Teknik Otopsi Medikolegal
Teknik Otopsi Medikolegal
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ................................................................................................ 1
II. Pembagian Otopsi ....................................................................................... 1
III. Otopsi Medikolegal ..................................................................................... 2
IV. Dasar Hukum .............................................................................................. 4
V. Pemeriksaan Luar ...................................................................................... 6
VI. Pemeriksaan Dalam .................................................................................... 8
VII. Pemeriksaan Khusus ..................................................................................14
VIII. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 20
Daftar Pustaka.............................................................................................23
i
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
I. PENDAHULUAN
ii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
iii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
7. Ketika dilakukan otopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak
berwenang.
8. Pencatatan perincian pada saat tindakan otopsi dilakukan oleh asisten.
9. Pada laporan otopsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
10. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diotopsi.4
iv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Jarum dan benang.
Sarung tangan
Baskom dan ember
Air yang mengalir3,4
v
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
vi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
V. PEMERIKSAAN LUAR
vii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
iv. Pembusukan
v. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.
8. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur,
warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae
albicantes pada dinding perut.
9. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas
khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali
dan cacat pada tubuh.
10. Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut.
Rambut kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara
memotong dan mencabut sampai ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi
kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam kantungan
yang telah ditandai sesuai tempat pengambilannya.
11. Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda
kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata,
warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak
perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau patologik.
Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil,
bandingkan kiri dan kanan.
12. Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.
13. Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi
dengan lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu,
kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya.
14. Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran
pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara
menyeluruh.
15. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan
bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita
dicatat keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa sekret liang
viii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
ix
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan
suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.3,4
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati
dan dicatat :
1. Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita
pengukur. Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas
inferior organ. Organ hati yang mengeras juga menunjukkan adanya
pembesaran.
2. Bentuk
3. Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang
lembut, berkilat dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika
terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau kekeruhan.
4. Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh
tersebut.
5. Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ
itu. Caranya dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh
pada saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan
kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi
yang kuat.
x
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xiii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Urogenital Perempuan :
Kandung urine dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan uterus dibuka
dengan insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus insisi ke kanan dan ke kiri.
Ke kornu. Tuba diperiksa dengan mengiris tegak lurus pada jarak 1-1,5 cm.
Ovarium diinsisi longitudinal.
Pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan dengan menusuk ke
dalam uterus, seluruhnya : kandung urine, uterus dan vagina, rektum difiksasi dalam
formalin 10% selama 7 hari, setelah itu dibuat irisan tegak lurus pada sumbu rektum
setebal 1,25 cm, kemudian semuanya direndam dalam alkohol selama 24 jam.
Saluran tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari noda merah ini
dibuat sediaan histopatologi.
3. Leher :
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan
sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil.
Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah
tulang.
4. Kepala :
Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri dengan
mata pisau menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu banyak. Kulit
kepala kemudian dikelupas ke muka dan ke belakang dan tempurung tengkorak
dilepaskan dengan menggergajinya. Pahat dimasukkan dalam bekas mata gergaji
dan dengan beberapa ketukan tempurung lepas dan dapat dipisahkan. Durameter
diinsisi paralel dengan bekas mata gergaji. Falx serebri digunting dibagian muka.
Otak dipisah dengan memotong pembuluh darah dan saraf dari muka ke belakang
dan kemudian medula oblongata. Tentorium serebri diinsisi di belakang tulang
karang dan sekarang otak dapat diangkat. Selaput tebal otak ditarik lepas dengan
cunam. Otak kecil dipisah dan diiris horisontal, terlihat nukleus dentatus. Medula
oblongata diiris transversal, demikiaan pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma
kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.
5. Tengkorak Neonatus :
xiv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
1. Insisi yang dilakukan dangkal (shallow incision) yang dilakukan pada tubuh
pria.
xv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xvi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
- Buat insisi ”I”, yang dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah
seperti biasa, sampai ke simpisis os pubis.
- Buka rongga dada, dengan jalan memotong tulang dada dan iga-iga.
- Keluarkan jantung, dengan menggunting mulai dari v.cava inferior,
vv.pulmonalis, a.pulmonalis, v.cava superior dan terakhir aorta.
- Buka rongga tengkorak, dan keluarkan organ otaknya.
- Dengan adanya bantalan kayu pada daerah punggung, maka daerah
leher akan bersih dari darah, oleh karena darah telah mengalir ke atas
ke arah tengkorak dan ke bawah, ke arah rongga dada; dengan
demikian pemeriksaan dapat dimulai.
Tes emboli udara
Emboli udara, baik yang sistemik maupun emboli udara pulmoner, tidak
jarang terjadi. Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada
di paru-paru, misalnya pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang
merobek paru-paru dan merobek pembuluh venanya.
Emboli pulmoner adalah emboli yang tersering, udara masuk melalui
pembuluh-pembuluh vena besar yang terfiksasi, misalnya pada daerah leher bagian
bawah, lipat paha atau daerah sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat pula pada
daerah lain, misalnya pembuluh vena pergelangan tangan sewaktu diinfus, dan
udara masuk melalui jarum infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat bahwa tekanan
vena lebih kecil dari tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan pada vena, vena
tersebut akan menguncup, hal ini ditambah lagi dengan pergerakan pernapasan,
yang ”menyedot”.
- buat sayatan ”I”, dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah
sampai ke symphisis pubis,
- potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan
iga dan tulang dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan
iga ke-3,
- potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-
3,
xvii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xviii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
sama dengan test emboli udara, yakni mayatnya harus segar. Cara
melakukan tes apung paru-paru:
- Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada
dalam satu kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.
- Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.
- Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
- Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan
dengan pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus
dan kiri dua lobus.
- Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam
dan mana yang terapung.
- Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong
dengan ukuran 5 mm x 5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.
- Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung,
letakkan potongan tersebu pada dua karton, dan lakukan penginjakan
dengan menggunakan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke
dalam air.
- Bila terapung berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung
udara, bayi tersebut pernah dilahirkan hidup.
- Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan
partial, bayi tetap pernah dilahirkan hidup.
Tes Pada Pneumothoraks
Pada trauma di daerah dada, ada kemungkinan jaringan paru robek,
sedemikian rupa sehingga terjadi mekanisme ”ventil” di mana udara yang
masuk ke paru-paru akan diteruskan ke dalam rongga dada, dan tidak dapat
keluar kembali, sehingga terjadi kumulasi udara, dengan akibat paru-paru
akan kolaps dan korban akan mati.
xix
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xx
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
- test yang positif akan terbentuk warna merah jambu (pink colour),
pada kertas saring yang mengandung alpha-naphthylamine; bintik-
bintik merah jambu tadi sesuai dengan penyebaran butir-butir mesiu
pada pakaian. 5
Setelah otopsi selesai, semua organ tubuh dimasukkan kembali ke dalam
rongga tubuh. Lidah dikembalikan ke dalam rongga mulut sedangkan jaringan otak
dikembalikan ke dalam rongga tengkorak. Jahitkan kembali tulang dada dan iga
yang dilepaskan pada saat membuka rongga dada. Jahitkan kulit dengan rapi
menggunakan benang yang kuat, mulai dari dagu sampai ke daerah simfisis. Atap
tengkorak diletakkan kembali pada tempatnya dan difiksasi dengan menjahit otot
temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi. Bersihkan tubuh mayat
dari darah sebelum mayat diserahkan kembali pada pihak keluarga.1
xxi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
ml dan dibagi dua, yang satu diberi bahan pengawet dan yang lain
tidak diberi bahan pengawet.
d. Hati, sebagai tempat detoksifikasi , diambil sebanyak 500 gram
e. Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat
khususnya atau bila urine tidak tersedia.
f. Otak, diambil 500 gram. Khusus untuk keracunan chloroform dan
sianida, dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang
mempunyai kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah
mengalami pembususkan.
g. Urine, diambil seluruhnya. Karena pada umunya racun akan
diekskresikan melalui urine, khususnya pada test penyaring untuk
keracunan narkotika, alkohol dan stimulan.
h. Empedu, diambil karena tempat ekskresi berbagai racun.
i. Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar suntikan, jaringan
otot, lemak di bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan
otak.
Pada pemeriksaan intoksikasi, digunakan alkohol dan larutan garam jenuh
pada sampel padat atau organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na sitrat
digunakan untuk sampel cair. Sedangkan natrium benzoate dan phenyl
mercuric nitrate khusus untuk pengawet urine.
3. Pemeriksaan bakteriologi.
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan sediaan limpa
untuk pembiakan kuman. Permukaan jantung dibakar dengan menempelkan
spatel yang dipanaskan sampai merah, kemudiaan darah jantung diambil
dengan tabung injeksi yang steril dan dipindah dalam tabung reagen yang
steril. Permukaan limpa dibakar dengan cara tersebut di atas dan dengan
pinset dan gunting yang steril diambil sepotong limpa dan dimasukkan
dalam tabung reagen yang steril dan kedua tabung dikirim ke laboratorium
bakteriologi.
xxii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
4. Sediaan apus bagian korteks otak, limpa dan hati. Mungkin perlu dilakukan
untuk melihat parasit malaria.Sediaan hapus lainnya adalah dari tukak sifilis
atau cairan mukosa.
5. Darah dan cairan cerebrospinalis diambil untuk pemeriksaan analisa
biokimia.
6. Pemeriksaan urine dan feces.
7. Usapan vagina dan anus, utamanya pada kasus kejahatan seksual.
8. Cairan uretra.3,4
xxiii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
DAFTAR PUSTAKA
xxiv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xxv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
OLEH:
xxvi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
MAKASSAR
2006
DAFTAR ISI
Pendahuluan .............................................................................................................1
Dasar Hukum ...........................................................................................................2
Pembagian Otopsi .....................................................................................................3
Pemeriksaan Luar ....................................................................................................4
Pemeriksaan Dalam ..................................................................................................5
Pemeriksaan
Khusus ...............................................................................................6
Pemeriksaan
Penunjang .........................................................................................7
xxvii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
OLEH:
xxviii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2006
DAFTAR ISI
Pendahuluan .............................................................................................................1
Dasar Hukum ...........................................................................................................2
Pembagian Otopsi .....................................................................................................3
Pemeriksaan Luar ....................................................................................................4
Pemeriksaan Dalam ..................................................................................................5
Pemeriksaan
Khusus ...............................................................................................6
Pemeriksaan
Penunjang .........................................................................................7
xxix
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xxx
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
OLEH:
xxxi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
DAFTAR ISI
Pendahuluan .............................................................................................................1
Dasar Hukum ...........................................................................................................2
Pembagian Otopsi .....................................................................................................3
Pemeriksaan Luar ....................................................................................................4
Pemeriksaan Dalam ..................................................................................................5
Pemeriksaan
Khusus ...............................................................................................6
Pemeriksaan
Penunjang .........................................................................................7
xxxii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
DISCUSSION SUMMARY
“ Disaster Victim Identification“
xxxiii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
OLEH:
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
NO. KS. 08 / VR/ 2000
xxxiv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
OLEH:
REFERA
T
Oktober 2006
xxxv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
TEKNIK OTOPSI
MEDIKOLEGAL
OLEH:
xxxvi
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
REFERA
T
Oktober 2006
TEKNIK OTOPSI
MEDIKOLEGAL
OLEH:
xxxvii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
PEMERIKSAAN LUAR
5. Ukuran tinggi dan berat badan jenazah, disertai keadaan umum berupa status
gizi dan status pekembangan tubuh.
6. Keadaan umum: warna kulit, simetris atau tidaknya otot-otot. Jenis kelamin,
usia, suku bangsa, bentuk tubuh, tanda-tanda lainnya, tahi lalat, penyakit
kulit yang ada.
7. Usapan vagina / anus : rambut pubis harus disisir. Rambut pubis yang kusut
digunting dan diambil untuk contoh pemeriksaan.
xxxviii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
10. Tengkorak dan wajah: Dicari apakah ada tanda-tanda fraktur, edema lokal,
sianosis, petekia.
11. Mata harus diperiksa dengan cermat , yaitu pada bagian kelopak mata,
konjungtiva, perlunakan bola mata, warna sklera, kekeruhan kornea dan
lensa warna; warna dan ukuran pupil, mata palsu petekia dan jaringan
periorbital untuk melihat adanya resapan darah.
12. Bagian leher diperksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran
pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara
menyeluruh.
14. Lubang mulut anus diperiksa untuk melihat adanya luka, benda asing, darah,
dll.
15. Setiap luka pada tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan
penyebab luka, lokasi, ukuran, dll.
17. Daftar yang lengkap dari seluruh benda yang diperoleh dari jenazah korban.
PEMERIKSAAN DALAM
(ii) Sayatan bentuk “Y”, dimana kaki tegak dari bentuk Y” itu dimulai dari
prosesus xipoideus menuju simfisis pubis, sedangkan kedua lengan huruf
“Y” ada;ah dari prosesus akromialis klavikula menuju prosesus
xipoideus.
(iii) Sayatan melalui lekukan suprasternal menuju simfisis pubis, lalu dari
lekukan suprasternal ini dubuat sayatan melingkari bagian leher.
DESKRIPSI ORGAN
xxxix
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu.
Caranya dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat
ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah
sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang kuat.
Struktur organ juga bisa berubah dengan adanya penyakit. Pemeriksaan khusus
juga bias dilakukan terhadap system organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian.
KEPALA
Potongan melintang dibuat dari sisi bagian telinga yang satu menuju yang lain,
lalu kulit kepala dilepas ke arah depan dan belakang, lalu dicatat hal-hal berikut
ini:
2. Perhatikan jika ada resapan darah pada bagian dalam kulit kepala.
xl
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
6. Sinus venosus longitudinal juga diperiksa jika ada tanda-tanda laserasi dan
trombosis. Setelah itu lapisan duramater bisa dibuka dan diperhatikan hal-hal
berikut ini:
1. Tulang rusuk dan sternum diperiksa untuk melihat adanya tanda fraktur.
6. Laring, trakea dan esofagus juga diperiksa untuk melihat adanya kondisi
patologis.
ABDOMEN
3. Usus halus: Isinya juga bisa dikirim untuk pmeriksaan laboratorium, dan
dicatat adanya tanda-tanda kongesti, inflamasi, erosi, tukak, perforasi dan
keadaan lainnya.
xli
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
8. Uterus: Lihat jika ada tanda kehamilan dan perkiraan usia kehamilan.
Rongga vagina juga diperiksa umtuk melihat adanya benda asing atau
memar.
9. Saraf tulang belakang: Biasaya bagian ini tidak diperika kecuali ada indikasi
menunjukkan trauma tulang belakang atau tanda-tanda penyakit.
Lapisan duramater dibuka dan diperiksa adanya perdarahan, inflamasi, supurasi atau
tumor. Kolumna vertebralis juga diperiksa untuk melihat adanya fraktur atau
dislokasi.
PROSEDUR LABORATORIUM
xlii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Tes apung paru-pau dikerjakan untuk mengtahui apakah bayi yang diperiksa itu
pernah hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama dengan test
emboli udara, yakni mayatnya harus segar. Cara melakukan tes apung paru-paru:
- Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada
dalam satu kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.
- Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.
- Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
- Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan
dengan pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus
dan kiri dua lobus.
- Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam
dan mana yang terapung.
- Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong
dengan ukuran 5 mm x 5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.
- Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung,
letakkan potongan tersebu pada dua karton, dan lakukan penginjakan
dengan menggunakan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke
dalam air.
xliii
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xliv
Teknik Otopsi Medikolegal
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
xlv