Anda di halaman 1dari 24

KHK BAB IX,

Artikel 1: Pemutusan Ikatan (Kan. 1141 1150)


Artikel 2: Berpisah dg tetap adanya ikatan
Perkawinan (Kan. 1151 1155)

Sifat perkawinan: unitas dan indissolubilitas.


Sifat ini dikuatkan lebih pada perkawinan
sakramental
Namun, dalam keadaan & dg syarat-syarat
tertentu, perkawinan dapat diputuskan

1. PERKAWINAN RATUM ET CONSUMMATUM

Kan. 1141 menegaskan perkawinan ratum et


consummatum memiliki indissolubilitas
absoluta
Dg adanya persetubuhan antara suami-isteri,
perkawinan 2 orang yg dibaptis
melambangkan dan menggambarkan secara
sempurna dan penuh hubungan kasih Kristus
dengan Gereja-Nya (bdk. Ef. 5: 22-33)

2. PERKAWINAN NON-CONSUMMATUM
Kan. 1142
Kemungkinan diputuskannya ikatan
perkawinan yg belum disempurnakan dengan
persetubuhan suami-isteri (coitus coniugalis)
Perkawinan yg belum disempurnakan dg
persetubuhan dpt diputuskan oleh Paus atas
permintaan kedua pihak atau salah satu dr
pasangan

Gereja & Tahta Suci hanya akan memutuskan


perkawinan ini sejauh ada alasan yg wajar, misal:
percekcokan yg berlangsung terus menerus dan tak
mungkin didamaikan
memunculkan pertentangan dan permusuhan antar
keluarga
dugaan adanya impotensi dg bahaya tak dapat
bertarak dari pihak korban
Cerai sipil dg bahaya inkontinensi atau ketidaksetiaan
pd pihak yg tak bersalah
setelah dpt dibuktikan adanya kurang kesepakatan
bahaya iman (misal dg pihak non-katolik)

3. PEMUTUSAN PER PRIVILEGIUM PAULINUM

Kan. 1143
Hakikat privilegi paulinum ini selalu mengenai
perkawinan sah antar infideles (2 orang yang
tak dibaptis), yang perkawinannya bersifat
indissolubile tak terputuskan
Dalam perjalanan hidup perkawinan, salah
satu dari pasangan bertobat dan dibaptis dlm
iman kristen, sedang yg lain tetap tdk dibaptis

Pihak infidelis (non-katolik) pergi atau mau


hidup bersama tetapi tdk dengan damai, pihak
yg telah dibaptis dapat berpisah dari
pasangannya
Jawaban negatif atas interpelasi yg dibuat
kepada pihak tak baptis (bdk. Kan. 114-1145)
Dilangsungkannya perkawinan lain (bdk. Kan.
1143 1; 1146)

Kan. 1146
Pihak yang dibaptis mempunyai hak
melangsungkan perkawinan baru dengan
pihak katolik
Kan. 1147
Namun dg alasan berat Ordinaris wilayah
dapat mengizinkan pihak yg dibaptis
melangsungkan perkawinan dg pihak nonkatolik

Kan. 1151-1155
Perpisahan, namun tetap masih ada ikatan
perkawinan separatio tori, separatio mensae,
dan separatio domus
Hendaknya menjadi alternatif terakhir
Perpisahan ini tdk sempurna dan dapat bersifat:
total (menyangkut keseluruhan hidup perkawinan)
atau parsial: pisah ranjang, meja makan, atau rumah
atau ketiga-tiganya
tetap (batas waktu tdk ditentukan atau selamanya)
atau sementara waktu (waktu terbatas: setahun)
inisiatif dari kedua pihak atau salah satu saja
prakarsa sendiri atau izin kuasa gerejawi
disebabkan oleh perbuatan zina oleh salah satu
pasangan atau sebab-sebab lain

Kan. 1152 perpisahan karena zina


Perzinahan salah satu pasangan memberikan
hak pada pihak lain yg tak bersalah untuk
mengadakan perpisahan: meja, ranjang, dan
tempat tinggal, dengan syarat:
perzinahan sungguh: hubungan seksual dengan
lawan jenis
perzinahan dilakukan dengan sengaja, tahu dan
mau, bukan krn ditipu, diperkosa atau dibius
hubungan seksual penuh
secara moral pasti, walaupun tdk dituntut bukti
scr yuridis (tertangkap basah). Cukup perkiraan
kuat

Tidak semua perzinahan memberikan hak


untuk berpisah, bila:
pihak lain telah memaafkan, secara diam-diam
atau tegas
pihak lain menyetujui kejahatan itu atau memberi
sebab, misal mendorong isterinya melacurkan diri
untuk tambahan penghasilan
pihak lain berbuat kejahatan yang sama: dlm hal
demikian, ketidakadilan itu saling menutup, dan
hilanglah hak untuk berpisah

Perpisahan ini dapat selamanya, namun tetap


tidak memutuskan ikatan perkawinan
Suami-isteri tetap mempunyai kewajiban cinta
kasih terhadap anak-anaknya
Otoritas Gereja dpt mewajibkan pihak yg tak
bersalah untuk memaafkan kesalahan
pasangannya serta mempertahankan hidup
bersama, paling tidak sebagian
Seandainya sudah terjadi perpisahan,
selayaknya diupayakan kerukunan kembali

Kan. 1153-1155 perpisahan karena alasanalasan lain


Misalnya:
bahaya iman karena bidaah, murtad
bahaya jiwa: penyiksaan fisik,
hidup bersama yg terlalu sulit dan pendidikan
anak-anak dibahayakan

PERKARA DECLARATIO

NULLITATIS

Nullitas atau annulment pernyataan bahwa


sesungguhnya perkawinan yang pernah
dilangsungkan itu tidak pernah terjadi sejak
semula atau tidak sah sejak semula
Istilah cerai atau pembatalan
mengandaikan pernah adanya ikatan
perkawinan sebelumnya

Yang memiliki kewenangan menyatakan


bahwa perkawinan tidak sah/tidak ada adalah
tribunal Gereja
Tribunal Gereja terdiri dari para hakim yang
ditunjuk atau diangkat oleh Uskup
berdasarkan kecakapan serta kualitas
akademiknya (Kan. 1421 3)
Penanganan dan penyelesaian kasus yang
diajukan harus didasarkan oleh obyektivitas
keadilan

Penyelesaian kasus dimulai dengan:


diterimanya permintaan tertulis agar
kasusnya diselesaikan oleh tribuna dari
pemohon
interogasi pemohon dan pasangannya
mendengarkan pernyataan para saksi
mendengarkan pembela (defensor vinculi
pemertahan ikatan)
Pembuatan keputusan oleh hakim

PROSES
1. Di Paroki
kasus perkawinan disampaikan kepada pastor
paroki/pastor pembantu
hendaknya pastor paroki menyelesaikannya
secara pastoral (Kan. 1676): rekonsiliasi atau
convalidatio atau sanatio in radice
jika jalan penyelesaian mengalami kebuntuan,
pastor paroki mengajak pemohon untuk
menemukan alasan (kecacatan perkawinan)
agar kasus tersebut dapat diajukan ke tribunal
Gereja

Harus dilihat dengan jeli kejujuran dari yang


bersangkutan, karena annulment tidak
berarti/tdk sah jika didasari pada motiv yg tdk
benar/jujur
Konsultasi awal belum menjadi bukti untuk
mengambil keputusan
Cacat hukum dari sebuah perkawinan harus
dapat dibuktikan
Maka pertanyaan yg dibuat bertujuan untuk
menemukan bukti-bukti tersebut
Merekonstruksi relasi mereka sebelum, ketika,
dan setelah pernikahan

Pengadilan yang berwenang diatur dalam Kan.


1673
Dalam permohonan tertulis (libellus) harus
ditulis dengan jelas:
data diri dam domisili/kuasi domisi pemohon
sejarah singkat relasi sebelum, ketika dan setelah
pernikahan
apa yang diminta (petitium)
motiv dasar yg menjadi alasan anulasi
nama-nama saksi
dokumen-dokumen, misal surat baptis, surat
nikah, dll

Alasan yang memungkinkan declaratio


nulitatis:
cacat kesepakatan atau konsensus
adanya halangan yang menggagalkan
perkawinan
tidak terpenuhinya forma kanonika

2. Di Tribunal Gereja
Tahap pengajuan kasus:

Pengajuan libellus
Penerimaan libellus
Pemanggilan pasangan
Perumusan alasan

Tahap pembuktian

Interogasi pihak pemohon (actor/petitioner) dan


pasangan (responden/conventus)
Pengumpulan bukti-bukti
Konklusi/keputusan kasus
Penelaahan berkas kasus

Tahap pembelaan
Dukungan pembela
Pendapat defensor vinculi

Tahap Keputusan
Keputusan hakim

Tahap banding
Penyampaian berkas perkara dan keputusan
ke Tribunal Gereja tingkat II
Konfirmasi/ratifikasi atau memulai proses
dari awal lagi

Tahap akhir
Ratifikasi tribunal Gereja tingkat II,
maka keputusan tribunal tingkat I
berkekuatan hukum tetap
Tribunal tingkat I membuat keputusan
mengenai status bebas pemohon dan
pasangannya
Mengirimkan berita ke paroki tempat
pemohon dan responden agar dicatat
dlm buku baptis dan perkawinan

Anda mungkin juga menyukai