Binder 3
Binder 3
id
Skripsi
Oleh
Doddy Zakaria
NIM. M0405067
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Doddy Zakaria
NIM M0405067
Surakarta, ..............................
Penguji I Penguji II
Mengesahkan
Ir. Ari Handono Ramelan, MSc., Ph.D Dra. Endang Anggarwulan, M.Si.
NIP. 196008091986121001 NIP. 195003201978032001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.
Doddy Zakaria
NIM M0405067
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DODDY ZAKARIA
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Pule pandak adalah salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia. Saat ini,
kebutuhan bahan baku obat pule pandak semakin meningkat yang menyebabkan laju
pemanenan terjadi lebih cepat dari laju kemampuan alam untuk memulihkan
populasinya. Nilai manfaat dan ekonomi yang tinggi berakibat tingkat kelangkaan
yang semakin tinggi pula. Berdasarkan hal itu perlu dilakukan usaha untuk
mengurangi tekanan terhadap populasi pule pandak di alam serta memenuhi
permintaan bahan baku obat. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan melakukan teknik kultur in vitro.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sukrosa
dan BAP (Benzil Amino Purine) dalam media terhadap pertumbuhan dan kandungan
reserpin kalus pule pandak secara in vitro.
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 2 faktor perlakuan yaitu penambahan sukrosa dan BAP pada media MS
dengan rincian 0; 15; 30; dan 35 g/L untuk sukrosa dan 0; 1; dan 2 ppm untuk BAP,
sehingga di hasilkan 12 macam perlakuan. Data yang diambil berupa data kualitatif
yaitu warna dan tekstur kalus, serta data kuantitatif meliputi berat basah, berat kering,
dan kandungan reserpin kalus. Analisis kandungan reserpin dilakukan dengan
spektrofotometer UV-VIS. Analisis data kuantitatif menggunakan ANAVA dan
dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan kalus yang terbentuk bertekstur kompak dengan
warna hijau keputihan, hijau kekuningan, dan hijau. Pemberian perlakuan
berpengaruh signifikan terhadap berat basah dan berat kering kalus, tetapi tidak
berpengaruh terhadap kandungan reserpin kalus. Perlakuan paling optimal bagi
pertumbuhan kalus adalah penambahan ke dalam media 35 g sukrosa dan 2 ppm
BAP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DODDY ZAKARIA
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
One of the medicinal plants in Indonesia is the pule pandak. Today, the needs
for raw materials of pule pandak drug increasingly that makes the rate of harvesting
occurs faster than the rate of natural ability to restore its population. Value of high
economic benefits and result make higher levels of scarcity as well. Based on this, it
is necessary to activity to reduce pressure on natural populations in pule pandak and
meet the demand for raw materials. One way to overcome this problem by perform in
vitro culture techniques.
The aim of this research was to determine the effect of sucrose and BAP
concentration in media on callus growth and pule pandak (R. verticillata Lour). callus
reserpin content by in vitro.
The method was used completely randomized design (CRD) with 2 factors by
addition of sucrose and BAP in MS medium with the following details of 0, 15, 30,
and 35 g / l for sucrose, and 0, 1 and 2 ppm for BAP, so it was got 12 kinds of
treatment. The collected data was qualitative data like the color and texture of the
callus and quantitative data covering the fresh weight, dry weight, and reserpin
content callus. Reserpin content analysis was done by UV-VIS spectrophotometer.
Quantitative data analysis used ANOVA and then was followed by DMRT 5%.
The results showed that the compact callus with green textured. The effect on
the treatment of fresh weight and dry weight of callus were significantly, but it did
not give effect on callus reserpin content. Most optimal treatment into the media for
callus growth was the addition of 35 g sucrose and 2 ppm BAP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas nikmat, hidayah dan limpahan
rahmatNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan BAP dalam Media Murashige
Skoog (MS) terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Reserpin Kalus Pule Pandak
(Rauvolfia verticillata L.)”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Proses penelitian dan penyusunan skripsi ini merupakan bagian dari proses
belajar yang tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi.
2. Dra. Endang Anggarwulan, M.Si, selaku ketua jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,
sekaligus sebagai dosen pembimbing II yang telah memberi ijin penelitian,
petunjuk, saran, dan motivasi hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Solichatun, M.Si. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberi petunjuk,
saran, dan motivasi.
4. Widya Mudyantini, M.Si. selaku dosen penelaah I yang telah memberi
petunjuk dan saran.
5. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.d selaku dosen penelaah II yang telah memberi
petunjuk dan saran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Doddy Zakaria
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................................................. 1
B. PERUMUSAN MASALAH ....................................................... 6
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................. 6
D. MANFAAT PENELITIAN ......................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................ 7
A. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
1. PULE PANDAK..................................................................... 7
2. KULTUR IN VITRO.............................................................. 11
3. PERTUMBUHAN TANAMAN ............................................ 15
4. ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ..................................... 16
5. SUKROSA ............................................................................. 17
B. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 18
C. HIPOTESIS ................................................................................. 20
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 21
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ................................... 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Warna dan tekstur kalus pule pandak pada media perlakuan ... 30
Tabel 2. Rata-rata berat basah (mg) kalus Pule Pandak usia 7 minggu .. 35
Tabel 3. Rata-rata berat kering (mg) kalus Pule Pandak usia 7 minggu . 38
Tabel 4. Rata-rata kandungan reserpin (ppm) kalus pule pandak .......... 40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morfologi tanaman Pule Pandak........................................ 8
Gambar 2. Struktur bangun reserpin .................................................... 10
Gambar 3. Jalur biosintesis reserpin .................................................... 11
Gambar 4. Struktur BAP...................................................................... 17
Gambar 5. Struktur bangun sukrosa .................................................... 18
Gambar 6. Alur kerangka pemikiran ................................................... 19
Gambar 7. Morfologi kalus Pule Pandak usia 7 minggu ..................... 31
Gambar 8. Rata-rata berat basah (mg) ................................................ 35
Gambar 9. Siklus sel ........................................................................... 37
Gambar 10. Rata-rata berat kering (mg) ............................................... 38
Gambar 11. Rata–rata konsentrasi reserpin (ppm) ................................ 41
Gambar 12. Rata-rata kandungan reserpin (ppm) pada perlakuan
sukrosa tunggal (0 ppm BAP) .......................................... 42
Gambar 13. Hubungan sukrosa dan reserpin ........................................ 43
Gambar 14. Rata-rata kandungan reserpin (ppm) pada perlakuan
BAP tunggal (0 g sukrosa) ................................................ 44
Gambar 15. Rata-rata kandungan reserpin (ppm) pada perlakuan
Kombinasi ......................................................................... 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Komposisi media MS (Murashige Skoog)......................... 51
Lampiran 2. Analisis data (berat basah, berat kering,
dan kandungan reserpin kalus) .......................................... 52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kepanjangan
BAP 6-Benzilaminopurin
MS Murashige Skoog
RAL Rancangan Acak Lengkap
ANAVA Analisis Varian
DMRT Duncan's Multiple Range Test
ZPT Zat Pengatur Tumbuh
AIM Alkaloid Indol Monoterpenoid
TDC Tryptophan Decarboxylase
CPR Sitokrom P-450 Reduktase
SLS Sekologanin Sintase
atm Atmosphere
LAF Laminar Air Flow
NAA 1-Naphthalene Acetic Acid
G2 Gap 2
ATP Adenosine Triphosphate
UV-VIS Ultra Violet – Visible
sp speciosa
ppm part per million
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat
Indonesia terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar
9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies yang telah
dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan, atau ramuan
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat atau
jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang mengakibatkan
turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal
harganya. Obat bahan alam juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping
yang membahayakan. Pendapat itu belum tentu benar karena untuk mengetahui
manfaat dan efek samping obat tersebut secara pasti perlu dilakukan penelitian, uji
Salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia adalah pule pandak
(Rauvolfia verticillata Lour.). Menurut Thien An dan Ziegler (2001), tanaman ini
senyawa kimia, antara lain alkaloid, ekitamin, ekiserin, ajmalin, isoreserpilin, dan
yang berfungsi sebagai obat anti hipertensi (tekanan darah tinggi) dan obat
penenang.
Kebutuhan bahan baku obat pule pandak untuk industri jamu dan farmasi
semakin meningkat yang menyebabkan laju pemanenan terjadi lebih cepat dari
ekonomi pule pandak yang tinggi berakibat tingkat kelangkaan yang semakin
tinggi pula. Berdasarkan hal itu perlu dilakukan suatu usaha untuk mengurangi
tekanan terhadap populasi pule pandak di alam serta memenuhi permintaan bahan
baku obat yang berasal dari pule pandak (Sandra, 2002). Salah satu cara untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Perbanyakan tanaman dengan kultur in vitro dalam waktu yang singkat dari
bahan tanaman yang sangat terbatas dapat dihasilkan bibit dalam jumlah yang
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon, dan juga bahan tambahan lain seperti agar dan gula. Zat
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur in vitro yang dilakukan.
Media yang sudah dibuat ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Media yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan autoklaf (Yusnita,
2003).
Kalus yang didapatkan dari proses kultur sudah dapat diambil senyawa
tanpa nitrogen), dapat pula berupa alkaloid, amina, cyanogenic, dan glukosida
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan penyakit untuk tumbuhan itu sendiri
pada kultur in vitro. Auksin berperan pada pembentangan sel, sedangkan sitokinin
jumlah dan ukuran sel dalam jaringan (Wareing dan Phillips, 1981).
dilakukan dengan cara manipulasi faktor fisik dan optimalisasi elemen nutrisinya
(Choi et al., 1994 dalam Mulabagal dan Tsay, 2004). Penambahan sumber karbon
meningkat setelah penambahan sumber karbon berupa sukrosa pada media kultur.
2003).
dalam beberapa spesies. Pembentukan umbi pada tulip (Tulipa sp) terjadi pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
umbi secara in vitro pada kentang (Solanum tuberosum) (Dantu dan Bhojwani,
1995).
pule pandak dengan memanipulasi konsentrasi sukrosa pada media tumbuh telah
sukrosa, yaitu 0, 10, 20, 30, dan 40 gram. Penambahan sukrosa sampai
ZPT ke dalam media tumbuh. Salah satu ZPT yang dapat digunakan adalah
memainkan peran penting dalam sintesis asam amino, asam nukleat, dan protein.
uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian kultur in vitro mengenai pengaruh
konsentrasi sukrosa dan sitokinin dalam media tumbuh terhadap pertumbuhan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut :
D. Manfaat Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
a. Klasifikasi
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicolyledonae
Ordo : Apocynales
Familia : Apocynaceae
Genus : Rauvolfia
b. Morfologi
ujung runcing, pangkal meruncing, dan tepi rata. Daun pule memiliki
panjang 10-15 cm dan lebar 3-7,5 cm, dengan pertulangan menyirip dan
cabang, berwarna jingga, dengan kelopak bertaju lima dan daun mahkota
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
mm, berwarna hijau ketika masih muda dan setelah tua menjadi abu-abu.
berbentuk bulat, dan berwarna kuning muda (de Padua et al, 1999).
Pule pandak hidup dengan baik pada daerah terbuka, baik didataran
konvensional dengan biji atau dengan stek (LIPI, 1999). Menurut de Padua
(1999) pule pandak tersebar luas hingga India, Srilanka, Laos, Myanmar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
sebagai obat darah tinggi, malaria, dan tipus (de Padua et al, 1999).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
2. Kultur In Vitro
tanaman yang masih muda dengan keadaan sel yang aktif membelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
merupakan bagian tanaman yang paling baik untuk eksplan (Aryati dkk,
2005). Teknik ini berkembang dari konsep totipotensi sel yang dikenal
dengan teori sel Schwann (1893). Teori ini mengemukakan bahwa setiap
mengemukakan konsep kultur sel dan pertama kali melakukan isolasi sel
tanaman yang paling baik untuk eksplan karena sel–selnya masih aktif
b. Media Kultur
esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti
agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang
dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi
dan Skoog (MS) merupakan media dasar yang paling banyak digunakan,
jaringan tembakau digunakan secara luas untuk kultivasi kalus pada agar
dan kultur suspensi sel pada media cair (Wetter dan Constabel, 1991).
c. Pertumbuhan kalus
Kalus merupakan massa sel yang terbentuk dari sel yang membelah
terus menerus tapi tidak terdiferensiasi (Walton et al., 1999). Kalus terdiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
1. Lag fase
2. Eksponential fase
3. Stationer fase
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
3. Pertumbuhan Tanaman
atau volume yang tidak dapat balik (Devlin. 1975). Kecepatan pertumbuhan
dapat diukur dengan beberapa cara antara lain mengukur tinggi tanaman, luas
daun, lebar daun, berat basah dan berat kering masing-masing organ seperti
pembelahan secara terus menerus akan membentuk suatu massa yang disebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
kalus. Kalus kemudian akan terdiferensiasi membentuk tunas atau akar, yang
interaksi antara ZPT endogen dan ZPT eksogen yang ditambahkan ke dalam
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
dikulturkan diatur oleh interaksi dan keseimbangan antara ZPT eksogen dan
ZPT endogen (Katuuk, 1989). Menurut Wareing dan Phillips (1981), auksin
sel. Interaksi kedua ZPT tersebut akan meningkatkan jumlah dan ukuran sel
digunakan dalam kultur in vitro (Moore, 1989). Kinetin belum ditemukan pada
tumbuhan dan bukan merupakan bahan aktif dari jaringan floem, namun
merupakan tempat terbentuknya asam nukleat dan protein dengan sangat aktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Pada tanaman, sitokinin dibentuk dari penambahan IPP sebagai rantai panjang
Sitokinin memiliki rantai samping yang kaya akan karbon dan hidrogen,
menempel pada nitrogen yang menonjol dari puncak cincin purin. Sitokinin
pada atom nitrogen pada kedudukan 9. ZPT yang tergolong dalam sitokinin
adalah BAP atau BA. BAP memiliki rumus bangun C12H11N5 dan titik lebur
5. Sukrosa
karbohidrat yang paling baik selanjutnya diikuti oleh glukosa, maltosa dan
tersebut selain sebagai bahan baku yang menghasilkan energi dalam proses
glukosa, fruktosa dan gula sebagai sumber karbohidrat dalam media tumbuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
memberikan hasil yang lebih baik terhadap tinggi plantlet (Widiastoety dan
Bahar, 1995).
pembentukan subang (Ginzburg dan Ziv, 1973). Struktur bangun sukrosa dapat
B. Kerangka Pemikiran
Sukrosa merupakan salah satu komponen penting pada media kultur in vitro.
Sukrosa berperan sebagai sumber karbon, sumber energi bagi tumbuhan, dan juga
sebagai bahan pembentuk sel–sel baru. Pemberian sukrosa pada media kultur
pandak. ZPT dalam media kultur berperan dalam memacu pembelahan sel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
Pembelahan sel yang terjadi akan memacu pertumbuhan kalus dan produksi
metabolit sekunder.
sekunder reserpin yang terkandung pada kalus pule pandak. Secara skematis
Pule Pandak
(Rauvolfia verticillata
Eksplan
Induksi kalus
Kalus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
C. Hipotesis
pemberian sukrosa dan BAP dalam media kultur pada konsentrsi optimal akan
memacu pertumbuhan khususnya pada berat basah dan berat kering serta memacu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Juni
2010. Penelitian dilakukan di Sub Lab Biologi UPT Laboratorium Pusat MIPA
1. Alat
a. Sterilisasi
121ºC dan tekanan 1,5 atm. Sterilisasi pada saat penanaman menggunakan
b. Pembuatan media
Alat–alat yang digunakan dalam pembuatan media antara lain hot plate,
magnetic stirrer, gelas beker, erlenmeyer, pipet volume, drag ball, pipet
kultur.
c. Penanaman eksplan
Alat yang digunakan untuk penanaman eksplan meliputi botol kultur yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
dalam laminar air flow yang sudah disterilkan terlebih dahulu dengan
d. Analisis reserpin
Alat yang digunakan antara lain vortek, mortar, pesle, kertas saring, tabung
reaksi, pipet volume, water batch, corong kaca, dan spektrofotometer UV-
2. Bahan
a. Bahan Tanaman
Sebagai sumber eksplan adalah daun muda, yaitu daun ke-2 atau ke-3 dari
b. Bahan Kimia
1) Sterilisasi Eksplan
2) Pembuatan Media
3) Analisis Reserpin
Reserpin murni.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
C. Cara kerja
1. Rancangan percobaan
(RAL) dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama berupa variasi konsentrasi
BAP dengan 3 macam konsentrasi dan faktor kedua berupa variasi konsentrasi
berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
2. Cara kerja
a. Tahap persiapan
1) Sterilisasi alat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
3) Pembuatan media
masing 2 mg.
Media perlakuan
dalam LAF).
aluminum foil.
d. Tahap pemeliharaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
laminar air flow. Botol-botol kultur yang telah berisi kalus diinkubasi pada
suhu kamar (25-27° C) dan diberi cahaya berupa lampu neon 10 watt
di dalam inkubasi.
f. Tahap pengamatan
hari. Hal-hal yang perlu diamati antara lain jumlah eksplan yang
berat botol beserta media diawal dengan berat botol beserta media dan
beratnya konstan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
reaksi sebanyak 100 mg, ditambahkan pelarut etanol p.a sebanyak 100 ml
R=SxV
B
Dimana,
R : kadar reserpin (mg/g) berat kering kalus
S : kadar reserpin sampel hasil spektrofotometer (mg/l) pelarut
V : volume pelarut (l)
B : berat serbuk kalus yang dispektrofotometer (g)
D. Analisis data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif.
Data kualitatif berupa morfologi kalus disajikan secara deskriptif. Data kuantitatif
berupa berat basah, berat kering, dan kandungan reserpin kalus. Data kuantitatif
BAP dan sukrosa terhadap berat basah, berat kering, dan kandungan reserpin
kalus. Bila ada perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
BAB IV
terdiferensiasi) yang terbentuk dari sel-sel yang membelah terus menerus secara in
vitro. Kalus dapat diperoleh dari bagian tanaman seperti akar, batang dan daun.
Pada teknik kultur jaringan (in vitro), kalus dapat diinduksi dengan
menambahkan zat pengatur tumbuh yang sesuai pada media kultur, misalnya
auksin dan sitokinin yang disesuaikan. Jika konsentrasi auksin lebih besar
daripada sitokinin maka akar akan terbentuk, sedangkan jika konsentrasi sitokinin
yang lebih besar maka yang terbentuk adalah tunas. Alam (2010), dalam
sel somatik di dalam kultur in vitro dan meregenerasikan sel tersebut menjadi
embrio somatik.
Media induksi kalus yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
dasar MS dengan penambahan NAA dan Kinetin sebanyak 2 ppm. Pemilihan ZPT
tersebut karena kombinasi auksin dan sitokinin dalam media kultur dapat memacu
pertumbuhan kalus. Hal ini berdasarkan pendapat Wareing dan Phillips (1981),
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
pembelahan sel. Interaksi kedua ZPT tersebut akan meningkatkan jumlah dan
perlakuan berupa sukrosa dan BAP. Setelah diinkubasi selama 1 minggu, diamati
warna dan tekstur dari kalus. Data warna dan tekstur kalus disajikan pada Tabel 1
dan Gambar 7.
Tabel 1. Warna dan tekstur kalus pule pandak pada media perlakuan
Perlakuan Morfologi Kalus
Warna Tekstur
B0S0 Hijau keputihan Kompak
B0S1 Hijau Kompak
B0S2 Hijau kekuningan Kompak
B0S3 Hijau Kompak
B1S0 Hijau keputihan Kompak
B1S1 Hijau Kompak
B1S2 Hijau Kompak
B1S3 Hijau Kompak
B2S0 Hijau keputihan Kompak
B2S1 Hijau kekuningan Kompak
B2S2 Hijau Kompak
B2S3 Hijau Kompak
Keterangan :
B : BAP S : Sukrosa
B0 : 0 ppm S0 : 0 gram
B1 : 1 ppm S1 : 25 gram
B2 : 2 ppm S2 : 30 gram
S3 : 35 gram
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
B0 B1 B2
S0
S1
S2
S3
Dari warna kalus yang diamati, ada beberapa warna yang muncul, yaitu
hijau keputihan, hijau kekuningan, dan hijau. Menurut George dan Sherrington
(1984) perbedaan tekstur, warna, dan banyak kalus yang dihasilkan terjadi karena
eksplan yang digunakan berasal dari tumbuhan atau bagian yang berbeda dan
perkembangan hasil yang tidak sama. Eksplan yang diambil dari bagian yang
masih muda / juvenile, akan menghasilkan kalus yang lebih baik dari pada kalus
yang dihasilkan dari eksplan yang berasal dari bagian tanaman yang sudah
dewasa, karena bagian tanaman yang masih muda memiliki sel-sel yang lebih
tanaman yang sudah dewasa. Mitra dan Chaturvedi (1972) melaporkan bahwa
kehijauan, padat dan bergranul kecil apabila tingkat pertumbuhan dalam medium
Warna putih merupakan warna awal saat kalus mulai mengalami inisiasi.
(BA 0.2-1 mg/l) selain mengurangi diamater dan bobot segar kalus, juga
menurunkan kualitas kalus yang dapat dilihat dari perubahan struktur dan warna
kalus, yaitu cenderung menjadi lebih kompak dan berwarna putih kekuningan.
Menurut Wiedenfeld (1997), struktur kalus yang kompak dan terjadi perubahan
Kalus berwarna putih merupakan kalus yang belum mengalami penuaan, hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
fase yaitu fase meristenoid. Menurut Schwarz et al. (2005), fase meristenoid
merupakan suatu fase dimana terjadi suatu proses determinasi, yaitu perubahan
dari induksi sel ke diferensiasi sel. Adanya nutrisi dalam jumlah yang cukup dan
seimbang serta tersedianya sitokinin dalam jumlah yang optimun maka tunas akan
kurangnya sumber energi pada media sehingga kalus berkembang secara lambat.
Pada perlakuan 30 g/l dan 35 g/l sukrosa didapatkan warna kekuningan dan hijau.
Perbedaan warna ini disebabkan perbedaan pigmen hijau atau klorofil yang
yang terbentuk memiliki tekstur yang kompak. Secara umum tekstur kalus ada 2
macam yaitu kompak dan remah. Kalus dikatakan kompak jika memiliki struktur
sel yang rapat, padat, sulit untuk dipisahkan, dan mempunyai vakuola yang besar
terbentuk oleh NAA (auksin) yang tidak menginduksi sintesis enzim selulase dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
pektinase yang memiliki aktivitas lisis terhadap lamella tengah sehingga ikatan
antar sel tidak renggang dan memberikan struktur sel yang kompak.
Kalus yang remah memiliki susunan sel yang longgar sehingga mudah
dipisahkan dan selnya bersifat meristematik serta aktif membelah (Street, 1993).
Sel-sel yang berstruktur remah cenderung berbentuk tidak teratur, relatif kecil
ukurannya, inti selnya besar, dan sitoplasmanya masih kental. Terbentuknya kalus
bertekstur remah dipicu oleh keberadaan auksin endogen yang diproduksi secara
C. Biomassa Kalus
dipengaruhi oleh kandungan air jaringan, unsur hara, dan hasil metabolisme
(Sitompul dan Guritno, 1995). Adanya penambahan berat basah disebabkan oleh
adanya absorbsi air dari media ke dalam sel-sel tunas (Dodds dan Roberts, 1995).
Pengukuran berat basah kalus sangat tergantung pada kandungan air dalam
kalus. Perbedaan berat basah antar kalus disebabkan oleh perbedaan kemampuan
tiap jaringan dalam menyimpan air dan unsur hara, dalam hal ini meliputi difusi,
osmosis, dan pengaturan tekanan turgor sel (Sriyanti, 2000). Berat basah kalus
diukur dengan mengurangi berat botol beserta kalus diakhir dengan berat botol
tanpa kalus diawal. Hasil pengamatan terhadap berat basah kalus disajikan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Tabel 2. Rata-rata berat basah (mg) kalus Pule Pandak usia 7 minggu
Biomassa Perlakuan S0 S1 S2 S3
bc bc bc
Berat B0 231,66 240,33 243,33 224,00bc
ab bc bc
Basah (mg) B1 205,33 236,66 243,66 248,66bc
B2 171,00a 223,00bc 242,66bc 263,66c
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji DMRT 95%.
Keterangan :
B : BAP S : Sukrosa
B0 : 0 ppm S0 : 0 gram
B1 : 1 ppm S1 : 25 gram
B2 : 2 ppm S2 : 30 gram
S3 : 35 gram
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah kalus, Data yang
sukrosa dan BAP dalam media memacu metabolisme di dalam eksplan, sehingga
Konradova, 2004; Tomaz et al., 2001). Peran sukrosa dalam mengatur tekanan
dalam kalus. Menurut Srilestari (2005), pada media yang banyak mengandung
sukrosa akan lebih pekat dari pada yang sedikit mengandung sukrosa. Media
eksplan yang ditumbuhkan pada media dengan penambahan sukrosa tinggi dapat
Pada akhirnya jika kemampuan kalus untuk menyerap air meningkat maka berat
penelitian diketahui bahwa perlakuan 35 g/l sukrosa + 2 ppm BAP memberi hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
yang terbaik, sedangkan berat basah terkecil terdapat pada perlakuan 0 g/l sukrosa
+ 2 ppm BAP.
Berat basah kalus juga dipengaruhi keberadaan BAP dalam media. Fosket
dalam siklus sel, siklus sel dapat dilihat pada Gambar 10. Sitokinin juga
penyerapan air dan hara dari media sehingga meningkatkan laju fotosintesis yang
berat basah tanaman. Toosi dan Dilmagani (2010), menyatakan pemberian 0,5
BAP pada media tumbuh merupakan perlakuan yang paling optimum untuk
kadar air dan menghentikan aktivitas metabolisme dalam bahan hingga diperoleh
berat yang konstan. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), bahan kering tanaman
dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam
dengan ukuran berat kering dari pada dengan berat basah, karena berat basah
Tabel 3. Rata-rata berat kering (mg) kalus Pule Pandak usia 7 minggu
Biomassa Perlakuan S0 S1 S2 S3
Berat B0 11,33bc 11,66bc 12,00bc 11,00bc
Kering (mg) B1 10,00ab 11,66bc 12,00bc 12,33bc
a bc bc
B2 8,33 11,00 12,00 13,00c
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji DMRT 95%.
Keterangan :
B : BAP S : Sukrosa
B0 : 0 ppm S0 : 0 gram
B1 : 1 ppm S1 : 25 gram
B2 : 2 ppm S2 : 30 gram
S3 : 35 gram
Keterangan :
B0S0 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 0 g/l B0S1 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 25 g/l
B0S2 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 30 g/l B0S3 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 35 g/l
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
B1S0 : BAP 1 mg/l + Sukrosa 0 g/l B1S1 : BAP 1 mg/l + Sukrosa 25 g/l
B1S2 : BAP 1 mg/l + Sukrosa 30 g/l B1S3 : BAP 1 mg/l + Sukrosa 35 g/l
B2S0 : BAP 2 mg/l + Sukrosa 0 g/l B2S1 : BAP 2 mg/l + Sukrosa 25 g/l
B2S2 : BAP 2 mg/l + Sukrosa 30 g/l B2S3 : BAP 2 mg/l + Sukrosa 35 g/l
Hasil uji ANAVA terhadap berat kering kalus menunjukkan pemberian
Media kultur tidak hanya menyediakan unsur hara dan vitamin, tetapi juga
karbohidrat yang umunya berupa gula. Gula merupakan sumber karbon yang sama
dengan karbon yang biasanya didapatkan tanaman dari udara berupa CO2
sumber karbon penting yang digunakan sebagai penyusun sel. Sukrosa yang
dapat berjalan dengan baik. Ketersediaan sukrosa yang besar dalam media
menjadi bahan esensial seperti bahan dinding sel, protein dan bahan lainnya yang
glikolisis dan siklus Krebs menghasilkan energi berupa ATP dan NADH,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
(1998), kandungan alkaloid utama pule pandak adalah reserpin. Hasil pengamatan
terhadap kandungan reserpin kalus pule pandak disajikan pada Tabel 3 dan
Gambar 11.
Perlakuan S0 S1 S2 S3
Reserpin B0 68,63 65,02 70,12 57,98
(ppm) B1 53,40 61,83 68,04 68,29
B2 45,10 62,06 65,14 73,59
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada uji DMRT 95%.
Keterangan :
B : BAP S : Sukrosa
B0 : 0 ppm S0 : 0 gram
B1 : 1 ppm S1 : 25 gram
B2 : 2 ppm S2 : 30 gram
S3 : 35 gram
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
ppm BAP.
Gambar 12. Rata-rata kandungan reserpin (ppm) pada perlakuan sukrosa tunggal
(0 ppm BAP)
Keterangan :
B0S0 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 0 g/l
B0S1 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 25 g/l
B0S2 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 30 g/l
B0S3 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 35 g/l
Sukrosa selain berfungsi sebagai sumber energi dan sumber karbon bagi
singkat hubungan sukrosa dan reserpin dapat dilihat pada Gambar 13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Reserpin
Eritros 4-pospate
Piruvat
Asetil CoA
Siklus Krebs
Gambar 14. Rata-rata kandungan reserpin (ppm) pada perlakuan BAP tunggal
(0 g sukrosa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Keterangan :
B0S0 : BAP 0 mg/l + Sukrosa 0 g/l B1S0 : BAP 1 mg/l + Sukrosa 0 g/l
B2S0 : BAP 2 mg/l + Sukrosa 0 g/l
dapat dilihat pada Gambar 14. Kandungan reserpin pada 0 ppm BAP
sumber gula pada media. Kandungan reserpin semakin menurun sejalan dengan
penambahan konsentrasi BAP. Hal ini disebabkan karena BAP mempunyai fungsi
untuk memacu pembelahan sel, sehingga secara perlahan cekaman yang dialami
beberapa faktor lainnya, salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan reserpin
adalah adanya cekaman yang dialami oleh eksplan. Pemberian stress pada kultur
tidak terdapat dalam tumbuhan asal (de novo synthesis), akan tetapi umumnya
memberikan hasil yang menguntungkan. Jenis stress yang umum ditemukan pada
kultur jaringan antara lain, kekurangan air, kekurangan cahaya, kekurangan nutrisi
(mineral), suhu di atas atau di bawah optimal. Eksplan yang mengalami cekaman
2 ppm BAP + 35 g sukrosa. Hasil ini dapat terjadi karena kebutuhan sukrosa bagi
pertumbuhan kalus yang terdapat pada media sudah optimal, sehingga sebagian
mengalami penurunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sebagai berikut
reserpin kalus.
B. SARAN
commit to user