Perkembangan Mental Dan Perubahan Kesehatan
Perkembangan Mental Dan Perubahan Kesehatan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahapan perkembangan manusia merupakan individu sebagai perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi, remaja dewasa sampai lansia. Perkembangan Anak
sangat penting karena sebagai penerus bangsa di masa mendatang. Anak ikut berperan
menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa. Perlindungan anak
merupakan usaha dan kegiatan seluruh masayrakat dalam berbagai kedudukan dan peran,
yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa. Jika meraka telah matang
pertumbuhan fisik maupun mental dan sosialnya maka tiba saatnya menggantikan generasi
terdahulu (Gultom, 2008)
Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaaan dimana seseorang
memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya dan dapat menerima kekurangan atau
kelemahan diri sendiri, mampu menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, tidak
memiliki perasaan terhadap diri sendiri serta memiliki kebahagian dalam hidupnya. Tahapan
perkembangan manusia merupakan individu sebagai perubahan perkembangan yang dimulai
dari bayi, remaja dewasa sampai lansia. Perkembangan Anak sangat penting karena sebagai
penerus bangsa di masa mendatang. Anak ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus
cermin sikap hidup bangsa. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh
masayrakat dalam berbagai kedudukan dan peran, yang menyadari betul pentingnya anak
bagi nusa dan bangsa. Jika meraka telah matang pertumbuhan fisik maupun mental dan
sosialnya maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu (Gultom, 2008)
Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang
mempunyai tujuan tertentu.
Perkembangan anak meningkat ditandai dengan perubahan pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang kebutuhan peraturan-peraturan yang berlaku. Perkembangan
psikososial dari seorang anak sangatlah penting untuk kita ketahui terutama di zaman seperti
sekarang. Dengan memperlajari perkembangan psikososial anak, kita dapat membimbing dan
mengoptimalkan proses perkembangan yang akan di alami sang anak dengan cara yang tepat
(Zulkifli, 2008).
Dampak anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi yang lebih besar dalam usia
menjelang dewasa. Jika anak-anak lemah dalam menghadapi ejekan dari anak lainnya, maka
hal tersebut akan membentuk perilaku dan proses belajarnya yang terganggu. Anak yang
terasingkan bereaksi dengan cara menarik diri dan biasanya mereka sulit untuk diatur
(Jahja,2011).
Bahaya yang terdapat di periode perkembangan ini adalah terjadi keadaan yang dapat
mengakibatkan rasa inferioritas atau perasaankurang berharga dapat diperoleh daari anak itu
sendiri atau dari lingkungannya. Anak-anak yang menderita keterbatasan fisik atau mental
bisa menyulitkan mereka dalam mendapatkan keterampilan tertentu dan beresiko mengalami
perasaan inferior.
Gangguan mental dan perilaku dikatakan sekitar 20% dari semua anak-anak mereka
terganggu pada tingkah laku dan kemampuan fungsi sekolah,di rumah dan di masyarakat.
Perilaku kekerasan pada anak disebabkan oleh gangguan psikososial, disebabkan oleh pola
asuh orang tua dan tayangan televisi juga berpengaruh bagi factor pemicu dari psikososial.
Perilaku yang sering muncul pada anak-anak yang memiliki gangguan psikososial adalah
motivasi kurang, isolasi sosial, perilaku makan dan tidur yang buruk, sukar menyelesaikan
tugas, sukar mengatur keuangan, penampilan tidak rapih, lupa melakukan sesuatu, kurang
perhatian, bertengkar, berbicara sendiri (Yuindartanto, 2009).
BAB II
ISI
1.SEJARAH
Zaman Prasejarah Manusia purba sering mengalami gangguan gangguan baik mental
maupun fisik,tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatai penyakit mental.Ia
memandang dan merawatnya sama halnya dengan penyakit fisik lainnya.Baginya gigi yang
sakit dan seorang yang gila disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh
jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi untuk penyakit mental atau fisik digunakan
perawatan seperti menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan membalut.Tapi sungguh
menggembirakan karena para pasien penyakit mental diperlakukan secara manusiawi.
Peradaban-peradaban awal Dalam peradaban awal di Mesopotami, Mesir,Yahudi,India,Cina
dan benua Amerika,imam imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit
mental.Sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 M) penyakit mental menjadi
hal yang umum.
Zaman Renaisans Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia
takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di
Eropa suara-suara diteriakan oleh tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha
mereka selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".
Pada abad 19 kesehatan mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu perlakuan terhadap
pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,langkah-langkah
untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental,perhatian para penulis besar dan filsuf
yang berpengaruh pada psikologi dan tingkah laku manusia dan sistem klasifikasi yang
komprehensif bagi kekalutan mental.
Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang psikiatri pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20 adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883, ia menerbitkan buku pelajaran yang
menguraikan penyakit mental berdasar patologi organik.Ia mengembangkan sistem teoritis
menjadi dua katagori besar yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen (dari dalam tubuh)
dan faktor-faktor eksogen (dari luar tubuh).
Sejak jaman dulu sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep
primitif animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang Yunani percaya bahwa
gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk
menghindari kemarahannya, merka mengadakan perjamuan. Perubahan sikap terhadap tradisi
animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan
pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental, yaitu dengan pendekatan
naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik akibat dari alam. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi. Dokter
Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk
memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris.
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan Beberapa Dimensi Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang
sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan
komunitas masyarakat.
Dan setelah sekian lama kita Semua tidak memposting pada kali kesempatan ini setelah
vakum cukup lama akan memberikan hal sedikit tentang beberapa hal yang berhubungan
dengan konsep dan pengertian sehat ini. Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat
membantu kita dalam melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan serta rutinitas yang
bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Karena bila dalam keadaan kita kurang sehat
maka hal ini akan mempengaruhi akan produktifitas kita juga Dimulai dari apa yang
dimaksud dengan pengertian sehat ini.
Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dan beberapa pengertian
sehat lainnya yaitu diantaranya: Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. ( Menurut Pender, 1982 ) Sehat /
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.( Menurut UU N0.
23/1992 tentang kesehatan)
Self care Actions : mencakup perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
3. TEORI
1. Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata
ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak Biasanya emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan
fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.
- Menurut Descrates, emosi terbagi atas :
Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy
(kegembiraan).
- menurut JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :
fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411)
Mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas,
yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas
dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu
memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan
hidup yang di jalani menjadi sia-sia Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar dirinya.
2. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia
mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat,
serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses
kognitif dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh
karena sehat secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses
pembiasaan dan latihan.
3. Dimensi Sosial
Dimensi Sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok sosial,
keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku.
Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat
dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan
keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu
berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa
perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang
lain serta masyarakat umum.
4. Dimensi Fisik
Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki dimensi
yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan.
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa
sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisi rapi, berpakaian
rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan
seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
5. Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup
nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema
yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara
pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan
hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah
memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang
oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh.
Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.
Lansia adalah bagian individu yang terintegratif dalam suatu siklus perkembangan
dan rentan dengan beragam masalah yang berkaitan dengan sakit fisik, psikologis dan
spiritual. Orang berusia lanjut menjadi lebih tertarik pada kegiatan keagamaan karena hari
kematiannya semakin dekat, atau karena mereka sangat tidak mampu, tetapi pada umumnya
mereka tidak harus tertarik pada kegiatan keagamaan karena pertimbangan kegiatan tersebut
dapat menciptakan minat baru atau dapat merupakan titik perhatian baru
Suatu analisis dari studi penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan
keagamaan dan agama pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang
meningkatnya minat atau motivasi terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia dan
ada pula fakta-fakta yang menunjukkan menurunnya minat terhadap agama pada usia
tersebut.
Bagaimanapun juga, perubahan minat atau motivasi dan sikap terhadap kegiatan
keagamaan merupakan ciri orang berusia lanjut dalam kebudayaan Amerika dewasa ini.
Perubahan yang paling umum terjadi dan akibatnya terhadap penyesuaian individu dan sosial
selama usia lanjut. Apapun alasan seseorang untuk tertarik pada agama, kehadiran pada
kegiatan keagamaan dan partisipasi dalam organisasi keagamaan merupakan bukti bahwa
sikap dan partisipasi semacam itu memperkuat proses penyesuaian secara baik pada usia tua.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terlihat ada hubungan yang positif antara
agama, spiritualitas dan well being. Di Amerika, lansia Afrika Amerika dan kelompok
minoritas lainnya mempunyai tingkat komitmen beragama dan partisipasi daripada kaum
mudanya. Hasil penelitian ini menghasilkan sesuatu yangpositif yaitu kuatnya sistem
keyakinan didalam diri, menemukan kebenaran pada kekuatan yang lebih tinggi, dan
akhirnya akan membawa pada kebermaknaan dalam kehidupan sehari-hari bagi lansia, dan
sistem keyakinan ini akan membuat hilangnya stereotip negatif pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Lansia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas (UU
No.13 tahun 1998). Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi:
1) usia pertengahan (Middle Age), yaitu kelompok dengan rentang usia 45-59 tahun,
2) usia lanjut (Elderly), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 60-70 tahun,
3) lanjut usia tua (Old), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 75-90 tahun,
4) usia sangat tua (Very Old) kelompok dengan rentang usia 90 tahun ke atas
(Setyoadi & Kusharyadi, 2010).
4.Menurut Hurlock (1979, dalam Kushariyadi, 2010), perbedan lanjut usia ada dua tahap
:a.Early old age (usia 60-70 tahun).b.Advanced old age (usia>70 tahun).
5.Menurut Burnsie (1979, dalam Kushariyadi, 2010), ada empat tahap lanjut usia yaitu :
a.Young old (usia 60-69 tahun)
.b.Middle age old (usia 70-79 tahun).
c.Old-old (usia 80-89 tahun).
d.Very old-old (usia>90 tahun).
1.3. Proses Menua
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehinga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, et al, 2008)
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai penyakit. Hal ini tidak
benar, karenaGerontology berpendapat bahwa usia lanjut bukanlah suatu penyakit, melainkan
suatu masa atau tahapan hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia (Nugroho, 2010).
1.Teori Biologisa.
Teori cross link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, cross-
linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-molekul
yang normalnya terpisah. Kulit yang menua merupakan contoh cross-linkage elastin. Contoh
cross-linkage jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan rentang dinding arteri,
tanggalnya gigi, dan tendon kering dan berserat ( Ebersole dan Hess, 1994 dalam Potter &
Perry, 2005).
b.Teori Imunologiosteori
ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan
penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing yang
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnnya fungsi sitem imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan mereka
mungkin mengalami penyakit autoimun yaitu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap
sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibody, seperti Atritis Rematoid (Potter & Perry,
2005).
Teori ini mengatakan bahwa manusia di ibaratkan seperti mesin, sehingga perlu
adanya perawatan, dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan (Potter & Perry, 2005).
Menurut teori ini faktor-faktor didalam lingkungan misalnya karsinogen dari industri,
cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merrupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor
utama dalam penuaan (Potter & Perry, 2005).
2.Teori Sosiala.
teori pembebasanMenurut Potter & Perry (2005) salah satu teori sosial yang
berkenaan dengan proses penuaan adalah teori pembebasan (Disengagement Theory). Teori
tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usia seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menggambarkan proses penarikan diri.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun
kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
1.Kehilangan peran
Teori Aktifitas Lawan langsung dari teori pembebasan (Disengagement Teory) adalah
teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuan yang sukses adalah
dengan cara tetap aktif dan ikut banyak dalam kegitan sosial. Havighurst yang pertama kali
menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang
sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvasilidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut.
Teori KesinambunganSementara itu Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa teori
ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini
menjadi lansia.Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah:
1.lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya dimasa lalu, dipilih peran apa yang
harus dipertahankan atau dihilangkan.
2.Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3.Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
4.Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
1) keadaan fisik lemah tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain,
3) menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik.
Menurut Nugroho (2008) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara
lain
2) kesehatan umum,
3) tingkat pendidikan,
4) keturunan,
5) lingkungan,