KATOLIK II
1
BIBLE QUOTES
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri
saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan
dia.”
Kejadian 2:18
“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah
mereka bukan dua lagi, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Matius 19:5-6
2
HUKUM PERKAWINAN
Hukum Gereja Hukum Sipil
(KHK k. 1055 1) (UU Pkw 1074)
Perjanjian (foedus)
perkawinan, dengannya
“Perkawinan ialah
seorang laki-laki dan seorang
perempuan membentuk ikatan lahir batin antara
antara mereka persekutuan seorang pria dengan
(consortium) seluruh hidup, seorang wanita
yang menurut ciri kodratinya sebagai suami-isteri dengan
terarah pada kesejahteraan tujuan membentuk keluarga
suami-istri (bonum yang bahagia dan kekal
coniugium) serta kelahiran berdasarkan Ketuhanan
dan pendidikan anak, antara Yang Maha Esa.”
orang-orang yang dibaptis,
oleh Kristus Tuhan diangkat
ke martabat sakramen
HAKEKAT DAN TUJUAN
PERKAWINAN KATOLIK
TUJUAN
membangun kesejahteraan suami-istri.
Terarah pada kelahiran dan pendidikan anak.
Perkawinan sah antara dua orang yang sudah dibaptis oleh Kristus Tuhan
diangkat ke martabat sakramen.
SIFAT-SIFAT HAKIKI
PERKAWINAN KATOLIK
MONOGAMI
INDISSOLUBILITAS
2 “Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya
kepada-Nya: “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?”: 3 Tetapi
jawab-Nya kepada mereka: “Apa perintah Musa kepada kamu?” 4 Jawab mereka:
“Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” 5 Lalu
kata Yesus kepada mereka: “Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa
menuliskan perintah ini untuk kamu. 6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan
mereka laki-laki dan perempuan, 7 sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayahnya
dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, 8 sehingga keduanya itu menjadi satu
daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. 9 Karena itu, apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” 10 Ketika mereka
sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. 11 Lalu
kata-Nya kepada mereka: “Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan
perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. 12 Dan jika si isteri
menceraikan
6
I. SEBELUM PERKAWINAN
A. Memilih Calon Pasangan
1. Bibit – bebet – bobot
a.Normal sebagai laki atau perempuan yang potens >
kan. 1055, 1057;1084
b.Mempunyai background keluarga yang baik:
Kemampuan berketurunan: kan. 1084
Hereditas penyakit fisik dan kejiwaan: kan. 1095.3
Kondisi perkawinan ortu: harmonis? Broken? Konflik?
Status Sosial: aktivis di masyarakat dan Gereja?
Budaya
c. Mempunyai kedewasaan kepribadian
Kemandirian: kekanak2an? Manja?
Kemampuan menalar: kan. 1095.1-2
7
2. Agama dan iman
a.Sedapat mungkin seiman/seagama: kan.1086.1124
Demi penghayatan iman
Demi pendidikan iman anak
b.Terpaksa kawin campur dan beda agama: kan. 1125-
1126
Bersedia menghindari bahaya iman:
apostasy/kemurtadan, heresia/bidaah,
skisma/pemisahan dari kesatuan Gereja
Berjanji untuk berusaha sekuat tenaga mendidik anak-
anak dalam iman dan membaptis secara Katolik
8
B. Persiapan Perkawinan
1. Pertunangan: kan. 1062
a. Maksud dan tujuan: masa persiapan demi pengenalan dan
pemantapan
b. Keharusan Menikah
Bukan sebuah keharusan untuk menikah
Masa penentuan
9
3. Penyelidikan kanonik demi sahnya perkawinan :
kan. 1066
Maksud
Penyelidikan yang dilakukan oleh Ordinaris Wilayah atau
pastor paroki terhadap calon pasangan
Penyelidikan dilakukan bdk. Kitab Hukum Kanonik
Tujuan
Memperoleh kepastian moral ttg validitas/sahnya dan
liceitas/layaknya
Mempersiapkan calon pasangan ttg tanggungjawab
perkawinan
10
Cara
Penyelidik
11
II. PERAYAAN LITURGIS
Yang mendahului: kan: 1065
Sakramen Penguatan/Krisma: sejauh dapat dan tidak mengalami kesulitan
Peneguh
Prinsip: Ordinaris Wilayah/pastor paroki (kan. 1109)
Kekecualian: delegatus (dengan surat delegasi dari Ordinaris
Wilayah/pastor paroki), kan. 1111; bdk. Kan 1113
13
III. SESUDAH PERAYAAN PERKAWINAN
a. Pendidikan Anak
Bidang Pendidikan: iman dan humaniora
Keluarga Perkawinan campur dan beda agama: kan. 1125;
1136)
Pihak Katolik berjanji mendidik anak-anak secara Katolik
Pihak Non-Katolik: mengetahui janji pihak
Katolik/mendukung
b. Masalah Ekonomi
Tidak ada ketakutan besar yg disebabkan oleh sesuatu dari luar dirinya 21
c. Bentuk tata perayaan
Prinsip: kan. 1108;1117)
Untuk semua perkawinan kanonik: di hadapan imam dan
dua saksi resmi
Kekecualian: kan. 1127,2
ekumenis: di hadapan imam dan pendeta, serta dua saksi
resmi
Di depan petugas non Katolik -> dgn dispensasi atas tata
peneguhan
Dilarang: kan. 1127, 3
Dua pelayan agama, masing2 menanyakan kesepakatan
perkawinan pasangan
Ganda: dua perayaan keagamaan baik sebelum atau
sesudah perayaan kanonik 22
3. Tata Perayaan (forma canonica): kan. 1108-1129
a. Katolik: forma canonica (kan. 1108)
Di hadapan Ordinaris wilayah (Uskup diosesan/Vikjen,
Vikep) atau pastor paroki atau delegatus mereka
Di depan dua saksi resmi: sedapat mungkin orang Katolik
dewasa (boleh pasangan)
27