DAFTAR ISI
I.
Pendahuluan ................................................................................................ 1
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
I. PENDAHULUAN
Otopsi adalah pemeriksaan
pemeriksaan terhadap bagian luar
proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuanpenemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab
akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. 1,2
Otopsi Anatomi,
3.
ii
iii
persiapan
yang
dilakukan
sebelum
melakukan
otopsi
forensik/medikolegal adalah:
1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan otopsi yang akan dilakukan,
termasuk surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan
visum et repertum.
2. Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang dimaksud dalam
surat tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian
selengkap mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan
jenis pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan.
4. Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah tersedia. Untuk otopsi
tidak diperlukan alat-alat khusus dan mahal, cukup :
Pisau, dapat dipakai pisau belati atau pisau dapur yang tajam.
Pahat.
Palu.
Meteran.
iv
Sarung tangan
Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
Ayat 2:
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah
mayat.
Ayat 3:
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap
mayat tersebut dan diberi label yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan
yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
keterangan
ahli,
dengan
ketentuan
bahwa
mereka
mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaikbaiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya.
vi
V. PEMERIKSAAN LUAR
Bagian pertama dari teknik otopsi adalah pemeriksaan luar. Sistematika
pemeriksaan luar adalah :
1.
Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada
jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas
pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin.
Sedangkan label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus
tetap ada pada tubuh mayat.
2.
Mencatat
jenis/bahan,
warna,
corak,
serta
kondisi
(ada
tidaknya
serta
kondisi
(ada
tidaknya
Mencatat
jenis/bahan,
warna,
corak,
Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas
sampai di bawah, dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi
bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran,
merk penjahit, cap binatu, monogram/inisial, dan tambalan/tisikan bila ada.
Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran
atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.
5.
Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta
ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.
6.
7.
vii
9.
10.
11.
12.
13.
Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi
dengan lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu,
kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya.
14.
Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran
pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara
menyeluruh.
15.
Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan
bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita
dicatat keadaan selaput darah dan komisura posterior, periksa sekret liang
viii
17.
18.
Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi dan akan dijelaskan
kemudian.
ix
Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan
suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.3,4
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati
dan dicatat :
1. Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita
pengukur. Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas
inferior organ. Organ hati yang mengeras juga menunjukkan adanya
pembesaran.
2. Bentuk
3. Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang
lembut, berkilat dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika
terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau kekeruhan.
4. Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh
tersebut.
5.
Struktur organ juga bisa berubah dengan adanya penyakit. Pemeriksaan khusus
juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan penyebab
kematian.4
Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :
1. Dada :
Tulang dada diangkat dengan memotong tulang rawan iga 1 cm dari
sambungannya dengan cara pisau dipegang dengan tangan kanan dengan bagian
tajam horizontal diarahkan pada tulang rawan iga dan dengan tangan yang lain
menekan pada punggung pisau. Pemotongan dimulai dari tulang rawan iga no. 2.
Tulang dada diangkat dan dilepaskan dari diafragma kanan dan kiri kemudian
dilepaskan mediastinum anterior. Rongga paru-paru diperiksa adanya perlengketan,
darah, pus atau cairan lain kemudian diukur.
Kemudian pisau dengan tangan kanan dimasukkan dalam rongga paru-paru,
bagian tajam tegak lurus diarahkan ke tulang rawan no.1 dan tulang rawan dipotong
sedikit
ke
lateral,
kemudian
bagian
tajam
pisau
diarahkan
ke
sendi
Seksi Jantung :
xi
Paru-paru :
Paru-paru kanan dan kiri dilepaskan dengan memotong bronkhi dan
2. Perut :
Usus halus dipisahkan dari mesenterium, usus besar dilepaskan, duodenum
dan rektum diikat ganda kemudian dipotong.
Limpa : dipotong di hilus, diiris longitudinal, perhatikan parenkim, folikel, dan
septa.
Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati :
Semua organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Esofagus diikat
ganda dan dipotong. Diafragma dilepaskan dari hati dan esofagus dan unit tadi dapat
diangkat. Sebelum diangkat, anak ginjal kanan yang biasanya melekat pada hati
dilepaskan terlebih dahulu.
xii
insisi lateral dapat diangkat dan dilepaskan dengan memotong pembuluh darah di
hilus, kemudian ureter dilepaskan sampai panggul kecil. Kandung urine dan rektum
dilepaskan dengan cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung urine dan
dengan cara tumpul membuat jalan sampai ke belakang rektum. Kemudian
dilakukan sama pada bagian sebelahnya. Tempat bertemunya kedua jari telunjuk
dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan kiri dapat bertemu, kemudian jari kelingking
dinaikkan ke atas dengan demikian rektum lepas dari sakrum. Rektum dan kandung
urine dipotong sejauh dekat diafragma pelvis.
Anak ginjal dipotong transversal. Ginjal dibuka dengan irisan longitudinal
dari lateral ke hilus. Ureter dibuka dengan gunting sampai kandung urine, kapsul
ginjal dilepas dan perhatikan permukaannya. Pada laki-laki rektum dibuka dari
belakang dan kandung urine melalui uretra dari muka. Rektum dilepaskan dari
prostat dan dengan demikian terlihat vesika seminalis. Prostat dipotong transversal,
perhatikan besarnya penampang.
Testis dikeluarkan melalui kanalis spermatikus dan diiris longitudinal,
perhatikan besarnya, konsistensi, infeksi, normal, tubuli semineferi dapat ditarik
seperti benang.
xiii
Urogenital Perempuan :
Kandung urine dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan uterus dibuka
dengan insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus insisi ke kanan dan ke kiri.
Ke kornu. Tuba diperiksa dengan mengiris tegak lurus pada jarak 1-1,5 cm.
Ovarium diinsisi longitudinal.
Pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan dengan menusuk ke
dalam uterus, seluruhnya : kandung urine, uterus dan vagina, rektum difiksasi dalam
formalin 10% selama 7 hari, setelah itu dibuat irisan tegak lurus pada sumbu rektum
setebal 1,25 cm, kemudian semuanya direndam dalam alkohol selama 24 jam.
Saluran tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari noda merah ini
dibuat sediaan histopatologi.
3. Leher :
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan
sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil.
Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah
tulang.
4. Kepala :
Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri dengan
mata pisau menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu banyak. Kulit
kepala kemudian dikelupas ke muka dan ke belakang dan tempurung tengkorak
dilepaskan dengan menggergajinya. Pahat dimasukkan dalam bekas mata gergaji
dan dengan beberapa ketukan tempurung lepas dan dapat dipisahkan. Durameter
diinsisi paralel dengan bekas mata gergaji. Falx serebri digunting dibagian muka.
Otak dipisah dengan memotong pembuluh darah dan saraf dari muka ke belakang
dan kemudian medula oblongata. Tentorium serebri diinsisi di belakang tulang
karang dan sekarang otak dapat diangkat. Selaput tebal otak ditarik lepas dengan
cunam. Otak kecil dipisah dan diiris horisontal, terlihat nukleus dentatus. Medula
oblongata diiris transversal, demikiaan pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma
kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.
5. Tengkorak Neonatus :
xiv
Insisi Y
Insisi Y, dilakukan semata-mata untuk alasan kosmetik, sehingga jenazah
yang sudah diberi pakaian, tidak memperlihatkan adanya jahitan setelah dilakukan
bedah mayat. Ada dua macam insisi Y, yaitu :
1. Insisi yang dilakukan dangkal (shallow incision) yang dilakukan pada tubuh
pria.
xv
Dengan kulit daerah leher dan dada bagian atas tetap utuh, alat-alat
dalam rongga mulut dan leher dikeluarkan.
2. Insisi yang lebih dalam (deep incision), yang dilakukan untuk kaum wanita.
-
Buat sayatan yang letaknya tepat di bawah buah dada, dimulai dari
bagian lateral menuju bagaian medial (proc. Xiphoideus); bagian
lateral disini dapat dimulai dari ketiak, ke arah bawah sesuai dengan
arah garis ketiak depan (linea axillaris anterior), hal yang sama juga
dilakukan untuk sisi yang lain (kiri dan kanan).
xvi
Buka rongga dada, dengan jalan memotong tulang dada dan iga-iga.
jarang terjadi. Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada
di paru-paru, misalnya pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang
merobek paru-paru dan merobek pembuluh venanya.
Emboli pulmoner adalah emboli yang tersering, udara masuk melalui
pembuluh-pembuluh vena besar yang terfiksasi, misalnya pada daerah leher bagian
bawah, lipat paha atau daerah sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat pula pada
daerah lain, misalnya pembuluh vena pergelangan tangan sewaktu diinfus, dan
udara masuk melalui jarum infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat bahwa tekanan
vena lebih kecil dari tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan pada vena, vena
tersebut akan menguncup, hal ini ditambah lagi dengan pergerakan pernapasan,
yang menyedot.
-
potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan
iga dan tulang dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan
iga ke-3,
potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke3,
xvii
tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung
kanan, yang berbatasan dengan pangkal a. Pulmonalis, kemudian
putar pisau itu 90 derajat; gelembung-gelembung udara yang keluar
menandakan tes emboli hasilnya positip,
Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
xix
buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu
sekitar iga ke 4 dan 5 ( udara akan berada pada tempat yang
tertinggi ),
cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar
dengan jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut;
bila ada pneumothorax, tampak gelembung-gelembung udara pada
spuit tadi.
pakaian yang akan diperiksa, yaitu yang diduga mengandung butirbutir mesiu, dipotong dan di atasnya diletakkan kertas saring yang
telah diberi alpha-naphthylamine,
xx
test yang positif akan terbentuk warna merah jambu (pink colour),
pada kertas saring yang mengandung alpha-naphthylamine; bintikbintik merah jambu tadi sesuai dengan penyebaran butir-butir mesiu
pada pakaian. 5
2.
Pemeriksaan toksikologi.
Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyakbanyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan
histopatolgik. Secara umum sampel yang harus diambil adalh:
a. Lambung dan isinya
b. Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan
pada pada usus setiap jarak sekitar 60 cm
c. Darah, yang berasal dari sentral (jantung) dan yang berasal dari
perifer (v,jugularis; a.femoralis, dan sebagainya), masing-masing 50
xxi
Pemeriksaan bakteriologi.
Dalam hal ada dugaan sepsis diambil darah dari jantung dan sediaan limpa
untuk pembiakan kuman. Permukaan jantung dibakar dengan menempelkan
spatel yang dipanaskan sampai merah, kemudiaan darah jantung diambil
dengan tabung injeksi yang steril dan dipindah dalam tabung reagen yang
steril. Permukaan limpa dibakar dengan cara tersebut di atas dan dengan
pinset dan gunting yang steril diambil sepotong limpa dan dimasukkan
dalam tabung reagen yang steril dan kedua tabung dikirim ke laboratorium
bakteriologi.
xxii
Sediaan apus bagian korteks otak, limpa dan hati. Mungkin perlu dilakukan
untuk melihat parasit malaria.Sediaan hapus lainnya adalah dari tukak sifilis
atau cairan mukosa.
5.
6.
7.
8.
Cairan uretra.3,4
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta.
2000: 187-9.
2. Anonim.
Autopsy.
Available
At
HYPERLINK
"http://en.wikipedia.org/wiki/Autopsy" http://en.wikipedia.org/wiki/Autopsy .
Accessed On : September 2006.
3. Hamdani, Njowito. Autopsi. Dalam: Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi Kedua.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2000 : 48-59.
4. Chadha, PV. Otopsi Mediko-Legal. Dalam: Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi
Kelima.
5. Idries, AM. Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.
Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61.
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta.
2000: 187-9.
Anonim. Autopsy. Available At :
7.
xxiv
xxv
Sayatan bentuk Y, dimana kaki tegak dari bentuk Y itu dimulai dari
prosesus xipoideus menuju simfisis pubis, sedangkan kedua lengan huruf
Y ada;ah dari prosesus akromialis klavikula menuju prosesus
xipoideus.
(iii)
DESKRIPSI ORGAN
Organ tubuh diamabil hati-jati dan dicatat: ukuran, bentuk, permukaan,
konsistensi, kohesi dan potongan penampang melintang.
xxvi
xxvii
DADA
1. Tulang rusuk dan sternum diperiksa untuk melihat adanya tanda fraktur.
2. Rongga pleura diperiksa untuk melihat adanya perlengketan, benda asing,
cairan purulenta, atau darah.
3. Periksa cairan yang terdapat pada perikardium.
4. Paru-paru diperiksa secara terpisah dan keadaan paru-paru dinilai untuk
melihat adanya edema, emfisema atau kondisi patologis lainnya.
5. Jantung diperiksa untulk melihat keadaan katup jantung, endokarditis dan
miokarditis, tanda-tanda infark atau fibrosis. Aorta juga diperiksa untuk
melihat aneurisma atau tanda degenerasi.
6. Laring, trakea dan esofagus juga diperiksa untuk melihat adanya kondisi
patologis.
ABDOMEN
1. Periksa peritonium untuk melihat adanya inflamasi, eksudasi, pus atau
perlengketan. Pada rongga abdomen juga diperiksa jika terdapat darah,
cairan purulenta atau isi lambung.
2. Lambung: Pemeriksaan lambung sangat penting dilakukan pada kasus yang
dicurigai. Lambung disayat dengan bentuk huruf I melalui ujung Kardia
dan Pilorus, lalu diletakkan di atas nampan. Isi lambung dikirim ke
laboratorium untuk dianalisa. Lalu dicatat keadaan dari mukosa lambung.
3. Usus halus: Isinya juga bisa dikirim untuk pmeriksaan laboratorium, dan
dicatat adanya tanda-tanda kongesti, inflamasi, erosi, tukak, perforasi dan
keadaan lainnya.
4. Hati: (1) Keadaan patologis misalnya abses, pertumbuhan tumor, harus
diperhatikan. Jika terdapat luka juga harus dicatat secara terperinci. (2)
Kandung empedu juga diperiksa khusus untuk melihat adanya batu empedu.
xxviii
12.
13.
14.
15.
xxix
Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
xxx
buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu
sekitar iga ke 4 dan 5 ( udara akan berada pada tempat yang
tertinggi ),
cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar
dengan jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut;
bila ada pneumothorax, tampak gelembung-gelembung udara pada
spuit tadi.
xxxi
pakaian yang akan diperiksa, yaitu yang diduga mengandung butirbutir mesiu, dipotong dan di atasnya diletakkan kertas saring yang
telah diberi alpha-naphthylamine,
test yang positif akan terbentuk warna merah jambu (pink colour),
pada kertas saring yang mengandung alpha-naphthylamine; bintikbintik merah jambu tadi sesuai dengan penyebaran butir-butir mesiu
pada pakaian.
xxxii