Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang
disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di
Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di
masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif,
Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta, serta Hepatitis A yang seakan
tidak ada habisnya.
Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari Negara-negara
tetangga. Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau
Singapura yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya. Jakarta hanya
menduduki posisi nomor 2 dari bawah setelah Laos dalam pencapaian cakupan sanitasinya.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan
lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan
adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan
dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau
daripada melakukan upaya pengobatan.Macam-macam sanitasi:

1. Saniatsi Uap
Sanitasi uap menggunakan uap mengalir 76,7oC selama 15 menit atau 93,3oC selama 5 menit. Sanitasi
uap dapat dilakukan untuk sanitasi bahan dan peralatan misalnya dengan menggunakan Autoklaf.
2. Sanitasi Air Panas
Sanitasi ini dilakukan dengan merendam alat atau bahan dalam air panas (peralatan kecil seperti pisau,
piring, wadah yang berukuran kecil), dengan menggunakan suhu diatas 80oC (bukan dengan cara
menuang air panas/membilas karena tidak efektif). Efek yang ditimbulkan karena denaturasi molekul
protein sel mikroba.
3. Sanitasi Udara Panas
Sanitasi ini menggunakan suhu panas 82,2oC selama 20 menit. Sanitasi ini biasanya digunakan untuk
sterilisasi alat (Sterilisasi kering) yaitu dengan menggunakan oven.
4. Sanitasi Radiasi
Sanitasi ini yaitu dengan pemanfaatan sinar UV atau sinar γ dengan panjang gelombang 2500 A, dimana
harus berkontak dengan mikroba minimal 2 menit.
5. Sanitasi Kimia
Sanitasi kimia yaitu menggunakan bahan kimia untuk membunuh mikroba. Umumnya dikelompokkan ke
dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus - COH;
golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus - X; golongan fenol,
golongan garam amonium, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Efektifitas sanitasi kimia dipengaruhi oleh :
a. Waktu kontak (minimum 2 menit)
b. Suhu optimum (21,1-37,8Oc), jika lebih tinggi maka akan menguap (yodium) dan bersifat korosif
(klorin), dan jika lebih rendah maka tidak efektif.
c. pH optimum 6-7, tidak efektif pada pH yang basa.
d. Kebersihan alat
e. Kesadahan air (mempengaruhi pH, air sadah bersifat basa dan bersifat korosif.
f. Kontaminasi agen lain (misalnya deterjen)
Untuk produk pangan segar, pencucian dapat menurunkan potensi bahaya akibat mikroorganisme.
Pencucian atau pembilasan sayuran dapat menghilangkan kotoran dan kontaminan lainnya. Pencucian
dapat dilakukan dengan air, deterjen, larutan bakterisidal seperti klorin dan lain-lain.

Kesehatan Lingkungan
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
· Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
· Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
· Menurut Walter R. Lym kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
. Jadi Ilmu Kesehatan Lingkungan berkisar pada usaha manusia mengelola lingkungan sedemikian rupa,
sehingga derajat kesehatan manusia dapat lebih ditingkatkan.
Ruang lingkup kesehatan masyarakat
—-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan
perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun
1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai
berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan
darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

2.2 Masalah-Masalah Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan
integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Air bersih banyak hubungannya dengan persampahan,
pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang
langsung dialirkan pada saluran sungai.Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai,
tersumbatnya saluransungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan
menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta
pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a. Diare
b. Demam berdarah
c. Disentri
d. Hepatitis A
e. Kolera
f. Tiphus
g. Cacingan dan Malaria

2. Kesehatan Pemukiman
Sebenarnya penduduk dalam suatu negara merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan negara itu sendiri sebagai pelaksana sekaligus objek dari pembangunan. Namun apabila
jumlahnya terlampau banyak dan di sisi lain kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) itu sendiri tidak
memadai untuk menjadi pelaksana pembangunan, maka hal ini akan menjadi masalah karena penduduk
hanya menjadi objek pembangunan bukan pelaksana. Sehingga negara harus bekerja lebih untuk
menanggung kehidupan dari penduduknya agar setidaknya dapat merasakan kehidupan yang layak.
Namun faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia mengakibatkan terbatasnya lahan untuk tempat tinggal
sehingga hal ini memaksa masyarakat untuk membentuk suatu pemukiman kumuh. Tentu saja kondisi
ini menyebabkan sulitnya penduduk untuk memperoleh fasilitas kehidupan yang layak.

3. Sampah
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan
pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi.
Pertumbuhan ini juga membawa pada penggunaan sumber semula jadi yang lebih besar dan
pengeksploitasian lingkungan untuk keperluan industri, bisnis dan aktivitas sosial. Di bandar-bandar
negara dunia ketiga, pengurusan sampah sering mengalami masalah. Pembuangan sampah yang tidak
diurus dengan baik, akan mengakibatkan masalah besar. Karena penumpukan sampah atau
membuangnya sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah yang juga
akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran sampah akan mengakibatkan
pencemaran udara, pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya
saluran air dan banjir (Sicular 1989). Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan
dengan pengurusan terutama sekitar kota. Masalah sampah sudah saatnya dilihat dari konteks nasional.
Kesukaran untuk mencari lokasi landfill sampah, perhatian terhadap lingkungan, dan kesehatan telah
menjadi isu utama pengurusan negara dan sudah saatnya dilakukan pengurangan jumlah sampah, air
sisa, serta peningkatan kegiatan dalam menangani sampah

4. Serangga dan Binatang Pengganggu


Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor
misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria,
Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis

5. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM)


Makanan termasuk minuman, merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama bagi kehidupan
manusia, namun makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat
efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne Deseases). Terjadinya peristiwa
keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian banyak bersumber dari
makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan (TPM) khususnya jasaboga, rumah makan dan
makanan jajanan yang pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan.
Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi makanan amat penting untuk menjaga kesehatan
konsumen atau masyarakat.

2.3. Solusi Menangani masalah Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

1. Fasilitas Air Sehat


Agar air minum tidak menyebabkan penyakit maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi
persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang
sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
· Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi
persyaratan fisik ini tidak sukar.
· Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara
untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa
sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli
maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
· Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut :
Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan
sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut
diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh
karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan
perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut.

Sumber-Sumber Air Minum


Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai berikut :
1. Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung
kalsium. Oleh karena itu agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium
didalamnya.
2. Air Sungai dan Danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui
saluran-saluran ke dalam sungai atau danau ini. Kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan.
Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran
maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
3. Mata Air
Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu air
dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi
karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus
dahulu sebelum diminum.
4. Air Sumur Dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air didalam tanah
yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain
berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur
pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada.
Oleh karena itu perlu direbus dahulu sebelum diminum.
5. Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua didalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15
meter. Oleh karena itu sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air
minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
Pengolahan Air Minum Secara Sederhana
Seperti telah disebutkan didalam uraian terdahulu bahwa air minum yang sehat harus memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu. Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan
khususnya tidak terlindung (protected) sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan
kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu.
Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut :
1. Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai
macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Didalam penyimpanan ini air
dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat
didalam air dan akhirnya terbentuk endapan.
Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.
2. Pengolahan Air dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Lebih lanjut akan
diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air
Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan
akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk
menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air, misalnya chlor).
4. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas
yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
5. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat
hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari konsumennya,
pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni :
1. Pengolahan Air Minum untuk Umum
· Penampungan Air Hujan
Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi
masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian
disekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat
ditampung dengan bak-bak ferosemen dan disekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air
hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan air untuk umum. Air
hujan baik yang berasal dari sumur (danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum
terjamin untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri misalnya dengan
merebus air tersebut.

· Pengolahan Air Sungai


Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui saringan kasar yang dapat memisahkan
benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan yang terdiri dari ijuk,
pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung II. Disini dibubuhkan tawas dan
chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar
bebas dari bakteri bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.
· Pengolahan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber mata air
tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah
penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber
yang sudah terlindungi tersebut.

2. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga


· Air Sumur
Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan.
Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi masih dianggap tinggi
untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah pedesaan adalah sumur gali.
Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat
sebagai berikut :
- Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke dalamnya.
- Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas tidak
dapat mengotori air sumur.
- Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan.
Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk
endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas). Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan
dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.

· Air Hujan
Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap
keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talang.
Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim kemarau mungkin menjadi masalah.
Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar
mempunyai tandon (storage) untuk musim kemarau.

2. Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
· Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup,
terhindar dari kebisingan yang mengganggu
· Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah
· Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air
bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian
yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
· Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar
maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
3. Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor unsur, berikut:
· Penimbunan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk
dan kepadatannya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim,
dan kemajuan teknologi
· Penyimpanan sampah
· Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
· Pengangkutan
· Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan
urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara
efisien.
4. Serangga

Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat


pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk
mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau
dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit
rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan
sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang
dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

5. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM)


Agar kesehatan masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup bersih dan sehat. Pola hidup
bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan
kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat
memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan
yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika
lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai
dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal
(rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

2. Riyadi, Sugeng. Kesehatan Lingkungan

3. Sri Budiyati. Tanpa tahun. Kesehatan Lingkungan. Bogor: Departemen Biologi FMIPA IPB

4. http://bayualfian66-degagajago.blogspot.com/2011/05/sanitasi.html

5. http://carapedia.com/masalah_lingkungan_sampah_indonesia_info3024.html

6. http://semacamsemut.blogspot.com/2012/03/masalah-sampah-di-indonesia.html

7. http://id.wikipedia.org/wiki/Masalah_lingkungan

Sanitasi Industri
Pengertian Sanitasi Lingkungan dan Sanitasi industri

Batasan pengertian sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air minum masyarakat,
pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan,
penyediaan dan penanganan makanan, kondisi atmosfer dan keselamatan lingkungan kerja.

Sedangkan menurut pengertian umum, sanitasi


adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau mengendalikan faktor – faktor lingkungan
fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit. Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya
pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai penularan
penyakit.

Menurut Entjang (2000) bahwa sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial
dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan berguna ditingkatkan dan
diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Pada prinsipnya usaha sanitasi
bertujuan untuk menghilangkan sumber – sumber makanan (Food Presences), tempat
perkembangbiakan (Breeding Places) yang sangat dibutuhkan vector dan binatang pengganggu. Sanitasi
lingkunganmerupakan upaya pengendalian terhadap factor – factor lingkungan fisik manusia yang dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan atau upaya kesehatan untuk memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci tangan dalam
memelihara dan melindungi kebersihan tangan, menyediakan tempat sampah untuk membuang
sampah dalam memelihara kebersihan lingkungan, membangun jamban untuk tempat membuang
kotoran dalam memelihara kebersihan lingkungan dan menyediakan air minum yang memenuhi syarat
kesehatan dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda hidup, benda mati,
benda nyata atau abstrak, termasuk manusialainnya serta suasana yang terbentuk karena terjadinya
interaksi diantara elemen – elemen yang ada di alam (Soemirat, 2004).

Pentingnya lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan WHO dengan penyelidikan – penyelidikan di
seluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka kematian (Mortality), angka kesakitan (Morbidity)
yang tinggi serta seringnya terjadi epidemi, terdapat di tempat yang sanitasi lingkungannya yang buruk,
yaitu tempat dimana terdapat banyak lalat, nyamuk, pembuangan kotoran dan sampah yang tidak
teratur, air rumah tangga dan perumahan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi rendah. Sebaliknya
di tempat – tempat yang kondisi sanitasi lingkungannya baik, angka kematian dan kesakitan juga rendah
(Entjang, 2000).

Untuk memahami sanitasi industri dan pengelolaan limbah, maka akan lebih baik bila pemahaman
mengenai dinamika kesehatan lingkungan ditekankan, sebab dalam teori simpul pengetahuan akan
tahap – tahap pencemaran lingkungan, media pencemar serta bio-indikator maupun dampak kesehatan
akan terjadi. Pengelolaan limbah industri atau bukan industri umumnya harus dilakukan, sebab
bagaimanapun juga bila hal ini tidak dilakukan, maka pencemaran lingkungan akan terjadi yang pada
gilirannya akan mengenai manusia, dan pada akhirnya dampak kesehatan akan terjadi (Sutomo. A.H.
2006).

Sanitasi industri atau industrial sanitation adalah proses untuk membuat bersih di lingkungan industri
sehingga dapat hidup sehat atau The Promotion of Hygiene and The Prevention of Disease by
Maintenance of Sanitary Condition (Webster’s Dictionary, 1978) dalam (Sutomo. AH, 2006). Atau
dengan pengertian lain sanitasi industry sebagai kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
melalui pemeliharaan kondisi bersih, sehingga bersifat promotif dan prefentif dan artinya jauh dari
kegiatan kuratif.

Anda mungkin juga menyukai