Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sarat jenazah
2.
3. A

BAB II
PEMBAHASAN
A.

ُ‫ فَ ْليُحْ ِس ْن َكفَنَه‬،ُ‫إِ َذا َولِ َي أَ َح ُد ُك ْم أَخَ اه‬

'Jika salah seorang di antara kalian mengurusi saudaranya, maka baguskanlah kain
kafannya."

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Jabir dari Nabi saw bahwasanya beliau
pernah berkhutbah di suatu hari, lalu beliau menyebut seorang laki-laki dari
shahabatnya yang meninggal lalu di kafani dengan kain kafan yang tidak cukup dan
dikuburkan di malam hari. Lalu Nabi mencela menguburkan orang di malam hari
hingga ia dishalatkan terlebih dahulu, kecuali jika orang-orang terpaksa melakukan
hal itu, dan Rasulullah saw bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian mengkafani
saudaranya, maka baguskanlah kain kafannya."
B.

‫ْر ِه َحيًّا‬
ِ ‫ت َك َكس‬ ْ ‫َك ْس ُر ع‬
ِ ِّ‫َظ ِم ْال َمي‬

"Memecahkan tulang mayit sama dengan memecahkannya di waktu hidupnya."

Di dalam bagian hadits Ibn Mani', ia berkata: "Telah menceritakan kepada kami
Mihriz bin Auf, telah menceritakan kepada kami al-Qasim bin Muhammad, dari
Abdullah bin Aqll, dari Jabir, ia berkata: 'Kami pernah keluar mengiringi jenazah
bersama Rasulullah saw, hingga ketika kami sampai di kuburan temyata kubur
tersebut belum selesai digali. Lalu Nabi saw duduk di atas bibir kubur dan kami
duduk bersamanya. Tiba-tiba penggali kubur mengeluarkan tulang betis atau tulang
lengan atas, lalu beranjak hendak memecahkannya. Nabi saw bersabda: 'Jangan
kalian pecahkan, karena engkau memecahkannya pada saat ia mati, tidak berbeda jika
engkau memecahkannya di masa hidupnya. Akan tetapi pendamlah ia di sisi kubur.'"

C.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai