Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TUTORIAL 1

1. Terangkan lebih lanjut dan lengkap sebagaimana pertanyaan/perintah berikut:


mengenai Logika,
a. Berdasarkan pemahaman Logika Tradisional dan pemahaman Logika Modern !
Jawaban :

“Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal

dari kata benda logos yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal
(pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Logika adalah salah satu
cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur, namun sekarang ini lazim disebut logika saja
(Rapar, Jon Hendrik.1978: 9). Dalam buku Pengantar Logika Modern, Gie et al.
(1978) mengemukakan dewasa ini logika telah mulai mendapat pengakuan dalam
bidang pendidikan di Indonesia dengan kehadiran berbagai buku logika dalam bahasa
Indonesia, namun memberikan gambaran yang kurang tepat mengenai logika.
Pada dasarnya logika tidak lepas dari penalaran logis (logical reasoning). Maka logika
dan kelahirannya tidak bisa lepas dari filsafat atau pemikiran ilmiah pada umumnya.
Logika Tradisional (klasik) dan Logika modern termasuk dalam macam-macam
logika yang mempunyai kriteria tertentu yang dilihat dari sejarah dan penggunaan
lambang atau symbol, berikut penjelasannya :
 Logika klasik / tradisional Logika yang diperkenalkan oleh Aristoteles pada
sekitar abad ke-5 sebelum masehi; menggunakan lambang bahasa; disebut
juga logika aristotelian atau logika tradisional.
 Logika modern Logika yang dikembangkan di zaman modern oleh tokoh-
tokoh seperti A. de Morgan (1809-1871), George Boole (1815-1864), Bertrand
Russel (1872-1970); menggunakan lambang non bahasa. Logika ini
menerapkan prinsip-prinsip matematika pada logika modern; sering disebut

juga logika matematika atau logika simbolik.”


b. Kemukakan dan jelaskan lebih lanjut perbedaan antara bahasa alami dan bahasa
buatan yang digunakan untuk mempelajari Logika!
Jawaban :

“Bahasa merupakan alat yang tepat untuk menyatakan pikiran atau perasaan. Oleh

karena itu, bahasa merupakan alat terpokok dalam hubungan antar manusia. Bahasa
sangat penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah
mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan
pembuktian-pembuktian secara korek dan jelas. Dalam penelaahan bahasa dibedakan
antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa Alami. Bahasa alami ialah bahasa
sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar
pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alami dibedakan atas dua macam, yakni bahasa
isyarat dan bahasa biasa.
1. Bahasa Isyarat. Bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat pula berlaku
khusus. Misalnya, berlaku umum: menggelengkan kepala tanda tidak setuju,
mengangguk tanda setuju, hal ini tanpa ada persetujuan dapat dimengerti
secara umum. Berlaku khusus adalah untuk kelompok tertentu dengan isyarat
tertentu pula.
2. Bahasa Biasa, yaitu bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari.
Simbol sebagai pengandung arti dalam bahasa biasa disebut “kata”, sedang
arti yang dikandungnya disebut “makna”. Dalam bahasa biasa pemakaian kata
dibedakan antara dua hal, yaitu sebagai berikut.
a. Kata tertentu “mengartikan” sesuatu hal sebenarnya, misal kata
“puncak” dalam kalimat: puncak gunung merapi tertutup lahar.
b. Dengan pemakaian (penerapan) kata tertentu, memaksudkan sesuatu
lain, atau disebut “arti kiasan”, misal kata “puncak” dalam kalimat:
Suharto adalah puncak kewibawaan orde-baru dalam negara Indonesia.
Bahasa Buatan. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian
rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk
maksud tertentu.
Kata dalam bahasa buatan disebut “istilah”, sedangkan arti yang
dikandung istilah itu disebut “konsep”. Bahasa buatan dibedakan atas dua
macam, yakni: bahasa istilahi dan bahasa artifisial.
1. Bahasa Istilahi. Bahasa ini rumusannya diambilkan dari bahasa biasa
yang diberi arti tertentu, misalnya demokrasi (demos dan kratein), medan,
daya, massa (dalam fisika). Dalam bahasa ini, ada sedikit kekaburan. Oleh
karena itu, definisi diperlukan untuk menjelaskan arti yang dimaksudkan.
2. Bahasa Artifisial. Bahasa artifisial adalah murni bahasa buatan atau
sering juga disebut dengan bahasa simbolik, bahasa berupa simbolsimbol
sebagaimana yang digunakan dalam logika maupun matematika. Dalam
bahasa ini, tidak ada bentuk kiasan yang mengaburkan, misalnya
[((a = b)  (b = c))  (a = c)], [((p  q)  p)  q].
Bahasa artifisial mempunyai dua macam ciri khusus:
a. Tidak berfungsi sendiri, kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki
arti apa pun juga.
b. Arti yang dimaksudkan dalam bahasa artifisial ditentukan oleh
hubungannya.
Perbedaan antara bahasa alami dan bahasa buatan ialah isi konseptual
dalam istilah tertentu lebih sewenang-wenang, sekehendak hati (arbitrer),
sedangkan makna dari kata biasa bersifat kebiasaan sehari-hari maka
makna tidak perlu didefinisikan. Perbedaan selengkapnya sebagai berikut:
Bahasa Alami
Antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-
hari karena bahasanya: Secara spontan, Bersifat kebiasaan, Intuitif (bisikan hati),
Pernyataan secara langsung.
Bahasa Buatan
Antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan yang bersifat relatif karena
bahasanya: Berdasarkan pemikiran, Sekehendak hati, Diskursif (tidak berhubungan),
Pernyataan tidak langsung.
Dari uraian tentang bahasa di atas, bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa
ilmiah, dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan sebagai berikut. Bahasa
buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-
istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Bahasa
ilmiah ini pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan
yang dapat dinilai benar atau salah, baik menggunakan bahasa biasa sebagai bahasa
pengantar untuk mengomunikasikan karya ilmiah maupun menggunakan istilah-
istilah serta simbol-simbol secara abstrak. Khusus untuk logika supaya uraian
penalarannya lebih praktis dan mudah dipahami digunakan bahasa artifisial atau
bahasa simbolik, untuk mengabstraksikan semua konsep yang ada dan terlepas dari
bahasa kiasan. Logika yang khusus menggunakan bahasa simbolik disebut dengan
logika simbolik. Adapun logika yang diuraikan dalam modul logika ini di samping
menggunakan bahasa simbolik juga digunakan bahasa biasa untuk sebagai contoh-
contoh penalaran serta menggunakan diagram-diagram himpunan sebagai

pembuktiannya, belum sampai ke logika simbolik.”

c. Kemukakan dan jelaskan lebih lanjut tentang sejarah perkembangan Logika !


Jawaban :

“Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang

meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Sejak itulah Thales
meletakkan dasar-dasar berpikir logis. Bahkan, ketika Thales mengatakan bahwa air
adalah prinsip atau asas pertama alam semesta, saat itu Thales telah memperkenalkan
logika induktif. Thales telah menarik kesimpulan bahwa air adalah alam semesta
dengan alasa bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air jiwa tumbuhan (tanpa
air tumbukan akan mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan uap dan es
adalah air, maka penalaran induktif yang dilakukan Thales adalah sebagai berikut :
Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan, Air adalah jiwa hewan, Air adalah jiwa manusia,
Air jugalah uap, dan Air jugalah es.
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta.
Dengan demikian dapat dikatakan sejak Thales, sang filsuf pertama, logika mulai
diberkembangkan. Semua filsuf sesudah Thales berperan serta dalam pengembangan
logika kendatipun istilah logika itu sendiri belum dikenal. Aristoteles adalah filsuf
pertama yang menjadikan logika sebagai ilmu, sehingga dapat disebut sebagai logica
scientia yaitu analitika, yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika, yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Setelah Aristoteles meninggal, para pengikutnya menghimpun naskah-naskah ajaran
mengenai penalaran yang kemudian disebut to Organon (alat). Istilah Logika baru
dipakai untuk menggantikan to Organon dalam abad kedua sesudah Masehi.
Ajaranajaran Aristoteles terangkum dalam 6 buku, keenam buku itu ialah :
a. Categories (Menguraikan pengertian)
b. On Interpretation (Tentang penafsiran)
c. Prior Analytics (Membahas silogisme)
d. Posterior Analytics (Membahas pembuktian)
e. Topics (Mengupas Dialektika)

f. Sophistical Refutations (Membicarakan kekeliruan berpikir).”

2. Terangkan lebih lanjut tentang dasar-dasar penalaran yang digunakan dalam


mempelajari Logika, sebagaimana pertanyaan/perintah berikut:
a. Kemukakan dan jelaskan secara lengkap tentang konotasi dan denotasi yang Anda
ketahui!
Jawaban :
Istilah denotasi dan konotasi banyak digunakan dalam filsafat, linguistik, semiotika
dan gaya bahasa untuk menunjukkan sejumlah perbedaan yang beragam terkait
makna. Karl Otto Erdmann, dalam Die Bedeutung des Wortes (1900) menjelaskan ada
tiga jenis makna, yaitu:
1. Begriffsinhalt atau Hauptbedeutung yang berarti makna penting atau pusat atau
denotasi.
2. Nebensinn yang berarti makna terapan atau makna kontekstual (konotasi).
3. Gefuhlswert atau Stimmungsgehalt yang berarti nada perasaan (feeling-tone).
Sementara George Kingsley Zipf dalam Studies of the Principles of Relative
Frequency in Language (1932) menggunakan istilah "makna" untuk sesuatu yang
tidak didefinisikan tetapi lebih kurang setara dengan makna esensial, primer, umum
atau biasa. Zipf menggunakan istilah kata denotasi untuk makna primer atau makna
tunggal dan kata konotasi untuk makna sekunder atau metafora dalam bentuk jamak.
Pengertian Denotasi
Denotasi adalah makna kata secara harafiah atau makna sebenarnya dari suatu kata.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telah dijelaskan arti denotasi dan
konotasi. Denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas
konvensi tertentu dan bersifat objektif. Dilansir dari situs Lexico, denotasi adalah arti
literal atau primer dari sebuah kata, berbeda dengan perasaan atau ide yang
disarankan oleh kata tersebut. Denotasi juga dikenal sebagai makna kognitif, mengacu
pada hubungan langsung antara suatu istilah dan objek, ide atau tindakan yang
ditunjuknya. Kesimpulannya, denotasi adalah arti literal atau primer dari suatu kata.
Biasanya makna denotasi sesuai dengan yang terdapat dalam kamus atau literatur lain.
Tidak ada unsur makna lain atau makna tersembunyi yang terkandung di dalam
denotasi. Jika suatu kalimat tidak memiliki makna ganda atau tidak ambigu maka
kalimat tersebut adalah denotasi.
Pengertian Konotasi
Menurut KBBI, konotasi adalah kata yang mempunyai makna lain di baliknya atau
sesuatu makna yang berkaitan dengan sebuah kata. Dilansir dari situs Lexico,
konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika
berhadapan dengan sebuah kata. Konotasi adalah makna yang ditambahkan pada
makna denotasi. Konotasi adalah suatu gagasan atau perasaan yang menyertai suatu
kata di samping makna literal atau primernya. Dengan demikian konotasi dikenal
sebagai makna afektif, mengacu pada aspek emosi dan asosiasi dari suatu istilah.
Kesimpulannya, konotasi adalah gagasan atau perasaan yang menyertai suatu kata.
Perasaan atau emosi ini bisa negatif atau positif.

b. Kemukakan dan jelaskan hubungan antara konotasi dan denotasi yang digunakan
sebagai dasar-dasar penalaran Logika!
Jawaban :
Antara konotasi dan denotasi term terdapat suatu hubungan yang berbalikan atau
dasar terbalik, maksudnya adalah jika yang satu bertambah maka yang lain akan
berkurang, demikian sebaliknya. Dalam hubungan tersebut terdapat empat
kemungkinan, yaitu :
 Semakin bertambah konotasi, akan semakin berkurang denotasi.
 Semakin berkurang konotasi, akan semakin bertambah denotasi.
 Semakin bertambah denotasi, akan semakin berkurang konotasi.
 Semakin berkurang denotasi, akan semakin bertambah konotasi.

Sebagai contoh adalah term negara. Jika penggunaan term negara ini sebagai
konotasinya adalah organisasi masyarakat dalam suatu wilayah yang bertujuan
kesejahteraan umum dan tunduk pada satu pemerintahan pusat, maka denotasinya
adalah semua negara-negara yang ada di dunia sejak dulu sampai sekarang. Jika pada
konotasi term negara ditambahkan dengan 'tunduk pada pemerintahan pusat yang
dipilih oleh rakyat', maka penambahan ini melahirkan pengertian 'negara demokrasi'.
Dengan demikian denotasinya tidak memasukkan negara-negara totaliter dan negara-
negara absolut dan bentuk-bentuk negara yang lainnya.
Jadi, semakin banyak sifat-sifat yang ditambahkan dalam konotasi, maka semakin
sempit lingkungan yang ditunjuk oleh term itu, dan sebaliknya makin banyak hal-hal
yang ditambahkan dalam denotasi, semakin berkurang sifat-sifat yang dinyatakan
term tersebut.

3. Terangkan lebih lanjut tentang analisis dan klasifikasi dalam Logika, sebagaimana
pertanyaan/perintah berikut:
a. Kemukakan dan jelaskan secara lengkap tentang macam-macam dan nukum-nukum
analisis!
Jawaban :
Analisis secara umum sering juga disebut dengan pembagian. Dalam logika, analisis
atau pembagian berarti pemecahbelahan atau penguraian secara jelas berbeda ke
bagian-bagian dari suatu keseluruhan. Untuk lebih seksama dapat juga mengadakan
subbagian, yakni menguraikan atau memecah belah dari suatu bagian sampai ke unsur
dasarnya. Dengan dasar batasan arti tersebut maka yang dapat dianalisis atau
diuraikan adalah sesuatu keseluruhan, jika betul-betul tunggal tidak dapat diuraikan
ke bagian-bagiannya.
Bagian dan keseluruhan selalu berhubungan. Suatu keseluruhan adalah terdiri atas
bagian-bagian, oleh karena itu dapat dipecah-belahkan dan diuraikan. Bagian yang
merupakan hal-hal yang menyusun suatu keseluruhan maka keseluruhan dapat dibagi-
bagi. Sebelum membahas tentang analisis perlu juga dijelaskan terlebih dahulu
tentang keseluruhan.
Jika keseluruhan dapat dibedakan antara keseluruhan logik dan keseluruhan realis,
maka analisis atau pembagian dibedakan juga atas dua kelompok: analisis logik yaitu
penguraian atas dasar konsepnya, dan analisis realis yaitu penguraian atas dasar
bendanya.
a)      Analisis logik
Analisis logik adalah pemecahbelahan sesuatu ke bagian-bagian yang membentuk
keseluruhan atas dasar prinsip tertentu. Pemecah belahan ini menjelaskan keseluruhan
atau himpunan yang membentuk term sehingga mudah dibeda-bedakan. Analisis logik
dibedakan atas dua macam, analisis universal dan analisis dikotomi.
(1)   Analisis universal merupakan pemerincian atau penguraian suatu genus dibagi ke
dalam semua spesiesnya, atau juga dirumuskan pemecah-belahan term umum ke
term-term khusus yang menyusunnya. Analisis universal untuk hal-hal yang kompleks
susunannya, analisis universal mungkin tidak tepat, bahkan untuk hal-hal yang tidak
dapat semua diketahui, analisis universal tidak dapat diterapkan karena mungkin ada
sesuatu bagiannya yang belum dapat diketahui.
(2) Analisis dikotomi merupakan pemecah-belahan sesuatu dibedakan menjadi dua
kelompok yang saling terpisah, yang satu merupakan term positif dan yang lain term
negatif. Analisis dikotomi ini didasarkan atas hukum logika “prinsip eksklusi tertii”,
yakni prinsip penyisihan jalan tengah. Analisis dikotomi harus menentukan suatu
diferensia yang dipilih berbentuk term positif dan kebalikannya membentuk term
negatif. Contoh analisis sebagaimana berlaku di Indonesia tentang pembagian ilmu
yang pada umumnya dibedakan atas dua macam, yaitu ilmu dibedakan atas eksakta
dan non eksakta. Term eksakta adalah term positif dan term non eksakta adalah term
negatif.
Contoh analisis dikotomi sebagaimana dikemukakan oleh Phorphyry dalam karyanya
Isagoge tentang klasifikasi alam semesta yakni dari summum genus berupa substansi
ke infirma spesies yaitu manusia, atau juga dari term yang paling umum ke term yang
paling khusus yang menyusunnya. Metode analisis dikotomi ini sederhana dan
lengkap di samping itu juga tegas, adapun kekurangannya ialah bahwa bagian yang
negatif dari dikotomi itu mungkin tidak beranggota (kosong) dan seandainya
mempunyai anggota juga tidak dapat diperoleh keterangan mengenai anggota-anggota
tersebut, karena anggota-anggota itu tidak dapat dibagi-bagi lebih lanjut.
b)      Analisis realis
Analisis realis yaitu pemecah-belahan berdasarkan atas susunan benda yang
merupakan kesatuan atau atas dasar sifat perwujudan bendanya. Analisis realis
dibedakan menjadi dua macam, analisis esensial dan analisis aksidental.
(1)   Analisis esensial merupakan pemecah-belahan sesuatu hal ke unsur dasar yang
menyusunnya.
(2)   Analisis aksidential merupakan pemecah-belahan sesuatu hal berdasarkan sifat-
sifat yang menyertai perwujudannya.

b. Kemukakan dan jelaskan secara lengkap tentang hukum-hukum klasifikasi dan


bagaimana system klasifikasi dalam Logika!
Jawaban :
Yang diartikan klasifikasi (penggolongan) pengertiannya ialah karya budi
manusia,untuk menganalisis, membagi-bagi menggolong-golongkan dan menyusun
pengertian-pengrtian dan barang-barang menurut persamaan dan perbedaannya.
 Sebagai contoh: terdapatsejumlah kelereng yang berwarna merah, putih dan
biru. Disampingnya terdapat 3 buah kotak yang juga berwarna merah, putih dan biru.
Apabila seorang anak kecil yang berusia Taman Kanak-kanak (3 -5 tahun) disuruh
mengisi masing-masing kotak itu sesuai dengan  warna kelereng dan kotak, maka
dengan mudah dan gembira-ria menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tugas mengisi
kotak itu dapat bervariasi kesulitannya sesuai dengan variasi penugasannya.
Walaupun terdapat banyak variasi atau kebanyakragaman/tugasan dalam hal tersebut,
tetapi budi (ratio) manusia selalu melihat adanya suatu aturan atau cara yang tertentu.
Manusia primitif mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan
tidak berbisa, membedakan antara tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa
dimakan dan tidak bisa dimakan. Pengelompokan  barang-barang ini tidak lain agar
kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa dibayangkan sulitnya
mencari judul buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu saja tnapa
dibuat klasifikasinya.
Ada dua macam cara membuat klasifikasi, pertama dengan pembagian dan
kedua dendan prnggolongan.

B.     Pembagian Klasifikasi
Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia
yang dicakupinya. Definisi yang telah kita pelajari membahas pengertian kata
sedangkan pembagian membicarakan denotasinya. Jika definisi merupakan analisis
konotasi, maka pembagian merupakan analisis denotasi. Jadi pembagian merupakan
penjelasan yang lebih lengkap mengenai suatu genera kepada spesianya.
Analisis sebagai bagian dari berpikir dan menalar merupakan proses
mengurai sesuatu menjadi berbagai unsure yang terpisah untuk mengetahui sifat,
bentuk, isi, hubungan dan peran masing-masing. Proses mengurai yang demikian
disebut pembagian. Jelasnya pembagian adalah memecah-mecah atau menceraikan
keseluruhan secara berbeda ke dalam bagian-bagian.
 Kita telah mengetahui tentang jenis (genera) dan spesia (kelas, nau’)
sekadarnya. Telah disebut bahwa manusia adalah spesia, jenisnya adalah binatang.
Perlu kita pahami bahwa pembagian logika atas jenis dan spesia suatu benda adalah
tidak mutlak. Manusia adalah spesia bila dilihat dari jurusan binatang; tetapi bila
dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis. Ras adalah spesia, tetapi bila
dilihat dari suku-suku bangsa yang tercakup di dalamnya, maka ia menjadi jenis.
Demikian juga bangsa, ia adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang
dicakupnya maka ia menjadi jenis. Jadi spesia yang kita kehendaki tergantung
daripada keluasan klasifikasi yang hendak kita buat. Bila kita datang di perpustakaan
akan terlihat di sana klasifikasi buku-buku menjadi: karya umum, filsafat, agama,
ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, teknologi, seni, sastra dan sejarah. Di sini subyek-
subyek tersebut diperlakukan sebagai jenis. Tetapi apabila kita menanyakan kepada
seorang pustakawan apa saja jenis koleksinya, ia akan menjawab, buku, surat kabar,,
selebaran, jurnal, peta, film, microfilm, maka buku di sini diperlakukan sebagai
spesia.
Pembagian logis dapat dibedakan atas dua jenis pembagian:
1. Pembagian universal, yaitu pembagian genus ke dalam semua species. Atau term
umum ke daslam term-term khusus yang menyusunnya. Misalnya: Manusia purba
(term umum) dibagi menjadi homo pithecanthropus, homo neandertal dan homo
sapien. Atau manusia dibagi menjadi ras mongoloid, kaukasoid, melanesoid dan
negroid.
2. Pembagian dikotomi, yaitu pemecahan sesuatu menjadi dua bagian yang saling
terpisah. Misalnya Hewan dibagi hewan berakal dan hewan tak berakal. Sifat
pemurah dibagi menjadi bakhil dan dermawan. Materi dibagi menjadi materi konkrit
dan materi abstrak.
Suatu ketika, kita tidak bisa membagi dengan model di atas, karena
terbatasnya pengetahuan kita akan kelompok barang-barang dan juga sering kita
dapati pembagian tersebut tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model
pembagian logika jenis lain, yaitu Pembagian Dikotomi. Pembagian dikotomi adalah
pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya dengan cara
mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ‘ada’ dan ‘tidak
adanya’ kualitas tertentu, seperti:
Dikotomi diambil dari bahasa Latin dichotomia, artinya, pembagian secara
dua-dua, berpasangan, dalam bahasa Arab disebut Sunaiyyah. Metode ini masih
dianggp berguna sebagai suatu cara membuat klasifikasi. Suatu ketika kita membuat
kelompok buku atas ubyek pembahasannya; manakala pembagian lebih lanjut tidak
mungkin lagi maka kita kelompokkan dalam ‘kelompok aneka ragam’ sebagai
kelompok yang tidak diketahui. Jadi dalam hal ini sadar atau tidak kita telah membuat
pembagian secara dikotomik.
Seperti diketahui di atas bahwa pembagian logis didasarkan atas prinsip-
prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tertentu itu disebut hukum-hukum pembagian, yaitu
aturan-aturan yang menjadi petunjuk dalam mengadakan pembagian, agar tidak
terjadi kesalahan. Agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu
diperhatikan patokan berikut:
a. Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara
menyeluruh. Spesianya membuka perubahan tertentu dari sifat persamaan itu.
Misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi
berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni jumlah sisi yang
membentuknya. Kita akan mendapatkan pembagian berikut:
Segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat
sisi), (lima sisi), (enam sisi).Jika kita membagi ‘bidang datar’ misalnya dengan: belah
ketupat, bujur sangkar, jajaran genjang, maka kita tidak membagi berdasarkan sifat
yang ada pada genera secara menyeluruh dari bidang datar, melainkan perubahan
tertentu dari segi empat.
Pembagian yang berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah
pembagian yang dalam bahasa latin disebut fundamentum divisionis. Syarat ini
menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan spesia yang langsung di bawah
generanya. Jika tidak demikian kita akan mendapatkan spesia yang tidak langsung,
jadi ada spesia di atasnya yang diloncati.
b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang
berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur
(overlap, cross division, terselip tidak karuan). Contoh dari pemabagian
yang overlap adalah membagi manusia menjadi: manusia berkulit putih, manusia
Aria, manusia Asia, manusia penyabar. Di sini terdapat empat macam dasar
pembagian yaitu: warna kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia.
Pembagian yang benar atas manusia, misalnya dengan dasar warna kulit, akan
menghasilkan spesia-spesia: manusia berkulit putih, manusia berkulit hitam, manusia
berkulit kuning, manusia berkulit merah.
c. Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup
oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui
keseluruhan spesia suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan
pengetahuan kita atas kelompok barang-barang
d.  Pembagian harus dilakukan dengan cara teratur dan tidak meloncat-loncat.
Pembagian wilayah waktu Indonesia: Waktu Indonesia bagian Barat, Indonesia
Bagian Tengah dan Waktu Indonesia bagian Timur, bukan bagian timur, lalu barat
kemudiang tengah.
Membagi manusia atas dasar warna kulit menjadi manusia berkulit putih dan
manusia berkulit hitam saja tidak benar karena ada spesia yang masih tertinggal,
demikian pada membagi agama wahyu menjadi Islam dan Yahudi saja.
Kita lihat bahwa pembagian dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan
pembagian menurut logika. Pembagian daging menjadi iris-irisan, pembagian roti
menjadi potongan-potongan, pembagian upah kerja kepada anggota kelompok
bukanlah pembagian logika, karena bukan pembagian dari genera kepada spesia.
Cara Melakukan
Pembagian                                                                                                          
Dari pengertian pembagian dan hukum-hukum pembagian di atas maka
dapalah diambil langkah-langkah dan cara-cara praktis pembagian sebagai berikut:
1.  Memikirkan pola pendekatan atau sudut pandang atau system pembagian yang
diinginkan.
2.  Mencari dan menemukan pola pembagian. Bila ternyata menemukan pola
pembagian yang banyak yang dirasakan semuanya penting, pilihlah satu dahulu,
lalu bagilah. Setelah itu barulah beralih ke pola yang kedua dan demikian
seterusnya.
3.  Memikirkan luas pengertian dan seluruh anggota yang msuk dalam himpunan yang
akan dibagi. Dan pastikan baha kita telah menjangkau luas pengertian maupun
anggotanya.
4.  Menetapkan sub-sub kelompok yang masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda antara satu sub dengan sub-sub lainnya.
5.  Memasukkan setiap anggota ke dalam sub kelompok sesuai ciri-ciri khas yang
dimiliki. Dan pastikan baha tidak ada satu anggotapun yang belum masuk, dan
tidak ada satu anggotapun yang merangkap menjadi anggota dan dua sub kelompok
atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai