Anda di halaman 1dari 10

Pembuatan busana Ready to Wear dengan teknik tiedye motif abstrak

dengan Sumber Ide Benteng Martello

Sera Syarifah Rahmania,* and Triyanto,M.A2


1
Vocational Education Program, PTBB, University of Yogyakarta, Yogyakarta,
Indonesia
2
Vocational Education Program, PTBB , University of Yogyakarta, Yogyakarta,
Indonesia
Corresponding author: Sera Syarifah Rahmania. ; Email:
serasrahmania@gmail.com

Abstract
Langkah pembuatan Busana Ready to Wear meliputi; 1) mencipta desain busana
Ready to Wear dengan sumber ide Benteng Martello; 2) membuat Ready to Wear
dengan sumber ide Benteng Martello. Proses penciptaan Ready to Wear diawali
dengan 1) penciptaan desain: meliputi: mengkaji referensi (sumber ide, style,
look), menciptakan moodboard, membuat sketsa dan membuat desain motif 2)
pembuatan busana ini meliputi tahapan; a) tahap persiapan yaitu; menggambar
desain kerja, pengambilan ukuran, pembuatan pola berskala 1:4 dan pola besar,
merancang bahan dan mengkalkulasi harga, b) tahap pelaksanaan meliputi;
pembuatan motif abstrak menggunakan teknik tiedye, meletakkan pola pada
bahan, cutting, pemberian tanda jahitan, penjeluran dan penjahitan, c) tahap
evaluasi, meliputi; evaluasi proses I, evaluasi proses II, dan evaluasi hasil. Hasil
yang diperoleh adalah:1) Terciptanya desain Ready to Wear dengan sumber ide
Benteng Martello yang memiliki desain bersiluet T terdiri dari tiga bagian (tree
piece). Tiga bagian tersebut adalah Dress, obi dan jaket.
Busana Ready to Wear dengan bentuk yang terlihat basic dan sederhana namun
cukup rumit dalam perwujudannya. Konsep kualitas yang tinggi dengan desain
elegan dan edgy. Busana Ready to Wear dibuat untuk remaja perkotaan yang
memiliki jiwa pembrani dan memiliki kelas sosial menengah keatas. Sebagian
besar kelas sosial menengah keatas di perkotaan memiliki keterikatan terhadap
kualitas dan perkembangan Trend

Keywords: Ready to Wear , Benteng Martello, Motif Abstrak

1. Introduction
Sebagai generasi penerus bangsa melestarikan Heritage di Indonesia
merupakan salah satu tujuan untuk mengangkat kembali kebudayaan Indonesia.
Salah satu cara yang dapat diwujudkan adalah dengan membuat sebuah karya
busana yang bersumber ide Benteng Martello dengan mengikuti tren bertema
Neo Medieval- Armoury yang merupakan tren 2019. Perpaduan sumber ide dan
trend 2019 menciptakan sebuah desain busana yang maskulin, edgy dan elegan
dengan balutan motif abstrak. Sebuah desain busana tersebut berjudul
“Fortmedy‟. Fortmedy merupakan singkatan dari fort mess and edgy yang berarti
kekacauan ketegangan sebuah benteng yang mana menggambarkan dari sumber
ide itu sendiri.

2. Kajian Pustaka
Heritage merupakan peninggalan yang harus diperkenalkan dari generasi ke
generasi. Heritage meliputi tradisi, bangunan, taman nasional, cerita rakyat dan
peninggalan sejarah yang berumur puluhan tahun. sebagai generasi muda
melestarikan heritage dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya
adalah dengan membuat suatu karya busana yang terinpspirasi dari dari bangunan
bersejarah yaitu Benteng Martello yang terletak di Pulau Kelor,Kepulauan
Seribu,DKI Jakarta.
Bangunan Benteng Martello merupakan bangunan pertahanan Belanda yang
dibangun tahun 1850 berfungsi sebagai benteng pertahanan dan Menara
pengawas. Benteng Martello terbuat dari batu bata, benteng tersebut beroperasi
samapai dengan tahun 1878 dan setelah itu digunakan sebagai Gudang mesiu.
Benteng Martello mulai hancur setelah terjadi gempa dan tsunami akibat
meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. bangunan yang sudah mulai
runtuh menjadi daya tarik dan dapat menjadi keunikan yang dapat
mempresentasikan bangunan dalam karya yang akan dibuat dibuat. Dari
penjelasan singkat ini penulis menyimpulkan bahwa Benteng ini cocok untuk
diterapkan pada tema Neo Medieval subtema Armoury yang penulis ambil, dimana
pada sub tema ini memiliki konsep pertahanan, dan Benteng Martello merupakan
sebuah bangunan yang bertahan dari masa lalu.
Neo Medieval sendiri merupakan sebuah pecahan tema dari trend Singularity
yang diciptakan oleh BeKraf Indonesia pada tahun 2018 lalu. Tema ini memiliki
sisi lebih gelap dari pecahan tema yang lainnya, karena tema ini membahas
tentang kemungkinan baik atau kemungkinan buruk yang terjadi pada masyarakat
di masa depan. Dimana kemungkinan-kemungkinan tersebut di bagi lagi menjadi
3 tema kecil lain, yaitu; a) The Futurist, Keinginan untuk melepaskan diri dari
situasi politik yang penuh dengan kenangan pahit, nostalgia, dan pesimistis
mengingatkan manusia pada romanitsme abad pertengahan. Hal tersebut
dituangkan dalam karya hi-tech yang berkesan romantic, clean, sleek,
kontemporer dan elegan.; b) Dystopian Fortress, sebuah pemikiran pesimis
tentang dunia dan masyarakat yang akan terjadi pada masa depan, merupakan
kebalikan dari utopia. c) Armoury tema yang diambil penulis merupakan Rasa
pesimis terhadap keamanan di dunia melahirkan ksatria yang berjaga-jaga dengan
persenjataan. Armoury menampilkan potongan, bentuk, siluet maupun material
yang tegas sehingga memberikan kesan maskulin, kolosal, structural, keras,
berani, dan combatant.
Desain yang terinspirasi oleh bangunan Benteng Martello yang dipadukan
dengan sub tema trend Armoury menciptakan sebuah desain yang maskulin, edgy
dan elegan. Penulis mencipta desain dengan membuat gambaran panorama
bangunan yang sudah mulai runtuh menjadi sketsa hitam putih yang
menggambarkan abstraksi dari reruntuhan benteng martello. sketsa abstrak
berwarna hitam putih yang menggambarkan reruntuhan benteng diwujudkan
dengan membuat sebuah motif pada kain menggunakan teknik tiedye yang
menghasilkan sebuah motif abstrak berwarna hitam putih.

Gambar 1. Sketsa Abstrak Reruntuhan Benteng Martello

3. Metodelogi
Busana Ready to Wear Fortmedy memiliki konsep desain yang simetris, edgy
dan maskulin dengan dominasi warna hitam gelap dipadukan dengan warna putih
pada motif. Konsep tersebut memberi kesan yang mandiri dan tangguh dengan
potongan garis-garis vertical yang tegas dan garis horizontal pada potongan
pinggang, desain tersebut bersiluet T yang mana bagian atas busana lebih besar
dari bagian bawah busana sehingga dapat mewujudkan kesan maskulin. Busana
fortmedy memiliki konsep penyelesaian busana dengan kampuh tutup dan dengan
kualitas teknik jahit tailoring. Pemilihan konsep desain yang tegas dan maskulin
dipilih karena tema armoury memiliki kesan maskulin, kolosal, structural, keras,
berani, dan combatant.
desain busana Fortmedy memiliki metode pengembangan sumber ide berupa
Disformasi. Disformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan
pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah bentuk obyek dengan cara
menggambarkan sebagian saja yang lebih dianggap mewakili. Proses disformasi
dapat dilakukan dengan cara mengurangi bagian-bagian dari detail obyek
sehingga menghasilkan desain yang semakin sederhana.(Dharsono Sony Kartika,
2004).
Pengembangan disformasi terletak pada bentuk busana serta motif pada busana
yang didesain melalui penyederhanaan tekstur dan bentuk benteng. Hasil
penciptaan desain merupakan penggabungan konsep Trend, sumber ide serta
pengembangannya menjadikan sebuah desain yang terdiri dari Dress, jaket dan
obi. Tiga bagian busana tersebut disatukan menjadi keselaran yang dapat
menggambarkan trend, tema dan sumber ide yang dimkasud sehingga tercapai
busana yang diinginkan. Desain yang berjudul fortmedy memiliki garis lurus dan
lengkung, perpaduan arah tegak lurus dan mendatar, bentuk yang simetris dengan
ukuran mididress.perpaduan desain tersebut memberi kesan yang khas dan
eksentrik serta memberi warna baru dalam penciptaan sebuah busana. Dalam
busana juga ditambahkan desain motif dan desain hiasan. Desain motif
menggunakan teknik tiedye bercorak abstrak berwarna hitam putih yang dibuat
berdasarkan penyederhaan betuk reruntuhan benteng. Sedangkan desain pada
hiasan adalah hiasan logam berupa metalhole pada bagian lengan jaket dan pada
bagian mididress. Metal hole di sebar tida beraturan namun tetap simetris dengan
bagian lainnya. Penggunaan hiasan tersebut menjadikan desain terlihat lebih
milenial dan memberi kesan yang sesuai dengan konsep trend yag diambil.

a. Pencarian Inspirasi

Penciptaan busana fortmedy disesuaikan dengan tema yang mengacu pada


Fashion Trend Forecasting 2019/2020 dengan tema Neo Medieval – Armoury
yang mencerminkan sikap khawatir akan kemungkinan di masa depan dan
memicu timbulnya “benteng pertahanan” dengan memunculkan gaya khas pejuang
dengan palet warna yang cenderung gelap dan berat. Maka dari itu pada sub tema
ini penciptaan desain di perlihatkan dengan peguunaan teknik tiedye dan kesan
maskulin. Penggunaan teknik tiedye membentuk sebuah motif abstrak hitam putih
yang dapat mempresentasikan sebuah panorama bentuk reruntuhan Benteng
Martello.
Benteng Martello memiliki warna coklat kehitaman batu bata dengan struktur
bangunan berbentuk bundar Penciptaan busana Fortmedy tercipta dengan sumber
ide Benteng Martello. Benteng Martello menjadi benteng pertahanan VOC ini
berfungsi sebagai garda terdepan untuk menangkal serangan dari Portugis, Inggris,
Spanyol bahkan perompak yang mengganas di daerah Teluk Jakarta. Namun
sekarang, benteng ini kini sudah mengalami kerusakan. Letusan Gunung Krakatau
pada tahun 1883. Penerapan sumber ide pada penciptaan busana Fortmedy ada
pada bentuk benteng yang berbentuk bundar, bentuk reruntuhan benteng dan
tekstur dari bangunan benteng martello. Penerapan desain pada sumber ide
terletak pada pengambilan bentuk siluet tekstur bangunan benteng yang berupa
batu bata. Batu bata yang diambil pada sumber ide memiliki daya tarik pada
benteng yang merupakan fondasi utama dalam benteng tersebut. Batu bata di
aplikasikan pada bagian bawah midiDress dan pada bagian tepi bawah jaket dan
obi yang mana membentuk sebuah garis lengkung yang diambil dari benuk
benteng yang bundar.

b. Proses Pembuatan Moodboard


Dalam mendesain suatu busana, pembuatan moodboard sangat
membantu untuk mewujudkan sebuah ide yang masih abstrak menjadi
konkret. Moodboard dimulai dari mencari berbagai sumber informasi
berupa potongan-potongan gambar, warna dan jenis benda yang dapat
menggambarkan ide yang ingin diwujudkan, dilanjutkan dengan membuat
desain model busana beserta pelengkapnya, hingga merealisasikan pada
produk atau karya busana. Moodboard dikerjakan di atas kertas berukuran
A3 35 x 60 cm dengan isi atau materi sebagai berikut :
1) Sumber ide atau inspirasi
2) Trend dan karakter karya yang diangkat
3) Penggayaan busana (image style)
4) Warna yang akan digunakan dalam pembuatan desain busana pesta
(image colour)

Gambar 3. Moodboard
c. Proses Penciptaan Desain
1) Design Sketching
Design Sketching (Sketsa Desain) adalah desain yang dibuat untuk
mengembangkan ide-ide dan menerapkannya pada kertas secepat mungkin”
(Sri Widarwati, dkk, 2000: 72). Desain sketsa merupakan gambar sketsa awal
dari pembuatan desain busana yang terdiri dari bermacam-macam bentuk
gambar yang nantinya akan dipilih salah satu untuk membuat desain busana
yang akan diwujudkan. Hal ini digunakan untuk mengembangkan ide-ide.
Adapun desain sketsa dalam pembuatan busana pesta dengan sumber ide
Benteng Martello adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Design Skeching


2) Presentation drawing
Menurut Arifah A. Riyanto (2003: 144), “presentation drawing
adalah desain busana yang digambar lengkap dengan warna atau corak
kain pada suatu pose tubuh tertentu yang dapat dilihat pada bagain
muka dan belakang”. “Presentation drawing adalah suatu sajian
gambar atau koleksi yang ditujukan kepada pelanggan atau buyer” (Sri
Widarwati, dkk, 2000: 77). Desain presentasi atau yang biasa dikenal
dengan penyajian gambar merupakan desain busana yang digambar
lengkap bagian muka, belakang, warna, dan keterangan secara detail.
Oleh karena itu dalam penyajian dan pengaturannya (layout) harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a) Membuat Design Sketching dengan teliti pada kertas
b) Membuat sheet bagian belakang (backview). Digambarkan di atas
proporsi tubuh atau digambar sebagian (flat).
c) Beri sedikit keterangan tentang detail pakaian.
d) Menempelkan contoh bahan pada sheet, 2,5 cm x 2,5 cm
4. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil
Hasil dari desain yang berjudul fortmedy ini adalah desain yang terdiri dari tiga bagian
(tree piece). Tiga bagian tersebut adalah Dress, obi dan jaket.
bagian jaket memiliki garis leher dengan bentuk bulat tanpa kerah, panjang lengan
oversleeves dan panjang jaket yang menerupai crop top. Pada bagian tengah lengan dihias
menggunakan metal hole yang disebar membentuk deretan metal hole yang tidak teratur.
Dress berukuran midi terdapat potongan potongan vertical yang tegas dipadukan dengan
potongan motif abstrak sehingga menjadi point of interest pada busana. Pada bagian obi
memiliki bentuk yang kaku berbentuk seperti pelindung pada pakaian peperangan dan
juga bentuk obi juga merupakan hasil dari penyederhanaan bentuk benteng yang bundar.
Busana Ready to Wear ini menggunakan bahan wool berwarna hitam untuk jaket,
mididress dan obi serta kain katun rmotif abstrak berwarna hitam dan putih terletak pada
bagian mididress. Warna-warna yang digunakan merupakan palet warna dalam trend
stories Neo Medieval. Hiasan yang dipakai pada busana pesta ini yaitu rantai besi dan
kacamata hitam yang eksentrik.
b. Pembahasan
Proses penciptaan desain busana pesta untuk remaja dengan sumber ide Benteng
Martello ini memerlukan pemahaman mengenai tema, makna yang terkandung di
dalam tema serta menyesuaikan pada kesempatan pakai dan Trend yang sedang
berkembang
Penciptaan desain di awali dengan mencari sumber ide dari inspirasi yang sudah
dikumpulkan kemudian di tuangkan kedalam Moodboard board agar lebih mudah
untuk dipahami sehingga desain tidak menyimpang dari sumber ide yang dipilih.
Setelah itu membuat design sketching, presentation drawing, desain busana, dan
fashion ilustration.
Busana Ready to Wear fortmedy didesain dengan bentuk yang terlihat basic dan
sederhana namun cukup rumit dalam konsep penciptaannya. Konsep kualitas yang
tinggi dengan desain elegan dan edgy. desain fortmedy dibuat untuk remaja perkotaan
yang memiliki jiwa pembrani dan memiliki kelas sosial menengah keatas. Sebagian
besar kelas sosial menengah keatas di perkotaan memiliki keterikatan terhadap kualitas
dan perkembangan Trend yang mana sesuai dengan konsep penciptaan desain busana
fortmedy. Berbusana yang baik merupakan gaya hidup dan menjadi identitas sosial
dari kalangan tersebut.

5. Kesimpulan
Mencipta desain busana pesta malam untuk wanita remaja dengan sumber ide Benteng
Martello dengan hasil busana yang berukuran mididress dengan siluet T. siluet tersebut
memberi kesan maskulin pada busana yang dapat memimplementasikan trend neo medieval
armoury.
Busana Ready to Wear Fortmedy dengan sumber ide Benteng Martello dalam pergelaran
busana Tromgine ini menggunakan teknik jahit tailoring dalam penciptaanya dan teknik
pembuatan motif menggunakan teknik tiedye. Motif tiedye berwarna hitam putih dengan
motif abstrak yang menggambarkan bentuk reruntuhan benteng martello.

Funding

Acknowledgement
The authors would like to thank their colleague for their contribution and support to the
research. They are also thankful to all the reviewers who gave their valuable inputs to the
manuscript and helped in completing the paper.

Conflict of Interest
The authors have no conflict of interest to declare.

References
Arifah A.Riyanto (2003). Desain Busana. Bandung: YAPEMDO.
Dharsono Sony Kartika. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Sri Widarwati. (2000), Disain Busana I. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai