Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK SEKOLAH


DAN REMAJA

DOSEN PENGAMPU :

Ns. AMBIA, S.Kep, S.Pd, M.Kep

DISUSUN OLEH :

SISI NURHALIZA (19.055)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKes BINALITA SUDAMA MEDAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Sekolah dan Remaja” makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa .

Penulis menyadari makalah “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak


Sekolah dan Remaja” masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan , 05 Juli 2021

Penulis

ii
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Kesehatan Jiwa
1. Definisi Kesehatan Jiwa ........................................................................................3
2. Kriteria Sehat Jiwa..................................................................................................3
3. Rentang Sehat Jiwa.................................................................................................3
B. Konsep Dasar Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah
1. Definisi Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah........................................................4
2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Anak ..................................................5
3. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah...........................................12
C. Konsep Dasar Sehat Jiwa Pada Remaja
1. Definisi Sehat Jiwa Pada Remaja.........................................................................23
2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Remaja.............................................24
3. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Anak Remaja....................................................26

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai
dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual
khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi
keterampilan motorik kasar.
Khusus untuk anak dan remaja masalah kesehatan jiwa perlu diangkat
menjadi fokus utama dalam tiap upaya peningkatan sumber daya manusia,
mengingat anak dan remaja merupakan generasi yang perlu dipersiapkan sebagai
kekuatan bangsa Indonesia. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari total
populasi terdiri dari anak dan remaja berusia 0-16 tahun, 13% dari jumlah
populasi penduduk adalah anak berusia dibawah lima tahun (balita).Ternyata 7%-
14% dari populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa dan
resiko tinggi mengalami gangguan perilaku.
Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan di Indonesia
turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan jiwa anak dan remaja.
Perawat merupakan kelompok mayoritas tenaga kesehatan dan mempunyai
kesempatan 24 jam dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan baik secara
langsung maupun tak langsung kepada anak dan remaja dalam tiap tatanan
pelayanan pada masyarakat. Kontribusi keperawatan jiwa akan maksimal apabila
perawat menggunakan metode penyelesaian masalah yang disebut dengan proses
keperawatan dalam asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak dan remaja
serta keluarganya.

1.2.  Rumusan Masalah
1. Apa definisi kesehatan jiwa?
2. Bagaimana kriteria sehat jiwa menurut Yahoda?

1
3. Bagaimana rentang sehat jiwa?
4. Apa definisi sehat jiwa pada anak?
5. Bagaimana landasan teoritis pada anak?
6. Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah?
7. Apa definisi sehat jiwa pada remaja?
8. Bagaimana landasan teoritis pada remaja?
9. Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada remaja?

1.3.  Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah dan
remaja.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi kesehatan jiwa
b. Mengetahui kriteria sehat jiwa menurut Yahoda
c. Mengetahui rentang sehat jiwa
d. Mengetahui definisi sehat jiwa pada anak
e. Mengetahui landasan teoritis pada anak
f. Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah
g. Mengetahui definisi sehat jiwa pada remaja
h. Mengetahui landasan teoritis pada remaja
i. Mengetahui asuhan keperawatan sehat jiwa pada remaja

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kesehatan Jiwa


1. Definisi Kesehatan Jiwa
Sehat jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan
lingkungannya untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk
mencapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan menggunakan
kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi dan relasi) memiliki prestasi individu
serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku . (Australian
Health Minister, Mental Health Nursing Practice).
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya. (WHO)

2. Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yahoda


a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/ keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
f. Environmentalmastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).

3. Rentang Sehat Jiwa


a. Dinamis bukan titik statis
b. Rentang dimulai dari sehat optimal – mati
c. Ada tahap-tahap
d. Adanya variasi tiap individu
e. Menggambarkan kemampuan adaptasi
f. Berfungsi secara efektif: sehat
B. Konsep Dasar Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah
1. Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun)
3
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang
sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan
intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus,
dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat
mulai melambat pada usia 10 hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena
tulang wajah tumbuh lebih cepat dari pada tulang kepala. Anak usia sekolah
menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi neuromotorik lebih
berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda, memainkan
alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan
untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup sehari- hari sudah berkembang
(Berger & williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu di
berikan kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi
dengan orang lain di luar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua
keluarga berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa setiap
keluarga mempunyai perbedaan norma tentang perilaku yang di terima atau
tidak di terima.Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan
kesadaran dan penghargaan terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat
berhubungan dengan orang lain secara efektif.
Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah
mengembangkan pola industri (produktif) versus inferioritas (rendah diri).
Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk
merangsang anak agar produktif. Perkembangan seksual dan citra diri tidak
hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten,
penerimaan, dan penghargaan.
Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses
tumbuh-kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep
gender bahwa anak laki akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi
ibu kalau sudah dewasa. Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada
masa ini, yaitu menerapkan keterampilan merasionalisasikan pemahaman
4
tentang ide atau konsep. Mereka dapat menghubungkan antara konsep waktu
dan ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkn benda yang
sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar pentingnya memerhatikan norma
di rumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orangtua
atau guru.
Pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa.
Freud menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat
penting pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak sangat penting
dan pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah terbentuk
dan tidak dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga mengenalkan, anatara lain,
konsep transferens, ego, mekanisme koping (coping mechanism). Sullivian
memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia.
Tema sentral teori Sullivian berkisar pada teori Sullivian berkisar pada
ansietas dan menekankan bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian.
Anak belajar perilaku tertentu karena hubungan interpersonal.

2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Anak


Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan
psikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio
– biologis, psikologogis, kognitif, sosial, sensorimotoris, moral, dan filosofi.
Landasan teoritis perkembangan jiwa anak, terdiri dari
a. Teori Perkembangan Fisio – Biologis
Tiga konsep utama yang melandasi teori fisiobiologis perkembangan
individu adalah kepribadian, sifat (traits), dan temperamen. Kepribadian
di definisikan sebagai elemen – elemen yang membentuk reaksi
menyeluruh individu terhadap lingkungan. Temperamen adalah gaya
perilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan berkaitan dengan
trait, yaitu atribut kepribadian. Walaupun tidak bersifat genetik, sifat
bawaan (inborn traits) menghasilkan gaya respons sosial yang berbeda
yang memengaruhi pola keterikatan (attachment patterns) dan
perkembangan psikopatologi.
5
Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga
mempunyai dimensi biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang.
Bersifat dinamis dan berkembang mengikuti perkembangan interpersonal,
lingkungan, citra tubuh ideal, dan penyesuaian sebagai respon terhadap
pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup.
Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan
anak sebagai bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh mereka
menjadi lebih mantap dan stabil pada akhir masa remaja.

b. Teori Perkembangan Psikologis


Teori psikonalitis yang di kembangkan oleh freud, begitu pula teori
interpersonal psikiatri yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori
psikologis perkembangan Freud adalah orang pertama yang menemukan
teori perkembangan kepribadian dalam pengobatan psikonoalitis pada
orang dewasa. Ia menekankan pada tahap perkembangan dan pengaruh
pengalaman masa kecil terhadap masa perilaku pada saat dewasa. Freud
menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat
penting dan pada usia lima tahun karakter dasar yang dimiliki anak telah
terbentuk dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga mengenalkan antara lain
konsep transferens, ego, mekanisme koping. Sullivan memfokuskan teori
perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema sentral teori
Sullivan berkisar pada ansietas dan menekankan bahwa masyarakat
sebagai pembentuk kepribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena
hubungan interpersonal.

c. Teori Perkembangan Kognitif


Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari
pada orang dewasa, bahkan anak belajar secara spontan tanpa
mendapatkan masukan dari orang dewasa. Menurut piaget, anak belajar
melalui proses meniru dan bermain, menunjukan proses kegiatan
asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari
kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengitegrasikan
6
struktur pola prilaku sebelumnya ke arah pola prilaku baru yang
kompleks. Kecepatan tiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh
perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget tidak setuju dengan
pendapat ilmuan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan sebelumnya.

d. Teori Perkembangan Bahasa


Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada
masa kanak-kanak, yang mana struktur linguistik dan kognitif
berkembang secara paralel. Chomsky (1975) dalam teorinya meyatakan
bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan kalimat baru melalui
proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi, yaitu
penyusunan kata menjadi kalimat. Mula-mula anak memverbalisasi
persepsi mereka dengan memberi nama tentang hal yang di persepsikan,
kemudian meningkat dengan memverbalisasi emosi mereka. Pemberian
nama pada objek da perasaan yang dialami, meningkatkan rasa kontrol
anak terhadap perasaannya, yang dengan sendirinya membantu mereka
untuk membedakan apa yang nyata dan yang tidak. Perkembangan bahas
memudahkan uji realitas dan sebagai dasar terhadap identitas diri dan
perbedaan semua dimensi pada anak yang sedang berkembang.

e. Teori Perkembangan Moral


Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep
primitif ke dalam standar moral yang komprehensif. Proses transformasi
ini merupakan bagian dari/dan bergantung pada kumpulan pertumbuhan
kognitif anak, yang timbul sejalan dengan hubungan anak dengan dunia
luar. Teori perkembangan moral, antara lain, dikemukakan oleh Freud,
Piaget, dan Kohlberg.
f. Teori Psikologi Ego
Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan
psikologi perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk
memahami individu dangan berfokus pada ego atau diri sebagai unsur
7
mandiri. Ilmuan yang mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego dan
unsur rasional yang menentukan pencapaian intelektual dan sosial terdiri
dari sumber energi, motif dan rasa tertarik. Pada dasarrnya tidak ada satu
teori pun yang secara lengkap dapat menjelaskan perkembangan jiwa
anak dan menyimpulkan secara holistik tentang pennyimpangan
kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu
dilakukan. Oleh karena itu, dalam keperawatan jiwa pada anak dapat
digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan kompetensi
ego anak.
Menurut stuart dan sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif
dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatrik
atau dimana pun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Sembilan
keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk
menjadi seorang dewasa yang kompeten menurut Stayhorn (1989) adalah:
Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak
awal kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya.
Keterampilan dasar untuk tumbuh-kembang yang positif adalah
kemampuan membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan
orang lain. Untuk mengetahui keterampilan anak, kita perlu
menanyakan pertanyaan sebagai berikut.
a) Apakah anak senang berteman atau bergaul ?
b) Apakah anak sering mengganggu teman ?
c) Apakah anak tidak tahu apa yang harus dikatakan ketika
berkenalan dengan seseorang ?
Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam menjalin hubungan
dekat dengan orang lain, kita harus berupaya meningkatkan interaksi dengan
anak melalui permainan atau cara lain yang menarik bagi anak. Berbicara
berhadapan dengan penuh perhatian merupakan awal tindakan yang berarti
dan terapeutik bagi anak. Anak perlu belajar untuk dapat menerima kesalahan
8
dan pentingnya memaafkan orang lain dalam menjalain hubungan rasa
percaya.

2) Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri Mampu


mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat keputusan yang
mandiri merupakan hal penting agar dapat menjadi individu yang kompeten.
Kita dapat mengunakan pertanyaan berikut ini untuk mengevaluasi
keterampilan anak.
a) Apakah anak tampak murung atau cemas ketika tidak bersama ibunya ?
b) Apakah anak tampak tampak murung atau cemas jika merasa ada orang
yang tidak menyukainya ?
c) Jika murung, apakah ada yang dapat dilakukan oleh anak untuk mengatasi
perasaannya ?

Kegiataan yang berfokus untuk membantu anak mengidentifikasi dan


mengklarifikasi aspek-aspek yang ada pada dirinya merupakan latihan
peningkatan kemandirian yang penting dilakukan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggalakan anak untuk menggambar dirinya dan meminta pendapat
orang lain tentang masalah terkait. Setiap pengalaman yang mengklarifikasi
perbedaan antara individu membantu anak untuk mengidentifikasi dirinya,
sebagai individu yang unik dalam konteks sosial.

Dalam lingkungan terapeutik, dapat juga di beri kesempatan kepada anak


untuk memilih dan memutuskan, yang selanjutnya mendukung pertumbuhan
dan kompetensi ego anak.

3) Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama.


Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk berperan dalam
pengambilan keputusan bersama atau tidak di hargai kerja sama yang di
lakukannya mungkin akan tidak terampilan dalam membuat keputusan dan

9
mengatasi konflik interpersonal. Pertanyaan yang dapat di ajukan antara
lain, sebagai berikut:
a) Ketika anak mempunyai masalah, apakah ia dapat memikirkan
beberapa cara penyelesaiannya ?
b) Apakah anak menjadi marah jika tidak mendapat keinginannya ?
c) Apakah orang lain mudah dibuat marah oleh anak tersebut ?

4) Mengatasi frustasi dan kejadian yan tidak menyenangkan Lingkungan


yang aman dapat memberi kesempatan pada anak untuk belajar dan
mempraktikkan keterampilan membuat keputusan dan mengatasi konflik
bersama, seperti latihan membuat keputusan kelompok yang sangat
memerlukan kerja sama. Anak perlu dibantu untuk mengidentifikasi rasa
takutnya yang berhubungan dengan kerja sama dengan orang lain. Yang
penting diperhatikan bukan kita selaku orang tua yang mengatasi konflik
untuk anak, tetapi menggunakan situasi untuk mengajarkan anak
keterampilan bernegosiasi dan membentuk sosialisasi yang sesuai melalui
penghargaan (reinforcement).

5) Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan


a) Apakah ada sesuatu yang sangat disukai dilakukan anak?
b) Dapatkah anak dengan mudah menyukai sesuatu kegiatan?
c) Apakah anak senang duduk-duduk dengan santai memikirkan sesuatu?

6) Mengatasi penundaan kepuasan

7) Bersantai dan bermain


Untuk meningkatkan keterampilan ini, anak perlu diberi cukup
waktu bermain yang tidak terstruktur sehingga mempunyai kesempatan
untuk belajar dan menguasai bakat atau kegemarannya.

8) Proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra.

10
Anak yang terganggu emosinya, mungkin kemampuan kognitifnya belum
berkembang. Untuk mengatahui keterampilan kognitif anak, perlu ditanyakan
hal-hal berikut ini.
a) Apakah anak mengalami kesulitan untuk menguraikan perasaannya
pada orang lain?
b) Apakah anak merasa seolah-olah ia tidak pernah tau apa yang terjadi?
c) Apakah anak dapat mengidentifikasi kelebihan yang dimilikinya?
Lingkungan yang terapeutik diperlukan untuk menstimulasi perkembangan
kognitif anak. Prawat perlu mrancang mainan, perlengkapan, komunikasi dan
interaksi, serta pertemuan yang berguna bagi proses kognitif anak.

9) Membina perasaan adaptif tentang arah dan tujuan yang diinginkan.


Sejak usia pra-sekolah, anak-anak telah mulai memikirkan tentang
kehidupan mereka jika telah dewasa. Keinginan dan gambaran mereka
tentang kehidupan yang akan datang sanagat dipengaruhi oleh kehidupan
yang mereka amati disekitarnya. Pertanyaan untuk menggali keterampilan
anak ini, antara lain, sebagai berikut.
a) Apakah anak merasa bahwa hidup mereka kelak akan lebih baik?
b) Apakah anak tidak tahu apa yang harus mereka lakukan jika telah dewasa?
c) Apakah anak merasa bersekolah merupkan hal yang penting dan
menganggap sekolah sebagai sesuatu yang memang harus dilakukan?

3. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah

a. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan
yang dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang
kompeten. Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah
11
adalah kemampuan menghasilkan karya berinteraksi dan berprestasi
dalam belajar berdasarkan kemampuan ini akan memuat anak bangga
terhadap dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai
kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada
masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi.

Tugas Perkembangan Perilaku Anak Usia Sekolah


Perkembangan yang 1) Menyelesaikan tugas (sekolah atau
normal rumah ) yang diberikan
Industry/produktif 2) Mempunyai rasa bersaing (kompetisi)
3) Senang berkelompok dengan teman
sebaya dan mempunyai sahabat karib
4) Berperan dalam kegiatan kelompok
Penyimpangan 1) Tidak mau mengerjakan tugas sekolah
perkembangan Harga diri 2) Membangkang pada orang tua untuk
rendah mengerjakan tugas
3) Tidak ada kemauan untuk bersaing dan
terkesan malas
4) Memisahkan diri dari teman
sepermainan dan teman sekolah

Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut,


perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu,
kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan
interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.

1.) Data demografi.


Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan
tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain
yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan
pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu di kaji. Selain itu,
aktifitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat
badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu; tidur
termasuk kebiasaan dan masalah kualitas tidur;; eliminasi meliputi
kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi; kecacatan dan
keterbatasan lainnya.

2) Fisik

12
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala,
rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler,
muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik
terhadap prilaku anak. Misalnya, anak yang menderita diabetes atau asma
sering berprilaku merusak dalam usahanya mengendalikan lingkungan.
Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.

3) Status mental
Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran
mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan
tingkat fungsi ego anak dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, status mental
anak perlu dikaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman
bagi anak. Menggunakan alat bermain sangat bermanfaat untuk
mengalihkan fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke karakter yang
digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang
di amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan, dan
pendapat perawat. Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi,
proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bocara dan
orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian
terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam hubungannya dengan
anak sebayanya yang penting untuk untuk mengetahui kesesuaian perilaku
dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji
hubungan interpersonal anak, antara lain sebagai berikut :
a) Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis
kelamin tertentu?
b) Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?
c) Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan
berhubungan dengan anak lain?
d) Apakah anak mempunyai teman dekat?
13
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting
dikaji untuk mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan
kebutuhan anak akan dukunga dan kasih sayang.

2) Riwayat personal dan keluarga.


Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah,
riwayat gejala, tumbuh kembang anak, yang biasanya dikumpulkan
oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti prilaku
anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.
Pengumpulan data keluarga merupakan kebagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai individu ke
sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan
oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.

b. Diagnosis

1) Potensial (normal) : potensial berkarya


2) Risiko (penyimpangan): risiko harga diri rendah

c. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah
diidentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di
susun. Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak,
seperti modifikasi, penyesuaian sekolah anak dan perubhan lingkungan
anak. Tujuan umum untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa
adalah sebagai berikut
1) Memenuhi kebutuhan emosi anak dan dan kebutuhan untuk dihargai
2) Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berprilaku
defensif
3) Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.
4) Membantu mengembangkan identitas anak
14
5) Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
6) Membantu anak berkomunuikasi secara efektif
7) Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri orang
lain
8) Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9) Meningkatkan uji coba realitas yang tepat

d. Implementasi
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial anak usia sekolah
bertujuan:
1) Anak mengenal kemampuan dirinya
2) Anak mengikuti kegiatan social
3) Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai

Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri
atas sebagai berikut.
1) Terapi Bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
a) Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak
dapat dikendalikan sebelumnya;
b) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari;
c) Berkomunikasi dengan orang lain;
d) Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri
sendiri, dunia luar, dan orang lain;
e) Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas.

2) Terapi Keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga.
Orang tua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam
permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang
15
terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk
menyadari bahwa keadaan dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada
anak. Oleh karena itu, perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan
kesadaran keluarga.

3) Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan
atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan
uji realitas, mengendaikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga
diri, memfasilitasi pertumbuhan; kematangan dan keterampilan sosial anak.
Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya
umtuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu
lingkungan yang terkendali.

4) Psikofarmalogi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikiatrik anak,
tatapi bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan
ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat
ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.
5) Terapi Individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain, psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara
anak dengan therapist memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan
pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh
kasih sayang dan uji realitas.

6) Pendidikan Pada Orang Tua


Pendidikan terhadap orang tua merupakan hal yang penting untuk
mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan
kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap
tumbuh- kembang abak sehingga orang tua dapat mengetahui prilaku yang
sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan
16
pengertian dan empati antara orang tua dan anak. Teknik yang tepat dalam
mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak.
Hal-hal lain, seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan
penggunaan pengobatan, juga diajarkan.

7) Terapi Lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang
teratur daan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas
terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi
perilaku. Kegiatan yang terstruktur secara formal, seperti belajar, terapi
kelompok, dan terapi rekreasi. Kegiatan rutin meliputi bangun pagi hari,
makan , dan jam tidur. Program yang berfokus pada prilaku, memungkinkan
staf keperawatan untuk memberi umpan balik terus-menerus kepada anak-
anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang
baik, mereka menrima pujian, stiker, atau nilai, bergantung pada tingkat
perkembangannya. Sebaliknya, prilaku negatif tidak di toleransi.
Peran perawat sebagai orang tua yang baik menuntut perawat mampu
menciptakan lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur, dan memberi
gambaran yang jelas tentang batasan hubungan anak-orang dewasa yang
bebas dari keintiman yang pura-pura. Lingkungan yang terapeutik harus
memberi perlindungan pada anak dari ancaman dinamika keluarganya yang
patologis.

17
Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan

Perkembangan yang normal 1) Diskusikan


kemampuan/kelebihan diri
anak dan target pencapaian
tugas
2) Berikan tugas sesuai dengan
kemampuan anak
3) Berikan pujian terhadap
keberhasilan anak di sekolah
dan di keluarga / rumah
4) Fasilitasi kegiatan kelompok
bermain, les, kegiatan
keagamaan
5) Libatkan anak dalam kegiatan
sehari hari seperti memasak,
membuat kue, membersihkan
mobil, merapikan tempat tidur

Penyimpangan perkembangan 1) Diskusikan penyebab anak


merasa tidak mampu
2) Berikan tugas sesuai
dengan kemampuan anak
3) Berikan pujian
terhadap keberhasilan yang
dicapai
4) Bantu anak agar berhasil
5) Libatkan dalam kegiatan
yang mudah/sederhana

Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan:


1) Keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia sekolah
2) Keluarga mampu memahami ciri perkembangan anak usia
seklah yang normal dan menyimpang
3) Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak
mampu berkarya
4) Keluarga mampu mestimulus kemampuan anak berkarya

Tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai berikut:


1) Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan
menyimpang
18
2) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anak
berkarya
a) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana
di rumah seperti membuat kue,merapikan kamar tidur
b) Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak
c) Diskusikan dengan anak mengenai harapan dalam
berinteraksi dan belajar
d) Tidak menutut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kemampuanya (menerima anak apa adanya),membantu kemampuan belajar
e) Tidak menyalahkan dan menghina anak
f) Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya
g) Beri kesempatan untuk mengikuti aktifitas kelompok yang terorganisasi
h) Buat/tetapkan aturan /disipiln di rumah bersama anak
3) Demotrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk
berkarya
4) Bersama keluarga susun rencana setimulasi kemampuan berkarya

SP 1 – Keluarga : Membina Hubungan Saling Percaya Dengan


Keluarga Serta Menjelaskan Ciri Perkembangan Anak Di Usia Sekolah
Yang Nomar Dan Menyimpang.

Orientasi
‘selamat pagi pak,saya suster I dari puskesmas tanggul.siapa nama bapak?
biasanya di panggil apa, bagimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak punyak
purta yang berusia 6-12 tahun?siapa namanya bapak apakah bapak mengalami
kesulitan perilakunya? agara kemampuan anak bapak bias berkembang kita akan
mendiskusikan ciri kahas perundangan anak usia 6-12.dimana kita akan berbicara
pak?apakah di ruangan ini ?baiklah kita akan berdisukusi 30 menit

Kerja
‘apakah bapak tau perkembangan anak usia 6-12 tahun yang normal ?mari
kita baca leaflet ini disitu tertulias ciri perkembangan anak usia 6-12 tahun yang
19
normal dan yang menyimpang.anak usia 6-12 tahun di harapakan mempunyai
kemampuan bergaul dengan teman sebaya,tidak bergantung lagi pada oaring
tua ,menghasilkan suatu karya sesuai dengan kemampuanaya,baik parestasi di
sekolah maupun di keluarga atau masyarakat.hasil karya anak berupa perstasi
sekolah maupun masyarakat,seperti membuat sendiri benda benda apakah anak
mempunyai kemapuan yang tertulis di leaflet itu?bapak bias memotifasinya
supaya kemapuan lain tetap tercapai jika anak tidak dapat menujukan hasil
karyanya,iya dapat mengalami rendah diri,karena merasa tidak menghasilkan
suatu yang nyata

Terminasi
Kita telah selesai berdiskusi.bagaimana perasana bapak setelah kita bicara
apakah bapak masik ingat ciri perkembgan anak usia 6- 12 tahun apa saja?.bapak
ibu sudah ingat ciri cirinya sehingga bapak dapat membandingkanya dengan
perkembanga anak bapak.nantik bapak lihat perilaku anak yang tidak ada pada
anak bapak jika menyimpang kita akan mendiskusikan bersama pada pertemuan
berikutnya.kesini lagi minggu depan mendikusikan cara yang akan bapak lakukan.

SP 2-Keluarga: Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Anak,


Mendemonstrasiakan, Dan Mendiskusikan Cara Yang Akan Dilakukan
Keluarga Untuk Menstimulasi Perkembangan Psikososial Anak Sekolah

Orientasi
“Selamat pagi/siang/sore. Apakah Bapak/Ibu masih ingat diskusi kita minggu
lalu tentang ciri perkembangan anak usia 6-12 tahun? hari ini kita mencoba cara
yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk menstimulasi perkembangan D, nanti
Bapak.Ibu bias langsung mencobanya. Dimana D? Saya ingin mengenalnya.
Dimana kita akan berbicara selama kurang lebih 30 menit ya.”

Kerja
“Selamat pagi/siang/ sore. Kenalkan, saya suster I dari puskesmas Meuraksa.
Ini D nya? Senangnya di panggil apa? Sedang gambar apa? Gambarnya bagus lho.
20
Lihat dimana gambar seperti ini? Ngarang sendiri? Hebat sekali. Suster tidak bisa
bikin gambar seperti itu. Menuruut D, apa warna yang cocok untuk bajunya?
Dinding rumahnya? Wah, pintar sekali milih warnanya. D suka menggambar ya.
Sudah pernah ikut lomba? Kalau nanti ada lomba, mau ikut apa enggak? Selain
menggambar, apa saja yang disukai? Artinya, D punya bakat kea rah itu. Senang
sekali dapat berbicara dengan D. Kita sudahi dulu ya. Suster mau bicara dengan
Bapak/Ibu.”
“Tadi Bapak/Ibu sudah melihat bagaimana saya membantu D mengenali
kemampuannya. Bapak/Ibu dapat meneruskan dengan memfasilitasi kegiatannya
tersebut supaya D lebih merasa percaya diri dan dapat berinteraksi denga teman
sebayanya. Coba juga Bapak/Ibu mengobservasi kemapuannya yang lain, seperti
kegiatan rumah tangga.”

Terminasi
“Bapak/Ibu, kita sudah selesai mempraktekkan cara menstimulasi
kemampuan D. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Apakah masih ada hal yang lain
yang ingin Bapak/Ibu ketahui? Sudah cukup? Kalau begitu, saya permisi dulu dan
kalau ada kesulitan dengan D, silahkan Bapak/Ibu menghubungi saya di
puskesmas Meuraksa, saya bertugas disana dan saya akan senang sekali
membantu Bapak/Ibu. Sampai jumpa.”

Evaluasi
Evaluasi kemampuan anak dan keluarga dalam perkembangan psikososial
anak usia sekolah dan evaluasi kemampuan perawat dalam memfasilitasi
perkembangan psikososial anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel diatas.
e. Evaluas
Pada umumnya, pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku anak. Apakah anak menunjukan kesadaran dan pengertian tentang
dirinya sendriri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk
membuat keputusan secara rasional. Anak harus mulai beradaptasi dengan
lingkungannya dan tidak impulsif. Aspek yang perlu di evaluasi, antara
lain, sebagai berikut.
21
1) Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2) Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa
dan orang tua secara wajar
3) Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4) Kemampuan untuk menggunakan kegitan program sebagai rekreasi dan
proses belajar
5) Respons terhadap peraturan dan rutinitas
6) Status mental secara menyeluruh
7) Koordinasi dan rencana pemulangan

C. Konsep Dasar Sehat Jiwa Pada Remaja


1. Definisi Kesehatan Jiwa Pada Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa
kanak – kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 – 19 tahun.
Masa remaja terdiri dari remaja awal ( 10 – 14 tahun ), masa remaja
pertengahan ( 14- 17 tahun) dan masa remaja akhir (17 – 19 tahun). Pada
masa remaja terjadi banyak perubahan baik biologis, psikologis maupun
sosial (Kusumawati, F, 2010).
Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi
belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin
bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua tetapi disisi lain pada
dasarnya tetap membutuhkan bantuan, dukngan dan perlindungan orang
tuanya. Orang tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan
yang terjadi sehingga tidak menyadari bahwa mereka telah tumbuh
menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang selalu dibantu.Orang tua
menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja sehingga
akan terjadi konflik diantara keduanya.

2. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Remaja


Menurut Wilson dan Kneisl (1988), dua teori yang menjadi
landasan utama untuk memahami tentang perkembangan remaja ialah teori
perkembangan dan teori interaksihumanistic. Stuart dan Sundeen (1995)
22
mengemukakan teori biologis, teori psikoanalitis,teori perkembangan
intelektual, teori budaya dan teori multidimensional. Hanya
teoriperkembangan dan teori interaksi yang akan diuraikan berikut ini.
a. Teori Perkembangan
Teori perkembangan memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi penyimpangan yangterjadi pada proses tumbuh
kembang remaja. Teori Sigmund Freud, Erik Erikson danSullivan
memberikan penghayatan kepada kita tentang perjuangan remaja
dalam mencapaikedewasaan.Proses perkembangan identitas diri
remaja memerlukan self image (citra diri) juga hubunganantar peran
yang akan datang dengan pengaman masa lalu. Untuk mendapatkan
kesamaandan kesinambungan, pada umumnya remaja harus
mengulangi penyelesaian krisis masa laludengan mengintegrasikan
elemen masa lalu dan membina identitas akhir. Periode krisis
yangperlu ditinjau kembali ialah rasa percaya, rasa otonomi, rasa
inisiatif, dan rasa industri.Pada tahap pertama, remaja perlu mencari
ide dan objek untuk tempat melimpahkan rasapercaya (sense of trust).
Konflik yang tidak terselesaikan pada tahap pertama ini
membuatremaja merasa ditinggalkan, biasanya dimansifestasikan
melalui perilaku makan yangberlebihan, serta ucapan kasar dan
bermusuhan. Tahap kedua adalah rasa otonomi, remajabelajar
bertindak dan membuat keputusan secara mandiri. Konflik masa lalu
yang tidak terselesaikan membuat remaja takut mengikuti kegiatan
yang akan membuat dia ragu akankemampuannya. Tahap ketiga adalah
rasa inisiatif, dimana anak tidak lagi mementingkanbagaimana
berjalan, tetapi apa yang dapat dilakukan dengan kemampuan tersebut.
Pada tahapan ini, mereka mengujicobakan apa yang mungkin
dilakukan dan bukan yang dapatdilakukan. Konflik masa ini akan
terbawa pada saat remaja, yaitu ketidakmampuan untuk mengambil
inisiatif. Tahap keempat adalah rasa industri, yang menuntut remaja
untuk memilih karir yang tidak saja menjamin secara finansial, tetapi
juga memberikan kepuasankarena penampilan kerja yang baik.
23
b. Teori Interaksi Humanistik
Perawat perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi
humanistic dalam pengkajian danasuhan keperawatan untuk
mengembangkan hubungan rasa percaya dengan remaja. Perawatperlu
memperhatikan dampak tahapan perkembangan, faktor sosial budaya,
pengaruhkeluarga, dan konflik psikodinamika yang dimanifestasikan
melalui perilaku remaja. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat,
adalah
1) Apa arti perilaku atau masalah ini bagi remaja?
2) Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?
3) Apa dampak masalah ini pada remaja? Apakah ini suatu masalah yang
biasa terjadi padakelompok usia remaja?
4) Bagaimana perubahan ini mempengaruhi remaja dan hubungannya
dengan orang lain?
5) Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat dan yang akan
datang?
6) Apa kekuatan personal yang dimiliki remaja untuk mengatasi masalah
yang sedangdihadapinya?
7) Pertimbangan apa yang telah dibuat (perawat dan remaja) berkaitan
dengan faktorperkembangan, keluarga, biologis, atau sosial budaya?

3. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Remaja


a. Pengkajian
Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja
untuk mencapai identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi dan
keunikan atau ciri khas diri. Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian
tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja. Jika tidak dapat
mencapai kemampuan tersebut, remaja akan mengalami kebingungan
peran yang akan berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi
gangguan konsep diri.
24
Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi
observasi dan interpretasi pola perilaku, yang mencakup informasi sebagai
berikut:
1) Pertumbuhan dan perkembangan
2) Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan)
3) Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran
tentang bunuh diri ataumembunuh orang lain)
4) Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
5) Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari (rumah, sekolah)
6) Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting out,
menarik diri)
7) Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
8) Persepsi remaja tentang/dan kepuasan terhadap keadaan kesehatan
9) Tujuan kesehatan remaja
10) Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
11) Sumber materi dan nara sumber yang tersedia bagi remaja (sahabat,
sekolah danketerlibatannya dalam kegiatan di masyarakat).

Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik pada
masa lalumaupun sekarang yang diperoleh dari remaja itu sendiri, keluarganya
atau orang lain.Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh remaja berkaitan
dengan citra diri, idenditas diri,kemandirian, seksualitas, peran sosial dan perilaku
seksual yang menimbulkan perilakuadaptif maupun maladaptive. Dalam
berkomunikasi dengan remaja, perawat harus mengerti bahwa:
1) Perasaan dan konflik cenderung diekspresikan melakukan perilaku kasar
dari pada secara verbal
2) Remaja mempunyai bahasa mereka sendiri
3) Kata-kata kotor sering diucapkan oleh remaja, terutama remaja yang
sangat terganggu.
4) Banyak data yang dapat diperoleh hanya dengan mengamati perilaku
remaja, cara berpakaian dan lingkungannya.

25
Perawat yang mempelajari keterampilan mewawancarai dan menggunakan
pesan nonverbal dapat memanfaatkan keterampilannya dalam berkomunikasi
dengan remaja secara verbal. Dalam usahanya menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik yang pesat, remaja mengalami ketegangan karena konflik
antara kebutuhan akan rasa tergantung dan keinginan untuk mandiri. Menurut
para ahli remaja bahwa kemandirian berarti melepaskan diri dari kendaliorang
tua, tanpa menyadari bahwa kemandirian terjadi melalui suatu proses belajar
yang terjadi secara bertahap.

Tugas Perkembangan Perilaku Remaja


Perkembangan yang normal 1) Menilai diri secara objektif
Pembentukan identitas diri 2) Merencanakan masa depannya
3) Dapat mengambil keputusan
4) Menyukai dirinya
5) Berinteraksi dengan lingkungannya
6) Bertanggung jawab
7) Mulai memperlihatkan kemandirian
dalam keluarga
8) Menyelesaikan masalah dengan
meminta bantuan orang lain yang
menurutnya
mampu
Penyimpangan 1) Tidak menemukan ciri-ciri khas
perkembangan Bingung (kekuatan dan kelemahan) dirinya
peran 2) Merasa bingung dan bimbang
3) Tidak mempunyai rencana untuk masa
depan
4) Tidak mampu berinteraksi
dengan lingkungannya
5) Memiliki perilaku antisosial
6) Tidak menyukai dirinya
7) Sulit mengambil keputusan
8) Tidak mempunyai minat
9) Tidak mandiri

b. Diagnosis
1) Potensial (normal): pembentukan identitas diri
2) Risiko (penyimpangan): bingung peran

c. Perencanaan Dan Implementasi


Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku
seksual, keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku
antisocial, perilaku mengancam,keterlibatan dengan obat terlarang,
hypochandriasis, masalah diit/makan, dan takut sekolah. Untuk mencegah

26
kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang tuanya, maka
sangatperlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal langsung
dengan remaja.

Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal yang dialami remaja


sangat diperlukan untuk dapat membedakan perilaku adaptif dan menentukan
masalah berdasarkan perilaku remaja merupakan langkah pertama dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Perawat kemudian menentukan tujuan
jangka pendek berdasarkan respons maladaptive denganmemperhatikan
kekuatan yang dimiliki remaja, begitu pula tujuan jangka panjang.

Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara


berkala untuk memperbaiki situasi, catatan perkembangan dan
mempertimbangkan masalah baru. Sangat penting untuk mengkaji dan
mengevaluasi proses keperawatan pada remaja. Implementasikegiatan
perawat meliputi:
1) Pendidikan Pada Remaja dan Orang Tua
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan
informasi mengenaikesehatan berkaitan dengan penggunaan obat terlarang,
masalah seks, pencegahan bunuh diri,dan tindakan kejahatan, begitu pula
informasi mengenai perilaku remaja dan memahamikonflik yang dialami
mereka, orang tua, guru dan masyarakat akan lebih suportif
dalammenghadapi remaja, bahwakan dapat membantu mengembangkan
fungsi mandiri remaja danorang tua mereka, akan menimbulkan perubahan
hubungan yang positif

2) Terapi Keluarga
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan
kronis dalam interaksikeluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan
pada remaja. Oleh karena itu perawatperlu mengkaji tingkat fungsi keluarga
dan perbedaan yang terdapat didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi
perawat berinteraksi dan membantu keluarga.
27
3) Terapi Kelompok
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat
dukungan dariteman sebaya. Konflik antara keinginan untuk mandiri dan
tetap tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah
dibahas.

4) Terapi Individu
Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan
mendapat pendidikanformal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi
yang bertujuan singkat dan terapipenghayatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan perawat ketika berkomunikasi dengan remajaantara lain
penggunaan teknik berdiam diri, menjaga kerahasiaan, negativistic,
resistens,berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk terapi, dan
minta perhatian khusus.

Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan


Perkembangan yang 1) Diskusikan perkembangan remaja
normal Pembentukan yang normal dan menyimpang
identitas diri 2) Diskusikan mencapai
perkembangan psikososial yang
normal dan menyimpang
a) Anjurkan remaja
untuk berinteraksi dengan orang
lain yang membuatnya nyaman
mencurahkan
perasaan,perhatian dan
kekhawatiran
b) Anjurkan remaja untuk
mengikuti organisasi yang
mempunyai kegiatan positif
(olahraga seni bela diri pramuka
keagamaan )
c) Anjurkan remaja untuk
melakukan kegiatan di rumah
sesuai dengan
peranya
Penyimpangan 1) Diskusikan aspek positif/ kelebihan
perkembangan Bingung yang dimiliki remaja
peran 2) Bantu mengidentifikasi berbagi
peran yang dapat ditampilkan
remaja dalam kehidupannya
3) Diskusikan penampila peran yang
terbaik untuk remaja
4) Bantu remaja untuk
mengidentifikasi perannya di
keluarga

28
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial remaja bertujuan:
1) Remaja mampu menyebutkan karektrikstik perkembangan psikososial
yang normal dan menyimpang
2) Remaja mampu menjelasankan cara mencapai perkembangan psikososial
yang normal
3) Remaja mampu melakukan tindakan untuk
mencapai perkembangan psikososial yang normal.

Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan:


1) Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan
perkembangan remaja yang normal dan menyimpang
2) Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan remaja
3) Keluarga mampu mendemonstrasikan kegiatan untuk
menstimulasi perkembangan remaja
4) Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk
mengembangkan kemampuan psikososial remaja

Tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai berikut:


1) Jelaskan ciri perkembangan yang normal dan menyimpang
2) Jelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan remaja yang normal
a) Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebaya
b) Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dan kekhawatiran
c) Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan
positif
d) Berperan sebagai teman curhat bagi remaja
e) Berperan sebagai contoh bagi remaja dalam melakukan interaksi sosial
yang baik

29
f)Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktivitas
bersama kelompoknya
3) Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja
memperoleh identitas diri
4) Diskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan keluarga untuk
memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri

SP-1 Remaja: Membina hubungan saling percayaa dengan remaja.


Menjelaskan ciri perkembangan pikososial remaja yang normal dan
menyimpang, mendemonstrasikan dan melatih cara mencapai
perkembangan remaja yang normal, dan menyusun rencana tindakan untuk
mencapai perkembangan psikososial remaja yang normal.

Orientasi
Selamat siang/ sore, pak/bu. Saya suster I dari puskesmas Meuraksa. Nama
bapak/ibu siapa? Biasa dipanggil apa? Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?
Saya ingin bertemu adik E dan bapak/ibu untuk mendiskusikan perkembangan E
yang sudah remaja. Bagaiamana e jika kita berbincang-bincang sebentar mengenai
perkembangan remaja? Baiklah, E. Kita akan berdiskusi selama kurang lebih 30
menit.

Kerja
Saya bawakan leaflet tentang perkembangan remaja. Silahkan E
membacanya. Disitu tertulis perkembangan remaja yang normal dan menyimpang.
Apakah menurut E, perilaku E sudah sesuai dengan yang tertulisdisitu? Baiklah,
saya jelaskan cirinya. Tugas utama remaja adalah mencapai identitas atau
mengenal jati diri, seperti kelebihan, kekurangan, tujuan hidup, peran di keluarga,
sekolah, kelompok dan lingkungan terdekat. Mari kita diskusikan (kelebihan dan
kekurangan)

Terminasi

30
“bagaiamana perasaan E setelah kita berbincang-bincang dan latihan? Apakah
E masih ingat ciri-ciri remaja yang yang sudah kita bicarakan tadi? Betul sekali,
saya akan tinggalkan leaflet ini, silahkan E membacanya. Coba lakukan untuk
mencapainya. Minggu depan, saya datang lagi dan akan mendiskusikan cara lain
yang dapat E lakukan unruk mencapai perkembangan psikososial remaja yang
normal. Baiklah, bapak/ibu/E, saya pamit dulu. Sampai jumpa.”

d. Evaluasi
Dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, masalah remaja lebih
sering dihadapi oleh perawat. Perawat harus waspada untuk tidak memihak
baik pada remaja maupun orang tua. Remaja cenderung impulsive dan secara
tidak disadarinya menghambat perkembangan terapi. Apabila kriteria
keberhasilan ditulis secara jelas dengan menggunakan istilah perubahan yang
ingin dicapai, maka kriteria ini dapat dipakai untuk mengukur efektifivitas
intervensi keperawatan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sehat jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya
untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan,
perkembangan yang optimal, dengan menggunakan kemampuan mentalnya
(kognisi, afeksi dan relasi) memiliki prestasi individu serta kelompoknya
konsisten dengan hukum yang berlaku. Rentang sehat jiwa terdiri dari dinamis
bukan titik statis, rentang dimulai dari sehat optimal – mati, ada tahap-tahap,
adanya variasi tiap individu, menggambarkan kemampuan adaptasi, berfungsi
secara efektif: sehat.
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat
kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas
31
perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai
dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual
khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi
keterampilan motorik kasar.
Landasan teoritis keperawatan jiwa pada anak adalah teori perkembangan
fisio-biologis, psikologis, kognitif, bahasa, moral, ego. Masa remaja merupakan
suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa,
berlangsung antara usia 10 – 19 tahun. Masa remaja terdiri dari remaja awal ( 10 –
14 tahun ), masa remaja pertengahan ( 14- 17 tahun) dan masa remaja akhir (17 –
19 tahun). Pada masa remaja terjadi banyak perubahan baik biologis, psikologis
maupun sosial. Landasan teoritis keperawatan jiwa pada remaja adalah teori
perkembangan dan teori interaksi humanistik.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna et all. 2012 Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:
EGC

Keliat, Budi Anna et all. Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader


Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Nasriati, Ririn. 2011. Kesehatan Jiwa Remaja. Ponorogo: Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Videbeck,


Sheila L. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC

Yosep, Iyus & Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.

32
33

Anda mungkin juga menyukai