Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARIEF HARDI RAHMAN

KELAS : XII IPS 1

NO.ABSEN : 06

CERPEN

Jalan Hidup

Tersebutlah satu kisah dimana seorang remaja yang hampir saja ingin bunuh diri karena
tak tahan dengan masalah hidup yang begitu berat dan bertubi-tubi. Panggil sajalah ia Siluca,
seorang gadis remaja yang duduk dibangku kelas menengah atas dan merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara. Dia merupakan orang yang diam dan menyendiri, sehingga ia sulit untuk
berbaur dengan teman sebayanya. Namun, ia unggul dalam hal prestasi akademik. Sebelumnya,
ia tak pernah mendapat peringkat empat kebawah dikelasnya. Sehingga pada satu waktu, ada hal
yang membuat guru heran, yaitu penurunan nilai akademik perlahan-lahan. Ternyata, hal ini
disebabkan oleh faktor internal Siluca.

Pada suatu hari, terjadi pertikaian antara ayahnya dengan kakaknya. Hal ini disebabkan
sikap fanatik buta akan materi, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Segala
sesuatu yang ada dirumah, baik berupa barang, pangan, bahkan beras yang hanya satu karung
kecil pun diambil olehnya. Hal ini sebelumnya pernah terjadi, namun tidak terlalu bernilai bagi
ayahnya sendiri. Namun, perlahan-lahan ayahnya mulai kesal karena tindakannya yang mulai
kelewatan. Mulai dari membuka isi lemari, mencari-cari di saku celana orang tua, bahkan
Handphone milik Siluca pun yang awalnya dipinjam kakaknya kini dijual olehnya. Akan tetapi,
ada hal yang membuat ayah marah besar, yaitu dia sudah tiga kali menggadaikan motor
ayahnya. Pada akhirnya, Labelling pun dikeluarkan oleh ayahnya kepada kakaknya sebagai
Maling. Akhirnya ayahnya pun marah kepada ibunya karena tidak becus mengurus si Kakak. Hal
ini dikarenakan dia merupakan kakak tirinya Siluca, yang artinya mereka memiliki ayah yang
berbeda. Pada akhirnya, Siluca dan adiknya harus melihat dan merasakan pedihnya broken
home. Selain itu, sikap ayah yang selalu memarahi Siluca akan nilain akademiknya yang
perlahan menurun, dan teguran guru akan tugas-tugasnya yang selalu telat mengumpulkan
membuat Siluca stress.
Masalah tak berhenti disini, tindakan kakak yang terus membabi buta semakin membuat
ayahnya marah besar. Sampai-sampai suatu ketika terjadi perkelahian fisik antara ayahnya dan
kakaknya yang membuat Siluca jatuh pingsan karena terkena tumbukan kakaknya ketika ia
berusaha memisahkannya. Siluca yang depresi perlahan-lahan mulai menggores tangannya
dengan pecahan kaca, Sampai-sampai kekasihnya melihat goresan-goresan itu di lengannya,
sebut saja dia Lucas. Lucas pun sebenarnya sudah tau kalau Siluca sedang memiliki masalah
yang amat berat dikarenakan sikapnya yang berubah 180 derajat. Namun, Siluca tidak pernah
menceritakan masalahnya dengan Lucas. Siluca terus mendapat tekanan dan terus menggores
tangannya hingga pada terakhirnya pertengkaran kembali terjadi. Hal ini berujung pada kata
maut yang di keluarkan oleh ayahnya, yaitu “Kamu mau ikut Ibumu atau Ayahmu?”. Kata-kata
yang pasti seluruh anak tidak ingin mendengarnya. Mendengar hal itu, Siluca pun langsung
masuk dan membanting pintu kamar tanpa menjawab sepatah kata pun. Saat itu pula, niat bunuh
dirinya mulai keluar. Namun sebelum itu, Siluca terus mengurung diri dan terus menulis catatan
pesan untuk kedua orang tuanya. Dan sebelum itu, Siluca selalu mengucapkan permohonan maaf
kepada Lucas tentang sikapnya. Dan masuk timing yang tepat, dimana kedua orang tua Siluca
sedang pergi keluar rumah, dan adiknya ikut ibunya pergi ke rumah saudaranya. Disanalah
Siluca mulai berniat melakukan percobaannya. Namun, sebelumnya dia menghubungi Lucas
untuk berbicara dan memutuskan hubungannya dengan Lucas. Hal ini membuat Lucas
kebingungan dan tidak tau harus berkata apa. Saat memindahkan panggilan suara menjadi
panggilan video, Siluca menolak dan membalas chat “seutas tali ini akan berbicara” sambil
memperlihatkan tali yang ia foto di kamarnya. Lucas yang paham pun langsung sigap pergi
kerumah Siluca sambil menghubungi keluarganya Siluca. Namun, belum ada yang mengangkat
teleponnya Lucas. Akhirnya sesampainya di rumah Siluca, ia langsung memanjat pagar
rumahnya dan berteriak, Karena pintunya terkunci sangat keras. Lucas terpaksa memecahkan
kaca rumah siluca, dan membuat heboh tetangga sebelahnya. Lalu ia masuk dan berusaha
mendobrak pintu kamar Siluca. Beruntungnya Siluca baru ingin mengikat tali itu di atas dan
bersamaan dengan itu, Siluca berteriak untuk jangan mendobrak pintunya. Disana ada tetangga
pula yang membantu mendobrak pintunya. Lalu, bertepatan dengan hancurnya engsel dan
terbukanya pintu, saat itu pula bertepatan Siluca melepaskan pijakannya di bangku. Dengan
sigap Lucas mengangkat Siluca keatas dan meminta tolong warga untuk memotong talinya.
Sungguh, hitungan detik yang begitu berharga, Siluca hanya tercekik sedikit, masih sadar
dan masih bisa diselamatkan oleh Lucas. Lalu setelah itu Lucas membawanya kerumah sakit
untuk diperiksa. Dan setelah pulang, Lucas meyakinkan kepada Siluca, “dunia ini tidak
selamanya terus mendapatkan kebahagiaan, jadi jangan kaget kalau masalah itu datang. Hadapi
masalahmu itu, dengan begitu kamu akan menjadi kuat. Tapi kalau kamu putus asa, itulah yang
akan membuat kamu lemah dengan sendirinya. Semua keberhasilan yang ada didunia saat ini itu
berawal dari masalah-masalah yang ada saat dulu. Itu merupakan hukum alam, begitupun kita
sebagai manusia. Tujuanmu dilahirkan bukan untuk menjadi remaja dan berakhir dengan mati
tergantung. Namun, untuk menjadi penerus generasi sebelumnya dan memiliki peran di
masyarakat. Masih ada tindakan yang lebih bernilai dibandingkan dengan bunuh diri. Bantu dan
pedulilah dengan remaja-remaja seusiamu agar tidak merasakan hal yang sama sepertimu.
Dengan begitu, kamu akan dikenal karena peran besarmu terhadap orang banyak. Dibandingkan
bunuh diri, kematianmu akan meninggalkan nama karena kebaikanmu. Itulah yang lebih bernilai
dalam hidup, yaitu sikap yang saling peduli dengan sesama.” Kata Lucas.

Saat itu Siluca tersadar dan mulai paham akan makna hidup didunia yang sebenarnya.
Bahwa nasib akhir bisa dipilih, antara bahagia atau duka, berusaha atau putus asa. Karena hal itu
masih bisa diubah oleh diri sendiri. Celah untuk bahagia terbuka lebar apabila terus Berusaha,
serta sikap kepedulian yang tingg terhadap sesama manusia akan membuat lingkaran kebaikan
dan membuat kehidupan yang seimbang. Itulah sejatinya peran pendidikan, yaitu untuk
memecahkan semua masalah yang ada di masyarakat. Setelah itu, para warga yang awalnya
kaget, kini sudah lega karena Siluca tersadar mindsetnya. Dan keluarganya yang baru pulang pun
awalnya kaget dan tidak percaya dengan perkataan warga. Namun, pada kenyataannya memang
seperti itulah kejadiannya. Setelah itu Siluca kembali melakuka kehidupang seperti biasanya.
Saat ini ia masuk Fakultas Psikologi dan membantu orang-orang menyelesaikan masalah hidup
mereka.

Anda mungkin juga menyukai