Anda di halaman 1dari 37

Solusi Yuridis & Pastoral

Kasus Perkawinan Kristiani


Rabu, 11 Maret 2020
PRINSIP UTAMA
1) Perkawinan SAH dan TIDAK BERMASALAH (BERTAHAN)à Ideal perkawinan
2) Perkawinan SAH tetapi BERMASALAH (BUBAR)à Bantuan-bantuan pastoral
(mempertahankan perkawinan) atau yuridis (pisah ranjang atau pemutusan
ikatan perkawinan – dissolutio)
3) Perkawinan TIDAK SAH tetapi TIDAK BERMASALAH (BERTAHAN) à
Pengesahan perkawinan (convalidatio simplex atau sanatio in radice)
4) Perkawinan TIDAK SAH dan BERMASALAH (BUBAR) à Pembatalan ikatan
perkawinan (anulatio)
SEANDAINYA.....
Perkawinan itu SAH (validum):
1. BERTAHAN à didukung dengan bantuan-bantuan pastoral
2. BUBAR:
a) Pisah ranjang atau separatio tori à kan. 1151-1155; 1692-1696
b) Putus à pelepasan ikatan nikah (dissolutio) yang selalu diikuti dengan
perkawinan baru
• KHK à pelepasan ikatan nikah:
Ø Kan. 1142: matrimonium non consummatum (kan. 1697-1706)
Ø Kan. 1143-1147: privilegium paulinum
Ø Kan. 1148: privilegium pianum
Ø Kan. 1149: privilegium gregorianum
• Instruksi Kongregasi Ajaran Iman dan Moral: dissolutio in favorem fidei ex
suprema potestate Romani Pontificis
Ø Ut notum est (6 Desember 1973)
Ø Potestas ecclesiae (30 April 2001)
Perkawinan itu TIDAK SAH (invalidum):
1. BERTAHAN: disahkan/dibereskan à convalidatio
a) Convalidatio simplex: pengesahan biasa (kan. 1156-1160)
• Memperbarui konsensus (renovatio consensus) di hadapan otoritas
gerejawi dan dua orang saksi (kan. 1108 (bdk. kan. 1117 dan 1127)
b) Sanatio in radice: penyembuhan pada akar (kan. 1161-1165)
• Pengesahan perkawinan oleh Takhta Suci atau Uskup diosesan, tanpa
renovatio consensus (pembaruan kesepakatan)
2. BUBAR: dinyatakan batal à anullatio (kan. 1671-1691)
• Proses:
• Pengadilan diosesan (Instansi I)
• Pengadilan banding tingkat I (Instansi II)
• Pengadilan banding tingkat II (Instansi III: Rota Romana)
• Persyaratan:
• Mengajukan surat permohonan (libellus) kepada Tribunal yang berwenang
• Membuktikan caput nullitatis (landasan pembatalan) melalui persidangan
Pisah Ranjang (kan. 1151-1155)
• Prinsip:
Ø Diperbolehkan, bila:
1) hidup bersama menyebabkan bahaya besar bagi jiwa atau badan
pihak lain atau anaknya, atau
2) membuat hidup bersama terlalu berat.
Ø Pihak yang tak bersalah memberi alasan legitim kepada pihak lain
dengan keputusan dari Ordinaris wilayah dan atas kewenangannya
sendiri à sarana introspeksi diri!
Ø Bila alasan berpisah telah berhenti, hidup bersama harus dipulihkan.
Ø Selama terjadi perpisahan, haruslah diperhatikan sustentasi dan
pendidikan bagi anak-anak.
PEMUTUSAN IKATAN NIKAH
Kanon 1141
Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputus oleh kuasa
manusiawi manapun dan atas alasan apapun, selain oleh kematian.
Ratum et consummatum: kan. 1141
• Prinsip umum:
• Perkawinan ratum et consummatum tidak bisa diputuskan oleh
kuasa manapun dan atas alasan apapun, kecuali oleh kematian
(Mrk. 10,9).
• Semua perkawinan lain bisa diputus oleh otoritas Gereja yang
berwenang, sesuai dengan ketentuan hukum:
Ø Kan. 1142-1149;
Ø Instruksi Kongregasi untuk Ajaran Iman dan Moral: Potestas
Ecclesiae, 30 April 2001.
Kanon 1142
Perkawinan non-consummatum antara orang-orang dibaptis atau
antara pihak dibaptis dengan pihak tidak dibaptis, dapat diputus oleh
Paus atas alasan yang wajar, atas permintaan kedua pihak atau
seorang dari antara mereka, meskipun pihak yang lain tidak
menghendakinya.
Perkawinan non-consummatum: kan. 1142
• Jenis:
Ø Antara dua orang baptis (katolik/non-katolik)
Ø Antara orang baptis dan non-baptis:
ü Antara orang katolik dan non-baptis à dengan dispensasi
disparitas cultus atau beda agama
ü Antara orang baptis non-katolik dan non baptis à tanpa dispensasi
disparitas cultus.
• Otoritas yang berwenang: Rota Romana
• Obyek pembuktian:
Ø Bukti tak adanya konsumasi atau persetubuhan
Ø Bukti tak-baptisnya pihak tak-baptis
Kanon 1143
• §1. Perkawinan yang dilangsungkan oleh dua orang tidak dibaptis
diputus berdasarkan privilegium paulinum demi iman pihak yang telah
menerima baptis, oleh kenyataan bahwa pihak yang telah dibaptis
tersebut melangsungkan perkawinan baru, asalkan pihak yang tidak
dibaptis pergi.
• §2. Pihak tidak dibaptis dianggap pergi, jika ia tidak mau hidup bersama
dengan pihak yang dibaptis atau tidak mau hidup bersama dengan
damai tanpa menghina Pencipta, kecuali orang itu, setelah baptis yang
telah diterimanya, memberi alasan wajar kepadanya untuk pergi.
Kanon 1144
• §1. Agar pihak dibaptis dapat melangsungkan perkawinan baru dengan sah,
pihak tidak dibaptis selalu harus diinterpelasi apakah:
• 10 ia sendiri mau menerima baptis;
• 20sekurang-kurangnya ia mau hidup bersama dalam damai dengan pihak
dibaptis tanpa menghina Pencipta.
• §2. Interpelasi itu harus dilakukan sesudah baptis; tetapi Ordinaris wilayah, atas
alasan yang berat, dapat mengizinkan untuk melakukan interpelasi sebelum
baptis; bahkan dapat memberikan dispensasi dari interpelasi, entah sebelum
atau sesudah baptis, asalkan nyata sekurang-kurangnya dengan cara singkat
dan luar pengadilan, bahwa interpelasi tidak dapat dilakukan atau tidak akan
ada gunanya.
Kanon 1145
• §1. Interpelasi hendaklah pada umumnya dilakukan atas otoritas Ordinaris
wilayah dari pihak yang bertobat; kepada pihak yang lain, Ordinaris itu dapat
memberikan tenggang waktu untuk menjawab, jika ia memintanya, tetapi
dengan peringatan bahwa jika tenggang waktu itu lewat tanpa dimanfaatkan,
maka sikap diam itu dianggap sebagai jawaban negatif.
• §2. Juga interpelasi yang dilakukan secara pribadi oleh pihak yang bertobat
sendiri adalah sah, bahkan licit, jika bentuk yang ditetapkan di atas tidak dapat
ditepati.
• §3. Dalam kedua kasus tersebut di atas haruslah nyata secara legitim dalam
tata-lahir, mengenai interpelasi yang telah dilakukan dan hasilnya.
Kanon 1146
• Pihak yang dibaptis mempunyai hak untuk melangsungkan perkawinan baru
dengan pihak katolik:
• 10jika pihak yang lain menjawab negatif terhadap interpelasi, atau secara
legitim interpelasi ditiadakan;
• 20 jika pihak tidak dibaptis, entah sudah diinterpelasi entah tidak, pada
mulanya bertahan dalam hidup bersama dalam damai tanpa menghina
Pencipta, kemudian tanpa alasan wajar pergi, dengan tetap berlaku
ketentuan kan. 1144 dan 1145.
Kanon 1147
Namun Ordinaris wilayah, atas alasan berat, dapat mengizinkan
bahwa pihak dibaptis, yang menggunakan privilegium paulinum,
melangsungkan perkawinan dengan pihak tidak katolik, entah baptis
entah tidak dibaptis, dengan tetap memperhatikan juga ketentuan-
ketentuan kanon mengenai perkawinan campur.
Pemutusan demi iman paulinum (privilegium
paulinum): kan. 1143-1147
• Dasar: 1 Kor. 7,12-16
• Motivasi dasar: demi iman pihak yang dibaptis (katolik/non-katolik)
• Lima syarat penggunaan/aplikasi privilegium paulinum:
1) Mengenai perkawinan antar dua orang tak baptis (infideles): kan. 1143 §1
2) Dalam perjalanan, satu dibaptis dan yang lain tetap tak-baptis: kan. 1143 §1
3) Pihak tak-baptis pergi (discedit): kan. 1143 §1-2
4) Jawaban negatif atas interpelasi pada pihak tak-baptis: kan. 1144-1146
Ø Tidak mau dibaptis
Ø Tidak mau hidup bersama dengan damai tanpa menghina sang Pencipta
5) Perkawinan baru dengan pihak baptis: kan. 1147
Kanon 1148
• §1. Seorang tidak dibaptis yang secara serentak mempunyai beberapa istri
tidak dibaptis, setelah menerima baptis dalam Gereja katolik, jika berat
baginya untuk tetap hidup bersama dengan yang pertama dari istri-istri itu,
dapat mempertahankan satu dari mereka, sedangkan yang lain dilepaskan. Hal
yang sama berlaku bagi perempuan tidak dibaptis, yang secara serentak
mempunyai beberapa suami tidak dibaptis.
• §2. Dalam kasus-kasus yang disebut §1, sesudah menerima baptis, perkawinan
haruslah dilangsungkan dengan forma yang legitim, jika perlu juga dengan
memenuhi ketentuan-ketentuan mengenai perkawinan campur serta
ketentuan lain yang menurut hukum perlu ditepati.
• §3. Ordinaris wilayah, dengan memperhatikan keadaan moral, sosial, ekonomi
setempat serta orang-orangnya, hendaknya mengusahakan agar cukup
terjamin keperluan istri pertama serta istri-istri lain yang dilepaskan, menurut
ukuran keadilan, cinta-kasih kristiani dan kewajaran kodrati.
Pemutusan demi iman poligami yang bertobat
(privilegium pianum): kan. 1148
• Dasar:
Ø Konstitusi dari Paus Paulus III: Konstitusi Altitudo, 1 Juni 1537
Ø Konstitusi dari Pius V: Konstitusi Romani Pontificis, 2 Agustus 1571, berkaitan
dengan poligami yang bertobat.
• Motivasi dasar: demi iman pihak poligami yang dibaptis (katolik)
• Syarat penggunaan privilegium pianum:
1. Mengenai perkawinan poligami tak-baptis (infideles)
2. Dalam perjalanan, poligami dibaptis
3. Poligami yang dibaptis tidak bisa mempertahankan perkawinannya dengan
istri pertama dan memilih satu dari istri-istri lain
4. Tanpa interpelasi pada pihak istri yang pertama
5. Perkawinan baru dengan salah satu dari istri-istri, selain istri pertama.
Kanon 1149
Orang tidak dibaptis, yang setelah menerima baptis dalam Gereja
katolik, tidak dapat memulihkan kehidupan bersama dengan
pasangan yang tidak dibaptis karena penahanan atau penganiayaan,
dapat melangsungkan perkawinan lain, meskipun pihak yang lain
sementara itu sudah dibaptis, dengan tetap berlaku ketentuan kan.
1141.
Pemutusan demi iman karena penahanan
(privilegium gregorianum): kan. 1149
• Dasar: konstitusi dari Paus Gregorius XIII (Konstitusi Populis, 25 Januari 1585)
berkaitan dengan orang yang setelah baptis tidak mampu memulihkan
persekutuan hidup bersama dengan pasangannya
• Motivasi dasar: demi iman pihak yang dibaptis (katolik)
• Syarat penggunaan privilegium gregorianum:
1. Mengenai perkawinan dua orang tak-baptis (infideles)
2. Dalam perjalanan, satu dibaptis dan tidak mampu memulihkan
persekutuan hidup bersama karena pasangannya dipenjara atau
penahanan
3. Tanpa interpelasi pada pihak yang dipenjara/ditahan
4. Perkawinan baru dengan orang katolik atau non-katolik dengan perhatian
syarat perkawinan campur/beda agama: kan. 1125-1126
Pemutusan demi iman dengan menggunakan kuasa tertinggi Paus
(dissolutio in favorem fidei ex suprema potestate Romani Pontificis)

• Dasar: Instruksi Kongregasi Ajaran Iman dan Moral ut notum est, 6 Desember
1973 dan Potestas Ecclesiae, 31 April 2001
• Motivasi dasar: demi iman pihak yang dibaptis (katolik)
• Jenis:
1) Perkawinan consummatum antara orang baptis dan non baptis (bdk. Kan.
1142)
2) Perkawinan antara 2 orang tak-baptis, kemudian hanya 1 yang baptis
namun tidak bisa diputus dengan privilegium paulinum karena ada syarat
yang tidak terpenuhi
3) Perkawinan 2 orang yang selama perkawinan tidak pernah baptis
• Otoritas yang berwenang: Kongregasi Ajaran Iman dan Moral
• Yang harus dibuktikan: fakta tidak adanya baptis dari pihak yang tidak dibaptis
PENGESAHAN
PERKAWINAN
Pengesahan Biasa/Convalidatio simplex
(kan. 1156-1160)
• Syarat:
• Ketidaksahannya disebabkan oleh minimal salah satu dari hal ini (kan. 1156):
a) Halangan
b) Cacat forma canonica
c) Cacat konsensus
• Halangan yang menggagalkan telah hilang atau diberi dispensasi (kan. 1156 §1)
• Renovatio consensus (pembaruan kesepakatan: kan. 1156 §2; 1157; 1159 §1):
üOleh kedua pihak dengan mengindahkan forma canonica: bila halangan nikah atau
cacat kesepakatan bersifat publik atau ada cacat tata peneguhan (kan. 1158 §1; 1159
§3; 1160)
üOleh pihak yang sadar (secara diam-diam): bila halangan nikah atau cacat kesepakatan
bersifat tersembunyi (kan. 1158 §2; 1159 §2)
• Proses:
• Seperti mengurus perkawinan biasa
• Dicatat dalam Liber Baptismorum dan Liber Matrimoniorum
Penyembuhan pada akar/Sanatio in radice
(kan. 1161-1165)
• Syarat:
o Ada kesepakatan dan tidak cacat (kan. 1161 §1; 1162-1163)
o Ketidak-sahan bisa disebabkan oleh minimal salah satu dari (kan. 1163):
ØHalangan
ØCacat forma canonica
o Halangan yang menggagalkan sudah hilang atau diberi dispensasi (kan. 1163)
o Tidak dibutuhkan renovatio consensus (pembaruan kesepakatan) (kan. 1161 §1)
• Yang berwenang:
ØTahkta Suci (kan. 1165 §1) à khususnya kalau dispensasi direservasi bagi Tahkta Suci
(bdk. kan. 1078 §2)
ØUskup diosesan (kan. 1165 §2)
• Proses:
q Permohonan sanatio in radice kepada Uskup diosesan
q Dicatat dalam Liber Baptismorum dan Liber Matrimoniorum
Administrasi Pencatatan Perkawinan
(kan. 1121-1123)
a. Buku Perkawinan (Liber Matrimoniorum)
• Penanggungjawab pencatatan perkawinan adalah pastor paroki tempat
perayaan atau penggantinya.
• Pencatatan dilakukan paling lambat sampai 3-4 hari setelah
perkawinan à penting, terkait dengan status yuridis seseorang!
• Yang harus dicatat:
1) Nama mempelai
2) Peneguh dan para saksi
3) Tempat dan hari perayaan perkawinan
• Jika pernikahan dilangsungkan dengan forma extraordinaria (kan. 1116):
a) Imam atau diakon yang ada wajib melaporkan kepada pastor paroki
b) Jika tidak ada imam atau diakon à para saksi in solidum (dalam
kebersamaan) dengan mereka yang menikah

• Pernikahan yang diteguhkan bukan oleh pastor paroki dalam kasus


perkawinan yang dilaksanakan dengan dispensasi dari forma canonica:
§ Seluruh berkas perkawinan, termasuk pemberian dispensasi dan bentuk
perayaannya, harus dicatat dalam Buku Perkawinan dan disimpan di
paroki yang pastor parokinya melakukan penyelidikan kanonik terhadap
kedua mempelai
b. Buku Baptis (Liber Baptismorum)
• Prinsip: wajib mencatat perkawinan yang telah dilangsungkan dalam
Buku Baptis dari pihak yang telah dibaptis:
§ Jika mempelai dibaptis di paroki ybs à dicatat sendiri oleh pastor
parokinya
§ Jika dari lain paroki à pastor paroki tempat perayaan harus selekas
mungkin mengirimkan berita pernikahan kepada pastor paroki
tempat mempelai pernah dibaptis
c. Pencatatan tentang pembatalan, pemutusan dan konvalidasi ikatan
nikah (kan. 1123)
• Prinsip à keharusan mencatat dalam Buku Baptis dan Buku
Perkawinan setiap perubahan status yuridis orang yang telah menikah:
§ Pernyataan batal (declaratio nullitatis)
§ Pernyataan putus (dissolutio vinculi)
§ Pengesahan perkawinan yang tidak sah, entah melalui pengesahan
biasa (convalidatio simplex) maupun penyembuhan pada akar
(sanatio in radice)
• Penanggungjawab pencatatan à pastor paroki tempat perkawinan
dilangsungkan dan tempat baptis
Pencatatan di Buku Baptis (LB)
234 1980 17 Agustus Yogyakarta us
1980 25 Agustus St. Antonius Padua Kotabaru us
AGUSTINUS MESKIPUN
us Matius Ponidi
Maria Ponirah
Yohanes Daripada
Rm. Lukas Paijo, Pr
us 3 Juli 1993 St. Antonius Padua Kotabaru

us Yohana Kembang Trembesi

25 Agustus 2005 Keluarga Kudus Banteng


234 1980 17 Agustus Yogyakarta us
1980 25 Agustus St. Antonius Padua Kotabaru us
AGUSTINUS MESKIPUN
us Matius Ponidi
Maria Ponirah
Yohanes Daripada
Rm. Lukas Paijo, Pr
us 3 Juli 1993 St. Antonius Padua Kotabaru

us Yohana Kembang Trembesi

25 Agustus 2005 Keluarga Kudus Banteng

Anulasi perkawinan oleh Tribunal KAS; No: XII/Trib.KAS/II/2017; 15 Februari 2017


Pencatatan di Buku Perkawinan (LM)
135 2005 25 Agustus Keluarga Kudus
Banteng - Yogyakarta
AGUSTINUS MESKIPUN
Matius Ponidi et Maria Ponirah

YOHANA KEMBANG TREMBESI


Paulus Sukarto et Elisabeth Suparti

Markus Budianto
Stefanus Sukamto

Rm. Yulius Purnomo, MSF


135 2005 25 Agustus St. Antonius Padua
Kotabaru - Yogyakarta
AGUSTINUS MESKIPUN
Matius Ponidi et Maria Ponirah

SITI FATIMAH
Sukardjo et Sukinah

Dispensasi Disparitas Cultus, No. 11/Disp/VIII/2005, 5 Agustus 2005


Markus Sugareng
Stefanus Sengkuni

Rm. Andreas Gatotkaca, SJ


135 2005 25 Agustus St. Antonius Padua
Kotabaru - Yogyakarta
AGUSTINUS MESKIPUN
Matius Ponidi et Maria Ponirah

BERNADETHA SITI FATIMAH


Sukardjo et Sukinah

Privilegi Paulinum, No. 11/Disp/VIII/2005, 5 Agustus 2005


Markus Sugareng
Stefanus Sengkuni

Rm. Andreas Gatotkaca, SJ


135 2005 25 Agustus St. Antonius Padua
Kotabaru - Yogyakarta
AGUSTINUS MESKIPUN
Matius Ponidi et Maria Ponirah

DEVI WULANDARI
Thomas Sukardjo et Ester Sukinah

Mixta Religio Vikep DIY, No. 10//VIII/2005, 7 Agustus 2005 (Tidak perlu dicantumkan di sini)
Markus Sugareng
Stefanus Sengkuni

Rm. Andreas Gatotkaca, SJ

Anda mungkin juga menyukai