Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2622-6952

PERAN MODEL SOCIAL LEARNING


DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI
PETANI GARAM
DI KABUPATEN PAMEKASAN

Umi Hanik, Mutmainah

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Trunojoyo Madura

umy_tenmat@yahoo.com

Abstract
This study aims to determine the role of social learning models in improving the competency
of salt farmers in Pamekasan Regency. The research approach used is qualitative research
with grounded theory. Data collection techniques using depth interviews, observation and
documentation studies. The results of the study showed that increasing the competency of salt
farmers through social learning models was carried out by presenting examples of behavior from
aspects: 1) knowledge (knowledge); 2) skills (skills); 3) self concept; 4) personal characteristics
(traits); and 5) motives (motives). The role of the social learning model for increasing salt farmers
in Pamekasan Regency is: 1) to increase knowledge so that farmers have several alternative
ways to make salt to produce quality; 2) developing the competency of salt farmers through the
delivery of information; 3) foster an attitude of helping others; and 4) fostering a cooperative
attitude towards outside parties who wish to establish cooperation.

Keywords: social learning model, programmed imitation, and independent imitation

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui peran model social learning dalam meningkatkan
kompetensi petani garam di Kabupaten Pamekasan. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif dengan grounded theory. Teknik pengambilan data menggunakan
depth interview, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kompetensi petani garam melalui model social learning dilakukan dengan

141
142 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

menyajikan contoh perilaku dari aspek: 1) pengetahuan (knowledge); 2) keterampilan (skill); 3)


konsep diri (self concept); 4) karakteristik pribadi/sifat (traits); dan 5) motif (motives). Peran
model social learning untuk peningkatan petani garam di Kabupaten Pamekasan adalah: 1)
menambah pengetahuan sehingga petani memiliki beberapa alternatif cara membuat garam
hingga produksinya berkualitas; 2) mengembangkan kompetensi petani garam melalui
penyampaian informasi; 3) menumbuhkan sikap menolong orang lain; dan 4) menumbuhkan
sikap kooperatif terhadap pihak-pihak luar yang berkeinginan menjalin kerjasama.

Kata Kunci: model social learning, imitasi terprogram, dan imitasi mandiri

PENDAHULUAN permasalahan bagi pemerintah dalam


Perpaduan antara tradisi dan kondisi upayanya meningkatkan kompetensi
alam telah menjadikan Madura sebagai petani garam.
produsen garam rakyat terbesar di Hambatan yang cukup berat bagi
Indonesia. Kabupaten Pamekasan yang pemerintah ketika menghadapi pola pikir
terletak di pulau Madura merupakan petani garam yang merupakan bagian dari
salah satu kabupaten penghasil garam masyarakat Madura –bahwasannya sangat
dengan luas lahan (lahan garam rakyat menjunjung tinggi kehormatan dan harga
dan non-rakyat) 2.070,5 Ha. Sebagai diri (Wahyudi, 2015: 3 dan 7). Kehormatan
daerah penghasil garam mulai sekitar dan harga diri menjadi pembatas masuknya
pertengahan abad XIX (setelah tahun informasi baru – misalnya tentang
1870) (Ricklefs, 2007: 286), para petani bagaimana tata cara memproduksi garam
garam khususnya petani garam di sehingga menghasilkan garam berkualitas
kabupaten Pamekasan saat ini tentu dalam jumlah yang banyak. Pengetahuan
memiliki kompetensi tentang cara yang diperoleh secara turun temurun dari
memproduksi garam dari para leluhur. leluhur dianggap sudah cukup untuk
Kompetensi tersebut dapat meningkat memproduksi garam. Sebelum tahun
melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan 2010, pengelolaan garam di kabupaten
dan lainnya yang dilakukan oleh dinas Pamekasan masih menggunakan cara
terkait dalam hal ini adalah Dinas tradisional dan belum menggunakan
Perikanan Kabupaten Pamekasan. teknologi.
Namun ternyata dukungan pemerintah Berdasarkan hasil kajian
melalui program yang dijalankan – terdahulu yang telah dilakukan oleh
pencanangan Swasembada Garam peneliti, saat ini, diperlukan sebuah
Nasional pada akhir tahun 2010 dan kajian yang komprehensif terkait
mulai tahun 2011 pelaksanaan program pendekatan-pendekatan yang dapat
nasional Pemberdayaan Usaha Garam diimplementasikan pada petani garam di
Rakyat (PUGAR), belum semuanya Kabupaten Pamekasan untuk mengubah
dapat diterima atau bahkan dijalankan pola pikir sehingga kompetensinya dapat
oleh sebagian petani. Hal ini menjadi meningkat.
Umi Hanik, Mutmainah: Peran model social learning... 143

Model social learning sebagai suatu tujuan, 5) pribadi/sifat (traits) yaitu watak
pendekatan dengan menggunakan yang membuat orang untuk berperilaku
teori observational learning dianggap atau bagaimana seseorang merespon
besar pengaruhnya dalam mengatasi sesuatu dengan cara tertentu—seperti
permasalahan petani garam. Teori percaya diri, kontrol diri, ketabahan dan
observational learning adalah sebuah teori daya tahan.
yang mengungkapkan bahwasannya Model social learning yang dipaparkan
belajar dapat dilakukan melalui sebuah oleh Albert Bandura dan Muhibbin
pengamatan. Sebagian besar upaya Syah diatas memungkinkan adanya
belajar manusia terjadi melalui penyajian peningkatan kompetensi petani garam.
contoh perilaku (modeling) kemudian Peningkatan kompetensi tersebut akan
melakukan peniruan (imitation) maksimal jika penyajian contoh perilaku
(Bandura, 1986: 17-18). Hal ini dapat (modeling) bukan hanya dari aspek
diartikan bahwa petani garam dapat pengetahuan dan keterampilan saja
mengubah pola pikir dan perilakunya tetapi juga dari aspek konsep diri, motif
sendiri dengan melihat cara orang atau dan pribadi/sifat.
kelompok orang mereaksi atau merespon Tujuan umum penelitian ini adalah
sebuah stimulus tertentu. Petani garam untuk mengetahui implementasi model
juga dapat mempelajari respon-respon social learning dalam meningkatkan
baru melalui pengamatan terhadap kompetensi petani garam di Kabupaten
perilaku contoh terhadap proses teori Pamekasan. Secara khusus, tujuan
dari orang lain, misalnya masyarakat lain penelitian ini untuk mendeskripsikan
atau fasilitator (Syah, 2013: 79-80). Dari peran model social learning dalam
pernyataan tersebut dapat disimpulkan meningkatkan kompetensi petani garam
bahwasannya penyajian contoh perilaku di Kabupaten Pamekasan Madura.
(modeling) dapat diprogram misalnya
melalui sosialisasi, pendidikan atau METODE PENELITIAN
pelatihan dan lainnya. Jadi masyarakat Sesuai tujuan penelitian, pendekatan
lain atau fasilitator memiliki peran yang yang digunakan dalam penelitian ini
sangat penting. adalah secara kualitatif dengan gounded
Terkait kompetensi, dengan merujuk theory methodology (Yusuf, 2017: 342).
pada penjelasan Spencer and Spencer Pada kajian ini difokuskan model social
(1993: 9-11) bahwasannya kompetensi learning yang telah diimplementasikan di
dikategorikan kedalam lima aspek, kabupaten Pamekasan. Secara spesifik,
yaitu: 1) pengetahuan (knowledge) yaitu difokuskan pada kajian peran model social
informasi yang dimiliki seseorang untuk learning dalam meningkatkan kompetensi
bidang tertentu, 2) ketrampilan (skill) yaitu petani garam guna memperoleh
kemampuan untuk melaksanakan suatu rekomendasi yang bermanfaat.
tugas tertentu baik secara fisik maupun Sumber data menggunakan data
mental, 3) konsep diri (self concept) primer dan data sekunder. Teknik
yaitu sikap dan nilai-nilai yang dimiliki pengambilan data primer dilakukan
seseorang, 4) motif (motives) merupakan melalui wawancara mendalam (in-depth
kekuatan pendorong untuk mencapai interview) dan observasi, sedangkan data
144 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

sekunder melalui studi dokumentasi 1) sumber, dan 2) metode. Uji keteralihan


(Denzin dan Lincoln, 1994: 9). menggunakan uraian rinci, uji
Teknik penentuan informan pada kebergantungan menggunakan teknik
penelitian ini menggunakan purposive pemeriksaan kebergantungan dan uji
sampling dan snowball sampling (Yusuf, kepastian data menggunakan audit
2017: 369). Informan dalam penelitian kepastian (Moleong, 2000: 173-175; Yusuf,
ini adalah petani garam, klebun, kepala 2017: 394-398).
dinas perikanan kabupaten Pamekasan,
dan pendamping/penyuluh dari dinas HASIL PENELITIAN DAN
perikanan kabupaten Pamekasan. PEMBAHASAN
Data yang diperoleh, diolah dan Sumber daya manusia (SDM) petani
dianalisis menggunakan analisis kualitatif garam yang berkualitas merupakan
(Neuman, 2000: 420), yang dilakukan pada salah satu faktor penting selain faktor
dua tahap, yaitu 1) analisis data selama alam dalam menghasilkan garam. SDM
penelitian berlangsung dan 2) analisis yang berkualitas ini dapat dilihat dari
data pasca penelitian (Huberman and kompetensi yang dimiliki. Semakin
Miles, 1994: 429). Langkah analisisnya: baik kompetensi maka semakin baik
1) reduksi data (data reduction), 2) display pula SDMnya. Hasil kajian berdasarkan
data (data display), dan 3) kesimpulan data-data lapangan yang dihimpun
(conclusion) atau verifikasi terhadap data melalui penelitian dan kajian teori yang
dan informasi yang diperoleh (Huberman relevan, dapat dikemukakan kerangka
and Miles, 1994: 428-429). konseptual peningkatan kompetensi
Keabsahan data menggunakan petani garam melalui peran model social
uji: 1) kredibilitas, 2) keteralihan, 3) learning sebagaimana yang terlihat pada
kebergantungan, dan 4) kepastian. Uji Gambar 1 berikut:
kredibilitas menggunakan trianggulasi:

Gambar 1 Model Social Learning untuk Peningkatan Kompetensi Petani Garam


Umi Hanik, Mutmainah: Peran model social learning... 145

Stimulus atas penyajian contoh 1. Pengetahuan (knowledge) dan


perilaku (modeling) yang dilakukan keterampilan (skill)
secara mandiri maupun terprogram Pengetahuan terkait cara pembuatan
dapat berupa sesuatu yang baru garam diperoleh sebagian petani garam
ataupun lama. Lama disini diartikan dari orang tua yang juga bermata
bahwa stimulus sudah pernah dipelajari pencaharian petani garam. Menurut
atau dikenal sebelumnya. Perbedaan pengakuan informan (AS, SB, HM, SG,
mendasar ada pada kesadaran model dan MS), pada awalnya tidak memiliki
ketika memberikan stimulus. Jika model keinginan untuk mempelajari cara
tidak memiliki kesadaran bahwa telah membuat garam, namun karena tempat
memberikan stimulus maka termasuk tinggal tidak jauh dari lokasi lahan
dalam penyajian contoh perilaku tambak garam – sedikit demi sedikit
(modeling) mandiri. Sebaliknya jika model memiliki pengetahuan dasar tentang cara
memiliki kesadaran dalam memberikan membuat garam. Selanjutnya dengan
stimulus maka termasuk dalam penyajian alasan meneruskan usaha keluarga
contoh perilaku (modeling) terprogram – (AS, SB, HG, dan HM) dan tidak bisa
dimana dilakukan secara terencana oleh melanjutkan sekolah karena kondisi
seseorang, masyarakat atau fasilitator. ekonomi dan pekerjaan yang ada saat
Penyajian contoh perilaku (modeling) itu adalah menjadi petani garam (MS),
secara terprogram ini bisa dilakukan pengetahuan cara membuat garam mulai
melalui diskusi, sosialisasi, pendidikan, diperdalam mulai dari mengamati,
pelatihan atau lainnya. Modeling bertanya hingga berdiskusi dengan orang
secara mandiri maupun terprogram tua atau masyarakat lain yang dianggap
jika ditindak lanjuti melalui sebuah mengetahui lebih banyak tentang cara
peniruan (imitation) dapat meningkatkan membuat garam hingga keterampilan
kompetensi. Ada lima aspek kategori membuat garam menjadi semakin baik.
kompetensi yang dapat dilakukan Kondisi tersebut juga dilakukan
melalui modeling menurut Spencer and oleh informan (MS dan SG), yang
Spencer (1993: 9-11) yaitu, 1) pengetahuan memberikan pengetahuan terkait cara
(knowledge), 2) keterampilan (skill), 3) membuat garam kepada anaknya yang
konsep diri (self concept), 4) pribadi/sifat menginginkan menjadi petani garam.
(traits), dan 5) motif (motives). Pengalaman tersebut mencerminkan
Paparan dan pembahasan hasil bahwa penyajian contoh perilaku
penelitian pada aspek pengetahuan (modeling) yang diperoleh dari orang
dan keterampilan dilakukan secara tua atau leluhur dapat dilakukan secara
terintegrasi. Pertimbangannya adalah mandiri ataupun terprogram.
keterampilan mengacu pada kemampuan Sedangkan beberapa program yang
dalam menggunakan dan menerapkan telah dilakukan oleh pemerintah melalui
pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan
aspek konsep diri, pribadi/sifat dan motif diantaranya sebagai berikut, pertama
dipaparkan secara terpisah. cara membuat garam menggunakan
geo isolator/geo membran pada meja
146 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

kristalisasi. Cara ini merupakan sebagian informasi sehingga muncul


pengembangan dari pembuatan isu yang berdampak pada kekawatiran
garam secara tradisional. Kedua petani untuk melaksanakan program
penerapan teknologi ulir filter. Teknik yang disarankan oleh pemerintah
ini merupakan teknologi baru dalam sehingga petani cenderung tetap memilih
pengolahan air dalam proses evaporasi, menggunakan cara tradisional untuk
dengan melakukan penyempitan membuat garam.
petakan-petakan pembenihan hingga Salah satu isu yang berkembang
membentuk ulir pada inlet dan outlet adalah tentang rasa pahit yang
disertakan saringan (filter) yang tersusun ditimbulkan akibat dari membuat garam
dari ijuk, batu, pasir, ziolit dan arang. menggunakan teknologi geo isolator/
Ketiga teknologi Portugis yaitu teknologi geo membran (pengakuan informan SG
dengan menjadikan meja kristal sebagai dan AS). Konfirmasi dari pihak terkait
plat menjadi dasar meja. bahwasannya rasa pahit tersebut tidak
Keempat adalah teknologi rumah ditimbulkan akibat penggunaan geo
kaca – dimana garam yang dihasilkan isolator/geo membran namun lebih
menggunakan teknologi rumah kaca. pada kekurangtepatan dalam mengikuti
Kelima adalah penerapan integrasi lahan prosedur pembuatan garam. Hal
– dengan menyatukan/mengabungkan tersebut menimbulkan tingginya kadar
lahan tambak garam dalam satu magnesium dalam garam sehingga
hamparan. Pengelolaan air mulai bahan muncul rasa pahit.
baku sampai air tua dilakukan dalam satu
managemen. Program tersebut dijalankan
2. Konsep diri (self concept)
Konsep diri (self concept) erat
melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan
kaitannya dengan sikap seseorang atas
dan pendampingan secara terprogram.
perilaku kerjanya yang bisa ditunjukkan
Dari aspek teknis, kegiatan tersebut
melalui sikap untuk mengembangkan
hanya melibatkan ketua kelompok petani
orang lain, membuat orang lain selaras
garam. Selanjutnya ketua kelompok
dengan keinginannya, kemauan bekerja
menyampaikan informasi kepada
secara kooperatif dengan pihak lain
anggota kelompok petani garam lain.
atau bahkan kemauan untuk menjadi
Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
pemimpin kelompok, dan keinginan
Perikanan Kabupaten Pamekasan secara
untuk menolong orang lain (Spencer &
terprogram membawa dampak yang
Spencer, 1993: 9).
besar untuk peningkatan kompetensi
Seperti yang telah diungkapkan
petani garam. Petani garam memiliki
di bagian sebelumnya terkait teknis
pengetahuan sehingga memiliki beberapa
pelaksanaan program dari Dinas Perikanan
alternatif cara untuk terampil dalam
Kabupaten Pamekasan bahwasannya
membuat garam hingga produksinya
hanya ketua atau perwakilan kelompok
melimpah dan berkualitas sehingga dicari
yang mengikuti kegiatan sosialisasi
oleh konsumen. Namun, ada sisi negatif
atau pelatihan. Dari teknis pelaksanaan
dari aspek teknis ketika peserta program
tersebut dapat dilihat sikap-sikap yang
hanya sebagian yaitu ketua kelompok
dimiliki oleh petani garam khususnya
(perwakilan kelompok) adalah hilangnya
Umi Hanik, Mutmainah: Peran model social learning... 147

yang mengikuti kegiatan sosialisasi tidak langsung membantu meningkatkan


atau pelatihan. Ketua atau perwakilan kompetensi dan kesejahteraan petani
kelompok memiliki tanggung jawab garam lain. Pendampingan yang
untuk menyampaikan informasi kepada dilakukan secara berkesinambungan
petani lain yang tidak mengikuti kegiatan juga membantu petani garam untuk lebih
sosialisasi atau pelatihan. Menurut kooperatif terhadap pihak-pihak luar
pengakuan informan (AS) bahwa semua yang berkeinginan menjalin kerjasama.
informasi bahkan saran dari dinas terkait
yang diterima melalui pelatihan atau
3. Karakteristik pribadi/sifat
(traits)
sosialisasi selalu disampaikan kepada
Karakteristik pribadi/sifat
anggota kelompoknya. Aktivitas tersebut
merupakan salah satu aspek kompetensi
juga dilakukan oleh informan yang
yang tidak nampak sehingga sulit untuk
memiliki posisi sebagai ketua kelompok
diidentifikasi. Namun dari wawancara
petani garam (SG).
mendalam ditemukan beberapa fakta
Namun, karena ada beberapa
terkait karakteristik pribadi/sifat (traits)
permasalahan yang bersifat pribadi
yang dimiliki petani garam seperti
seperti: 1) pembagian lahan tambak
menghargai perbedaan dan pandangan
garam antar saudara, 2) tiap lahan
yang bertentangan atas suatu isu serta
memiliki tingkat produktifitas yang
keyakinan seseorang pada kemampuan
berbeda, dan 3) pola pikir sebagian
diri untuk menyelesaikan tugas dan
petani garam yang merasa “cukup”
kemampuan menyesuaikan diri (Spencer
bahkan merasa “bisa” atas pengetahuan
& Spencer, 1993: 10). Sebagian petani
dan keterampilan yang dimiliki dalam
menganggap bahwa membuat garam
membuat garam – menyebabkan
dengan teknologi geo isolator/geo
program yang dicanangkan pemerintah
membran menyebabkan rasa garam
sebagian menjadi tidak terealisasi.
menjadi pahit sehingga memutuskan
Diantara program yang sebagian belum
untuk tetap menggunakan cara
dapat direalisasikan oleh sebagian
tradisional. Sedangkan sebagian petani
petani garam adalah integrasi lahan.
juga membenarkan adanya isu tersebut
Permasalahan tersebut hingga sekarang
namun memutuskan menggunakan
masih belum terselesaikan.
teknologi geo isolator/geo membran.
Namun, disisi lain – dengan
berdasarkan pengakuan informan (AS),
munculnya berbagai permasalahan
alasan yang mendasari adalah hasil yang
tersebut, kegiatan sosialisasi dan pelatihan
diperoleh lebih banyak dan lebih bersih.
dengan mengikutsertakan ketua atau
Meskipun area lahan berdampingan
perwakilan kelompok telah membantu
tetapi menggunakan teknologi yang
terbentuknya self concept petani garam
berbeda, petani garam di Kabupaten
sehingga menumbuhkan sikap untuk
Pamekasan hidup berdampingan secara
mengembangkan kompetensi petani
damai.
garam lain melalui “sambung” informasi
Terkait keyakinan terhadap
dan yang paling esensial adalah sikap
kemampuan diri dalam menyelesaikan
dalam menolong orang lain melalui
tugas, pengalaman mengelola lahan
informasi yang diberikan sehingga secara
148 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

tambak garam secara mandiri atau tidak, juga motif petani garam di kabupaten
berpengaruh terhadap keyakinan diri Pamekasan ketika memutuskan untuk
akan kemampuan yang dimiliki. Hal menjadi seorang petani garam. Motif
tersebut dibuktikan dari pengakuan salah satu petani garam (AB) adalah
beberapa informan (SB, AS, dan SG) tertarik dengan harga garam yang tinggi
yang mengatakan bahwa semakin saat ini. Berbeda dengan petani garam
lama seseorang berkecimpung dalam lain (MS) – yang menjadi petani garam
usaha produksi garam maka memiliki dikarenakan tidak ada pekerjaan lain lagi
keyakinan atas kemampuan diri dalam yang bisa dikerjakan untuk seorang anak
memproduksi garam. Artikulatif dengan yang waktu itu berusia 12 tahun. Ada
pernyataan tersebut, petani garam juga dengan motif meneruskan usaha
yang baru saja mengikuti orang tuanya keluarga (SG, AS, SB dan HM).
menjadi petani garam (AB) merasa Dari berbagai motif yang mendasari
belum memiliki kemampuan dalam tersebut dan mengacu pada teori
memproduksi garam secara mandiri– kebutuhan Maslow (1994: 81), secara
artinya tanpa pendampingan dari orang umum mengarah untuk pemenuhan
tua. Hal ini berarti bahwa model social kebutuhan fisiologis (physiological needs)
learning membantu dalam pembentukan yakni pemenuhan kebutuhan untuk
karakteristik pribadi/sifat. mempertahankan hidup secara fisik
Karakteristik pribadi/sifat seperti kebutuhan makan, minum,
merupakan salah satu aspek kompetensi tempat berteduh atau yang disebut
selain tidak nampak sehingga sulit untuk juga kebutuhan akan sandang, pangan
diidentifikasi, juga merupakan salah dan papan. Kebutuhan yang memiliki
aspek yang sulit untuk berubah. Namun tingkatan lebih tinggi seperti kebutuhan
bukan sesuatu yang yang tidak dapat akan penghargaan (esteem needs)–
berubah (Zwell dalam Wibowo, 2007: kebutuhan akan status, ketenaran,
102). Upaya diri untuk sering melakukan kompetensi, prestasi dll belum dimiliki
pengamatan baik secara mandiri atau oleh sebagian petani garam di kabupaten
terprogram seperti melakukan diskusi Pamekasan sehingga diprediksi belum
dengan petani garam lain yang lebih siap untuk masuk ke dalam kebutuhan
berpengalaman, sering melakukan aktualisasi diri (self actualization needs). Hal
pengamatan cara memproduksi garam, ini seharusnya menjadi kajian serius agar
sering bekerja dalam tim serta sering para petani tidak hanya memiliki motif
mengikuti kegiatan sosialisasi dan pada pemenuhan kebutuhan fisiologis
pelatihan merupakan beberapa kegiatan (physiological needs) saja, melainkan lebih
yang bisa meningkatkan keyakinan diri. dari itu, yaitu memiliki motif terhadap
kebutuhan akan penghargaan (esteem
4. Motif (motives) needs) atau bahkan pada level yang
Motif (motives) yang dimiliki seseorang tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri
dalam menekuni suatu kegiatan berbeda (self actualization needs).
dengan orang lainnya. Begitupun
Umi Hanik, Mutmainah: Peran model social learning... 149

KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA


SARAN Bandura, Albert. 1986. Social Foundation of
Thought and Action: A Social Cognitive
Peningkatan kompetensi petani Theory. Englewood Cliffs, NJ:
garam melalui model social learning Prentice-Hall.
dilakukan dengan menyajikan contoh Denzin, Norman K., and Yvonna
perilaku (modeling) dari aspek: 1) S. Lincoln. 1994. “Introduction:
pengetahuan (knowledge) yaitu informasi Entering the Field of Qualitative
yang dimiliki petani garam untuk Research.” Norman K. Denzin and
Yvonna S. Lincoln (eds.),
membuat atau memproduksi garam, 2)
Handbook of Qualitative Research, pp.
keterampilan (skill) yaitu kemampuan 117. Thousand Oaks, California:
untuk mengaplikasikan pengetahuan Sage.
dalam membuat garam, 3) konsep diri (self Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
concept) yaitu sikap dan nilai petani garam Pamekasan. 2015. Profil Garam Rakyat.
dalam mengembangkan diri dan orang Pamekasan: Dinas Perikanan dan
lain, 4) karakteristik pribadi/sifat (traits) Kelautan Kabupaten Pamekasan.
yaitu watak untuk mengontrol setiap Huberman, A. Michael and Matthew
perilaku misalnya ketika menghadapi B. Miles. 1994. “Data Management
and Analysis Methods.”
cobaan dan tantangan, dan 5) motif Norman K. Denzin and Yvonna
(motives) yaitu kekuatan pendorong untuk S. Lincoln (eds.), Handbook
mencapai tujuan. Implementasi terhadap of Qualitative Research, pp. 428-444.
kelima aspek tersebut seharusnya Thousand Oaks, California:
Sage Publications Inc.
dilakukan secara seimbang tidak terfokus
pada salah satu aspek saja. Maslow, Abraham. H. 1994.
Motivasi dan Kepribadian: Teori
Peran model social learning untuk Motivasi dengan Pendekatan
peningkatan petani garam di kabupaten Hierarki Kebutuhan Manusia, Nurul
Pamekasan diantaranya, 1) petani Imam (Terj.). Jakarta: Pustaka
garam memiliki pengetahuan sehingga Binaman Pressindo.
memiliki beberapa alternatif cara Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi
untuk terampil dalam membuat garam Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
hingga produksinya melimpah dan
berkualitas, 2) menumbuhkan sikap untuk Neuman, W. Lawrence. 2000. Social
Research Methods. Boston: Allyn and
mengembangkan kompetensi petani Bacon.
garam lain melalui penyampaian informasi,
Ricklefs, M. C. 2007. Sejarah Indonesia
3) menumbuhkan sikap menolong Modern, Satrio Wahono dkk (Terj.).
orang lain, dan 4) menumbuhkan sikap Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
kooperatif terhadap pihak-pihak luar yang Spencer, Lyle & Signe M. Spencer.
berkeinginan menjalin kerjasama. 1993. Competence at Work, Models For
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Superior Performance. Canada: John
model alternatif untuk menyelesaikan Wiley & Sons, Inc.
permasalahan dalam upaya peningkatan Sulistyorini, Dwi. 2006. “Upacara
kompetensi sumber daya manusia Nadar dalam Pembuatan Garam
di Sumenep (Fungsi, Simbol dan
manusia di Kabupaten Pamekasan. Pemaknaannya.” Jurnal Bahasa dan
Seni, Vol. 34, No. 2, Agustus 2006.
150 SIMULACRA, Volume 1, Nomor 2, November 2018

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan dan Politik, hal. 2-16. Yogyakarta:
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Elmatera.
Remaja Rosdakarya. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja.
Wahyudi, Muhtar. 2015. “Jurus Ombak Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
dan Angin: Komunikasi Politik Si Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian
Pencari Ikan.” Dalam Surokim (Ed.), Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan.
Madura: Masyarakat, Budaya, Media Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai