Kinetika Reaksi Kimia
Kinetika Reaksi Kimia
A. TUJUAN
B. LANDASAN TEORI
Kinetika kimia adalah bagian ilmu fisika yang mempelajari laju reaksi
terhadap mekanisme reaksi. Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena
adanya gerakan molekul, elemen atau ion dalam mekanisme dan laju reaksi
mengamati arah jalannya reaktan maupun produk suatu system. Syarat untuk
terjadinya suatu reaksi kimia bila terjadi penurunan energy bebas (∆ G< 0).
berapa nilai laju reaksi itu. Hal ini berlawanan dari tinjauan termodinamika,
dimana tidak dikenal parameter waktu karena hanya tergantung dari kaadaan
awal dan akhir sistem itu sendiri. Subyek yang sangat penting dalam
metoda yang sangat penting untuk mejajaki keadaan kesetimbagat suatu reaksi
hasilnya relatif lebih sedikit, waktu yang diperlukan jauh lebih singkat. Konsep
terjadinya peningkatan yang sesuai pada laju reaksi, yang dapat diukur melalui
peningkatan suhu sebesar 100C akan meningkatkan laju reaksi kira-kira dua
identifikasi zat – zat yang ada dalam suatu sampel sehingga kandungannya akan
banyak suatu zat terkandung di dalam suatu sampel. Beberapa teknik analisis
yang semakin canggih untuk analisis kolorimetri. Alat yang digunakan dalam
2011).
terlihat, sedangkan auksokrom adalah gugus jenuh yang apabila terikat pada
kadaluarsa obat. Hal yang harus menjadi perhatian penting adalah pemberian
metabolisme, dan ekskresi. Dimana keasaman lambung yang lebih rendah pada
tertentu, demikian pula dengan waktu pengosongan lambung yang lebih lambat
pada anak juga dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat. Pada proses
kecepatan orang dewasa pada beberapa tahun kehidupan. Hal ini berpengaruh
pada waktu paruh obat yang dapat lebih singkat akibat meningkatnya laju
1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Gegep
c. Hot plate
d. Kuvet
e. Lap halus
f. Lap kasar
h. Neraca analitik
i. Pipet tetes
j. Pipet ukur
k. Rak tabung
l. Sendok tanduk
m. Spektrofotometer UV-Vis
n. Sudip
o. Tabung reaksi
p. Termometer
2. Bahan
a. Alkohol
b. Akuades
c. Es batu
d. Larutan FeCl3
e. Paracetamol
D. PROSEDUR KERJA
Paracetamol
berbeda sebanyak 20 mL
menit
spektrofotometer
Hasil Pengamatan
E. HASIL PENGAMATAN
1. Lamda maksimum
1.0 ABS Smooth: 0 Deri.: 0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0 nm
310 315 320 325 330 335 340 345 350 355 360 365 370 375 380 385 390 395 400
2. Absorbansi parasetamol
Data perhitungan
sebagai contoh.
Sampel 1
2,303 Co
k= log
t c
2,303 0,977
= log
5 0,264
= 0.26
= 26.10-2 menit-1
Y= -0,004x-0,011
k
Log c = log c- .t
2,303
k
-b = -
2,303
k = b. 2,303
k = b. 2,303
= 0,004 x 2,303
= 0,00921 menit-1
Sehingga,
0,105
t90 =
k
0,105
= = 11,4 menit
0,00921
Jadi sampel pada pemanasan 40o C akan mengalami kadaluwarsa pada
F. PEMBAHASAN
sehingga terjadi senyawaan lain karena adanya unsur yang lepas. Reaksi ini bisa
pembelahan molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil, atau
terbentuk atau terputusnya ikatan kimia. Laju reaksi (kecepatan) reksi dinyatakan
diramalkan atau ditentukan dari persamaan reaksi keseluruhan, akan tetapi harus
permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak hal. Luas
permukaan yang besar menyebabkan laju reaksi semakin cepat, apabila semakin
kecil luas permukaan bidang sentuh maka semakin kecil tumbukan yang terjadi
antar partikel sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Yang kedua adalah suhu
apabila suhu ada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan maka menyebabkan
partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering
dan menyebabkan laju reaksi semakin cepat begitu juga sebaliknya. Ketiga
adalah katalis, suatu zat yang mempercepat laju reaksi pada suhu tertentu, tanpa
molaritas yaitu banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.
Semakin besar molalitas maka semakin cepat laju reaksi. Yang terakhir
Dalam penentuan orde reaksi, dimana terbagi atas orde reaksi nol,
orde reaksi 1, dan orde reaksi 2. Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah
pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu.
Dan, dikatakan orde reaksi 2 apabila salah satu pereaksi jika laju reaksi
paracetamol sebagai sampel yang akan ditentukan reaksi kimianya dan waktu
mudah larut dalam alkohol kemudian diencerkan lagi dengan akuades lalu
masing-masing pada tabung yang berbeda pada suhu 400C menggunakan hot
mengetahui reaksi dan membandingkan reaksi yang terjadi pada setiap larutan
cahaya yang melewati larutan sebagian akan diserap, sebagian dipantulkan, dan
Hasil serapan yaitu 0,264 A untuk tabung 1,163 A untuk tabung 2, 0,163 untuk
farmasi yaitu pertama kestabilan dan tak tercampurkan proses laju umumnya
adalah sesuatu yang yang menyebabkan ketidak aktifan obat karena perubahan
bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut; kedua
distribusi, eliminasi beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbsi obat
kedalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat
keempat kerja obat pada tingkat molecular obat dapat dibuat dalam bentuk yang
tepat dengan menganggap timbulnya respons dari obat merupakan suatu proses
laju.
G. KESIMPULAN
absorbsi pada obat, yang mana obat-obat tersebut bersifat asam atau basa lemah
yang menyebabkan sebagian akan terionisasi jika dilarutkan dalam air. Dalam
artian jika suatu senyawa pada obat yang bersifat asam atau basa mengalami
ionisasi sebesar 50% (pH=pKa), maka koefisien partisinya setengah dari obat-
DAFTAR PUSTAKA
Cairns, D., 2004, Intisari Kimia Farmasi, Jakarta, Penerbit Buku Kedoketeran EGC.
Fajriani, 2008, Pemberian Obat-Obatan Anti Inflamasi Non Steroid ( Ains ) Pada
Anak, Indonesian Journal of Denstry, Vol. 15 No. 3.
Rusmawa, C. A., Djulia O., dan Irma M., 2011, Analisis Kolometri Kadar Besi (III)
dalam Sampel Air Sumur dengan Metoda Pencitraan Digital, Prosiding
Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains.
Retnani, N. I. D., Pri I. U., Didik S., 2010, Analisis Kuantitatif Tablet Levofloksasin
Merk Dan Generik Dalam Plasma Manusia Secara In Vitro Dengan
Metode Spektrofotometri Ultraviolet- Visibel, PHARMASY, Vol. 7 No. 1.
Patiha, 2013, Penentuan Tetapan Laju Reaksi Balik Dan Tetapan Kesetimbangan
Dengan Pendekatan Reaksi Searah Dan Hukum Laju Reaksi Maju,
ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, Vol. 9 No. 2.