Anda di halaman 1dari 27

Pertemuan Ke 6

Akuntansi Keuangan Lanjutan 2


STIE IGI
Hery Margono, SE, Ak,MM

HAKIKAT DARI KONSINYASI

Konsinyasi merupakan sistem pengiriman barang-barang ekspor pada importer di luar negeri di mana barang-barang tersebut
dikirim oleh ekspotir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harga yang telah ditetapkan oleh eksportir, barang-
barang yang tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir

A. KONSINYASI (CONSIGNMENT)
a. Definisi

Konsinyasi merupakan sistem pengiriman barang-barang ekspor pada importer di luar negeri di
mana barang-barang tersebut dikirim oleh ekspotir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir
dengan harga yang telah ditetapkan oleh eksportir, barang-barang yang tidak terjual akan
dikembalikan kepada eksportir.
Dalam sistem ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan importir hanya merupakan
pihak yang dititipi barang untuk dijual.
Hal ini terjadi karena pengiriman barang belum menemukan ada pembeli yang tertentu di LN.
Penjualan barang di luar negri dapat dilaksanakan melalui Pasar Bebas ( Free Market) atau Bursa
Dagang ( Commodites Exchange) dengan cara lelang.dan bila kita berkunjung ke department store
maupun toko–toko yang menjual berbagai macam produk dengan kapasitas besar, maka seringkali
kita berpikiran apakah toko tersebut tidak bermasalah dengan stok yang tidak habis terjual atau stok
yang menumpuk dan tidak dapat dikembalikan ke supplier.
Penjualan dengan system konsinyasi merupakan proses penyerahan barang oleh pemilik barang
kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, namun hak kepemilikan atas barang tersebut
tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut telah dijual ke customer akhir oleh agen
penjual.

b. Proses

Cara pelaksanaan lelang pada umumnya sebagai berikut :

a. Pemilik brang menunjuk salah satu broker yang ahli dalah salah satu komoditi.

b. Broker memeriksa keadaan barang yang akan di lelang terutama mengenai jenis dan jumlah serta
mutu dari barang tersebut.

c. Broker meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya, harga transaksi ini
disampaikan kepada pemilik barang.
d. Oleh panitia lelang akan ditentukan harga lelang yang telah disesuaikan dengan situasi pasar serta
serta kondisi perkembangan dari barang yang akan dijual. Harga ini akan menjadi pedoman bagi
broker untuk melakukan transaksi.

e. Jika pelelangan telah dilakukan broker berhak menjual barang yang mendapat tawaran dari
pembeli yang sana atau yang melebihi harga lelang.

f. Barang-barang yang ditarik dari pelelangan masih dapat dijual di luar lelang secara bawah tangan

g. Yang diperkenankan ikut serta dalam pelalangan hanya anggita yang tergabung dalam salah satu
commodities exchange untuk barang-barang tertentu.

h. Broker mendapat komisi dari hasil pelelangan yang diberikan oleh pihak yang diwakilinya.

c. Resiko

Resiko yang dapat timbul dalam system ini antara lain :


1. Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan.
2. Tidak ada kepastian eksportir akan menerima pembayaran.
3. Eksportir dapat menjadi korban kenakalan importir yang melaporkan barang yang terjual tidak
sesuai dengan yang sebenarnya.
4. Bila impotir tidak membayar, tidak ada bukti untuk menuntutnya di pengadilan

d. Ciri-Ciri

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan
sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang diatur dalam
perjanjian. Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut Konsinyor / consignor / pengamanat.
Pihak yang menerima barang Konsinyasi disebut Konsinyi / Consigner / Komisioner. Bagi konsinyor
barang yang dititipkan kepada konsinyi untuk dijualkan disebut barang konsinyasi (konsinyasi
keluar/consigment out)

Terdapat 4 hal yang merupakan ciri dari transaksi Konsinyasi yaitu :


1) Barang Konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh Konsinyor, karena hak untuk barang
masih berada pada Konsinyor.
2) Pengiriman barang Konsinyasi tidak menimbulkan pendapatan bagi Konsinyor dan sebaliknya.
3) Pihak Konsinyor bertanggungjawab terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang
Konsinyasi kecuali ditentukan lain.
4) Komisioner dalam batas kemampuannya berkewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya.

e. Kelemahan dan Kelebihan konsinyasi

Alasan Komisioner menerima perjanjian Konsinyasi, antara lain :

1) Komisioner terhindar dari resiko kegagalan memasarkan barang tsb.

2) Komisioner terhindar dari resiko rusaknya barang atau adanya fluktuasi harga.

3) Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi.


Alasan-alasan Konsinyor untuk mengadakan perjanjian Konsinyasi :

1) Konsinyasi merupakan cara untuk lebih memperluas pemasaran.

2) Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan misalnya komisioner bangkrut maka barang konsinyasi
tidak ikut disita.

3) Harga eceran barang tersebut lebih dapat dikontrol.

f. Akuntansi untuk Konsinyasi

Prosedur akuntansi bagi Konsinyor maupun Konsinyi dalam buku mereka masing-masing ada 2
metode, yaitu :

1) Transaksi Konsinyasi yang menyebabkan R/L Konsinyasi dicatat secara terpisah.

2) Transaksi Konsinyasi yang menyebabkan R/L Konsinyasi tidak dicatat secara terpisah.

B. ATURAN MAIN KONSINYASI

Sistem penjualan ini sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat secara umum dengan istilah yang
berbeda-beda. Ada yang mengenalnya dengan istilah titip jual. Caranya adalah dengan menitipkan
produk yang hendak kita jual di toko-toko lain. Sebelum membahas lebih dalam mengenai penjualan
konsinyasi, ada baiknya kita mengenal beberapa isitlah yang terkait dengan system penjualan
konsinyasi antara lain:
Consignor: merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan pihak yang memiliki barang.
Consignee: merupakan cara penyebutan untuk pihak yang menerima titipan barang dari Consignor
untuk dijualkan.
Consignment-out:merupakan akun yang digunakan oleh Consignor untuk mencatat jumlah
persediaan yang dikonsinyasikan ke Consignee.
Consignment-in: merupakan akun yang digunakan oleh Consignee untuk mencatat transaksi yang
berhubungan dengan barang milik Consignor yang dititipkan kepada Consignee.
System penjualan menggunakan system konsinyasi memang memiliki perbedaan dengan system
penjualan pada umumnya. Bila kita amati beberapa department store yang ada disekeliling kita,
dimana mereka selalu menjual berbagai macam produk dengan varian yang beragam dan dalam
jumlah yang bersar, maka mereka pasti memiliki alasan khusus sehingga yakin bahwa system
penjualan konsinyasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan system penjualan pada umumnya dan
memutuskan untuk menggunakan strategi bisnis ini. Beberapa alasan mengenai kemudahan, dan
meminimalisasi atas beberapa risiko menjadi alasan pemilihan menggunakan system penjualan
seperti ini. Beberapa brand asing yang produknya dijual di department store yang ada di Indonesia
menerapkan system ini.

a. Sudut pandang Consignee

terlepas atau terhindar dari risiko kegagalan penjualan barang/produknya. Karena hak kepemilikan
barang tetap berada di tangan Consignor. Sehingga Consignee tidak mengalami kerugian yang
ditimbulkan akibat stok persediaan yang menumpuk, dan tidak dapat menghasilkan perputaran uang
dalam waktu yang lama. Bayangkan apabila penjualan dilakukan dengan system penjualan pada
umumnya, dimana penjual diharuskan untuk membeli barang dari produsen sehingga hak
kepemilikian barang berpindah tangan. Kemudian barang tersebut berada di tangan pembeli hingga
berhasil di jual ketangan end customer. Apabila kondisi pasar berubah, sehingga mengakibatkan
perusahaan gagal menjual persediaannya, maka kerugian yang ditanggung perusahaan akibat barang
tidak bergerak akan lebih besar.
Consignee juga dapat menghindari risiko atas kerusakan barang persediaan dan fluktuasi harga yang
terjadi, karena kembali lagi hak kepemilikan barang tidak berada di tangan Consignee. Mari kita lihat
di salah satu Department Store yang menjual berbagai produk-produk kebutuhan yang menyandang
brand asing, mulai dari pakaian hingga consumer goods. Mereka hanya perlu melakukan display atas
barang-barang konsinyasi dari Consignor, kemudian memasarkan kepada consumen dan
memperoleh komisi atas produk-produk yang berhasil mereka pasarkan.
Setiap pergantian musim, barang-barang yang didisplay selalu merupakan barang-barang terupdate
sesuai dengan produk yang sedang trend pada musim tersebut. Mereka tidak akan dipermasalahkan
mengenai penglelolaan atas stok-stok produk yang tidak berhasil terjual. Karena barang-barang yang
tidak berhasil terjual tersebut akan dikembalikan ke Cosnignor. Oleh sebab itu banyak department
store akan melakukan end of sesason sale untuk menghabiskan stok produk yang belum terjual.
Sedangkan apabila produk yang dititipkan di Consignee rusak/cacat, maka Consignee akan me-retur
produk tersebut kepada Cosnignor. Sehingga produk yang di-display selalu produk yang terbaik.
Consignee tidak akan menghadapi masalah barang rusak. Consignee juga tidak perlu khawatir
apabila terjadi fluktuasi harga barang yang signifikan. Hal ini tidak dapat diakomodir oleh system jual
beli pada umumnya. Misalnya supplier membeli barang dengan harga normal untuk dijual.
Kemudian pada saat akan dijual ke end customer, terjadi perubahan kondisi di pasaran yang
mengakibatkan harga pasar turun 40%. Produsen akan mengalami kerugian akibat penurunan harga
tersebut. Hal ini tidak akan terjadi apabila penjualan dilakukan dengan system konsinyasi. Consignee
tidak akan mempermasalahkan perubahan harga pasar atas produk yang dijual. Karena risiko
fluktuasi harga tetap menjadi tanggungan Consignor.
Masalah modal kerja yang terbatas juga dapat diatasi. Dengan modal kerja yang terbatas, Consignee
tetap dapat melakukan usaha perdagangan, karena Consignee tidak perlu melakukan pembelian atas
produk yang akan dijualnya. Sehingga modal kerja yang terbatas dapat digunakan Cosignee untuk
melakukan investasi ke hal yang lainnya.

b.Sudut pandang Consignor

Dari segi Consignor, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan Consignor bersedia melakukan
penjualan secara konsinyasi. Antara lain adalah karena:
Dengan system penjualan konsinyasi, dimungkinkan produsen akan memperoleh daerah pemasaran
yang lebih luas, terutama untuk beberapa karakteristik produk yang pada umumnya merupakan
produk baru dimana permintaan untuk produk tersebut masih belum dapat diprediksi pada saat
meluncurkan produk. Apabila jumlah permintaan untuk produk tersebut masih belum dapat
diprediksi, maka system penjualan konsinyasi akan membantu, karena area pemasaran yang luas,
dan dapat menjangkau seluruh daerah dalam suatu Negara.
Apabila produsen berencana untuk membuka suatu cabang baru di suatu daerah baru, maka hal
tersebut akan membutuhkan investasi yang cukup besar. Sedangkan dengan system penjualan
konsinyasi, produsen tidak perlu berivestasi untuk suatu cabang penjualan baru, hanya perlu
menitipkan produknya kepada Consignee dan memberikan komisi kepada Consignee atas
kemampuannya menjual produk tersebut.
Barang dengan fluktuasi harga yang cukup tinggi juga berpengaruh terhadap kemampuan pasar
untuk menjualnya. Consignor cukup menitipkan produknya kepada Consignee yang berada di lokasi
daerah-daerah pemasaran yang diinginkan, dan Consignee dapat membantu menjualkan produk
Consignor di daerahnya.
Alasan lain Consignor melakukan system konsinyasi adalah karena system penjualan konsinyasi
dapat menekan risiko kerugian bagi Consignee. Bilamana terjadi kebangkrutan pada pihak
Consignee, sehingga mengakibatkan seluruh property Consignee harus disita, maka barang-barang
yang diakui sebagai barang konsinyasi tidak dapat disita oleh pihak penyita karena barang tersebut
bukan milik Consignee.
Consignor dapat melakukan pengontrolan atas harga jual produknya yang berada di tangan
Consignee. Hal ini disebabkan karena hak kepemilikan barang tetap berada di tangan Consignor,
sehingga hanya Consignor yang berhak melakukan penentuan harga jual yang diberikan oleh
Consignee. Hal ini untuk menghindari persaingan harga yang akan berakibat buruk bagi permintaan
barang di pasar, sekaligus memastikan bahwa harga masih dapat dijangkau oleh consumen.
Pengawasan ini akan sulit dilakukan apabila menggunakan system penjualan pada umumnya, atau
system penjualan melalui dealer dimana hak kepemilikan barang telah berada di tangan dealer
tersebut.
Pengontrolan atas jumlah barang yang berada di pasaran dapat dikontrol oleh Consignor. Selain itu
jumlah persediaan yang tersisa di gudang Consignor pun dapat dengan mudah dilakukan. Hal ini
sangat berguna bagi Consignor untuk mengurangi risiko kekurangan atau kelebihan barang. Dengan
mudahnya melakukan control atas jumlah stok, maka Consignor pun akan lebih mudah dalam
menentukan rencana produksi kedepannya.
c. Sudut Pandang Pasar

Dari segi market/pasar, system penjualan konsinyasi akan membuka pasar yang lebih luas,
disebabkan karena seluruh pasar yang ada dapat di penetrasi dengan produk yang dijual. Consignor
hanya perlu memperluas koneksi dengan Consignee di seluruh daerah, sehingga memungkinkan
produknya lebih dikenal oleh pasar. Dengan cara ini, diharapkan produk tersebut dapat menjadi
market leader, karena dimanapun customer berada, dia dapat menjangkau produk tersebut
sehingga mudah diperoleh.
Berkaitan dengan jangka waktu pembayaran yang relative lebih panjang diterima oleh Consignor.
Karena pembayaran baru dapat diterima setelah barang terjual. Hal ini mengakibatkan barang
tersebut menjadi uang yang tidak dapat diputar untuk jangka waktu tertentu selama barang tersebut
masih berada di toko dan belum terjual. Consignor harus secara cermat menanggulangi hal tersebut.
dengan cara menjabarkan ketentuan pembayaran dari Consignee kepada Consignor dalam Kontrak
Perjanjian.
Selain itu, terdapat risiko lain bagi Cosignor dimana penjualan atas produknya belum tentu bisa
maksimal karena Consignee tidak akan terlalu focus untuk menjual produk Consignor. Bilamana
produk Consignee menjual produk-produk dari beberapa Consignor. Bisa jadi lokasi
penempatan/display yang kurang strategis juga dapat menghambat lancarnya penjualan produk.
Untuk mengatasi hal ini, Consignor juga dapat mengajukan syarat-syarat penempatan atas
produknya di lokasi Consignee di dalam Kontrak perjanjian.
Kelemahan atas penjualan Konsinyasi yang disebutkan diatas sebenarnya dapat dihindari dengan
menerapkan strategi-strategi tertentu dan melakukan perjanjian khusus antara Consignor dan
Consignee. Dengan menerapkan system konsinyasi, Consignor dapat memiliki peluang untuk
memperluas pangsa pasar dan membuka banyak cabang sehingga produknya dikenal oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Dalam melakukan system penjualan konsinyasi, hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah
mengenai kesepakatan antara Consignee dan Consignor yang dituangkan dalam bentuk Kontrak
Perjanjian Kerjasama. Di dalam kontrak tersebut, isinya menyebutkan hak dan kewajiban Consignee.
Yang menjadi hak Consignee antara lain:
Consignee berhak memperoleh penggantian atas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
penjualan atas barang-barang milik Consignor.
Consignee berhak memperoleh imbalan jasa atau yang pada umumnya disebut Komisi atas
keberhasilannya menjual produk Consignor. Besarnya balas jasa dan ketentuan yang mengaturnya
dituangkan di dalam Kontrak Perjanjian tersebut.
Terkadang Consignee berhak menawarkan garansi atas produk yang dijualnya.
Sedangkan Consignee juga memiliki beberapa kewajiban antara lain:
Consignee sebagai pihak yang diberikan kepercayaan untuk memasarkan barang-barang milik
Consignor wajib menjaga barang yang dipercayakan kepadanya dan menjual barang konsinyasi
tersebut.
Consignee wajib membuat laporan bulanan yang merangkum hasil penjualan konsinyasi sebagai
bentuk pertanggungjawaban Consignee kepada Consignor dan juga rangkuman mengenai
penyerahan uang hasil penjualan tersebut.
Selain hak dan kewajiban Consignee, di dalam Kontrak Perjanjian juga dijelaskan mengenai kebijakan
harga penjualan serta kebijakan penjualan secara kredit.

C. Contoh Kasus

Dewasa Indonesia saat ini mengalami perkembangan dan stabilitas yang sangat pesat dalam bidang
fashion mode, teknologi dan seni desain. Percampuran faktor-faktor fundamental budaya barat dan
budaya timur yang kuat memungkinkan budaya Indonesia dapat berkembang secara baik, juga
karena adanya partisipasi dari segala kemajemukan aspek budaya yang ada di Indonesia.
Kemajemukan budaya tersebut tidak terlepas dengan adanya kreasi dan kreatifitas anak bangsa
dalam hal fashion mode, teknologi dan seni desain. Salah satu bentuk kreasi dan kreatifitas dari anak
bangsa adalah dalam hal fashion design company yang merupakan wadah positifis dalam
penumpahan ide dan emosi yang labil dalam jiwa anak muda berawal dari pemikiran anak muda
yang terbentuk dalam komunitas–komunitas yang mempunyai visi dalam hal olahraga, seni desain,
musik dan banyak lagi komunitas–komunitas yang positis sebagai wadah anak muda
mengaprisiasikan emosi dan bakat
yang terpendam dalam diri mereka.
Kontribusi yang bisa diberikan oleh desainer-desainer muda berbakat yang erat kaitannya dalam hal
ini adalah dalam bentuk karya-karya yang merupakan salah satu sarana dalam bergaul dalam hal
berpakaian, peralatan olahraga, pernak-pernik tekhnologi yang dalam hal ini mempunyai kandungan
nilai ekonomis yang mempunyai pangsa pasar anak muda yang tergabung dalam komunitas-
komunitas untuk mendapatkan kebutuhan mereka dalam hal fashion mode, teknologi dan seni
desain. Karena kontribusi yang besar dari mereka maka mereka berpikir untuk memproduksi dan
membuat usaha di bidang konveksi dan yang lainnya. Pemikiran positif mereka menghasilkan usaha
yang sangatlah menguntungkan dan juga mendapat respon yang besar khususnya oleh anak muda
yang senang akan tren musik, fashion, dan juga desain grafis.
Muncul pemikiran dari para anak-anak muda tersebut setelah memproduksi maka mereka berfikir
untuk membuat tempat memasarkan hasil kreatifitas mereka yang merupakan kebutuhan untuk
memenuhi fashion gaya hidup mereka, maka mereka membuatlah perusahaan–perusahaan konveksi
yang mendesain dan memproduksi pakaian serta pernak-perniknya yang biasa dipakai oleh anak–
anak muda sekarang ini. Pada awalnya ini hanya usaha yang biasa dan tidak berpikir untuk
menjadikan bisnis yang besar, dengan bertambahnya tingkat konsumtif masyarakat maka banyak
peminatnya dan mempunyai konsumen yang sangat konsumtif dan mempunyai pangsa pasar yang
menjadi besar pula, sehingga bisnis ini menjadi bisnis yang sangatlah menguntungkan, maka banyak
peminatnya untuk menjalankan bisnis ini. Dari hasil pemikiran tersebut maka hadirlah distro, sebagai
tempat untuk mendistribusikan dan memasarkan dan untuk menjualkan karya mereka, yang pada
awalnya mereka berpikir untuk memproduksi barang–barang tersebut, setelah memproduksi
mereka berpikir untuk memasarkan dan untuk menjualkannya. Untuk itulah distro itu ada sebagai
tempat untuk mendistribusikan, memasarkan dan untuk menjualkan produk–produk yang supplier
produksi, agar dapat dipasarkan di segala tempat tidak hanya dalam 1 (satu) kota tetapi juga dapat
dipasarkan di seluruh Indonesia dan bahkan juga ada yang sampai keluar negeri.
Distro adalah kependekan dari Distribution Outlet yang mempunyai makna sebagai tempat
mendistribusi barang dan juga menjualkan barang yang diproduksi oleh supplier mereka, barang–
barang yang dijual disana dahulunya hanya sekitar pakaian dan pernak- perniknya, tetapi saat ini
menjadi lebih luas lagi dikarenakan semakin besarnya daya beli konsumen yang konsumtif, maka hal
ini dapat menjadikan bisnis yang menjanjikan dan dapat menghasilkan keutungan yang sangat besar.
Suppliernya adalah perusahaan konveksi dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) usaha kecil
yang biasa disebut dengan Clothing Company, yang sampai saat ini menjadi bisnis yang besar dan
juga menghasilkan keuntungan yang besar pula. Sehingga dari sini banyak bermunculan
perusahaan–perusahaan konveksi baru sebagai supplier untuk distro yang bersaing untuk mencari
konsumen, dan juga usaha ini semakin besar dan luas yang mereka produksi bukan hanya pakaian
dan pernak–perniknya, tetapi juga memproduksi hal–hal yang berbau tehnologi. Mereka
memproduksinya secara besar–besaran tetapi tetap menjaga ke “eksklusifannya”. Barang yang
mereka produksi benar–benar dibuat ”limited edition” dibuat terbatas hanya beberapa saja tidak
lebih dari dua puluh empat potong setiap desainnya dan hanya dipasarkan melalui distro.
Sekitar 10 (sepuluh) tahun terakhir, pola ini diterapkan oleh distro–distro dengan perusahaan
suppliernya di Indonesia dengan berlandaskan pada kontrak kerjasama konsinyasi. Muncuulnya
distro diawali di Bandung sebagai kota pelopor usaha ini dan sampai sekarang banyak bermunculan
di kota–kota lainnya. Sampai saat ini produsen–produsen clothing company terbesar dari kota
Bandung dan saling bersaing untuk mendapatkan konsumen, oleh karena itu mereka
mendistribusikan barang–barang mereka di setiap distro–distro kota kecil maupun kota besar di
Indonesia umtuk memperbesar pasar mereka. Salah satunya adalah distro House of Rotten Apple
yang beralamat di Jalan Arif Rahman Hakim 38 Surabaya. Distro ini dalam menjalin kerja sama
dengan suppliernya diikat dalam kontrak kerjasama konsinyasi.
Dapat diketahui di sini bahwa kontrak kerjasama konsinyasi merupakan kontrak yang dilakukan oleh
pihak supplier sebagai pemilik barang dan pihak distro yang sebagai pihak yang menyediakan tempat
untuk mendistribusikan dan tempat untuk menjual barang–barang yang diperjanjikan dalam kontrak
kerjasamaKonsinyasi. Kontrak kerjasama Konsinyasi distro dengan supplier mempunyai kesamaan
nama dengan konsinyasi dalam KUH Perdata yaitu Pasal 1404, tetapi mempunyai makna yang
berbeda. Dalam KUH Perdata, konsinyasi dijelaskan secara gamblang dan jelas sangat berbeda
dengan definisi dalam kontrak kerjasama Konsinyasi antara distro dengan supplier.
Konsinyasi dalam KUH Perdata menjelaskan, bahwa penitipan yang dilakukan di kantor panitera
pengadilan negeri dalam hal tata cara pembayaran yang dilakukan oleh debitur, dikarenakan
kreditur tidak mau menerima pembayaran debitur. Penolakan kreditur menerima pembayaran oleh
debitur tersebut, ada kalanya bermotif mencari keuntungan yang lebih besar. sesuai Pasal 1404 KUH
Perdata. Adapun isi dari pasal 1404 tersebut adalah : Jika si berpiutang menolak pembayaran, maka
si berhutang dapat melakukan penawaran pembayaran tunai apa yang diutangkannya, dan, jika si
berpiutang menolaknya, menitipkan uang atau barangnya kepada pengadilan. Penawaran yang
sedemikian, diikuti dengan penitipan, membebaskan si berhutang, dan berlaku baginya sebagai
pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan dengan cara menurut undang – undang ;
sedangkan apa yang dititipkan secara itu tetap atas tanggungan si berpiutang.
Dalam di atas, jika kreditur menolak pembayaran debitur, maka debitur dapat melakukan
penawaran pembayaran tunai apa yang diutangkannya dan jika kreditur menolaknya, maka debitur
menitipkan uang atau barangnya kepada pengadilan, dalam praktek penyusunan permohonan
konsinyasi, maka debitur menjadi penggugat dan kreditur menjadi tergugat.
Pengertian konsinyasi yang ada di dalam KUH Perdata berbeda dengan kontrak kerjasama konsinyasi
distro dengan supplier, konsinyasi dalam KUH Perdata dengan konsinyasi kontrak kerjasama supplier
dengan distro mempunyai kesamaan nama namun mempunyai makna yang berbeda.
Kontrak kerjasama konsinyasi distro dengan supplier adalah merupakan suatu bentuk manifestasi
baru perjanjian penitipan, jual beli, distributor dan keagenan supplier memproduksi barang
menjualkannya dan mendistribusikan melalui distro tersebut, hal ini merupakan suatu langkah
penyimpangan terhadap buku III KUH Perdata yang pada dasarnya bersifat aanvullend recht atau
hukum pelengkap, yang sifatnya mengatur. Dari pengertian kontrak kerjasama konsinyasi antara
distro dengan supplier yang mengadopsi penyimpangan pengertian dalam KUH Perdata maka
perjanjian tersebut merupakan perjanjian tidak bernama.
Kontrak kerjasama konsinyasi antara distro dengan supplier ini disebut Kontrak tidak bernama
karena kontrak kerjasama kosinyasi yang dimaksud walupun dalam prakteknya sudah umum
digunakan akan tetapi pengertian di dalamnya berbeda dengan yang dimaksud dengan konsinyasi
dalam KUH Perdata. Konsinyasi menurut kontrak kerjasama ini terdapat beberapa karakteristik
perjanjian yaitu perjanjian penitipan, perjanjian jual beli, perjanjian keagenan dan perjanjian
ditributor, maka perjanjian konsinyasi antara distro dengan supplier tidak diatur secara khusus
didalam KUH Perdata, tetapi terdapat didalam masyarakat dan lahirnya perjanjian ini berdasarkan
asas kebebasan mengadakan perjanjian atau partij otonomi yang berlaku didalam hukum perjanjian.
Dalam kontrak kerjasama ini supplier sebagai produsen menitipkan barang atau produk kepada
distro untuk dijualkan, dengan ketentuan setiap barang yang telah terjual, jumlah uang hasil
penjualann barang tersebut disetor kepada si pemilik(si penitip barang) dikurangi komisi yang telah
disepakati. Jadi dalam hal ini kontrak kerja sama konsinyasi antara distro dengan supplier terdapat
hanya dua pihak yang ada di dalam perjanjian tersebutyaitu : supplier yang dalam hal ini sebagai
produksi dan penyuplai barang sebagai pihak pertama, dan distro sebagai tempat penjualan dan
tempat mendistribusikan barang sebagai pihak yang ke dua, dan dikecualikan apabila diperjanjikan
lain dan diatur secara tegas dalam kontrak kerjasama Konsinyasi antara distro dengan supplier,
tentang keberadaan dari pihak lain, dari adanya aturan-aturan tersebut maka hak dan kewajiban dari
para pembuat kontrak kerjasama konsinyasi yaitu distro dengan supplier yang mengembangkan
sistem ini akan lebih tertata dan terbentuk kepastian hukumnya.
Bentuk kerjasama yang dapat dituangkan dalam sebuah kontrak kerjasama konsinyasi yang dalam
hal ini erat keterkaitannya, dari adanya aturan-aturan tersebut maka hak dan kewajiban dari para
Supplier dan distro-distro yang mengembangkan sistem ini akan lebih terakomodir kepastian
hukumnya. Bentuk kerjasama dapat dituangkan dalam sebuah kontrak kerjasama yang dimana
dalam distro sebagai tempat distribusi dan penjualan dan supplier sebagai penyuplai barang hal ini
adalah eraat keterkaitannya dengan kontrak kerjasama Konsinyasi yang di keluarkan oleh distro
dengan supplier. Perjanjian kerjasama merupakan jenis perjanjian yang banyak digunakan dalam
praktek kegiatan komersil, tidak ada ketentuan khusus yang mengatur tentang perjanjian kerjasama.
Jenis perjanjian ini lahir dan berkembang dalam praktek bisnis, landasan hukum terutama bertumpu
pada prinsip kebebasan berkontrak.

Haryono (1994:57) berpendapat bahwa pengaruh transaksi laporan keuangan tidak langsung
digambarkan dalam laporan keuangan, tetapi ditampung lebih dahulu dalam alat pencatatan yang
merupakan bagian dari suatu sistem akuntansi.Untuk menciptakan suatui sistem akuntansi yang dapat
memenuhi kebutuhan informasi bagi manajemen, diperlukan adanya suatu system
pengelompokkan, sehingga data untuk laporan keuangan dapat diperoleh melalui cara-cara yang
teratur.
Kegiatan penjualan konsinyasi sejalan dengan makin meningkatnya usaha-usaha persaingan dalam
pemasaran. Kalau dalam perdagangan angsuran para penjual berusaha memuaskan para konsumen
maka dalam penjualan konsinyasi para penjual berusaha untuk bekerja sama dengan sesama mata
rantai pemasaran. Untuk menjamin kelancaran hubungan antara pengamanat dengan komisioner
biasanya dibuat perjanjian tertulis yang mengatur pelaksanaan kerja sama tersebut. Hal-hal yang
biasanya diatur adalah syarat-syarat penyerahan, pembayaran dan harga dari barang yang
dikonsinyasikan, penggantian atas biaya yang dikeluarkan sikomisioner dan biaya apa saja yang
boleh diperhitungkan, komisi atau bagian keuntungan, cara penyelesaian dengan pengamatan dan
cara pembatasan kerja sama tersebut Salim, (1991:153).
Pada dasarnya pembukuan penjualan konsinyasi sama saja dengan penjualan biasa. Pengakuan atas
adanya penjualan diberikan jika sikomisioner telah mengirimkan nota penjualan pada sipengamanat.
Penyerahan barang pada

komisioner hanya sekedar penitipan, tanpa adanya perpindahan hak milik dan pengakuan penjualan.
Menurut Salim (1991:156) mengemukakan bahwa prosedur pembukuan pengamanat dapat disususn
dengan dua macam pola yaitu :
1. Transaksi konsinyasi dipisah dari transaksi biasa dan untuk tiap komisioner dan atau untuk tiap
tipe barang disediakan satu set buku tambahan tempat mencatat perincian dari tiap komisioner dan
atau tiap type barang.
2. Transaksi konsinyasi digabung dengan transaksi penjualan biasa.
Pola pembukuan yang sama juga dipakai oleh komisioner dalam pembukuan penerimaan barang
komisi, pennjualannya dan penyelesaiannya dengan pengamanat.
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap terutama jika kegiatan konsinyasi merupakan kegiatan
yang cukup penting, sebaiknya digunakan pola pembukuan yang pertama.
Pembukuan dari pengamanat dengan cara yang petama itu menggunakan perkiraan ”Barang Dalam
Konsinyasi”. Perkiraan ini didebet dengan harga pokok dan barang yang dikonsinyasikan dan dengan
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan itu, dan dikredit dengan hasil penjualan bersih yang
dilaporkan komisioner dalam Nota Penjualan (Account Sales). Pada akhir periode, saldo dari barang
konsinyasi dicatat sebagai saldo debet disebelah kredit dan selisih dari jumlah debet dan kredit
menunjukkan R/L dari transaksi konsinyasi yang bersangkutan.
2 April 1985

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR SE – 28/PJ.3/1985

TENTANG

PERDAGANGAN KONSINYASI (SERI PPN-41)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan berbagai pertanyaan yang diajukan dalam pertemuan mengenai masalah
tersebut
diatas, maka untuk keseragaman penafsiran bersama ini diberikan penegasan sebagai berikut :

1. menurut ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 huruf d angka 1) huruf d) Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984, penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara
terhutang
Pajak Pertambahan Nilai.

2. Yang dimaksud dengan pedagang perantara adalah pengusaha dengan nama atau dalam bentuk
apapun (kecuali Makelar yang diangkat dan disumpah oleh Departemen Kehakiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 Kitab Undang-undang Hukum Dagang) yang melakukan usaha
perdagangan perantara termasuk perdagangan dalam konsinyasi.

3. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984,
pajak terhutang pada saat penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara dimaksud.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, Pajak Pertambahan Nilai (Pajak Keluaran) harus dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan pada saat penyerahan Barang Kena Pajak kepada
Pedagang Konsinyasi tersebut.

Faktur Pajak harus dibuat paling lambat 10 (sepuluh) hari sesudah penyerahan Barang Kena Pajak
dan dibuat dengan mencantumkan nama pedagang konsinyasi sebagai Pembeli (harus lengkap
nama, alamat dan NPWP-nya).

4. Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan kepada pedagang perantara tersebut kemudian
ternyata tidak laku dijual dan dikembalikan oleh pedagang yang bersangkutan maka pedagang
tersebut harus membuat “Nota Retur” kepada Penjual.

Berdasarkan Nota Retur yang dibuat oleh Pembeli (pedagang konsinyasi), maka Penjual dapat
mengurangkan Pajak Keluaran yang terhutang dalam Masa Pajak pada saat diterimanya Nota Retur
tersebut.

Contoh :
a). Harga Barang Kena Pajak yang dikembalikan oleh Pembeli dalam bulan Mei 1985 adalah
Rp. 100.000,-. jumlah Pajak Pertambahan Nilai adalah : 10% x Rp. 100.000,- = Rp 10.000,-.
Pembeli membuat Nota Retur sebesar Rp. 10.000,-.
b). Pajak Pertambahan Nilai dari jumlah penjualan (oleh Penjual) dalam bulan Mei 1985 yang
harus disetor ke Kas Negara adalah Rp. 60.000,-. Jumlah Rp. 60.000,- oleh Penjual dapat
dikurangkan lagi dengan Rp. 10.000,- berdasarkan Nota Retur tersebut pada a, sehingga
jumlah yang harus disetor ke Kas Negara adalah Rp. 60.000,- – Rp. 10.000,- = Rp. 50.000,-.

Ketentuan mengenai Nota Retur tersebut diatas diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.: 987/KMK.04/1984 tanggal 18 September 1984 tentang “Tata Cara pengurangan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah untuk Barang Kena Pajak
dan/atau Barang Mewah yang dikembalikan.

Wabah Virus Corona Tak Pengaruhi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung


Konsinyasinya
Progres pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 44 persen sedangkan untuk pembebasan lahan
sendiri sudah mencapai 99,96 persen. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan, optimis proyek
pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung dapat diselesaikan pada akhir tahun 2021. Ia menyebut masih ada sebidang
tanah di daerah Bandung yang sedang dalam tahap konsinyasi.

Ada beberapa gambaran mengenai proyek yang


tidak berpengaruh terhadap force mejure,
dikarenakan hal ini menyangkut hajat hidup orang
banyak dan kemslahatan bangsa, bagaimana
menurut kalian...inilah tugas saudara.........

Konsinyasi selesai

Just in time

PENGERTIAN PENJUALAN KONSINYASI


Penjualan Konsinyasi didefinisikan oleh IFRS (IAS 2) sebagai situasi yang pihak
pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen bagi pemilik sebenarnya (Wiley,
2007:179). Penjualan konsinyasi dalam pengertian sehari-hari dikenal dengan sebutan
penjualan dengan cara penitipan.
Aliminsyah dan Padji ( 2008 : 77 ) dalam kamus istilah keuangan dan perbankan
disebutkan bahwa :
“Consgnment (Konsinyasi) adalah barang-barang yang dikirim untuk dititipkan
kepada pihak lain dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau untuk tujuan lain,
hak atas barang tersebut tetap melekat pada pihak pengirim (Consignor). Penerimaan
titipan barang tersebut (Consignee) selanjutnya bertanggung jawab terhadap
penanganan barang sesuai dengan kesepakatan”.
Di Indonesia perdagangan konsinyasi dikenal sebagai suatu bentuk perdagangan
komisi. Di sini ada dua pihak yang terlibat yaitu pemilik barang sebagai konsinyor atau faktor
dan penerima barang sebagai konsinyi atau pedagang komisi. Selama barang konsinyasi
belum terjual, hak milik tetap ditangan pemilik. Persediaan barang konsinyasi di gudang
konsinyi adalah persediaan milik konsinyor sampai barang terjual kepihak lain.
Penjualan yang dilakukan secara konsinyasi merupakan alternatif lain selain
penjualan reguler, karena keberadaan penjualan konsinyasi yang berbeda dengan penjualan
reguler, maka diperlukan akuntansi yang berbeda untuk penjualan konsinyasi dengan
penjualan reguler, sehingga informasi yang disajikan dapat menggambarkan keadaan yang
sebernarnya dan tidak menimbulkan informasi yang menyesatkan.
Didalam penjualan konsinyasi hubungan antara pihak konsinyor dan pihak konsinyi
menyangkut hubungan antara pihak pemilik dan agen penjual. Dari segi pengamanat
transaksi pengiriman barang-barang kepada konsinyi, biasa disebut “barang-barang
konsinyasi”. Sedangkan dari pihak komisioner untuk mencatat transaksi yang behubungan
dengan barang-barang milik pengamanat yang dititipkan kepadanya biasa disebut “barang-
barang komisi”. Terhadap penyerahan barang atas transaksi konsinyasi, pada umumnya
disusun suatu kontrak atau perjanjian tertulis yang menunjukkan sifat hubungan pihak yang
menerima barang-barang.
Transaksi dengan cara penjualan konsinyasi mempunyai keuntungan-keuntungan
tertentu dibandingkan dengan penjualan secara langsung barang-barang kepada perusahaan
pengecer atau kepada pedagang.
Adapun keuntungan dengan penjualan konsinyasi bagi konsinyor, antara lain :
1.      Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh
seorang produsen, pabrikan atau distributor , terutama apabila :
a.       Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak menentu dan
belum terkenal
b.      Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan
c.       Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi pihak dealer
apabial ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan
2.      Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak ikut
disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri   komisioner sehingga resiko kerugian dapat
ditekan
3.      Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat. Hal ini disebabkan
kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan pengamanat sehingga harga masih dapat
dijangkau oleh konsumen
4.      Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada digudangkan mudah dikontrol
sehingga resiko kekurangan atau kelebihan barang dapat ditekan dan memudahkan untuk
rencana produksi
Sedangkan bagi komisioner lebih menguntungkan dengan cara penjualan konsinyasi
karena alasan-alasan sebagai berikut :
1.      Komisioner tidak dibebani resiko menanggung kerugian bila gagal dalam penjualan barang-
barang konsinyasi
2.      Komisioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena semua biaya akan
diganti /ditanggung oleh pengamanat
3.      Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab komisioner hanya berfungsi sebagai
penerima dan penjual barang konsinyasi untuk pengamanat
4.      Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang konsinyasi
Dengan tetap mengendalikan harga eceran produk, konsinyor mengharapkan
penjualannya dapat meningkat karena konsinyi ahli di bidang perdagangan barang yang
bersangkutan. Pihak konsinyi, tanpa risiko kerusakan barang, fluktuasi harga dan biaya modal
kerja, dapat meningkatkan penghasilannya dari hasil komisi penjualan barang konsinyasi.
2.2.            METODE PENJUALAN
Metode pencatatan atas transaksi penjualan konsinayasi terdapat prosedur-prosedur
pembukuan tersendiri yang biasanya diikuti oleh pihak konsinyor. Pada prinsipnya
pendapatan dalam konsinyasi diakui pada saat penjualan terhadap barang-barang konsinyasi
dilakukan oleh konsinyi kepada pihak ketiga. Jika konsinyor membutuhkan laporan penjualan
dan untuk mengetahui laba atau rugi penjualan barang-barang konsinyasi, maka
pencatatannyaharus diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.
Ada dua metode penentuan laba rugi barang konsinyasi, yaitu :
1.         Laba Ditentukan Tersediri
Di sini pencatatan konsinyasi dilakukan dengan buku-buku tersendiri, terpisah dari
pencatatan pembelian dan penjualan lainnya. Konsinyi mengakui laba penjualan konsinyasi
sebelum menyusun laporan keuangan pada akhir periode dengan mendebet konsinyasi-masuk
dan mengkredit pendapatan komisi atau laba penjualan konsinyasi. Tagihan dan kewajiban
kepada konsinyor dicatat dengan menggunakan akun ‘konsinyi-masuk’. Konsinyor harus
menerima akun penjualan pada akhir tahun buku untuk mencatat laba atau rugi penjualan
barang konsinyasi. Tagihan dan kewajiban kepada konsinyi dicatat dengan menggunakan
akun ‘konsinyi-keluar’.
2.       Laba Tidak Ditentukan Tersendiri
Di sini pencatatn konsinyasi tidak dipisahkan dari pembelian dan penjualan lainnya.
Jika jurnal pada saat barang konsinyasi dijual mengakui pembelian atau harga pokok barang
yag dijual dan kewajiban kepada konsinyor, konsinyi tidak perlu menjurnal diakhir periode.
Konsinyor mencatat potongan hasil penjualan oleh konsinyi ke akun beban yang
bersangkutan. Jika barang konsinyi tidak semua terjual sampai akhir periode maka beban
juga ditangguhkan pada barang konsinyasi yang belum terjual. Kas di debet atas kiriman
uang dari konsinyi atau piutang di debet untuk jumlah yang tunai dari konsinyi, akun beban
di debet untuk pembebanan oleh konsinyi atas barang yang telah terjual, barang dalam
konsinyasi di debet untuk pembebanan konsinyi atas barang yang belum terjual, dan
penjualan di kredit untuk total penjualan konsinyasi.
2.3.            OPERASI KONSINYASI
Hak Pihak Konsinyi
a)    Pihak konsinyi berhak memperoleh penggantian atas pengeluaran yang dibutuhkan berkaitan
dengan barang konsinyasi dan juga berhak memperoleh imbalan atas penjualan barang
konsinyasi
b)   Pihak konsinyi berhak menawarkan garansi biasa atas barang konsinyasi yang dijual, dan
sementara itu pihak konsinyor terikat pada syarat pemberian garansi.
Kewajiban Pihak Konsinyi                                                                         
a)    Pihak Konsinyi harus melindungi barang-barang pihak pemilik dengan cara yang baik dan
sesuai dengan sifat barang dan kondisi konsinyasi.
b)   Pihak Konsinyi harus menjual barang konsinyasi dengan harga yang telah ditentukan
c)    Pihak Konsinyi harus memisahkan barang konsinyasi dari barang dagangan lainnya
d)   Pihak Konsinyi harus mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan penjualan barang
konsinyasi
2.4.            AKUNTANSI KONSINYASI
1.      Konsinyasi Lengkap
Akuntansi bila semua barang yang dikirimkan untuk konsinyasi terjual adalah seperti contoh
berikut :
6 Juni 20X4
(1)   Weta mengirimkan 10 buah TV untuk konsinyasi kepada Gere. Harga pokok konsinyor Rp.
2.500.000 perbuah untuk dijual Rp. 4.250.000 perbuah. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak


terpisah
Memorandum. Diterima 10 buah TV Memorandum.
konsinyasi dari Weta untuk dijual Rp.
4.250 perbuah. Komisi 20%. Biaya
pengangkutan diganti

Weta mencatat (dalam ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung


tidak terpisah
Konsinyasi keluar-Gere    Rp. 25.000 Memorandum. Dikirim 10
      Kiriman barang konsinyasi     Rp. 25.000 buah TV konsinyasi kepada
Gere untuk dijual Rp. 4.250
perbuah. Komisi konsinyasi
20% dan biaya pengankutan
diganti

6 Juni 20X4
(2)   Beban konsinyor sehubungan dengan konsinyasi. Pengangkutan ke konsinyi Rp. 3.000.000.
Atas kejadian ini :
Weta mencatat (dalam ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak


terpisah
Konsinyasi keluar-Gere     Rp. 3.000
      Pengangkutan keluar       Rp. 3.000

6 Juni-20 Juli
(3)   Biaya konsinyasi yang diganti konsinyor. Pengangkutan masuk Rp. 1.250.000. Atas kejadian
ini ;
Gere mencatat (dala ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak


terpisah
Konsinyasi-masuk     Rp. 1.250 Weta             Rp. 1.250
    Kas                              Rp. 1.250      Kas                 Rp. 1.250

6 Juni-20 Juli
(1)   Penjualan 10 buah TV @ Rp. 4.250.000. Perhitungan dengan konsinyor Rp. 42.500.000
dikurangi komisi 20% x Rp. 42.500.000 = Rp. 8.500.000. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung


tidak  terpisah
Kas            Rp. 42.500 Kas              Rp. 42.500
    Konsinyasi masuk-Weta     Rp.     Penjualan       Rp. 42.500
42.500
Pembelian     Rp. 34.000
    Weta               Rp. 34.000

20 Juli
(2)   Dibebankan komisi penjualan Rp. 8.500.000. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung


tidak terpisah
Konsinyasi masuk-Weta       Rp. 8.500
    Komisi Penjualan konsinyasi       Rp. 8.500

20 Juli
(3)   Dikirimkan penyelesaian konsinyasi beserta Akun Penjualan oleh konsinyi. Atas kejadian
ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :

Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak


terpisah
Konsinyasi masuk-Weta     Rp. 32.750 Weta         Rp. 32.750
     Kas                                       Rp. 32.750      Kas              Rp. 32.750
Kiriman cek Rp. 3.2750.000 kepada Weta disertai dengan akun penjualan 10 buah TV set
sebagai berikut :
Gere Co. Akun Penjualan No. 16
Jakarta

Penjualan untuk perhitungan Weta Co. Bandung Tanggal 20 Juli


Akun Penjualan 10 buah TV. 20X4

Tangga Penjelasan Jumlah


l
6/6-20/7 Dijual : 10 buah TV @ Rp. Rp. 4.250.000
4.250.000 Rp. 1.250.000
Beban : Pengangukatan- masuk Rp. 8.500.000
Komisi (20% dari penjualan)                                 
Rp.  9.750.000
                          
Rp. 32.750.000
Saldo Rp. 32.750.000
Cek terlampir                 Nihil
Saldo terutang

Weta mencatat sebagai berikut (dalam ribuan rupiah) :


Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak
terpisah
Kas                                     Rp. 32.750 Kas                   Rp. 32.750
Konsinyasi keluar-Gere      Rp.   9.750 Pengangkutan   Rp.   1.250
    Konsinyasi keluar-Gere        Rp. 42.500 Komisi              Rp.   8.500
    Penjualan             Rp. 42.500

2.      Konsinyasi Tak Lengkap


Akuntansi konsinyasi bila tidak semua barang konsinyasi terjual.
6 Juni 20X4
(1)   Weta mengirimkan 10 buah TV untuk konsinyasi kepada Gere. Harga pokok konsinyor Rp.
2.500.000 perbuah untuk dijual Rp. 4.250.000 perbuah. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :
Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung
tidak terpisah
Memorandum. Diterima 10 buah TV Memorandum.
konsinyasi dari Weta untuk dijual Rp. 4.250
perbuah. Komisi 20%. Biaya pengangkutan
diganti

Weta mencatat (dalam ribuan rupiah) :


Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung
tidak terpisah
Konsinyasi keluar-Gere      Rp. 25.000 Memorandum. Dikirim 10
      Kiriman barang konsinyasi      Rp. 25.000 buah TV konsinyasi kepada
Gere untuk dijual Rp. 4.250
perbuah. Komisi konsinyasi
20% dan biaya pengankutan
diganti

6 Juni 20X4
(2)   Beban konsinyor sehubungan dengan konsinyasi. Pengangkutan ke konsinyi Rp. 3.000.000.
Atas kejadian ini :
Weta mencatat (dalam ribuan rupiah) :
Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak
terpisah
Konsinyasi keluar-Gere     Rp. 3.000
      Pengangkutan keluar          Rp. 3.000

6 Juni-20 Juli
(3)   Biaya konsinyasi yang diganti konsinyor. Pengangkutan masuk Rp. 125.000. Atas kejadian
ini :
Gere mencatat (dala ribuan rupiah) :
Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak
terpisah
Konsinyasi-masuk      Rp. 1.250 Weta               Rp. 1.250
    Kas                                Rp. 1.250        Kas                   Rp. 1.250

6 Juni-20 Juli
(4)   Penjualan 6 buah TV set @ Rp. 4.250.000. Perhitungan dengan konsinyor Rp. 25.500.000
dikurangi komisi 20% x Rp. 25.500.000. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :
Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak
terpisah
Kas                Rp. 25.500 Kas               Rp. 25.500
    Konsinyasi masuk-Weta       Rp. 25.500     Penjualan           Rp. 25.500
Pembelian      Rp. 20.400
    Weta                  Rp. 20.400

20 Juli
(5)   Dibebankan komisi penjualan Rp. 5.100.000. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :
Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi
dihitung tidak terpisah
Konsinyasi masuk-Weta          Rp. 5.100
      Komisi penjualan konsinyasi        Rp. 5.100
20 Juli
(6)   Dikirimkan penyelesaian konsinyasi beserta akun penjualan konsinyasi. Atas kejadian ini :
Gere mencatat (dalam ribuan rupiah) :
Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak
terpisah
Konsinyasi masuk-Weta      Rp. 19.150 Weta        Rp. 19.150
    Kas                                          Rp. 19.150      Kas            Rp. 19.150

Kiriman cek Rp. 19.150.000 kepada Weta disertai dengan akun penjualan sebagai berikut :
Gere Co. Akun Penjualan No. 16
Jakarta
Penjualan untuk perhitungan Weta Co. Bandung Tanggal 20 Juli
Akun Penjualan 10 buah TV. 20X4
Tanggal Penjelasan Jumlah
6/6-20/7 Dijual : 6 buah TV @ Rp. Rp. 25.500.000
4.250.000 Rp. 1.250.000
Beban : Pengangukatan- masuk Rp. 5.100.000
Komisi (20% dari penjualan)                                  
Rp.   6.350.000
                          
Rp. 19.150.000
Saldo Rp. 19.150.000
Cek terlampir                 Nihil
Saldo terutang

Weta mencatat  (dalam ribuan rupiah) :


Laba konsinyasi dihitung terpisah Laba konsinyasi dihitung tidak
terpisah
Kas                                   Rp. 19.150 Kas                        Rp. 19.150
Konsinyasi keluar-Gere    Rp.   6.350 Pengangkutan        Rp.      750
     Konsinyasi keluar-Gere        Rp. Komisi                   Rp.   5.100
25.500 Barang konsinyasi Rp.      500
    Penjualan                         Rp.
Konsinyasi keluar-Gere     Rp. 2.850 25.500
     Penghasilan konsinyasi         Rp.
2.850* Barang konsinyasi Rp. 11.200
   Ikhtisar laba rugi              Rp.
10.000
   Pengakutan keluar           Rp. 1.200
*Rp. 25.500.000-Rp. 22.650.000

Penjelasan perhitungan pembebanan :


Total pembebanan Pembebanan Pembebana
untuk 6 TV n untuk 4
terjual TV
persediaan
Pembebaba
n oleh Rp. 25.000.000 Rp. Rp.
konsinyor : 15.000.000 10.000.000
HPP barang Rp.   3.000.000
konsinyasi Rp.   1.800.00 Rp.   1.200.0
@ Rp. 0 00
2.500.000 Rp.   1.250.000
Pengangkut Rp.   5.100.000
an ke                                       Rp.      750.00 Rp.     500.00
konsinyi Rp. 0 0
@ 34.350.000                                            Rp.   5.100.00                      
Rp.300.000             0 -
Pembebana                                                 
n oleh         
konsinyi : Rp. Rp.
Pengangkut 22.650.000 11.700.000
an-masuk
@ Rp.
125.000
Komosi

3.      Konsinyasi Keluar
Dengan demikian maka akun konsinyasi-keluar pada akhir periode dalam buku-buku Weta
adalah sebagai berikut :
Konsinyasi keluar-Gere (dalam ribuan rupiah)
6-6 Dikirim 10 buah TV,
          Harga pokok @ Rp. 2.500                              Rp. 25.000
          Pengangkutan (freight)                                   Rp.   3.000
30-6 Dibebankan konsinyi :
          Pengangkutan masuk        Rp. 1.250
          Komisi                               Rp. 5.100              Rp.   6.350
                                                                  
        Laba penjualan 6 TV ke
          Pendapatan Konsinyasi                                   Rp.  2.850
                                                                                          
                                                                                  Rp. 37.200
1-7 Saldo-harga pokok 4 buah TV                            Rp. 11.700
    

6-6 Penjualan 6 buah TV                                          Rp. 25.500


   Saldo-harga pokok 4 buah
Persediaan :
Harga pokok 4 buah @ Rp. 2.500    Rp. 10.000
Tambahan :
Oleh konsinyor                                 Rp.   1.200
Oleh konsinyi                                   Rp.      500       Rp. 11.700
                                                                                                             
                                                                                  Rp.
37.200                                                    

Contoh Soal :
1.      Andri mengirimkan akun penjualan berikut ini :
Andri Akun Penjualan No. 4900
Penjualan untuk akun Wena Tanggal 31
Akun penjualan 4 kompor listrik, model X10 Desember 20X3
Tanggal Penjelasan Jumlah
12/5- Penjulan : 4 buah kompor
31/12 listrik @ Rp. 110.000 Rp. 440.0000
Sisa digudang : 6 buah
kompor listrik Rp.   61.000      
Beban : Angkutan-masuk      
             Komisi (25% Rp. 110.000 Rp. 171.0000
dari   penjualan)                            
Rp.  269.000
Saldo Rp.  269.000
   Pengiriman uang kas             Nihil
terlampir
Saldo terhutang
Harga pokok konsinyor untuk setiap kompor adalah Rp. 60.000. Pada akhir tahun konsinyi
dan konsinyor melakukan invertarisasi fisik untuk menghitung harga pokok penjualan.
Diminta :
a.       Butlah jurnal dalam buku konsinyi dan konsinyor, jika masing-masing menghitung laba
konsinyasi secara terpisah
b.      Buatlah jurnal dalam buku masing-masing pihak jika laba konsinyasi tidak terpisah
Jawab :
a.       Butlah jurnal dalam buku konsinyi dan konsinyor, jika masing-masing menghitung laba
konsinyasi secara terpisah
Jika laba dibukukan terpisah
Buku-buku konsinyi Buku-buku konsinyor

Memorandum : Diterima 10
buah kompor dari Wana untuk
dijual @ Rp. 110.000, biaya
angkutan ditanggung konsinyor
dan komisi 25% dari penjulan
Konsinyasi-masuk Konsinyasi-keluar
Wana      Rp.   61.000 Andri  Rp. 600.000
  Kas(angkutan-masuk)                 Kiriman barang
Rp.  61.000 konsinyasi   Rp.  600.000
Kas                                       Rp Kas                                   
. 440.000 Rp. 269.000
  Konsinyasi-mauk Konsinyasi-keluar
Wana          Rp.  440.000 Andri  Rp. 171.000
  Konsinyasi keluar-
Konsinyasi-masuk Andri       Rp. 440.000
Wana      Rp. 110.000
  Komisi penjualan Konsinyasi-keluar
konsinyasi  Rp.  110.000 Andri   Rp.  65.600
  Penghasilan
Konsinyasi-masuk konsinyasi         Rp.
Wana      Rp. 269.000 65.600
  Kas                                          
Rp. 269.000

Menguji pergitungan laba


Pembebanan Harga
Total 4 Kompor Terjual Sisa 6
Kompor
Dalam
Persediaan
Barang @ Rp. Rp. 240.000 Rp.
Rp. 600.000 Rp. 24.000 360.000
600.000 Rp. Rp. 110.000 Rp. 36.600
Angkutan 61.000                                              -
-masuk Rp.                           
Rp. 110.000 Rp. 374.000   
61.000                   Rp.
Komisi    396.600
Rp. Rp.
110.000 771.000 Rp.
440.000
Rp.
374.400
Penjualan
                   
konsinyas
Rp. 65.000
i
Harga
pokok
konsinyas
i
Penghasil
an
konsinyas
i

b.     Buatlah jurnal dalam buku masing-masing pihak jika laba konsinyasi tidak terpisah
Jika laba dilakukan tidak terpisah Buku-buku konsinyor
Buku-buku konsinyasi
Memorandum : Diterima 10 kompor
dari Wana untuk dijual Rp. 110.000,
biaya angkutan yang ditanggung
konsinyor dan komisi 25% dari
penjualan
Wana                          Rp.   61.000 Kas                                  Rp. 269.000
   Kas (angkutan- Angkutan                         Rp.  24.000
masuk)    Rp.  61.000 Komisi                             Rp. 110.000
Barang dalam konsinyasi   Rp.  36.600
Kas                             Rp. 440.000    Penjualan                           Rp.  440.000
   Penjualan                        Rp.
440.000 Barang dalam konsinyasi  Rp. 360.000
   Ikhtisar laba                        Rp. 360.000
Pembelian                  Rp. 330.000
    Wana                             Rp.
330.000
Wana                         Rp. 269.000
    Kas                               Rp. 269.000

3.      Akuntansi Untuk Konsinyasi Yang Telah Selesai


Sebagai contoh: Asumsikan bahwa pada tanggal 6 juni, Western Co. mengirimkan 10
buah pesawat radio kepada sdr. R.Green atas dasar konsinyasi. Pesawat-pesawat ini dijual
dengan harga iklan @ $85. Pihak Konsinyi harus diberi komisi sebesar 20% dan setiap biaya
transportasi yang dikeluarkan oleh pihak konsinyi harus diganti oleh pihak konsinyor. Pada
tanggal 24 Juli,  R. Green selaku konsinyi mengirimkan uang kas kepada pihak konsinyor
untuk menyelesaikan perhitungan beserta dengan perkiraan penjualan konsinyasi, seperti
yang terlihat pada halaman berikut.

4.      Catatan Pihak Konsinyi-Jika Laba Konsinyasi Ditetapkan Tersendiri


Penyerahan Barang Kepada Pihak Konsinyi Ayat jurnal memorandum untuk contoh
diatas tadi, yang menggunakan harga jual, akan berbunyi sebagai berikut :
Barang konsinyasi                               $ 850
Penerimaan Barang Konsinyasi                                   $ 850
( Sebagai buku tambahan dapat diselenggarakan untuk memungkinkan rincian yang
mendukung saldo dalam perkiraan penerimaan barang konsinyasi. Apabila barang-barang
sudah terjual dan perkiraan penjualan konsinyasi dikirimkan, maka ayat jurnal memorandum
diimbangi.)
  Beban Pihak Konsinyor Ditetapkan Pada Konsinyasi
Pihak Konsinyi tidak dipengaruhi oleh transaksi pihak konsinyor
  Beban Pihak Konsinyi Ditetapkan Pada Konsinyasi
Pihak konsinyi mencatat beban yang harus ditutup oleh pihak konsinyor dengan mendebet
perkiraan Konsinyasi-Masuk dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan atau
perkiraan konsinyi dibebani semua dengan beban yang harus ditutup oleh pihak konsinyor,
seluruhnya atau sebagian, maka perkiraan Konsinyasi-Masuk dibebani (didebet) dan
perkiraan beban dikredit sebesar jumlah yang harus dibebankan oleh pihak konsinyor.
  Penjualan Oleh Pihak Konsinyi
Pihak Konsinyi mencatat penjualan konsinyasi dengan mendebet perkiraan aktiva
bersangkutan dan mengkredit perkiraan Konsinyasi-Masuk.
  Komisi atau Laba Yang Masih Harus Diterima Bagi Konsinyi.
Pihak konsinyi mencatat komisi atau laba atas penjualan konsinyasi dengan mendebet
perkiraan Konsinyasi-Masuk dan Mengkredit perkiraan pendapatan yang bersangkutan.
  Pengiriman Uang Kas dan Perkiraan penjualan Konsinyasi Oleh Pihak Konsinyi
Pihak Konsinyi mencatat pengiriman uang kas kepada pihak konsinyor dengan mendebet
perkiraan konsinyasi-Masuk dan mengkredit perkiraan kas. Jika pembayaran menyangkut
seluruh jumlah yang terhutang, maka ayat jurnal untuk mencatat pembayaran ini menutup
perkiraan KonsinyasiMasuk
5.      Catatan Pihak Konsinyi- Jika Laba Konsinyasi Tidak Ditetapkan Tersendiri
         Penyerahan Barang Kepada Pihak Konsinyi. Pihak konsinyi mencatat barang konsinyasi
dengan ayat jurnal memorandum
         Beban Pihak Konsinyor Ditetapkan Pada Konsinyasi. Pihak konsinyi tidak dipengaruhi oleh
transaksi pihak konsinyor
         Beban pihak konsinyi ditetapkan pada konsinyasi. Pihak konsinyi mendebet perkiraan pihak
konsinyor untuk beban yang harus dibebankan pada pihak konsinyor dan mengkredit
perkiraan aktiva atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan atau perkiraan beban jika beban
dicatat semula dalam perkiraan beban.
  Komisi atau Laba Yang Masih Harus Diterima Bagi Pihak Konsinyi
Pihak konsinyi tidak membuat ayat jurnal untuk komisi atau  laba atas penjualan konsinyasi.
  Pengiriman Uang Kas dan Perkiraan Penjualan Konsinyasi Oleh Pihak Konsinyi.
Pihak konsinyi mencatat pembayaran kepada pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan
pihak konsinyor dan mengkredit perkiraan kas.
6.      Catatan Pihak Konsinyor-Jika laba Konsinyasi Ditetapkan Tersendiri
         Penyerahan Barang Kepada Pihak Konsinyi.
Pihak Konsinyor mencatat penyerahan barang kepada pihak konsinyi dengan
mendebet perkiraan Konsinyasi-Keluar dan mengkredit perkiraan persediaan, jika untuk
saldo persediaan diselenggarakan sistem persediaan perpetual. Perkiraan Pengiriman Barang
Konsinyasi ditangani sebagai suatu pos pengurang dari jumlah persediaan awal dan
pembelian dalam menetapkan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual. Penyerahan
barang dicatat dengan harga pokok kendati harga jual atau harga tertentu lainnya ditetapkan
pada baranng-barang, pada laporan yang dikrimkan kepada pihak konsinyi.
         Beban Pihak Konsinyor Yang Ditetapkan Pada Konsinyasi.
Pihak konsinyor mencatat beban yang berkaitan dengan konsinyasi dengan mendebet
perkiraan Konsinyasi-Keluar dan mengkredit perkiraan kas atau perkiraan kewajiban.
Apabila perkiraan beban semula dibebani dengan beban yang berkaitan dengan konsinyasi,
maka perkiraan KonsinyasiKeluar didebet dan perkiraan beban dikredit dengan jumlah yang
ditetapkan pada konsinyasi.
         Beban pihak Konsinyi Yang ditetapkan Pada Konsinyasi
         Penjualan Oleh Pihak konsinyi
         Pembebanan Komisi Oleh Pihak Konsinyi Pihak konsinyor tidak menyusun ayat jurnal
untuk trnsaksi pihak konsinyi sampai ia menerima laporan dari pihak konsinyi

  Pengiriman Uang Kas dan Perkiraan Penjualan Konsinyasi Oleh Pihak Konsinyi
Pada waktu pihak konsinyor menerima laporan perkiraan penjualan konsinyasi,
perkiraan kas didebet sebesar uangn kas yang dikirimkan, perkiraan Konsinyasi-Keluar
didebet untuk total beban yang dibebankan pada perkiraan pihak konsinyor oleh pihak
konsinyi, dan perkiraan Konsinyasi-keluar dikredit sebesar penjualan kotor yang dilaporkan
oleh pihak konsinyi. Dapat juga, perkiraan kas didebet dan perkiraan Konsinyasi-Keluar
dikredit sebesar hasil penjualan konsinyasi bersih. Jika prosedur ini diikuti, maka ayat jurnal
untuk transaksi diatas akan terbaca sebagai berikut :
Kas                                                                  $ 655
Konsinyasi-Keluar-R.Green                                        $ 655
Catatan Pihak Konsinyor-Jika Laba Konsinyasi Tidak Ditetapkan Tersedia  
         Penyerahan Barang Kepada Pihak Konsinyi
Apabila pihak konsinyor tidak menyelenggarakan catatan,  persediaan perpetual maka
penyerahan barang kepada pihak konsinyi dicatat dengan sebuah ayat jurnal memorandum
dalam buku harian atau dalam perkiraan tersendiri yang diselenggarakan untuk tujuan ini.
Sebuah catatan pelengkap harus diselenggarakan, yang menunjukkan semua rincian yang
bertalian dengan barang konsinyasi. Ayat jurnal memorandum untuk transaksi pada bagian
(1) dalam contoh dimuka akan berbunyi
Barang Konsinyasi-R.Green                          $ 500
Penyerahan Barang Konsinyasi                      $ 500
(Sebuah catatan tambahan yang dibuat akan menunjukkan rincian guna mendukung saldo
dalam perkiraan Barang Konsinyasi. Pada waktu barang konsinyasi dijual, ayat jurnal
memorandum diimbangi.)
Dalam hal diselenggarakan catatan persediaan perpetual, maka penyerahan barang
konsinyasi membutuhkan ayat jurnal sebagai berikut :
Barang Konsinyasi-R.Green                           $ 500
Persediaan Barang (atau Barang Jadi)            $ 500

         Beban Pihak Konsinyor Yang Ditetapkan Pada Konsinyasi.


Perkiraan biasanya dibebani dengan beban konsinyasi, tanpa pemisahan antara beban
konsinyasi dan beban yang berkaitan dengan penjualan biasa
         Beban Pihak Konsinyi Yang Ditetapkan Pada Konsinyasi
         Penjualan Oleh Pihak Konsinyi
         Pembebanan Komisi Oleh Pihak Konsinyi
Pihak konsinyor tidak menyusun ayat-ayat jurnal untuk transaksi yang diselesaikan oleh
pihak konsinyi sampai pihak konsinyor menerima laporan dari pihak konsinyi
         Pengiriman Uang Kas dan Perkiraan Penjualan konsinyasi,
maka perkiraan kas didebet sebesar uang kas yang disertakan laporan, perkiraan beban
didebet sebesar beban yang dibebankan pada perkiraan pihak konsinyor oleh pihak konsinyi,
dan perkiraan penjualan dikredit sebesar penjualan kotor yang dilaporkan oleh pihak
konsinyi.
Dalam hal tidak diselenggarakan catatan persediaan perpetual maka sebuah ayat jurnal
dibuat untuk persediaan akhir dan untuk menetapkan harga pokok penjualan periode itu.
Sebaliknya, jika diselenggarakan catatan persediaan perpetual, maka saldo harga pokok
penjualan dalam buku yang berkaitan dengan penjualan biasa harus dinaikkan dengan harga
pokok penjualan yang berkaitan dengan penjualan konsinyasi, dengan ayat jurnal sebagai
berikut:
Harga Pokok penjualan                                   $ 500
Barang Konsinyasi-R.Green                                       $ 500
(Penyesuaian lebih lanjut harus dilakukan atas penjualan, harga pokok penjualan, dan beban
beban yang menggambarkan gabungan operasi konsinyasi dan operasi Biasa.)
  Akuntansi Untuk Konsinyasi Yang Tidak Diselesaikan Dengan Tuntas
Laba dari penjualan konsinyasi ditetapkan oleh pihak konsinyi atau pihak konsinyor
setelah semua barang konsinyasi terjual dan seluruh pengiriman uang kasnya dilakukan. Jika
barang konsinyasi tidak terjual seluruhnya pada waktu pihak konsinyi dan pihak konsinyor
menyusun laporan keuangan, maka laba yang direalisasi atas barang yang sudah terjual harus
dihitung.Sebagai Contoh: Pihak Konsinyi dan Pihak Konsinyor menyusun Laporan keuangan
masing-masing pada tanggal 30 Juni. Pada tanggal ini baru terjual 6 buah pesawat radio, dan
pihak konsinyi mengirimkan laporan perkiraan penjualan konsinyasi
  Catatan Pihak Konsinyi-Jika Laba Konsinyasi Ditetapkan Tersendiri
Pihak konsinyi harus menetapkan laba atas penjualan konsinyasi, dengan mendebet
perkiraan Konsinyasi-Masuk dan mengkredit perkiraan pendapatan untuk komisi atau laba
atas penjualan konsinyasi sampai dengan tanggal itu. Saldo kredit dalam perkiraan
Konsinyasi-Masuk setelah ayat jurnal ini menunjukkan, bahwa hasil dari penjualan
konsinyasi melebihi beban bagi pihak konsinyor, akan menimbulkan kewajiban kepada pihak
konsinyor; saldo kredit dilapporkan dalam neraca sebagai kewajiban lancar. Sedangkan saldo
debet dalam perkiraan Konsinyasi-Masuk menunjukkan, bahwa hasil dari penjualan
konsinyasi lebih kecil daripada beban bagi pihak konsinyor . Pihak Konsinyi dapat menuntut
penggantian kepada pihak konsinyor atas jumlah ini jika tidak tertutup dengan penjualan
konsinyasi berikutnya. Saldo debet pada perkiraan konsinyasi masuk dilaporkan dalam
neraca sebagai aktiva lancer (piutang).
  Catatan Pihak Konsinyi-Jika Laba Konsinyasi Tidak Ditetapkan Tersendiri
Tidak dibutuhkan penyusunan ayat jurnal pada akhir periode jika ayat-ayat jurnal telah
dibuat pada waktu barang konsinyasi dijual, yang menetapkan pembelian atau harga Pokok
Penjualan dan kewajiban kepada pihak konsinyor. Saldo kredit dalam perkiraan pihak
konsinyor pada akhir periode dilaporkan dalam neraca sebagai kewajiban lancar; sedangkan
saldo debet dilaporkan sebagai aktiva lancer (piutang)
  Catatan Pihak Konsinyor-Jika Laba Konsinyasi Ditetapkan Tersendiri
Pihak konsinyor membutuhkan laporan penjualan konsinyasi (account sales) pada
akhir periode fiskalnya sendiri, agar ia Dapat mencatat laba atau rugi atas penjualan barang
Konsinyasi sampai dengan tanggal itu. Sebagai Contoh: perkiraan konsinyasi-keluar
menunjukkan beban sebesar $ 687, yang terdiri dari harga pokok barang Konsinyasi sebesar $
500; beban pengangkutan kepada pihak konsinyi sebesar $ 60, beban angkutan masuk sebesar
$ 25, dan komisi sebesar $ 102.
Total Beban yang Beban yang
Beban ditetapkan pada ditetapkan pada
penjualan persediaan
konsinyasi (6 konsinyasi (4
buah pesawat buah pesawat
radio) radio)

Beban pihak konsinyor :


$ 500 $  300 $200
 Harga pokok barang konsinyasi
60 36 24
Pengangkutan ke pihak konsinyi
Beban pihak konsinyi : 25 15 10
   Beban angkut masuk 102 102
    Komisi $234
$  687 $ 453
Total

         Jika pihak konsinyor tidak mencatat beban pada perkiraannya yang dibebankan oleh pihak
konsinyi, maka ia hanya hanya mengkredit perkiraan konsinyasi untuk hasil bersih dan
penjualan konsinyasi, dengan ayat jurnal per 30 Juni sebagai berikut :
Kas                                                                  $383
Konsinyasi-Keluar-R.Green                                        $383
Saldo dalam perkiraan konsinyasi-keluar akan sama apabila konsinyi dan penjualan
kotor dilaporkan dalam perkiraan ini. Penyelesaian laba sebesar $57, kemudian akan sama
seperti dalam hal-hal sebelumnya. Saldo dalam perkiraan konsinyasi-keluar dilaporkan dalam
neraca sebagai pos persediaan tersendiri, yang ditambahkan pada barang Dagangan yang ada,
sebagai berikut :
Persediaan :
Barang dagangan yang ada                             $10.000
Barang konsinyasi                                           $     234
$10.234
      Hal-hal seperti ini dapat terjadi dimana pihak konsinyi, dalam mengirimkan laporan
penjualan konsinyasi kepada pihak konsinyor gagal untuk mengirimkan seluruh jumlah yang
terhutang. Dalam situasi ini, pihak konsinyor mendebet perkiraan piutang usaha sebagai
pengganti perkiraan kas
Misalnya, jika sdr. R. Green dalam contoh dimuka, melaporkan Penjualan 6 buah
pesawat radio tetapi ia hanya mengirimkan uang kas Sebesar $510, maka dibuat ayat jurnal
sebagi berikut :
Kas……………………………………….$150
Piutang Usaha-R.Green………………….   233
Konsinyasi-Keluar-R.Green……………..   127
Konsinyasi-Keluar.R.Green……………………$510
(Penerimaan uang kas pada tanggal selanjutnya akan dicatat dengan mendebet
perkiraan Kas dan mengkredit perkiraan Piutang Usaha-R. Green)
  Catatan pihak konsinyor-Jika Laba Konsinyasi Tidak Ditetapkan tersendiri
Apabila laba konsinyasi tidak ditetapkan tersendiri oleh pihak konsinyor, maka beban
yang dikeluarkan oleh pihak konsinyi dan yang dibebankan Pada hasil penjualan konsinyasi
akan ditetapkan dalam buku pihak Konsinyor dengan mendebet perkiraan beban yang
bersangkutan. Akan Tetapi, jika barang konsinyasi belum terjual seluruhnya pada akhr
Periode fiskal, maka beban yang ditetapkan pada barang konsinyasi yang belum terjual harus
ditangguhkan.
Dalam contoh dimuka, saldo sebesar $234 dalam perkiraan barang Konsinyasi terdiri
dari harga pokok awal barang sebesar $200; beban yang ditangguhkan pihak konsinyi sebesar
$10; dan beban yang Ditangguhkan pihak konsinyor sebesar $24.
  Pengiriman Kembali barang konsinyasi
Apabila barang konsinyasi dikembalikan kepada pihak konsinyor, maka pengeluaran
pengeluaran yang ditetapkan pada pengiriman semula barang dan pada pengembaliannya
Harus ditetapkan sebagai beban. Pengeluaran untuk reparasi Unit yang rusak yang
dikembalikan juga harus Dipandang sebagai beban dengan pengiriman selanjutnya unit-unit
ini kepada pihak konsinyi membutuhkan beban yang tidak lebih daripada biaya normal.
2.5.            PENYAJIAN TRANSAKSI PENJUALAN KONSINYASI DALAM LAPORAN
KEUANGAN
Prosedur-prosedur yang harus digunakan oleh pihak konsinyor jika menghendaki
penyajian informasi lebih lengkap baik mengenai penjualan konsinyi maupun penjualan
reguler adalah dengan melakukan pencatatan transaksi penjualan konsinyasi secara terpisah
dari transaksi penjualan biasa.
Penyajian didalam laporan perhitungan laba rugi dapat dibukukan dengan cara :
a.          Menggabungkan data-data penjualan harga pokok penjualan dan biaya penjualan dari
transaksi konsinyasi dengan data-data yang sama pada transaksi penjualan biasa
b.         Data, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dilaporkan secara
terpisah dan sejajar dengan data penjualan biasa. Pelaoran yang demikian dipakai apabila
transaksi penjualan barang konsinyasi merupakan bagian yang penting dalam kegiatan
distribusinya
c.          Menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi didalam laporan perhitungan laba rugi
dengan melaporkan laba rugi penjualan konsinyasi tanpa menyajikan data penjulan dan
biaya-biaya yang bersangkutan yaitu dengan cara menambah (mengurangkan) laba rugi
konsinyasi dari laba kotor penjualan biasa

Anda mungkin juga menyukai