beberapa negara Eropa dan Amerika pada
lebih rendah dibandingkan dengan saat KLB rubella dimana 86% anak usia
18
penularan campak . Penelitian Sartorius dibawah 15 tahun menderita Rubella. Dan,
(2013) di Afrika Selatan menemukan penelitian Subrata (2012) yang
hubungan bermakna antara tingginya menunjukkan bahwa anak usia > 5 tahun
47
Vol :4, No.1,April 2020
memiliki risiko 7 kali untuk menderita dilakukan strategi lainnya untuk benar-
Rubella dibandingkan anak usia < 5 benar mengurani angka kejadian rubella
tahun16. Penyakit infeksi menyebar dengan dan sindrom kongenital rubella. Oleh
mudah pada orang-orang yang bersama- karena kepadatan penduduk sebagai faktor
sama ditempat tertutup seperti sekolah, risiko rubella dan rubella menyebar
asrama, tempat kerja dan 50-60% pada melalui droplet dan kontak langsung
lingkungan rumah17. menyebabkan penyebaran menjadi mudah,
Usia rentan Rubella berdasarkan maka strategi vaksinasi sangat penting
penelitian ini adalah < 15 tahun. Di dilakukan untuk mengurangi penyebaran
beberapa negara setelah adanya vaksinasi rubella dan CRS dengan membentuk
pada usia < 15 tahun, jumlah kasus imunitas kelompok pada masyarakat.
Rubella meningkat pada usia > 15 tahun. Khususnya setelah ada program kampanye
Perubahan insiden ini berhubungan dengan vaksinasi Measles Rubella (MR) tahun
perubahan umur spesifik imunitas. Oleh 2017.
karena itu, di negara maju menerapkan
5. KESIMPULAN
strategi vaksinasi untuk menurunkan
angka kejadian Rubella dan CRS pada tiga Kejadian Rubella lebih banyak pada
massal pada anak usia < 12 tahun dan tahun 2014 dan memiliki pola peningkatan
diikuti vaksinasi rutin pada anak usia 1 kasus pada musim panas, menyebar dari
anak-anak, juga mengurangi paparan pada Penduduk dan umur merupakan faktor
ibu hamil. Kedua, memberikan vaksinasi risiko kejadian Rubella Sebagian besar
pada anak perempuan pada masa pubertas wilayah kabupaten di DIY tidak
dan wanita yang tidak memiliki imunitas menunjukkan adanya pengelompok yang
rubella baik sebelum dan setelah berarti tidak adanya kekebelan kelompok.
kehamilan. Ketiga, memberikan dua dosis Oleh karena penyebaran kasus Rubella
pertama diberikan pada anak usia 18 bulan maka vaksinasi rubella perlu dilakukan
dan kedua pada anak usia 12 tahun terlepas untuk membentuk kekebalan komunitas
Sehingga, setelah vaksinasi massal yang Penyusunan strategi vaksinasi yang tepat
akan dilakukan di Indonesia untuk anak juga perlu dilakukan untuk mengurangi
usia 9 bulan hingga 15 tahun, perlu kasus Rubella dan Congenital Rubella
48
Vol :4, No.1,April 2020
Syndrome (CRS) pada usia rentan dan Syndrome Based On Serologic And
RNA Virus Examination ). 1962.
untuk membentuk kekebalan komunitas
2. WHO. Global Measles And Rubella
seperti melakukan dua dosis vaksinasi dan Plan Strategic 2012 - 2020. 2012.
3. Lessler J, Cummings D A T.
vaksinasi pada wanita usia subur.
Mechanistic Models Of Infectious
Penguatan dalam Cased Based Measles Disease And Their Impact On Public
Health. Am J Epidemiol.
Surveillance (CBMS) dalam hal
2016;183(5):415–22.
penyelidikan epidemiologi khususnya pada 4. Cheong AT, Tong SF, Khoo EM.
How Useful Is A History Of Rubella
kasus rubella sebab informasi yang kurang
Vaccination For Determination Of
lengkap dan responden tidak mengetahui Disease Susceptibility? A Cross-
Sectional Study At A Public Funded
telah terpapar rubella. Perlu dilakukan
Health Clinic In Malaysia. BMC Fam
surveilans rubella pada orang dewasa Pract [Internet]. 2013;14:19. Available
From:
mengingat sebagian besar penyelidikan
Http://Www.Pubmedcentral.Nih.Gov/
epidemiologi dilakukan pada anak-anak Articlerender.Fcgi?Artid=3564688&T
ool=Pmcentrez&Rendertype=Abstract
dan remaja. Perlu dilakukan surveilans
5. Galazka A. Rubella In Europe.
CRS untuk merekap kejadian CRS di Epidemiol Infect. 1991;107(December
1984):43–54.
masyarakat mengingat kefatalan Rubella
6. Herrmann KL. Rubella In The United
adalah apabila di derita ibu hamil. Perlu States : Toward A Strategy For
Disease Control And Elimination.
adanya pemeriksaan IgG untuk
Epidemiol Infect. 1991;107:55–61.
mengetahui antibodi rubella di masyarakat 7. CDC. Progress Toward Control Of
Rubella And Prevention Of Congenita
khususnya pada wanita usia subur untuk
Rubella Syndrome - Worldwide 2009.
menentukkan langkah vaksinasi yang tepat Vol. 59, MMWR Morbidity And
Mortality Weekly Report. 2010.
selanjutnya.
8. Gadallah M, El Sayed N, Kandeel A,
Moussa I, Mohsen A, Dewedar S.
UCAPAN TERIMA KASIH Seroprevalence Of Rubella Antibodies
Penulis mengucapkan terima kasih Among Adult Egyptian Females Aged
20-30 Years. Is There A Need For
kepada Dinas Kesehatan Provinsi DIY dan Rubella Vaccination? Cent Eur J
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Public Health. 2014;22(4):282–6.
9. WHO. Global And Regional
(LPDP) Kementerian Keuangan. Immunization Profile South-East Asia
Region. 2016.
10. Alleman MM, Wannemuehler KA,
Hao L, Perelygina L, Icenogle JP,
REFERENSI Vynnycky E, Et Al. Estimating The
Burden Of Rubella Virus Infection
1. Darmadi S. Telaah Pustaka Gejala And Congenital Rubella Syndrome
Rubela Bawaan ( Kongenital ) Through A Rubella Immunity
Berdasarkan Pemeriksaan Serologis Assessment Among Pregnant Women
Dan RNA Virus ( Congenital Rubella In The Democratic Republic Of The
49
Vol :4, No.1,April 2020
50