Anda di halaman 1dari 10

PROSES PENGADILAN

Kan. 1671-1691
PENGANTAR
1. Wewenang Pengadilan
Hakim gerejawi melalui karya Tribunal Gereja berwenang untuk mengadili perkara-perkara
perkawinan orang-orang .yang dibaptis.
Berdasarkan kan. 1672, wewenang untuk mengadili suatu perkara perkawinan ditetapkan
demikian:
- Pengadilan tempat perkawinan dirayakan
- Pengadilan tempat satu atau kedua pihak memiliki domisili atau kuasi-domisili
- Pengadilan tempat de facto (dalam kenyataan) sebagian besar bukti dapat dikumpulkan
Contoh:
Sepasang calon pengantin berasal dari Paroki Jalan Bali dan bekerja di Batam. Mereka mau
menikah di Paroki Jalan Bali. Pernikahannya dipersiapkan oleh Pastor Paroki di Batam.
Penyelidikan kanonik diadakan di Batam. Berkas penyelidikan dan surat pengantar kemudian
diserahkan kepada Pastor Paroki Jalan Bali dan peneguhan perkawinan diadakan di Paroki Jalan
Bali. Rupanya seminggu setelah pernikahan mereka pindah ke Sibolga dan bekerja di sana.
Dalam perjalanan waktu, perkawinan mereka bubar.
Ke Tribunal Gereja keuskupan manakah mereka dapat menggugat keabsahan perkawinan
mereka? Ada beberapa kemungkinan yang dapat dipilih:
- Pengadilan Gereja Medan: dasar wewenangnya adalah tempat perkawinan dirayakan
(paroki Jalan Bali termasuk wilayah KAM)
- Pengadilan Gereja Sibolga: dasar wewenangnya adalah tempat mereka berdomisili atau
kuasi pasangan
- Pengadilan Gereja Pangkalpinang:dasar wewenangnya adalah tempat bukti banyak
dikumpulkan (tempat mereka berkenalan, pasaran dan disiapkan untuk menikah)
2. Hak menggugat
Dalam kan. 1674 hak untuk menggugat keabsahan perkawinan dimiliki oleh:
- Pasangan suami-isteri
Suami atau isterilah yang paling berhak menggugat perkawinannya di hadapan pengadilan
Gereja yang berwenang.
Si penggugat disebut pemohon disebut dalam Latin: actor (laki-laki), actrix (wanita); dalam
Inggeris: petitioner. Mantan pasangan si pemohon disebut responden, dalam Latin: Conventus
(laki-laki), conventa (wanita); dalam Bahasa Inggeris: respondent.
Yang digugat adalah keabsahan perkawinan.
Dalam perceraian di pengadilan sipil dipakai istilah penggugat dan tergugat.
- Promotor iustitiae, jika nulitasnya sudah tersiar, apabila perkawinan itu tidak dapat atau
tidak selayaknya disahkan.
Misalnya:
- Nulitasnya sudah tersiar atau sudah menjadi rahasia umum.
- Tidak mungkin dilakukan konvalidasi atas Perkawinan itu
Konvalidasi tak dapat dilakukan jika ada halangan perkawinan yang mengikat dan tak boleh
didispensasi
- Perkawinan itu tak selayaknya untuk disahkan, karena keduanya sudah hidup dengan
orang ketiga dan tidak mau rukun kembali.
Harus ada suatu permohonan dari seseorang agar perkara perkawinan itu diperiksa oleh
Tribunal. Tanpa didahului suatu permohonan, Tribunal tidak punya wewenang untuk
memeriksanya.
Kan. 1674, § 2 menggariskan bahwa perkawinan yang semasa pasangan masih hidup tidak
digugat, juga tidak dapat digugat sesudah kematian satu atau keduanya, kecuali masalah
keabsahannya merupakan hal yang harus diputus lebih dahulu untuk menyelesaikan suatu
sengketa, entah dalam pengadilan kanonik entah dalam pengadilan sipil.
Walaupun salah satu atau kedua orangtua sudah meninggal, keabsahan perkawinan mereka
masih mungkin digugat, jika dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu sengketa. Misalnya:

1
Keabsahan suatu perkawinan orangtua yang sudah meninggal digugat oleh anak-anak demi
menentukan pembagian harta warisan. Jika perkawinan orangtuanya itu tidak sah, maka anak-
anak yang lahir dari perkawinan yang tidak sah itu tidak mendapat bagian warisan.
Secara umum, kan. 1518 mengatur perjalanan proses peradilan ketika pasangan meninggal
demikian:
a. Jika perkara belum ditutup (artinya, belum selesai proses pengumpulan kesaksian
pemohon dan responden, saksi-saksi dan bukti-bukti), peradilan ditangguhkan, sampai dibuka
kembali oleh ahli waris atau penggantinya atau orang yang berkepentingan
b. Jika perkara sudah ditutup (artinya sudah selesai proses pengumpulan kesaksian pemohon
dan responden, saksi-saksi dan bukti-bukti), proses peradilan dilanjutkan sampai selesai.

3. Tugas pertama para hakim


Para hakim diingatkan mengenai tugas pertamanya sebelum menerima surat permohonan,
yakni harus memiliki kepastian bahwa perkawinan yang digugat itu tidak dapat diperbaiki, dalam
arti bahwa kehidupan bersama tidak mungkin dipulihkan kembali.
Dalam praktek tugas ini dapat dijalankan oleh pastor pendamping atau petugas tribunal yang
menerima niat dari si pemohon yang hendak mengajukan gugatan mengenai keabsahan
perkawinannya.
Untuk mencapai kepastian ini para petugas pastoral dapat menggunakan sarana-sarana
pastoral agar suami-isteri sedapat mungkin diajak untuk memperbaiki kehidupan bersama,
termasuk mengesahkan perkawinannya. Jika usaha ini gagal, maka proses peradilan dapat
ditempuh.
Kepastian mengenai ketidakmungkinan untuk rukun kembali ini bisa tampak ketika keduanya
atau salah seorang dari pasangan itu telah membentuk keluarga baru dan bahagia. Kepastian ini
bisa juga tampak dari surat cerai, baik secara sipil maupun adat atau pernyataan tertulis kedua
belah pihak, yang sudah terjadi dan disertai bukti.
Sebaliknya, jikalau pasangan itu masih tinggal sendiri, dan belum punya rencana jelas untuk
membentuk keluarga, kepastian mengenai ketidakmungkinan untuk rekonsiliasi atau rukun
kembali belum tampak. Ada kemungkinan bahwa masih terbuka rekonsiliasi di tara mereka. Di
sini diperlukan usaha pastoral untuk mendamaikan mereka. Jikalau kedua belah pihak bersikeras
tidak mau rukun kembali, proses peradilan dapat dilanjutkan kembali. Patut diingat bahwa
dokumen bukti perceraian sipil atau adat dituntut oleh Tribunal untuk melindungi Tribunal dari
tuntutan pihak lain, yang membenturkan tribunal dengan hukum sipil. Ketiadaan surat perceraian
tidak mengganggu keabsahan proses peradilan.

4. Proses Peradilan
Langkah I: Pembuatan surat permohonan atau surat gugat pembuka sengketa (istilah
latin: libellus)
Dalam kan. 1501 dikatakan bahwa hakim tidak dapat memeriksa suatu perkara demi
keabsahannya, jika tidak didahului oleh permohonan. Jika seorang hakim mengadili suatu
perkara yang tidak diajukan oleh seseorang, putusan hakim itu menjadi tidak sah dan tak
tersembuhkan (kan. 1620).
Surat gugat pembuka sengketa berisi unsur-unsur ini:
- Penyebutan nama Pengadilan Gereja yang dituju, dengan menyebutkan obyek yang
dituntut atau diminta serta menyebutkan hubungan antara pemohon dengan responden
- alamat pemohon dan responden yang dapat dihubungi
- fakta hukum, alasan yang mendasari gugatan atau permohonan serta fakta pendukung
yang cukup untuk membenarkan pernyataan
- Permintaan kepada hakim untuk menyelesaikan sengketa atau mengabulkan permohonan
- tanda tangan dari pemohon atau yang mewakilinya
- bersama surat gugatan itu turut juga dilampirkan dokumen-dokumen terkait dan daftar
para saksi.

2
Format libellus nulitas Perkawinan

SURAT PERMOHONAN PEMBATALAN PERKAWINAN


Kepada Yth.
Pengadilan Gerejawi Keuskupan ....
.................................

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya,
a. Nama :
b. Tempat, tgl lahir :
c. Pekerjaan :
d. Alamat Pos :
e. Agama :
f. Paroki Domisili :
g. Tempat, tgl baptis :
h. Paroki, Nomor LB : Paroki ………………………………………………………………..LB
……. / ……. / ……
i. Orangtua
 Ayah & Ibu :
 Alamat Pos :
j. Nomor HP :
Pada tanggal …, …………………, ………… telah menikah secara Katolik/ ……… , dengan Surat
Nikah Gerejawi Nomor LM …… / … /… di hadapan Pastor……… dan dua orang saksi ……… dan
………, dengan :
a. Nama :
b. Tempat, tgl lahir :
c. Pekerjaan :
d. Alamat Pos :
e. Agama :
f. Paroki Domisili :
g. Tempat, tgl baptis :
h. Paroki, Nomor LB : Paroki ………………………………………………………………..LB
……. / ……. / ……
i. Orangtua
 Ayah & Ibu :
 Alamat Pos :
j. Nomor HP :
Perkawinan kami telah dicatatkan di Kantor Catatan Sipil … … … pada tanggal … … … dengan Akta
Nikah Sipil Nomor … /… /…, dan telah diputus cerai oleh Pengadilan Negeri … … … Pada tanggal …
… … dengan Akta Perceraian Nomor … … …
Saya menyadari bahwa perkawinan kami sudah tidak mungkin dipertahankan lagi karena berbagai
macam alasan. Karena itu kami memohon kepada Tribunal Gerejawi Keuskupan ... untuk menyatakan
batal perkawinan kami tersebut di atas. Berikut inilah hal-hal yang menjadi alasan utama permohonan
pembatalan perkawinan ini, yaitu:
1. …..
2. …..
3. …..
Untuk melengkapi informasi tentang perkawinan kami sejak awal sampai sekarang, kami sampaikan
riwayat singkat perkawinan kami, sebagai berikut:
A. Sebelum Perkawinan
1. Perkenalan dan pacaran:
Ceritakanlah bagaimana awal perkenalan, perjalanan masa pacaran, dengan memberi tekanan pada hal-hal
yang dirasa tidak baik selama masa pacaran ini!
2. Kepribadian
Deskripsikan atau terangkan kepribadian diri Anda dan diri pasangan selama masa sebelum dan sesudah
pernikahan. Hal-hal apa saja yang menarik dan yang tidak disenangi!
3. Hubungan antar kedua pasangan

3
- Ceritakanlah apakah Anda saling mencintai dan apa alasan/motivasi paling mendasar Anda berdua
membangun relasi kasih!
- Ceritakanlah pula apakah keluarga mengetahui relasi kasih Anda dan apakah mereka mendukung atau
tidak menyetujuinya, dengan menjelaskan latar belakang keluarga mempunyai sikap demikian!

B. Menjelang perkawinan
- Terangkanlah siapa yang dulu mempunyai inisiatif atau kehendak untuk menikah, Anda berdua ataukah
orang lain, seperti orangtua!
- Terangkanlah apakah pada waktu itu memutuskan untuk menikah tersebut diwarnai keterpaksaan dan
ketakutan. Kalau ya, terangkanlah apa sebabnya!
C. Saat perayaan ekaristi
1. Perayaan perkawinan di gereja
Jelaskanlah kapan dan di mana perayaan perkawinan dilangsungkan, dilengkapi ceritera tentang bagaimana
suasana perayaan dan suasana hati mempelai. Kalau ada hal-hal yang aneh dan mengganjal, tolong sampaikan di
sini!
2. Pesta pernikahan
Jelaskanlah kapan dan di mana diadakan pesta pernikahan, didukung oleh ceritera tentang suasana pesta dan
perasaan mempelai!
D. Setelah perkawinan
1. Hari-hari setelah pernikahan
- Ceritakanlah di mana Anda berdua bertempat tinggal setelah menikah!
- Ceritakanlah pula bagaimana malam-malam pertama berlangsung: apakah terjadi hubungan seksual
secara wajar, kalau terjadi hubungan seksual, terangkan apakah hubungan seksual itu berlangsung terus dalam
perjalanan waktu, kalau tidak, terangkan mengapa bisa terjadi demikian!
2. Perjalanan hidup keluarga
- Terangkanlah bagaimana suasana dan kondisi perjalanan rumah tangga Anda. Kalau tidak harmonis,
terangkanlah mengapa demikian!
- Terangkanlah, apakah masing-masing bertanggung jawab atas tugasnya sebagai suami/istri. Kalau tidak
bertanggung jawab, jelaskanlah apa bentuknya dan mengapa terjadi demikian!
- Terangkanlah apakah masing-masing setia pada pasangan. Kalau tidak, terangkanlah sejak kapan dan
sampai kapan ketidaksetiaan itu terjadi, dengan siapa saja. Sebutkan juga mereka yang dapat menjadi saksi atas
hal ini!
3. Bubarnya perkawinan
- Terangkan sejak kapan mulai tidak serumah atau pisah ranjang dan bercerai!
- Terangkanlah apa yang menjadi penyebab utama bubarnya perkawinan dan usaha apa saja yang sudah
dibuat untuk memperbaikinya, baik dari pihak suami maupun dari pihak istri. Bagaimana hasilnya?
4. Perceraian Sipil
Ceritakanlah kapan dan di mana perkawinan diceraikan, disertai ceritera tentang landasan permohonan
gugatan cerai!
5. Landasan permohonan anulasi (KHK ….........)
Jelaskanlah apa yang melandasi permohonan anulasi diajukan ke Tribunal dan apakah memang sudah ada
rencana untuk menikah lagi?
Untuk mendukung proses ini, ada beberapa saksi yang dapat dimintai keterangan sekaitan dengan
Caput Nullitatis. Mereka adalah:

1. Nama : 2. Nama :
Tempat & tgl lahir : Tempat & tgl lahir :
Alamat : Alamat :
Agama : Agama :
Status : Saksi dari pihak ………. Status : Saksi dari pihak ……….
Telepon/HP : Telepon/HP :
3. Nama : 4. Nama :
Tempat & tgl lahir : Tempat & tgl lahir :
Alamat : Alamat :
Agama : Agama :
Status : Saksi dari pihak ………. Status : Saksi dari pihak ……….
Telepon/HP : Telepon/HP :
Berikut saya lampirkan juga beberapa dokumen dan berkas yang sekiranya dibutuhkan oleh Tribunal:
1. Surat
a. Surat Permohonan/libellus
b. Votum/surat resmi Pastor Paroki
2. Dokumen Utama

4
a. Berkas Kanonik
b. Surat Baptis Terbaru (LB: Buku ke: … hal … / NO …)
c. Surat Perkawinan Katolik (LM: Buku ke: … hal … / NO …)
d. Kutipan Akta Perkawinan dan Perceraian Sipil
e. Surat Kematian Pasangan
3. Dokumen Pendukung (surat cerai Adat, pernyataan pereraian, foto/video, surat kesehatan,dll)
a. …….. c. ……..
b. ….…. d. ………
Demikianlah surat permohonan dan riwayat perkawinan kami. Semoga Tribunal Gerejawi ... berkenan
menerima dan mengabulkan permohonan anulasi/pembatalan perkawinan kami tersebut di atas. Atas
perhatian dan pelayanannya, saya ucapkan terima kasih.
………., …, …………………… 2016
Mengetahui, Hormat saya

Imam Pendamping Nama pemohon

Langkah II: Penerimaan atau Penolakan Surat-Gugat (kan. 1676, §1)


Setelah menerima dan meneliti suatu surat-gugat, Vikaris yudisial (vikyud) haruslah
memastikan hal-hal berikut:
- Apakah pasangan itu sudah pasti tidak dapat hidup rukun kembali.
- Apakah tribunal memiliki kewenangan untuk mengadili perkara yang diajukan
- Apakah penggugat/pemohon memiliki kemampuan bertindak di hadapan hukum untuk
tampil dan mengikuti peradilan
- Apakah surat gugatan dapat diterima, ditolak atau perlu disempurnakan
Jikalau pasangan itu masih mungkin dirukunkan, surat permohonan ditolak.
Jikalau Tribunal sama sekali lepas dan tidak punya kaitan dengan salah satu dari 3 (tiga)
kemungkinan yang disebut dalam kan. 1672, surat permohonan itu harus ditolak. Misalnya,
pasangan yang sama sekali orang baru yang pindah ke keuskupan yang menjadi wilayah kerja
Tribunal.
Jikalau pemohon tidak punya kemampuan bertindak (capacitas agendi) di hadapan hukum,
maka permohonan itu harus ditolak. Misalnya, si pemohon tidak dapat menggunakan akal budi
secara memadai (karena gangguan penyakit jiwa).
Jikalau ada unsur-unsur surat permohonan yang belum lengkap, maka surat permohonan
dapat dikembalikan untuk disempurnakan.
Ketika surat permohonan itu dinilai sudah memenuhi persyaratan, Vikyud hendaknya
menerimanya dengan mengeluarkan dekret penerimaan surat-gugat. Lalu memerintahkan
penyampaian salinan surat-gugat dan penerimaan surat-gugat kepada defensor vinculi.

Contoh surat penerimaan Surat-Gugat

Kop Tribunal
DEKRET PENERIMAAN LIBELLUS
NO. ...

Yang bertanda tangan di bawah ini Vicarius Iudicialis Keuskupan..., mempertimbangkan:

Pada tanggal 21 September 2019, JS mengajukan libellus yang dengannya memohon agar
perkawinannya yang dilangsungkan dengan H S di Gereja Katolik Stasi A Paroki B pada
tanggal ... dengan Surat Nikah Gerejawi LM ... di hadapan RP L J, dan dua orang saksi M S dan
J. R dianulasi dengan alasan “menikah dengan bersyarat” pada diri J S seperti Kan. 1102 §1.
Tribunal ini berkompeten dan mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh norma Kanon
1504, 1673 dan 1674 Kitab Hukum Kanonik.

MEMUTUSKAN

5
Menerima libellus tersebut.

Demikian surat ini diterbitkan demi kelancaran proses yuridis selanjutnya.

(kota, tanggal-bulan, tahun)

Vicarius Iudicialis

Jikalau surat-gugat belum ditandatangani oleh responden, salinan penerimaan surat-gugat


dikirimkan juga kepada responden dengan batas waktu 15 hari harus menyatakan tanggapannya.
Dalam praktek, salinan surat-gugat tidak dikirimkan kepada responden demi menghindari hal-hal
yang tak diinginkan, misalnya: rasa marah atau kebencian. Yang dikirimkan kepada responden
adalah surat panggilan untuk memberi tanggapan atas surat-gugat.
Contoh surat kepada responden

Kop tribunal
DEKRET PEMANGGILAN RESPONDEN
NO. ...
Kepada
Yth. H S
(alamat lengkap)
Dengan hormat,
J S telah mengajukan permohonan kepada Tribunal Gerejawi Keuskupan ..., agar
perkawinan yang telah dilangsungkan dengan Anda diperiksa dan dinyatakan tidak sah atau tidak
ada menurut Hukum Kanonik (Hukum Gereja Katolik). Penyelidikan terhadap perkawinan
tersebut akan dipusatkan pada alasan yang dia ajukan yakni “menikah dengan bersyarat” pada
diri J S seperti Kan. 1102 §1.
Hal ini berarti bahwa J S akan berusaha menyampaikan bukti bahwa dirinya menjalani
pernikahan tidak didasari pada kesepakatan penuh, tapi didasarkan pada perkawinan bersyarat
seperti tercantum pada Kan. 1102 §1. Apabila alasan yang diajukan tersebut berhasil dibuktikan,
perkawinan itu akan dinyatakan oleh Tribunal Gerejawi tidak sah atau tidak pernah terjadi sejak
semula. Dengan demikian, Anda dan pasangan Anda berkemungkinan untuk melangsungkan
perkawinan secara gerejawi dengan orang lain, setelah memenuhi persyaratan lain sebagaimana
mestinya. Apabila alasan tersebut tidak terbukti perkawinan itu tetap dianggap sah oleh Gereja
Katolik.
Agar kebenaran dan keadilan ditegakkan, pengadilan mengharapkan partisipasi Anda
dalam penyelidikan dan penyelesaian perkara ini. Perlu ditekankan di sini bahwa hal ini
sungguh-sungguh perkara gerejawi yang tidak mempunyai akibat sipil apa pun. Tidak ada
maksud sama sekali untuk mencari siapa yang salah dalam perkara ini. Yang ingin dicapai dalam
perkara ini hanyalah apakah perkawinan itu sah atau tidak menurut Gereja Katolik.
Ada kemungkinan yang dapat Anda pilih agar proses Tribunal Gerejawi ini dapat
berlangsung dengan baik dan sah menurut Hukum Gereja. Pertama, Anda bersedia datang ke
Tribunal Gerejawi Keuskupan ... pada hari, tanggal dan jam yang Anda tentukan dan kami
setujui. Atau kedua, Anda melepaskan hak untuk hadir dan menerima keputusan Tribunal
dengan mengisi dan mengirimkan kembali lembaran yang juga terlampir.
Silakan Anda memilih salah satu dari kemungkinan itu dan segera disampaikan kepada
Tribunal Gerejawi Keuskupan ... paling lambat 1 minggu setelah surat ini Anda terima. Apabila
ada sesuatu yang kurang jelas, Anda boleh menanyakan kami: Tribunal (081263717xxx).

(kota, tgl, bulan, tahun)


Vicarius iudicialis

Contoh tanggapan Responden


SURAT PERNYATAAN RESPONDEN

6
Kepada
Yth. Vikaris Yudisial Keuskupan ...
(alamat)

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :HS
Tempat/tanggal lahir : ...
Alamat Pos : ...

setelah menerima surat panggilan dari Vikaris Yudisial tertanggal ________________

MENYATAKAN
melepaskan hak untuk hadir dan memberikan keterangan yang diperlukan Tribunal Gerejawi
Keuskupan ... dan bersedia menerima putusan Tribunal Gerejawi, setelah pemeriksaan perkara
dan penyelidikan perkara sebagaimana mestinya menurut Hukum Gereja Katolik.

(tempat, tanggal, bulan, tahun)

HS
Responden

Apabila masa 15 hari berlalu tanpa tanggapan, dan dinilai berguna, surat dapat dikirimkan
kembali untuk kedua kali.

Langkah III: Pemilihan Proses Peradilan: proses brevior, proses dokumental atau proses
biasa
Setelah mendalami libellus dan meminta tanggapan dari Responden, Vikyud menetapkan
proses peradilan yang hendak ditempuh dalam menganulasi perkawinan tersebut.
Proses Dokumental dipilih apabila terdapat dokumen-dokumen yang menunjukkan secara
meyakinkan adanya halangan yang menggagalkan perkawinan atau adanya cacat forma kanonik
Proses brevior dipilih apabila:
- Kedua pasangan itu menandatangani surat-gugat atau salah satu memberi persetujuan
bahwa perkawinan itu diperiksa oleh Tribunal
- Surat-gugat menunjukkan adanya nulitas yang sangat jelas dan terang
Proses biasa dipilih apabila
- Responden menentang libellus (tidak setuju perkawinannya diperiksa tribunal)
- Surat-gugat tidak menunjukkan nulitas yang sangat terang

Dekret itu disampaikan kepada pihak-pihak terkait (pemohon, responden) dan defensor
vinculi.

1. PROSES BREVIOR (PROSES LEBIH SINGKAT)


Proses ini diberlakukan oleh Paus Fransiskus dengan memodifikasi sejumlah kanon-kanon
yang berbicara mengenai perkara untuk menyatakan nulitas perkawinan (kan. 1671-1691).
Proses Brevior diatur dalam kanon-kanon 1683-1687).
Pemberlakuan proses ini didasari oleh kebutuhan akan kesederhanaan proses. Di dalam proses
ini dihapus kewajiban untuk memperoleh dua keputusan yang sama dari Tribunal berbeda
Tingkat. Dengan kata lain, tidak ada lagi naik banding ke Tribunal lebih tinggi.
Dalam proses brevior ini, uskuplah yang menjadi hakim, tetapi pelaksanaannya ditangani oleh
Vikyud atau seorang hakim lain.
Namun kesederhanaan proses ini tidak boleh mengurangi keseriusan dalam penanganannya.
Seperti sudah disinggung di depan, Proses brevior pada kasus anulasi perkawinan
mensyaratkan ad validitatem 2 (dua) syarat yang harus terpenuhi, yakni:

7
 Permohonan diajukan oleh kedua pasangan atau disetujui (ditandatangani) oleh
pasangannya (kan. 1683, 1°)
 Keadaan kasus didukung oleh kesaksian atau sarana-sarana (circumstances) yang
menampakkan bahwa nulitas perkawinan itu terlihat terang dan jelas (kan. 1683, 2°)
Jika persyaratan di atas dilanggar, putusan menjadi tidak sah.
Apa yang dimaksud dengan circumstances? (kan. 1683, 2°). Art. 14, § 1 MIDI memberi
penjelasan:
a. Ketidakdewasaan iman yang dapat menyebabkan simulasi. Ini bisa tampak dalam salah
paham mengenai konsep perkawinan, krisis pengetahuan, kelemahan psikologis dan moral
b. Singkatnya umur perkawinan
c. Aborsi
d. Kekerasan fisik
e. Tidak dapat menggunakan akal budi
Langkah IV: Penetapan Proses Brevior dan Rumusan Keraguan
Jika kedua syarat di atas terpenuhi, Vikyud akan mengeluarkan dekret, yang di dalamnya
Vikyud menetapkan pemilihan proses dan “Rumusan Keraguan” (formula dubbi; formulation of
doubt). Yang dimaksud dengan “rumusan keraguan” ini adalah dasar yuridis dari kebatalan
perkawinan (caput nullitatis).

Contoh dekret penetapan Proses Brevior dan “Rumusan Keraguan”:

Kop tribunal
DEKRET PENETAPAN PROSES DAN PERUMUSAN KERAGUAN
No.: ...

Yang bertanda tangan di bawah ini, berdasarkan surat-gugat yang disampaikan oleh JS yang
menggugat keabsahan perkawinannya dengan HS, yang diteguhkan pada ..., ... ,..., di Gereja ....
oleh .... dengan saksi-saksi ..., kami merumuskan keraguan untuk dijawab: “Apakah ada nulitas
perkawinan pada perkawinan di atas dengan dasar kebatalan: ‘menikah dengan bersyarat
mengenai masa yang akan datang’ pada diri J S seperti Kan. 1102 §1”.

Kami menetapkan bahwa kasus ini ditangani dengan proses BREVIOR.

(tempat, tempat, tanggal, tahun)


Vikaris Yudisial

Langkah V: Penetapan Personalia Tribunal


Dalam dekret selanjutnya Vikyud dapat menetapkan personalia tribunal, yang terdiri dari
Hakim Penyelidik (Instruktor) dan Asesor-asesor.
Vikyud dapat mengangkat dirinya sendiri sebagai Instruktor. Dalam praktek, biasanya hakim
tribunal lainnya.
Instruktor ini dapat imam atau awam yang berkompeten (kan. 1428, § 2).
Para asesor dapat imam atau awam, sesudah mendapat persetujuan uskup (kan. 1424)

DEKRET PENETAPAN PERSONALIA TRIBUNAL


NO. ...

Seturut ketentuan Kan. 1425 §3 dan Surat Keputusan Keuskupan ... No ... pada tgl ..., kami
Vicarius Iudicialis Tribunal Gerejawi Keuskupan ... menetapkan Personalia Tribunal untuk kasus
JS dan H S sbb:

Hakim Instruktor RP C S
Asesor 1 RD S P
Asesor 2 RP F S

8
Defensor Vinculi RP H H
Notarius RD M. M S

Demikian surat penetapan personalia ini ditetapkan untuk permohonan anulasi perkawinan J S
dan H S dengan alasan “menikah dengan bersyarat” pada diri J S seperti Kan. 1102 §1.

(Tempat, tanggal, bulan ,tahun)


Vicarius Iudicialis

Langkah VI: Pengumpulan Bukti-bukti dengan Pemanggilan pihak-pihak terkait,


yakni:
Selanjutnya Vikyud memanggil pihak-pihak yang terkait, yakni Pemohon dan Responden,
untuk mengumpulkan bukti-bukti.
Proses pengumpulan bukti-bukti ini dibuat dalam sesi (persidangan) yang tidak lebih dari 30
hari (kan. 1685). Sesi ini sedapat mungkin dibuat dalam satu kali (kan. 1686).
Pihak Pemohon dan Responden dapat menyampaikan argumen yang menjadi acuan Instruktor
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Biasanya dalam libellus argumen itu sudah tertulis.
Jawaban Pemohon, Responden dan Saksi-saksi ditulis oleh Notaris.
Langkah VII: Votum dari Defensor Vinculi
Setelah sesi pengumpulan bukti-bukti selesai, hasil pengumpulan bukti-bukti disampaikan
kepada defensor vinculi agar dalam waktu 15 hari memberikan pendapatnya. Pendapat defensor
vinculi memiliki fokus pada keabsahan ikatan perkawinan.
Langkah VIII: Keputusan dari Bapa Uskup
Yang berwenang mengeluarkan keputusan adalah Uskup diosesan. Kewenangan ini tidak
dapat didelegasikan (Kan. 1687).
Sebelum mengeluarkan putusan pengadilan, uskup diosesan harus berkonsultasi dengan
Instruktor dan Asesor. Turut juga diperhatikan penilaian Defensor vinculi.
Putusan diambil jikalau ada kepastian moral mengenai nulitas perkawinan.
Putusan yang boleh dikeluarkan oleh uskup diosesan adalah putusan afirmatif. Jika tidak,
berkas kasus harus dilakukan menurut proses biasa.
Langkah IX: Penyampaikan keputusan kepada pihak-pihak terkait
Putusan disampaikan kepada Pihak terkait dalam kurun waktu 1 bulan setelah penerbitan
keputusan (art. 20, § 2 MIDI).

2. PROSES BIASA
Proses biasa ditempuh apabila pihak Responden menentang libellus atau tidak mau
menandatangani libellus.
Kesulitan di wilayah Gereja Partikular: mayoritas Responden menentang libellus dengan alasan
tidak mau tahu dengan urusan mantan pasangannya.

Langkah IV: Penetapan Proses Biasa dan Rumusan Keraguan


Vikyud mengeluarkan surat penetapan proses Biasa dan menetapkan “Rumusan Keraguan”.
Langkah V: Penetapan Personalia Tribunal
Selanjutnya adalah Penetapan Personalia Tribunal
Langkah VI: Pengumpulan bukti-bukti
Tahap selanjutnya, yakni pengumpulan bukti-bukti.
1. Pernyataan dan pengakuan dari pihak pemohon dan responden
2. Bukti dokumen-dokumen
- dokumen publik: gerejawi dan sipil
- dokumen pribadi
Dokumen dapat memiliki daya pembuktian dalam peradilan kalau asli atau salinan yang
sudah dilegalisasi.
3. Keterangan dari saksi-saksi

9
Pemohon dan responden dapat mengajukan beberapa orang untuk menjadi saksi. Dalam
praktek di Tribunal, biasanya dua orang saksi.
Pembatasan untuk menjadi saksi: semua orang dapat menjadi saksi, kecuali dilarang oleh
hukum. Siapa yang dilarang oleh hukum?
- anak-anak di bawah umur 14 tahun
Anak berusia belum genap 14 tahun tidak boleh menjadi saksi, tetapi dapat didengarkan
- orang-orang yang kurang mampu menggunakan akal budi (idiot, pikun).
Tidak mampu memberikan kesaksian:
- pihak-pihak yang berperkara, hakim dan pembantunya, pengacara yang membantu atau
pernah membantu pihak yang berperkara
- para imam yang pernah mendengarkan pengakuan sakramental dari pihak yang berperkara
4. Saksi ahli
Saksi Ahli merupakan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu yang diundang oleh hakim
untuk memberikan penilaian atas suatu hal.
Untuk perkara-perkara impotensi, sabit jiwa atau kelainan kejiwaan, hakim harus menggunakan
bantuan satu atau beberapa orang ahli.

Langkah VII: Publikasi Akta


Langkah VIII: Penutupan perkara
Langkah IX: Pembelaan dan Catatan Defensor Vinculi
Langkah X: putusan hakim dan publikasi putusan hakim
Langkah XI Banding
Setelah Putusan dikeluarkan, dalam tempo 15 hari-guna (di luar hari Minggu dan libur), banding
harus diajukan ke Tribunal yang memutuskan perkara. Jika lewat tempo ini, keputusan itu dapat
dilaksanakan.
Banding dapat dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikan (Pemohon atau Responden),
promotor iustitiae dan defensor vinculi (kan. 1680, § 1).
Jika banding dilakukan dan diterima, Tribunal Tingkat II membentuk hakim kolegial,
menetapkan defensor vinculi, dan meminta pihak terkait (Pemohon dan Responden) untuk
membuat pendapat dalam batas waktu (misalnya, 2 minggu).
Lewat batas waktu ini, Hakim Kolegial tribunal dapat mengukuhkan keputusan pengadilan
Tingkat Pertama dengan dekret, jikalau dinilai bahwa proses banding hanya bertujuan mengulur-
ulur waktu (kan. 1680, § 2).
Jika banding ditindak-lanjuti, Hakim Kolegial Tribunal Tingkat II menerapkan prosedur yang
sama dengan Pengadilan Tingkat I dengan penyesuaian-penyesuaian (kan. 1680, § 3).
Jikalau pada banding diajukan caput nullitatis baru, maka proses pengadilan mengadilinya
sebagai Tingkat I (kan. 1680, § 4)

Sanggahan atau Keputusan Definitif ((kan. 1681)


Pada prinsipnya kasus perkawinan tidak pernah menjadi perkara yang selesai secara permanen,
kendati sudah mendapatkan keputusan definitif. Oleh karena itu dimungkinkan untuk menggugat
kembali perkawinan yang sudah selesai diproses kapan saja, asalkan dengan menyertakan bukti-
bukti atau argumen baru. Semua bukti dan argumen ini harus disampaikan dalam kurun waktu 30
hari sejak surat sanggahan diajukan.

Pernikahan baru (kan. 1682)


Setelah putusan definitif menyatakan perkawinan tidak sah sejak awal, Pemohon dan Responden
dapat melangsungkan pernikahan baru atau mengkonvalidasi perkawinannya, kecuali jikalau
Ordinaris Wilayah mencantumkan larangan.
Informasi mengenai putusan definitif disampaikan oleh Vikyud kepada Ordinaris wilayah
(praktek: pastor paroki) tempat perkawinan dirayakan, agar dicatat dalam buku LM dan LB
secepatnya (kan. 1682).

10

Anda mungkin juga menyukai