PPERAN Model Social Learning Dalam Meningkatan Kompetensi Petani Garam Di Kabuptan Pamekasa
PPERAN Model Social Learning Dalam Meningkatan Kompetensi Petani Garam Di Kabuptan Pamekasa
umy_tenmat@yahoo.com
Abstract
This study aims to determine the role of social learning models in improving the competency
of salt farmers in Pamekasan Regency. The research approach used is qualitative research
with grounded theory. Data collection techniques using depth interviews, observation and
documentation studies. The results of the study showed that increasing the competency of salt
farmers through social learning models was carried out by presenting examples of behavior from
aspects: 1) knowledge (knowledge); 2) skills (skills); 3) self concept; 4) personal characteristics
(traits); and 5) motives (motives). The role of the social learning model for increasing salt farmers
in Pamekasan Regency is: 1) to increase knowledge so that farmers have several alternative
ways to make salt to produce quality; 2) developing the competency of salt farmers through the
delivery of information; 3) foster an attitude of helping others; and 4) fostering a cooperative
attitude towards outside parties who wish to establish cooperation.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui peran model social learning dalam meningkatkan
kompetensi petani garam di Kabupaten Pamekasan. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan grounded theory. Teknik pengambilan data menggunakan
depth interview, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kompetensi petani garam melalui model social learning dilakukan dengan
141
142 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018
Kata Kunci: model social learning, imitasi terprogram, dan imitasi mandiri
Model social learning sebagai suatu tujuan, 5) pribadi/sifat (traits) yaitu watak
pendekatan dengan menggunakan yang membuat orang untuk berperilaku
teori observational learning dianggap atau bagaimana seseorang merespon
besar pengaruhnya dalam mengatasi sesuatu dengan cara tertentu—seperti
permasalahan petani garam. Teori percaya diri, kontrol diri, ketabahan dan
observational learning adalah sebuah teori daya tahan.
yang mengungkapkan bahwasannya Model social learning yang dipaparkan
belajar dapat dilakukan melalui sebuah oleh Albert Bandura dan Muhibbin
pengamatan. Sebagian besar upaya Syah diatas memungkinkan adanya
belajar manusia terjadi melalui penyajian peningkatan kompetensi petani garam.
contoh perilaku (modeling) kemudian Peningkatan kompetensi tersebut akan
melakukan peniruan (imitation) maksimal jika penyajian contoh perilaku
(Bandura, 1986: 17-18). Hal ini dapat (modeling) bukan hanya dari aspek
diartikan bahwa petani garam dapat pengetahuan dan keterampilan saja
mengubah pola pikir dan perilakunya tetapi juga dari aspek konsep diri, motif
sendiri dengan melihat cara orang atau dan pribadi/sifat.
kelompok orang mereaksi atau merespon Tujuan umum penelitian ini adalah
sebuah stimulus tertentu. Petani garam untuk mengetahui implementasi model
juga dapat mempelajari respon-respon social learning dalam meningkatkan
baru melalui pengamatan terhadap kompetensi petani garam di Kabupaten
perilaku contoh terhadap proses teori Pamekasan. Secara khusus, tujuan
dari orang lain, misalnya masyarakat lain penelitian ini untuk mendeskripsikan
atau fasilitator (Syah, 2013: 79-80). Dari peran model social learning dalam
pernyataan tersebut dapat disimpulkan meningkatkan kompetensi petani garam
bahwasannya penyajian contoh perilaku di Kabupaten Pamekasan Madura.
(modeling) dapat diprogram misalnya
melalui sosialisasi, pendidikan atau METODE PENELITIAN
pelatihan dan lainnya. Jadi masyarakat Sesuai tujuan penelitian, pendekatan
lain atau fasilitator memiliki peran yang yang digunakan dalam penelitian ini
sangat penting. adalah secara kualitatif dengan gounded
Terkait kompetensi, dengan merujuk theory methodology (Yusuf, 2017: 342).
pada penjelasan Spencer and Spencer Pada kajian ini difokuskan model social
(1993: 9-11) bahwasannya kompetensi learning yang telah diimplementasikan di
dikategorikan kedalam lima aspek, kabupaten Pamekasan. Secara spesifik,
yaitu: 1) pengetahuan (knowledge) yaitu difokuskan pada kajian peran model social
informasi yang dimiliki seseorang untuk learning dalam meningkatkan kompetensi
bidang tertentu, 2) ketrampilan (skill) yaitu petani garam guna memperoleh
kemampuan untuk melaksanakan suatu rekomendasi yang bermanfaat.
tugas tertentu baik secara fisik maupun Sumber data menggunakan data
mental, 3) konsep diri (self concept) primer dan data sekunder. Teknik
yaitu sikap dan nilai-nilai yang dimiliki pengambilan data primer dilakukan
seseorang, 4) motif (motives) merupakan melalui wawancara mendalam (in-depth
kekuatan pendorong untuk mencapai interview) dan observasi, sedangkan data
144 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018
tambak garam secara mandiri atau tidak, juga motif petani garam di kabupaten
berpengaruh terhadap keyakinan diri Pamekasan ketika memutuskan untuk
akan kemampuan yang dimiliki. Hal menjadi seorang petani garam. Motif
tersebut dibuktikan dari pengakuan salah satu petani garam (AB) adalah
beberapa informan (SB, AS, dan SG) tertarik dengan harga garam yang tinggi
yang mengatakan bahwa semakin saat ini. Berbeda dengan petani garam
lama seseorang berkecimpung dalam lain (MS) – yang menjadi petani garam
usaha produksi garam maka memiliki dikarenakan tidak ada pekerjaan lain lagi
keyakinan atas kemampuan diri dalam yang bisa dikerjakan untuk seorang anak
memproduksi garam. Artikulatif dengan yang waktu itu berusia 12 tahun. Ada
pernyataan tersebut, petani garam juga dengan motif meneruskan usaha
yang baru saja mengikuti orang tuanya keluarga (SG, AS, SB dan HM).
menjadi petani garam (AB) merasa Dari berbagai motif yang mendasari
belum memiliki kemampuan dalam tersebut dan mengacu pada teori
memproduksi garam secara mandiri– kebutuhan Maslow (1994: 81), secara
artinya tanpa pendampingan dari orang umum mengarah untuk pemenuhan
tua. Hal ini berarti bahwa model social kebutuhan fisiologis (physiological needs)
learning membantu dalam pembentukan yakni pemenuhan kebutuhan untuk
karakteristik pribadi/sifat. mempertahankan hidup secara fisik
Karakteristik pribadi/sifat seperti kebutuhan makan, minum,
merupakan salah satu aspek kompetensi tempat berteduh atau yang disebut
selain tidak nampak sehingga sulit untuk juga kebutuhan akan sandang, pangan
diidentifikasi, juga merupakan salah dan papan. Kebutuhan yang memiliki
aspek yang sulit untuk berubah. Namun tingkatan lebih tinggi seperti kebutuhan
bukan sesuatu yang yang tidak dapat akan penghargaan (esteem needs)–
berubah (Zwell dalam Wibowo, 2007: kebutuhan akan status, ketenaran,
102). Upaya diri untuk sering melakukan kompetensi, prestasi dll belum dimiliki
pengamatan baik secara mandiri atau oleh sebagian petani garam di kabupaten
terprogram seperti melakukan diskusi Pamekasan sehingga diprediksi belum
dengan petani garam lain yang lebih siap untuk masuk ke dalam kebutuhan
berpengalaman, sering melakukan aktualisasi diri (self actualization needs). Hal
pengamatan cara memproduksi garam, ini seharusnya menjadi kajian serius agar
sering bekerja dalam tim serta sering para petani tidak hanya memiliki motif
mengikuti kegiatan sosialisasi dan pada pemenuhan kebutuhan fisiologis
pelatihan merupakan beberapa kegiatan (physiological needs) saja, melainkan lebih
yang bisa meningkatkan keyakinan diri. dari itu, yaitu memiliki motif terhadap
kebutuhan akan penghargaan (esteem
4. Motif (motives) needs) atau bahkan pada level yang
Motif (motives) yang dimiliki seseorang tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri
dalam menekuni suatu kegiatan berbeda (self actualization needs).
dengan orang lainnya. Begitupun
Umi Hanik, Mutmainah: Peran model social learning... 149
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan dan Politik, hal. 2-16. Yogyakarta:
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Elmatera.
Remaja Rosdakarya. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja.
Wahyudi, Muhtar. 2015. “Jurus Ombak Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
dan Angin: Komunikasi Politik Si Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian
Pencari Ikan.” Dalam Surokim (Ed.), Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan.
Madura: Masyarakat, Budaya, Media Jakarta: Kencana.