Anda di halaman 1dari 11

CIRI CIRI BAKTERI

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :

 Organisme multiselluler.
 Prokariot (tidak memiliki membran inti sel ).
 Umumnya tidak memiliki klorofil.
 Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12  s/d ratusan mikron umumnya memiliki
ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
 Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam.
 Hidup bebas atau parasit.
 Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding
selnya tidak mengandung peptidoglikan.
 Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan.
 Ciri umum bakteri yang pertama, mereka adalah Organisme prokariota (inti sel tidak
diselimuti membran khusus) juga uniseluler (atau bersel tunggal)
 Bakteri memiliki dinding sel seperti tumbuhan yang tersusun atau peptidoglikan dan
mukopolisakarida.
 Bakteri mamiliki endospora yaitu kapsul yang muncul jika kondisi yang tidak
menguntungkan sebagai perisai terhadap panas dan gangguan alam.
 Dari segi ukuran, bakteri pada umumnya bakteri terlalu kecil seperti Mycoplasma untuk
dilihat mata telanjang yakni sekitar 0,5 mikrometer tapi dan ada juga yang sedikit lebih besar
yakni Epulopiscium fishelsoni mencapai ukuran yaitu sekitar 10-100 mikrometer.
 Ciri umum lainnya dari bakteri hidup adalah mereka makhluk yang parasit (membutuhkan
inang seperti manusia atau hewan) tapi ada juga yang hidup bebas.
 Secara umum bakteri tidak berklorofil.
 Habitat bakteri dapat tinggal dilingkungan yang keras seperti air panas, kawah, gambut.
 Dilihat dari bentuk penampakan, sel bakteri bisa terlihat seperti basil (atau batang), kokus
(berbentuk bola), spirilum (spiral seperti pembuka tutup botol), kokobasil (bulat dan batang),
dan Vibrio (seperti koma).

Sebagai bagian dari perlindungan, bakteri dapat mensekresikan lendir ke permukaan dinding sel.
8-10 % fosfolipid dan protein adalah penyusun membran sitoplasma dan bakteri. Bakteri ada
yang memiliki ekor juga disebut dengan flagela untuk bergerak sedangkan bakteri yang tidak
memiliki flagela bergerak dengan cara seperti berguling.
KLASIFIKASI BAKTERI

Klasifikasi Bakteri berdasarkan Bentuk


Bakteri dibagi menjadi 4 kelompok menurut bentuknya, yaitu Coccus, Bacilli, dan Spiral.

Coccus
Coccus adalah bakteri yang mempunyai bentuk bulat atau bujur telur. Coccus berasal dari bahasa
Yunani ‘kokkos’ yang berarti ‘beri’. Organisme coccus bisa hidup dengan sendiri, tetapi bisa
juga hidup dalam formasi dengan bakteri coccus lainnya. 2 coccus yang bergabung
disebut diplococci, sedangkan 4 coccus yang membentuk kotak disebut tetrad. Bakteri
genus   Sarcina tersusun 8 bakteri dan membentuk kubus. Susunan yang umum dari bakteri
coccus ini yaitu rantai bakteri (streptococci). Ukuran rata-rata dari bakteri coccus ini sekitar 0,5
sampai 1 mikro meter.

Baccilli
Baccilli atau Baccillus adalah golongan bakteri yang berbentuk batang, tetapi ada juga genus
bakteri yang bernama Bacillus. Perbedaannya terletak pada penulisan, jika Baccillus (penulisan
tidak miring) merujuk pada bentuk bakteri, sedangkan Baccillus (penulisan miring)
menunjukkan genus bakteri. Kebanyakan bakteri adalah berbentuk batang tunggal, ada juga
Diplobacilli yang muncul secara berpasangan setelah pembelahan, dan Streptobacilli muncul
secara berantai. Ada juga bakteri bacilli yang pendek dan gemuk seperti coccus (coocobacilli).

Spiral
Spirochetes atau spirila (spirilum untuk sel tunggal) adalah bakteri yang berbentuk melengkung.
Banyak bakteri spirilia yang kaku dan mempunyai kemampuan untuk bergerak. Ada 3 golongan
bakteri spiral, yaitu vibrio spirilla dan spirochetes. Bakteri vibrio berbentuk seperti karakter
koma dengan hanya satu lengkungan, contohnya adalah vibrio cholerae. Spirilla mempunyai
struktur spiral yang kaku, contohnya yaitu Campylobacter jejuni. Kemudian bakteri Spirochetes,
bakteri ini mempunyai bentuk spiral dan tubuh yang fleksibel, contoh bakteri ini
yaitu Leptospira sp.
Klasifikasi Bakteri berdasarkan Pewarnaan Gram
Bakteri dibagi menjadi 3 kelompok menurut pemberian zat kimia pewarnaan, yaitu Bakteri
Gram Positif, dan Bakteri Gram Negatif. Ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram,
menemukan metode untuk membedakan 2 jenis bakteri berdasarkan perbedaan struktur pada
dinding selnya.

Bakteri Gram Positif


Bakteri yang mempertahankan pewarna kristal violet disebut Gram-positif. Bakteri Gram-positif
memiliki lapisan peptidoglycan yang tebal (lapisan ganda), kebanyaka bakteri Gram-positif
mempunyai asam teitoik, tidak mempunyai ruang periplasmik, dan tidak mempunyai membran
luar. Bakteri Gram-positif ini lebih resisten terhadap kekeringan, tetapi tidak terlalu resisten
terhadap antibiotik. Dinding selnya satu lapisan, kandungan lipid di dinding sel rendah, tetapi
kandungan Murein lebih tinggi yaitu sekitar 70 – 80%.

Bakteri Gram Negatif


Bakteri yang tidak mempertahankan pewarna violet dan berwarna merah atau merah muda,
golongan bakteri ini disebut Gram-negatif. Bakteri Gram-negatif lebih tahan terhadap antibodi
karena memiliki dinding sel yang sulit ditembus. Gram-negatif  memiliki lapisan peptidoglikan
yang tipis (satu lapisan), tidak memiliki asam teitoik, memiliki ruang periplasmik, dan memiliki
membran luar. Komposisi dinding selnya yaitu 20 – 30% lipid, dan 10 – 20% Murein.
Klasifikasi Bakteri berdasarkan Suhu
Bakteri dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan adaptasi terhadap suhu lingkungannya,
yaitu Thermophile, Mesophile, dan Psychrophile.

Thermophile
Thermophile adalah jenis bakteri yang tahan hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi, yaitu
sekitar 41 – 122 derajat Celcius.  Bakteri Thermophile ini biasanya ditemukan di wilayah yang
hangat di bumi, seperti hot springs, lautan dalam hidrotermal, dan juga kompos. Bakteri
thermophile ini juga dibagi lagi menjadi 3 kelompok yaitu:
 Obligate thermophile: disebut juga ekstrem thermophile, bakteri jenis ini membutuhkan
suhu tinggi untuk perkembangannya.
 Thermophile Fakultatif: Bakteri kelompok ini bisa tahan suhu tinggi, tetapi juga bisa
tahan di suhu yang lebih rendah, di bawah 80 derajat Celcius.
 Hyperthermophile: Bakteri ini adalah bakteri thermophile versi ekstrem, karena suhu
optimal untuk perkembangannya adalah di atas 80 derajat Celcius.

Mesophile
Mesophile adalah jenis bakteri yang pertumbuhan optimalnya berada pada suhu yang sedang,
tidak terlalu panas atau terlalu dingin, yaitu sekitar 20 sampai 45 derajat Celcius. Habitat untuk
bakteri mesophile ini biasanya ada di keju dan yogurt, dan karena suhu tubuh manusia yaitu
sekitar 37 derajat Celcius, maka sebagian besar patogen yang menyerang manusia adalah
mesophile.
Contoh dari bakteri mesophile ini adalah Listeria monocytogenes, Staphylococcus
aureus, dan  Escherichia coli.
1.Listeria monocytogenes: bakteri ini termasuk dalam kelompok Gram-positif, berbentukbadang,
fakultatif anaerob, suhu optimalnya 20 – 25 derajat Celcius. Bakteri ini bertanggungjawab
terhadap listeriosis yang berasal dari makanan yang terkontaminasi.
2.Staphylococcus aureus: pertama kali diidentifikasi pada tahun 1880, bakteri ini menyebabkan
berbagai infeksi yang berasal dari cedera. Contoh inefksi dari S. aureus yaitu pnumonia,
meningitis, dan osteomyelitis.
3.Escherichia coli: Bakteri ini Gram-negatif, berbentuk batang dan anaerob fakultatif.. E.
coli sering ditemukan di usus organisme hidup. E. coli mempunyai banyak kemampuan seperti
menjadi inang untuk rekombinan DNA dan menjadi patogen.

Psychrophile
Psychrophile adalah jenis bakteri yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan reproduksi
pada suhu dingin, yaitu dari 20 sampai 10 derajat Celcius. Contoh dari bakteri ini
adalah Arthrobacter sp., Psychrobacter sp. Pseudomonas, Hyphomonas dan lain-lain.
Psychrophile dicirikan dengan membran sel lipid yang secara kimia resistan terhadap suhu
dingin yang ekstrem, dan sering membuat protein ‘antibeku’ untuk menjaga cairan internalnya
dan melindungi DNA mereka, bahkan dalam suhu di bawah titik beku.
Klasifikasi Bakteri berdasarkan Kebutuhan Oksigen
Bakteri dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhan oksigennya, yaitu Aerobik,
Anaerobik, Anaerobik Fakultatif, Micro-aero philic. Jumlah oksigen yang dibutuhkan
berbeda untuk pertumbuhan dan aktivitas metabolik.Aerobik
Bakteri aerobik adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme atau
respirasi selulernya. Bakteri ini menggunakan oksigen untuk melakukan metabolisme senyawa
seperti karbohidrat atau lemak untuk menghasilkan energi. Keuntungan dari respirasi aerobik ini
adalah bakteri bisa menghasilkan lebih banyak energi ATP dari pada respirasi anaerobik atau
fermentasi, tetapi sisi negatifnya adalah, bakteri aerobik rawan terkena stres oksidatif.

Contoh dari bakteri aerobik ini adalah Mycobacterium tuberculosis dan Nocardia asteroides.


 Anaerobik obligat
Bakteri anaerobik obligat adalah bakteri yang tidak membutuhkan kehadiran oksigen untuk
pertumbuhannya, bahkan mungkin bakteri anaerobik akan mati jika ada oksigen. Bakteri
anaerobik ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Bakteri ini akan mati jika terekspos
pada lingkungan dengan konsentrasi oksigen atmosfer 0,95%. Masing-masing spesies
mempunyai toleransi oksigen yang berbeda, ada bakteri yang mampu bertahan hidup pada
oksigen 8%, ada juga yang bakteri yang mati jika oksigen lebih dari 0,5%.
Contoh dari bakteri anaerobik obligat ini adalah Actinomyces, Bacteroides, Clostridium,
Peptostreptococcus, Fusobacterium, Prevotella, Porphyromonas dan lain-lain.
 Anaerobik Aerotoleran
Bakteri anaerboik aerotoleran adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk proses
metabolismenya, tetapi bakteri ini bisa melindungi dirinya sendiri dari kehadiran oksigen.
Bakteri anaerobik aerotoleran menggunakan respirasi anaerob dan fermentasi untuk
memproduksi energi ATP. Bakteri ini mempunyai enzim superoxide dismutase dan peroksidase
tetapi tidak memiliki enzim catalase.)
 Anaerobik Fakultatif
Bakteri anaerobik fakultatif adalah bakteri yang membuat energi ATP melalui respirasi aerobik
jika ada oksigen di lingkungannya, tetapi bisa berganti respirasi anaerobik atau fermentasi jika
tidak ada oksigen. Contoh dari bakteri anaerobik fakultatif adalah Staphylococcus spp.,
Streptococcus spp., Escherichia coli, Listeria spp, dan Shewanella oneidensis.

 Micro-aero philic
Bakteri micro-aerophilic adalah bakteri yang membutuhkan kehadiran oksigen untuk bertahan
hidup, tetapi konsentrasi oksigen nya harus lebih rendah (2 – 10% oksigen) dari oksigen
atmosfer (20% oksigen). Micro-aerophilic membutuhkan oksigen karena bakteri ini tidak bisa
memfermentasi atau respirasi anaerobik. Tetapi, bakteri ini juga akan teracuni oleh konsentrasi
oksigen ang tinggi. Microaerophilic ini juga capnophilic, yaitu membutuhkan konsentrasi karbon
dioksida, yaitu sekitar 10% untuk Campylpbacter sp. 
Bakteri adalah organisme prokariotik yang jumlahnya sangat banyak, dan untuk memudahkan
dalam kepentingan ilmiah, maka bakteri-bakteri ini diklasifikasikan menurut morfologinya,
kebutuhan oksigen, pewarnaan Gram dan toleransi terhadap suhu lingkungannya. Dengan begitu,
kita bisa dengan mudah mengidentifikasi suatu bakteri berdasarkan interaksi dengan
lingkungannya.

REPRODUKSI BAKTERI
Reproduksi bakteri dalam siklus hidupnya, bakteri pada umumnya melakukan suatu proses
reproduksi ataupun proses berkembang biak dengan cara aseksual (yakni vegetatif atau biasa
disebut tidak melalui proses kawin) dengan membelah diri. Proses pembelahan sel-sel pada
siklus hidup bakteri merupakan proses pembelahan yang bersifat biner, yakni pada setiap sel
akan melakukan proses membelah dirinya menjadi dua bagian dengan ukuran sama rata.
Pada beberapa macam dan jenis bakteri yang berada dalam suatu lingkungan yang memiliki
kesesuaian dapat melakukan proses membelah dalam kurun waktu setiap 20 menit sekali.

Reproduksi Aseksual pada Bakteri


Reproduksi bakteri juga dilalui reproduksi aseksual dimana bakteri akan melalui pertumbuhan
melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut ini :
1. Pertumbuhan Tunas
Dengan metode pertumbuhan tunas ini maka sel bakteri akan mereproduksi dengan cara di mulai
nya melalui tumbuhan dan akan berkembang menjadi sebuah tonkolan yang berukuran kecil di
salah satu ujung sel tersebut. Tunas inilah yang akan mereplikasi genom, kemudian akan tumbuh
menjadi besar dan akan menjadi sel anakan. Selain itu sel tersebut juga akan memisahkan dirinya
dari induknya sehingga menjadi bakteri yang baru.

2. Fragmentasi
Apabila masih di dalam kondisi pada lingkungan yang tidak akan ada untungnya, maka bakteri
juga akan melakukan proses reproduksi dengan metode yang lain nya yaitu fragmentasi. Dimana
protoplasma bakteri akan mengalami tahap kompartementalisasi dan akan membentuk gonidia.
Kemudian pada kondisi tersebut mulai ada keuntungan, maka gonidia yang tadi akan menjadi
bakteri yang baru dan juga dengan replikasi genom di setiap fragmennya.

3. Pembelahan Biner
Pembelahan biner adalah suatu cara yang sering di temukan di dalam proses reproduksi bakteri
dimana adanya pembelahan biner yang lazim dan hanya bisa terjadi pada saat kondisi di
lingkungan sekitar berada di saat yang memberikan keuntungan. Sel bakteri ini akan melakukan
proses pembelahan dan akan membelah menjadi 2 sel yang memiliki ukuran bahkan juga
memiliki kesamaan. Jika di simak kembali maka pada proses pembelahan ini akan terjadi sebuah
dinding yang melintas dan juga yang akan memisahkan kromosom di kedua sel anak tersebut.
Apabila kedua sel tersebut sudah terpisah, maka sel anak akan bertumbuh setiap waktu yaitu
antara 20 sampai dengan 30 menit sehingga dapat mengalami proses pembelahan yang biner dan
akan memberikan hasil bakteri yang baru. Sehingga hal seperti ini yang akan menyebabkan
beberapa proses reproduksi bakteri dengan cepat bisa terjadi jika tidak ada inhibitor di areanya.

Reproduksi Seksual pada Bakteri


Saat proses reproduksi suatu bakteri, selain melakukan reproduksi dengan cara aseksual, bakteri
juga bisa melakukan proses reproduksinya dengan cara seksual, yakni dengan cara melakukan
pertukaran materi genetik yang dimiliki olehnya yang disebut dengan rekombinasi genetik atau
yang populer di telinga masyarakat disebut dengan rekombinasi DNA.
Pada proses rekombinasi genetik akan menghasilkan sebanyak dua bagian dari sel bakteri yang
nantinya masing-masing akan memiliki kombinasi materi genetik dari dua bagian sel induk yang
berbeda. Dalam siklus rekombinasi genetik yang ada dan terjadi pada bakteri dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga cara, yakni transformasi, transduksi, dan konjugasi.
Berikut penjelasan mengenai 3 cara rekombinasi genetik yang terjadi pada bakteri :
1. Transformasi

Definisi dari transformasi merupakan suatu proses dimana masuknya DNA yang masih telanjang
ke dalam bagian tubuh sel-sel bakteri  yang berasal dari satu sel suatu bakteri ke dalam sel-sel
yang berbeda dan akan melakukan tugasnya yakni mengubah sifat sel yang dimiliki oleh bakteri.
Contoh bakteri yang sering melakukan proses transformasi adalah sebagai berikut Streptococcus
pneumoniae, Neisseria gonorrhoeae, Bacillus, dan juga Rhizobium.

Saat sebuah sel bakteri terjadi proses pecah, yang biasa disebut sebagai proses lisis seluler, pada
DNA sirkularnya akan mengalami pelepasan ke lingkungan sekitarnya. Efisiensi yang dilakukan
pada proses transformasi biasanya bergantung pada kompetensi sel-sel itu sendiri. Sedangkan
definisi dari komopetensi sendiri merupakan dari sel-sel untuk melakukan proses
menginkorporasi DNA yang dalam keadaan atau kondisi telanjang. Pada proses ini, tidak semua
dari spesies  suatu bakteri mempunyai kemampuan dalam kompetensi, dan biasanya yang
mempunyai kemampuan untuk berkompetensi hanyalah yang berkompeten selama aktivitas dan
siklus hidup yang dilalui.

Pada keadaan dan kondisi kompeten, sel akan menghasilkan satu ataupun lebih dari suatu
protein. Proses ini memiliki beberapa fungsi kompetensi, yakni sebagai berikut prosesnya :

Fungsi pertama yakni, berperan dalam proses memodifikasi bagian dari dinding sel sehingga
bisa terjadi suatu ikatan dengan fragmen-fragmen dari DNA eksogenus yang asing.

Fungsi kedua yakni, berperan dalam membantu, mengambil dan juga melakukan


proses menginkorporasi dari DNA yang asing. (baca juga
Seiring dengan terjadinya prose penetrasi pada dinding sel yang dilakukan oleh DNA yang
mempunyai untai ganda,  yang salah satu dari untai akan terdegradasi. Pada fragmen-fragmen
DNA apapun, yang sudah dilakukan transfer yakni melewati proses dari transformasi atau
metode-metode lain dari suatu sel-sel donor ke sel-sel yang resipien dan biasanya disebut dengan
eksogenot, dimana DNA asli dari sel yang resipien yang disebut sebagai endogenot. Sel-sel
bakteri yang sudah menerima sebuah eksogenot kemudian pada proses awalnya bersifat diploid
bagi sebagian dari genomnya, dan biasa disebut sebagai merozigot. Akan tetapi hal tersebut,
eksogenot yang mempunyai untai ganda kondisinya tidak stabil dan biasanya akan
dilakukan proses degradasi kecuali terjadi proses integrasi ke dalam bagian endogenot.
Dalam proses terjadinya pertukaran genetik apapun yang akan melakukan suatu proses transfer
maka sebagian saja materi geneti tersebut dari satu sel ke bagian sel lainnya sering disebut
dengan meromiksis. Dapat diprediksi jika eksogenot yang mempunyai untai tunggal dari proses
terjadinya transformasi akan secara otomatis terbungkus oleh sebuah protein seperti
halnya sebuah protein yakni Rec-A pada bakteri E.coli yang berperan membantu eksogenot
dalam proses menemukan suatu daerah yang komplementer pada endogenot, menginvasi pada
ulir ganda, melakukan proses membuang pada salah satu untainya, dan juga mempunyai
pasangan basa dengan yang memiliki untai yang bagian satunya lagi.

Pada bagian untai yang akan dibuang dan disingkirkan secara enzimatik seiring dengan
proses digantikannya untai-untai tersebut yang dilakukan oleh endogenot secara berpasang-
pasangan basa yang homolog yakni sebuah fenomena / kejadian yang biasa dikenal sebagai
proses migrasi cabang. Saat enzim-enzim menjalankan peranannya dalam proses memotong dan
menyingkirkan bagian dari ujung-ujung yang dalam kondisi bebas yakni baik dari bagian donor
ataupun dari bagian resipien dan pada ligase akan menyambungkan kembali pada bagian celah-
celah yang sudah ada. Begitu eksogenot terjadi proses integrasi ke dalam bagian endogenot dan
yang memiliki untai yang akan dibuang dan didegredasi, kemudian sel-sel itu tidak
bisa lagi disebut dengan merozigot. Ukuran-ukuran dan konsentrasi pada DNA juga bisa menjadi
faktor-faktor utama yang dapat berpengaruh pada proses efisiensi sebuah transformasi.

Jika sebuah eksogenot mempunyai kandungan sebuah sel endogenot, maka bagian dari ulir


ganda yang memiliki sifat rekombinan yang diperoleh akan mempunyai kandungan satu ataupun
lebih dari sebuah perpasangan antara basa yang salah dan biasa disebut dengan heterodupleks.
Jika pada suatu sel-sel progeni yang akan menerima suatu alel yang baru , maka proses perbaikan
mismatch sangat diperlukan dan harus terjadi suatu proses dengan cara melakukan pemotongan
segmen-segmen pada untai endogenot dan bisa juga menggunakan untai eksogenot yang
memiliki peran sebagai cetakan bagi yang akan menggantikannya.

Karena proses terjadinya inkorporasi eksogenot ke dalam endogenot, maka sangat memerlukan


suatu rekombinasi yang bersifat homolog, kemudian sel-sel donor dan sel-sel resipien pada
umumnya berasal dari spesies-spesies yang memiliki sifat sama persis atau yang mempunyai
kerabat saling berdekatan. Berjumlah Dua ataupun lebih dari gen-gen yang saling tertaut sangat
erat kemungkinan terletak pada bagian potongan-potongan DNA yang mengalami transformasi
yang bisa sama wujud dan bentuknya. Jika dari jumlah dua ataupun lebih suatu gen-gen yang
terinkorporasi dengan cara bersama-sama ke dalam bagian dari endogenot, maka sel-sel resipien
biasanya akan mengalami suatu proses yang disebut kotransformasi

2. Transduksi
Definisi dari transduksi adalah suatu proses terjadinya pemindahan materi genetik dari satu
bagian sel-sel bakteri ke bagian sel-sel bakteri lainnya dengan menggunakan perantara yakni
organisme-organisme lain seperti halnya bakteriofage atau populer dengan nama virus bakteri.

Proses transduksi dibagi menjadi 2 tipe secara garis besar : terspesialisasi dan umum. Dalam
kedua tipe tersebut, suatu DNA dari bakteri yang diinkorporasi ke dalam sebuah genom pada
virus matang kemudian akan melakukan proses menginfeksi inang dari sebuah bakteri yang
lainnya. Pada saat terjadinya proses tersebut, sebuah bakteri DNA akan ditransfer ke bagian sel-
sel resipien yang baru. Secara umum, fag itu sebisa mungkin harus tetap dalam keadaan dan
kondisi yang cukup normal agar dapat melakukan proses menginfeksi sel-sel yang baru.

Transduksi terspesialisasi dapat terjadi apabila sebuah daerah yang spesifik yang terdapat pada
kromosom suatu bakteri akan menjadi terintegrasi dengan sebuah partikel-partikel pada virus
dewasa. Berikut ini ada empat karakteristik yang dapat membedakan antara transduksi
terspesialisasi dan transduksi umum, yakni :

 Gen-gen dari sebuah bakteri yang dapat dilakukan proses transduksi hanya yang terletak
berdekatan dengan tempat-tempat profag terjadi proses integrasi.
 Prose ini, hanya melibatkan profag tipe alpha saja.
 Proses transduksi tersebut dapat terjadi dikarenakan dari sebuah eksisi yang kondisinya
cacat ataupun defektif dilakukan oleh profag dari kromosom inangnya.
 Bakteri progeni yang memiliki sifat rekombinan kemungkinan diploid parsial.

Satu-satunya situs yang mempunyai tempat fag lambda yang berintegrasi menuju ke kromosom
inangnya adalah di antara gen-gen yang membagi fermentasi galaktosa dan gen-gen yang
membagi sintesis biotinnya. Pada bagian kepala fag hanya mampu menampung DNA dengan
jumlah yang sangat terbatas, jadi apabila suatu profag melakukan proses berdeintegrasi secara
tidak normal / abnormal dari suatu kromosom-kromosom inangnya yang akan membawa bebrapa
jumlah DNA dari bakteri yang berfungsi sebagai pengganti untuk DNA-nya sendiri.

Hanya pada gen-gen galaktosa ataupun pada gen-gen biotin yang dapat dilakukan proses
transduksi. Dengan demikian, maka pada semua fag lambda yang melakukan transduksi pada
sebagian-sebagian genomnya sendiri yang memiliki sifat defektif dan juga tidak bisa melakukan
replikasi dirinyan sendiri.

Pada suatu fag lambda yang melakukan proses transduksi pada gen-gen galaktosa oleh karena itu
disebut sebagai agal. Apabila sebuah sel galaktosa akan dilakukan proses infeksi oleh agal, maka
integrasi oleh profag defektif yang sedang menuju ke dalam inang pada kromosom akan
menghasilkan sebuah kromosom-kromosom yang memiliki sifat rekombinan diploid parsial.
Eksisi yang menyimpang pada profag biasanya didefinisikan sebagai kejadian yang sangat jarang
terjadi, sehingga proses transduksi yang sangat terbatas merupakan suatu peristiwa-peristiwa
yang memiliki frekuensi rendah di alam.

Namun dengan demikian, proses terjadinya transduksi yang memiliki frekuensi tinggi akan dapat
berlangsung pada keadaan-keadaan atupun kondisi-kondisi pada sebuah laboratorium. Apabila
sebuah sel pada bakteri dilakukan proses infeksi yang bersifat ganda dengan menggunakan fag
lambda wild type dan fag agal, maka fag wild type dapat menyediakan suatu fungsi dan peranan
yang mungkin bisa hilang dari fag defektif, dan juga progeni pada sel-sel bakteri yang akan
mengandung dua buah tipe yang berbeda dalam jumlah yang diprediksi akan sama rata.

Pada saat digunakan untuk proses terjadinya transduksi, maka proses tersebut bisa juga
dinamakan sebagai proses transduksi yang memiliki frekuensi tinggi. Dalam banyak kasus,
mungkin diakibatkan oleh genomnya yang bersifat defektif, maka agal bisa gagal melakukan
integrasi dalam proses menuju ke dalam kromosom pada inangnya dan kemudian dampaknya
tidak dapat direplikasi. Dalam setiap proses pembelahan, mungkin hanya satu saja di antara
kedua sel-sel progeni yang mempunyai kandungan genom fag defektif, oleh karena itu proses
tersebut biasanya dinamakan sebagai proses transduksi abortif.

3. Konjugasi

Definisi dari proses konjugasi itu sendiri merupakan suatu proses pemindahan berbagai materi
genetik yang secara langsung akan melalui dan melewati kontak sel dengan membentuk suatu
struktur-struktur misalnya jembatan di antara dua buah sel pada bakteri yang saling berdekatan.
Proses konjugasi pada umumnya akan terjadi pada suatu bakteri Gram negatif, seperti halnya
Escherichia coli.

Pada proses konjugasi suatu bakteri akan melibatkan proses penyatuan yang bersifat sementara
dari dua buah sel yang memiliki tipe perjodohan-perjodohan yang sangat berbeda, kemudian
akan diikuti oleh proses transfer searah dengan sejumlah materi-materi genetik yang melewati
sebuah jembatan yakni sitoplasmik dari sel-sel donor yang menuju ke dalam sel-sel resipien, dan
selanjutnya akan terjadi proses perpisahan sel-sel tersebut yang biasanya dinamakan proses
ekskonjugan.

Pada sebuah episom yang memiliki unsur-unsur genetik yang bersifat ekstrakromosomal sebagai
sebuah molekul-molekul pada DNA sirkular yang sedang bereplikasi dengan cara otonom dari
suatu kromosom-kromosom pada bakteri dan juga tidak mempunyai kemampuan untuk
berintegrasi ke dalam sebuah kromosom-kromosom pada bakteri.

Anda mungkin juga menyukai