Kan. 1671-1691
PENGANTAR
1. Wewenang Pengadilan
Hakim gerejawi melalui karya Tribunal Gereja berwenang untuk mengadili perkara-perkara
perkawinan orang-orang .yang dibaptis.
Berdasarkan kan. 1672, wewenang untuk mengadili suatu perkara perkawinan ditetapkan
demikian:
- Pengadilan tempat perkawinan dirayakan
- Pengadilan tempat satu atau kedua pihak memiliki domisili atau kuasi-domisili
- Pengadilan tempat de facto (dalam kenyataan) sebagian besar bukti dapat dikumpulkan
Contoh:
Sepasang calon pengantin berasal dari Paroki Jalan Bali dan bekerja di Batam. Mereka mau
menikah di Paroki Jalan Bali. Pernikahannya dipersiapkan oleh Pastor Paroki di Batam.
Penyelidikan kanonik diadakan di Batam. Berkas penyelidikan dan surat pengantar kemudian
diserahkan kepada Pastor Paroki Jalan Bali dan peneguhan perkawinan diadakan di Paroki Jalan
Bali. Rupanya seminggu setelah pernikahan mereka pindah ke Sibolga dan bekerja di sana.
Dalam perjalanan waktu, perkawinan mereka bubar.
Ke Tribunal Gereja keuskupan manakah mereka dapat menggugat keabsahan perkawinan
mereka? Ada beberapa kemungkinan yang dapat dipilih:
- Pengadilan Gereja Medan: dasar wewenangnya adalah tempat perkawinan dirayakan
(paroki Jalan Bali termasuk wilayah KAM)
- Pengadilan Gereja Sibolga: dasar wewenangnya adalah tempat mereka berdomisili atau
kuasi pasangan
- Pengadilan Gereja Pangkalpinang:dasar wewenangnya adalah tempat bukti banyak
dikumpulkan (tempat mereka berkenalan, pasaran dan disiapkan untuk menikah)
2. Hak menggugat
Dalam kan. 1674 hak untuk menggugat keabsahan perkawinan dimiliki oleh:
- Pasangan suami-isteri
Suami atau isterilah yang paling berhak menggugat perkawinannya di hadapan pengadilan
Gereja yang berwenang.
Si penggugat disebut pemohon disebut dalam Latin: actor (laki-laki), actrix (wanita); dalam
Inggeris: petitioner. Mantan pasangan si pemohon disebut responden, dalam Latin: Conventus
(laki-laki), conventa (wanita); dalam Bahasa Inggeris: respondent.
Yang digugat adalah keabsahan perkawinan.
Dalam perceraian di pengadilan sipil dipakai istilah penggugat dan tergugat.
- Promotor iustitiae, jika nulitasnya sudah tersiar, apabila perkawinan itu tidak dapat atau
tidak selayaknya disahkan.
Misalnya:
- Nulitasnya sudah tersiar atau sudah menjadi rahasia umum.
- Tidak mungkin dilakukan konvalidasi atas Perkawinan itu
Konvalidasi tak dapat dilakukan jika ada halangan perkawinan yang mengikat dan tak boleh
didispensasi
- Perkawinan itu tak selayaknya untuk disahkan, karena keduanya sudah hidup dengan
orang ketiga dan tidak mau rukun kembali.
Harus ada suatu permohonan dari seseorang agar perkara perkawinan itu diperiksa oleh
Tribunal. Tanpa didahului suatu permohonan, Tribunal tidak punya wewenang untuk
memeriksanya.
Kan. 1674, § 2 menggariskan bahwa perkawinan yang semasa pasangan masih hidup tidak
digugat, juga tidak dapat digugat sesudah kematian satu atau keduanya, kecuali masalah
keabsahannya merupakan hal yang harus diputus lebih dahulu untuk menyelesaikan suatu
sengketa, entah dalam pengadilan kanonik entah dalam pengadilan sipil.
Walaupun salah satu atau kedua orangtua sudah meninggal, keabsahan perkawinan mereka
masih mungkin digugat, jika dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu sengketa. Misalnya:
1
Keabsahan suatu perkawinan orangtua yang sudah meninggal digugat oleh anak-anak demi
menentukan pembagian harta warisan. Jika perkawinan orangtuanya itu tidak sah, maka anak-
anak yang lahir dari perkawinan yang tidak sah itu tidak mendapat bagian warisan.
Secara umum, kan. 1518 mengatur perjalanan proses peradilan ketika pasangan meninggal
demikian:
a. Jika perkara belum ditutup (artinya, belum selesai proses pengumpulan kesaksian
pemohon dan responden, saksi-saksi dan bukti-bukti), peradilan ditangguhkan, sampai dibuka
kembali oleh ahli waris atau penggantinya atau orang yang berkepentingan
b. Jika perkara sudah ditutup (artinya sudah selesai proses pengumpulan kesaksian pemohon
dan responden, saksi-saksi dan bukti-bukti), proses peradilan dilanjutkan sampai selesai.
4. Proses Peradilan
Langkah I: Pembuatan surat permohonan atau surat gugat pembuka sengketa (istilah
latin: libellus)
Dalam kan. 1501 dikatakan bahwa hakim tidak dapat memeriksa suatu perkara demi
keabsahannya, jika tidak didahului oleh permohonan. Jika seorang hakim mengadili suatu
perkara yang tidak diajukan oleh seseorang, putusan hakim itu menjadi tidak sah dan tak
tersembuhkan (kan. 1620).
Surat gugat pembuka sengketa berisi unsur-unsur ini:
- Penyebutan nama Pengadilan Gereja yang dituju, dengan menyebutkan obyek yang
dituntut atau diminta serta menyebutkan hubungan antara pemohon dengan responden
- alamat pemohon dan responden yang dapat dihubungi
- fakta hukum, alasan yang mendasari gugatan atau permohonan serta fakta pendukung
yang cukup untuk membenarkan pernyataan
- Permintaan kepada hakim untuk menyelesaikan sengketa atau mengabulkan permohonan
- tanda tangan dari pemohon atau yang mewakilinya
- bersama surat gugatan itu turut juga dilampirkan dokumen-dokumen terkait dan daftar
para saksi.
2
Format libellus nulitas Perkawinan
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya,
a. Nama :
b. Tempat, tgl lahir :
c. Pekerjaan :
d. Alamat Pos :
e. Agama :
f. Paroki Domisili :
g. Tempat, tgl baptis :
h. Paroki, Nomor LB : Paroki ………………………………………………………………..LB
……. / ……. / ……
i. Orangtua
Ayah & Ibu :
Alamat Pos :
j. Nomor HP :
Pada tanggal …, …………………, ………… telah menikah secara Katolik/ ……… , dengan Surat
Nikah Gerejawi Nomor LM …… / … /… di hadapan Pastor……… dan dua orang saksi ……… dan
………, dengan :
a. Nama :
b. Tempat, tgl lahir :
c. Pekerjaan :
d. Alamat Pos :
e. Agama :
f. Paroki Domisili :
g. Tempat, tgl baptis :
h. Paroki, Nomor LB : Paroki ………………………………………………………………..LB
……. / ……. / ……
i. Orangtua
Ayah & Ibu :
Alamat Pos :
j. Nomor HP :
Perkawinan kami telah dicatatkan di Kantor Catatan Sipil … … … pada tanggal … … … dengan Akta
Nikah Sipil Nomor … /… /…, dan telah diputus cerai oleh Pengadilan Negeri … … … Pada tanggal …
… … dengan Akta Perceraian Nomor … … …
Saya menyadari bahwa perkawinan kami sudah tidak mungkin dipertahankan lagi karena berbagai
macam alasan. Karena itu kami memohon kepada Tribunal Gerejawi Keuskupan ... untuk menyatakan
batal perkawinan kami tersebut di atas. Berikut inilah hal-hal yang menjadi alasan utama permohonan
pembatalan perkawinan ini, yaitu:
1. …..
2. …..
3. …..
Untuk melengkapi informasi tentang perkawinan kami sejak awal sampai sekarang, kami sampaikan
riwayat singkat perkawinan kami, sebagai berikut:
A. Sebelum Perkawinan
1. Perkenalan dan pacaran:
Ceritakanlah bagaimana awal perkenalan, perjalanan masa pacaran, dengan memberi tekanan pada hal-hal
yang dirasa tidak baik selama masa pacaran ini!
2. Kepribadian
Deskripsikan atau terangkan kepribadian diri Anda dan diri pasangan selama masa sebelum dan sesudah
pernikahan. Hal-hal apa saja yang menarik dan yang tidak disenangi!
3. Hubungan antar kedua pasangan
3
- Ceritakanlah apakah Anda saling mencintai dan apa alasan/motivasi paling mendasar Anda berdua
membangun relasi kasih!
- Ceritakanlah pula apakah keluarga mengetahui relasi kasih Anda dan apakah mereka mendukung atau
tidak menyetujuinya, dengan menjelaskan latar belakang keluarga mempunyai sikap demikian!
B. Menjelang perkawinan
- Terangkanlah siapa yang dulu mempunyai inisiatif atau kehendak untuk menikah, Anda berdua ataukah
orang lain, seperti orangtua!
- Terangkanlah apakah pada waktu itu memutuskan untuk menikah tersebut diwarnai keterpaksaan dan
ketakutan. Kalau ya, terangkanlah apa sebabnya!
C. Saat perayaan ekaristi
1. Perayaan perkawinan di gereja
Jelaskanlah kapan dan di mana perayaan perkawinan dilangsungkan, dilengkapi ceritera tentang bagaimana
suasana perayaan dan suasana hati mempelai. Kalau ada hal-hal yang aneh dan mengganjal, tolong sampaikan di
sini!
2. Pesta pernikahan
Jelaskanlah kapan dan di mana diadakan pesta pernikahan, didukung oleh ceritera tentang suasana pesta dan
perasaan mempelai!
D. Setelah perkawinan
1. Hari-hari setelah pernikahan
- Ceritakanlah di mana Anda berdua bertempat tinggal setelah menikah!
- Ceritakanlah pula bagaimana malam-malam pertama berlangsung: apakah terjadi hubungan seksual
secara wajar, kalau terjadi hubungan seksual, terangkan apakah hubungan seksual itu berlangsung terus dalam
perjalanan waktu, kalau tidak, terangkan mengapa bisa terjadi demikian!
2. Perjalanan hidup keluarga
- Terangkanlah bagaimana suasana dan kondisi perjalanan rumah tangga Anda. Kalau tidak harmonis,
terangkanlah mengapa demikian!
- Terangkanlah, apakah masing-masing bertanggung jawab atas tugasnya sebagai suami/istri. Kalau tidak
bertanggung jawab, jelaskanlah apa bentuknya dan mengapa terjadi demikian!
- Terangkanlah apakah masing-masing setia pada pasangan. Kalau tidak, terangkanlah sejak kapan dan
sampai kapan ketidaksetiaan itu terjadi, dengan siapa saja. Sebutkan juga mereka yang dapat menjadi saksi atas
hal ini!
3. Bubarnya perkawinan
- Terangkan sejak kapan mulai tidak serumah atau pisah ranjang dan bercerai!
- Terangkanlah apa yang menjadi penyebab utama bubarnya perkawinan dan usaha apa saja yang sudah
dibuat untuk memperbaikinya, baik dari pihak suami maupun dari pihak istri. Bagaimana hasilnya?
4. Perceraian Sipil
Ceritakanlah kapan dan di mana perkawinan diceraikan, disertai ceritera tentang landasan permohonan
gugatan cerai!
5. Landasan permohonan anulasi (KHK ….........)
Jelaskanlah apa yang melandasi permohonan anulasi diajukan ke Tribunal dan apakah memang sudah ada
rencana untuk menikah lagi?
Untuk mendukung proses ini, ada beberapa saksi yang dapat dimintai keterangan sekaitan dengan
Caput Nullitatis. Mereka adalah:
1. Nama : 2. Nama :
Tempat & tgl lahir : Tempat & tgl lahir :
Alamat : Alamat :
Agama : Agama :
Status : Saksi dari pihak ………. Status : Saksi dari pihak ……….
Telepon/HP : Telepon/HP :
3. Nama : 4. Nama :
Tempat & tgl lahir : Tempat & tgl lahir :
Alamat : Alamat :
Agama : Agama :
Status : Saksi dari pihak ………. Status : Saksi dari pihak ……….
Telepon/HP : Telepon/HP :
Berikut saya lampirkan juga beberapa dokumen dan berkas yang sekiranya dibutuhkan oleh Tribunal:
1. Surat
a. Surat Permohonan/libellus
b. Votum/surat resmi Pastor Paroki
2. Dokumen Utama
4
a. Berkas Kanonik
b. Surat Baptis Terbaru (LB: Buku ke: … hal … / NO …)
c. Surat Perkawinan Katolik (LM: Buku ke: … hal … / NO …)
d. Kutipan Akta Perkawinan dan Perceraian Sipil
e. Surat Kematian Pasangan
3. Dokumen Pendukung (surat cerai Adat, pernyataan pereraian, foto/video, surat kesehatan,dll)
a. …….. c. ……..
b. ….…. d. ………
Demikianlah surat permohonan dan riwayat perkawinan kami. Semoga Tribunal Gerejawi ... berkenan
menerima dan mengabulkan permohonan anulasi/pembatalan perkawinan kami tersebut di atas. Atas
perhatian dan pelayanannya, saya ucapkan terima kasih.
………., …, …………………… 2016
Mengetahui, Hormat saya
Kop Tribunal
DEKRET PENERIMAAN LIBELLUS
NO. ...
Pada tanggal 21 September 2019, JS mengajukan libellus yang dengannya memohon agar
perkawinannya yang dilangsungkan dengan H S di Gereja Katolik Stasi A Paroki B pada
tanggal ... dengan Surat Nikah Gerejawi LM ... di hadapan RP L J, dan dua orang saksi M S dan
J. R dianulasi dengan alasan “menikah dengan bersyarat” pada diri J S seperti Kan. 1102 §1.
Tribunal ini berkompeten dan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh norma Kanon
1504, 1673 dan 1674 Kitab Hukum Kanonik.
MEMUTUSKAN
5
Menerima libellus tersebut.
Vicarius Iudicialis
Kop tribunal
DEKRET PEMANGGILAN RESPONDEN
NO. ...
Kepada
Yth. H S
(alamat lengkap)
Dengan hormat,
J S telah mengajukan permohonan kepada Tribunal Gerejawi Keuskupan ..., agar
perkawinan yang telah dilangsungkan dengan Anda diperiksa dan dinyatakan tidak sah atau tidak
ada menurut Hukum Kanonik (Hukum Gereja Katolik). Penyelidikan terhadap perkawinan
tersebut akan dipusatkan pada alasan yang dia ajukan yakni “menikah dengan bersyarat” pada
diri J S seperti Kan. 1102 §1.
Hal ini berarti bahwa J S akan berusaha menyampaikan bukti bahwa dirinya menjalani
pernikahan tidak didasari pada kesepakatan penuh, tapi didasarkan pada perkawinan bersyarat
seperti tercantum pada Kan. 1102 §1. Apabila alasan yang diajukan tersebut berhasil dibuktikan,
perkawinan itu akan dinyatakan oleh Tribunal Gerejawi tidak sah atau tidak pernah terjadi sejak
semula. Dengan demikian, Anda dan pasangan Anda berkemungkinan untuk melangsungkan
perkawinan secara gerejawi dengan orang lain, setelah memenuhi persyaratan lain sebagaimana
mestinya. Apabila alasan tersebut tidak terbukti perkawinan itu tetap dianggap sah oleh Gereja
Katolik.
Agar kebenaran dan keadilan ditegakkan, pengadilan mengharapkan partisipasi Anda
dalam penyelidikan dan penyelesaian perkara ini. Perlu ditekankan di sini bahwa hal ini
sungguh-sungguh perkara gerejawi yang tidak mempunyai akibat sipil apa pun. Tidak ada
maksud sama sekali untuk mencari siapa yang salah dalam perkara ini. Yang ingin dicapai dalam
perkara ini hanyalah apakah perkawinan itu sah atau tidak menurut Gereja Katolik.
Ada kemungkinan yang dapat Anda pilih agar proses Tribunal Gerejawi ini dapat
berlangsung dengan baik dan sah menurut Hukum Gereja. Pertama, Anda bersedia datang ke
Tribunal Gerejawi Keuskupan ... pada hari, tanggal dan jam yang Anda tentukan dan kami
setujui. Atau kedua, Anda melepaskan hak untuk hadir dan menerima keputusan Tribunal
dengan mengisi dan mengirimkan kembali lembaran yang juga terlampir.
Silakan Anda memilih salah satu dari kemungkinan itu dan segera disampaikan kepada
Tribunal Gerejawi Keuskupan ... paling lambat 1 minggu setelah surat ini Anda terima. Apabila
ada sesuatu yang kurang jelas, Anda boleh menanyakan kami: Tribunal (081263717xxx).
6
Kepada
Yth. Vikaris Yudisial Keuskupan ...
(alamat)
MENYATAKAN
melepaskan hak untuk hadir dan memberikan keterangan yang diperlukan Tribunal Gerejawi
Keuskupan ... dan bersedia menerima putusan Tribunal Gerejawi, setelah pemeriksaan perkara
dan penyelidikan perkara sebagaimana mestinya menurut Hukum Gereja Katolik.
HS
Responden
Apabila masa 15 hari berlalu tanpa tanggapan, dan dinilai berguna, surat dapat dikirimkan
kembali untuk kedua kali.
Langkah III: Pemilihan Proses Peradilan: proses brevior, proses dokumental atau proses
biasa
Setelah mendalami libellus dan meminta tanggapan dari Responden, Vikyud menetapkan
proses peradilan yang hendak ditempuh dalam menganulasi perkawinan tersebut.
Proses Dokumental dipilih apabila terdapat dokumen-dokumen yang menunjukkan secara
meyakinkan adanya halangan yang menggagalkan perkawinan atau adanya cacat forma kanonik
Proses brevior dipilih apabila:
- Kedua pasangan itu menandatangani surat-gugat atau salah satu memberi persetujuan
bahwa perkawinan itu diperiksa oleh Tribunal
- Surat-gugat menunjukkan adanya nulitas yang sangat jelas dan terang
Proses biasa dipilih apabila
- Responden menentang libellus (tidak setuju perkawinannya diperiksa tribunal)
- Surat-gugat tidak menunjukkan nulitas yang sangat terang
Dekret itu disampaikan kepada pihak-pihak terkait (pemohon, responden) dan defensor
vinculi.
7
Permohonan diajukan oleh kedua pasangan atau disetujui (ditandatangani) oleh
pasangannya (kan. 1683, 1°)
Keadaan kasus didukung oleh kesaksian atau sarana-sarana (circumstances) yang
menampakkan bahwa nulitas perkawinan itu terlihat terang dan jelas (kan. 1683, 2°)
Jika persyaratan di atas dilanggar, putusan menjadi tidak sah.
Apa yang dimaksud dengan circumstances? (kan. 1683, 2°). Art. 14, § 1 MIDI memberi
penjelasan:
a. Ketidakdewasaan iman yang dapat menyebabkan simulasi. Ini bisa tampak dalam salah
paham mengenai konsep perkawinan, krisis pengetahuan, kelemahan psikologis dan moral
b. Singkatnya umur perkawinan
c. Aborsi
d. Kekerasan fisik
e. Tidak dapat menggunakan akal budi
Langkah IV: Penetapan Proses Brevior dan Rumusan Keraguan
Jika kedua syarat di atas terpenuhi, Vikyud akan mengeluarkan dekret, yang di dalamnya
Vikyud menetapkan pemilihan proses dan “Rumusan Keraguan” (formula dubbi; formulation of
doubt). Yang dimaksud dengan “rumusan keraguan” ini adalah dasar yuridis dari kebatalan
perkawinan (caput nullitatis).
Kop tribunal
DEKRET PENETAPAN PROSES DAN PERUMUSAN KERAGUAN
No.: ...
Yang bertanda tangan di bawah ini, berdasarkan surat-gugat yang disampaikan oleh JS yang
menggugat keabsahan perkawinannya dengan HS, yang diteguhkan pada ..., ... ,..., di Gereja ....
oleh .... dengan saksi-saksi ..., kami merumuskan keraguan untuk dijawab: “Apakah ada nulitas
perkawinan pada perkawinan di atas dengan dasar kebatalan: ‘menikah dengan bersyarat
mengenai masa yang akan datang’ pada diri J S seperti Kan. 1102 §1”.
Seturut ketentuan Kan. 1425 §3 dan Surat Keputusan Keuskupan ... No ... pada tgl ..., kami
Vicarius Iudicialis Tribunal Gerejawi Keuskupan ... menetapkan Personalia Tribunal untuk kasus
JS dan H S sbb:
Hakim Instruktor RP C S
Asesor 1 RD S P
Asesor 2 RP F S
8
Defensor Vinculi RP H H
Notarius RD M. M S
Demikian surat penetapan personalia ini ditetapkan untuk permohonan anulasi perkawinan J S
dan H S dengan alasan “menikah dengan bersyarat” pada diri J S seperti Kan. 1102 §1.
2. PROSES BIASA
Proses biasa ditempuh apabila pihak Responden menentang libellus atau tidak mau
menandatangani libellus.
Kesulitan di wilayah Gereja Partikular: mayoritas Responden menentang libellus dengan alasan
tidak mau tahu dengan urusan mantan pasangannya.
9
Pemohon dan responden dapat mengajukan beberapa orang untuk menjadi saksi. Dalam
praktek di Tribunal, biasanya dua orang saksi.
Pembatasan untuk menjadi saksi: semua orang dapat menjadi saksi, kecuali dilarang oleh
hukum. Siapa yang dilarang oleh hukum?
- anak-anak di bawah umur 14 tahun
Anak berusia belum genap 14 tahun tidak boleh menjadi saksi, tetapi dapat didengarkan
- orang-orang yang kurang mampu menggunakan akal budi (idiot, pikun).
Tidak mampu memberikan kesaksian:
- pihak-pihak yang berperkara, hakim dan pembantunya, pengacara yang membantu atau
pernah membantu pihak yang berperkara
- para imam yang pernah mendengarkan pengakuan sakramental dari pihak yang berperkara
4. Saksi ahli
Saksi Ahli merupakan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu yang diundang oleh hakim
untuk memberikan penilaian atas suatu hal.
Untuk perkara-perkara impotensi, sabit jiwa atau kelainan kejiwaan, hakim harus menggunakan
bantuan satu atau beberapa orang ahli.
10