Anda di halaman 1dari 14

PAPER TEORI NEO-KLASIK

TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH

DISUSUN OLEH

SEKAR APRILLIA MAHARANI D1091161013

SALSABILA CANSA MAULIKA D1091161029

ERWIN PRAWIRA D1091161037

NUR AYU HALIZA D1091161041

ANDRE GUNAWAN D1091161045

PERENCANAAN WILAYAH KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS TANJUNGPURA

2017
TEORI EKONOMI NEO-KLASIK

1. Sejarah Teori Neo-Klasik

Teori ekonomi neoklasik adalah pengembangan dari teori ekonomi klasik yang
dirumuskan dan diolah menjadi rumusan matematis yang rumit. Teori neoklasik
digunakan untuk berbagai pendekatan untuk ekonomi berfokus pada penentuan harga,
output, dan pendapatan distribusi di pasar melalui penawaran dan permintaan , sering
dimediasi melalui maksimalisasi hipotesis utilitas dengan pendapatan terbatas individu
dan dari keuntungan dengan biaya terbatas perusahaan yang menggunakan informasi
yang tersedia dan faktor-faktor produksi, sesuai dengan teori pilihan rasional. Maka
muncullah pemikiran bahwa konsumen cenderung mencari kepuasan dalam kegiatan
ekonomi. Rumusan ini didukung dengan penelitian ahli dan teorinya serta gambar grafik
untuk memudahkan pemahaman kita.

Teori pertumbuhan neo-klasik pertama kali dikembangkan oleh Prof. Robert


Solow. Beliau mendapatkan penghargaan nobel pada tahun 1987 untuk teorinya tersebut.
Teori yang ia kemukakan dalam Quarterly Journals of Economics terbitan Febuari 1956
dalam tulisan yang berjudul A Contribution of The Theory of Economics Growth.
Ekonomi klasik, yang dikembangkan pada abad 18 dan 19, termasuk teori nilai
dan distribusi teori. Nilai produk dianggap tergantung pada biaya yang terlibat dalam
memproduksi produk tersebut. Penjelasan tentang biaya ekonomi klasik adalah sekaligus
penjelasan tentang distribusi. Seorang tuan tanah menerima sewa, pekerja menerima
upah, dan seorang petani penyewa kapitalis menerima keuntungan atas investasi mereka.
Pendekatan klasik termasuk karya Adam Smith dan David Ricardo .

Namun, beberapa ekonom secara bertahap mulai menekankan nilai yang


dirasakan dari suatu barang kepada konsumen. Mereka mengajukan teori bahwa nilai
suatu produk adalah untuk dijelaskan dengan perbedaan utilitas (kegunaan) kepada
konsumen. (Di Inggris, ekonom cenderung untuk konsep utilitas sesuai dengan
Utilitarianisme dari Jeremy Bentham dan kemudian dari John Stuart Mill .)
Langkah ketiga dari ekonomi politik untuk ekonomi adalah pengenalan marginalisme
dan dalil bahwa para pelaku ekonomi membuat keputusan berdasarkan margin . Sebagai
contoh, seseorang memutuskan untuk membeli sandwich kedua berdasarkan seberapa penuh
mereka setelah yang pertama, perusahaan mempekerjakan karyawan baru berdasarkan
kenaikan diharapkan dalam keuntungan karyawan akan membawa. Hal ini berbeda dengan
pengambilan keputusan agregat ekonomi politik klasik dalam hal ini menjelaskan bagaimana
barang vital seperti air bisa murah, sedangkan kemewahan bisa mahal. Mazhab neoklasik
telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya.
Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah
beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang baru dalam teori ekonomi. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah
memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum
Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi
dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen
mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya.

2. Pengertian Teori Neo-Klasik

Ekonomi neoklasik adalah istilah yang digunakan untuk berbagai pendekatan untuk
ekonomi berfokus pada penentuan harga, output, dan pendapatan distribusi di pasar
melalui penawaran dan permintaan , sering dimediasi melalui maksimalisasi hipotesis
utilitas dengan pendapatan terbatas individu dan dari keuntungan dengan biaya terbatas
perusahaan yang menggunakan informasi yang tersedia dan faktor-faktor produksi, sesuai
dengan teori pilihan rasional.
Ekonomi neoklasik bertumpu pada tiga asumsi, meskipun cabang-cabang tertentu
dari teori neoklasik mungkin memiliki pendekatan yang berbeda:

1. Orang-orang memiliki preferensi rasional antara hasil yang dapat diidentifikasi dan
terkait dengan nilai.
2. Individu memaksimalkan utilitas dan perusahaan memaksimalkan keuntungan .
3. Orang bertindak independen atas dasar informasi yang lengkap dan relevan.
3. Tokoh Neo-Klasik

Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph
Schumpeter.

a. Robert Solow
Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun
1987. Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada
pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan
tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak
berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan,
komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga
kerja bisa dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan
dalam rumus sebagai berikut:

Q = f (C.L)
Keterangan:

Q = Jumlah output yang dihasilkan


f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)

Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari


modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung
pada cara mengkombinasikan modal dan tenaga kerja.

b. Harrod dan Domar


Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka,
bila pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya
perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar.
Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh
permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of
Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.

c. Joseph Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari
para pengusaha (wiraswasta).
Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang
baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:

1. Diperkenalkannya teknologi baru.


2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha
lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
4. Karakteristik Teori Neo-Klasik
Adapun karakteristik teori neo-klasik antara lain :
 Terdapat keseimbangan jangka panjang
 Campur tangan pemerintah tidak diperlukan,
 Teori neo klasik merupakan reaksi dari teori klasik
 Bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur – angsur ketimpangan
pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun.
 Dalam negara yang sedang berkembang, pada saat proses pembangunan baru dimulai,
tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi (divergence),
sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam waktu yang lama maka
perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun (convergence).
 Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik yang menganjurkan agar kondisi selalu
diarahkan untuk menuju pasar persaingan sempurna.
 Teori neo klasik juga menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap
(steay growth) diperlukan tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha
diinvestasikan kembali di wilayah tersebut.
 Perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama
yang menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu dan
perkembangannya dari waktu ke waktu lainnya
 Teori ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan teknologi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
 Teori ini menganalisis pula sumbangan dari perkembangan stok modal dan
perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi.
 Kemungkinan terjadinya inflasi dan sudah diberlakukan pajak.

5. Kritik Teori Neo-Klasik

Ekonomi neoklasik juga sering dilihat sebagai terlalu mengandalkan pada model
matematika yang kompleks, seperti yang digunakan dalam ekuilibrium umum teori, tanpa
cukup untuk apakah sebenarnya menggambarkan ekonomi riil. Banyak melihat upaya
untuk memodelkan sistem yang kompleks seperti ekonomi modern dengan model
matematika sebagai tidak realistis dan pasti akan gagal.

Jawaban terkenal terhadap kritik ini adalah Milton Friedman klaim bahwa teori-
teori harus dinilai dari kemampuan mereka untuk memprediksi peristiwa bukan oleh
realisme asumsi mereka. Model Matematika juga termasuk mereka dalam teori
permainan, program linear, dan ekonometrik. Kritik terhadap ekonomi neoklasik dibagi
pada mereka yang berpikir bahwa metode yang sangat matematika secara inheren salah
dan mereka yang berpikir bahwa metode matematika berpotensi baik bahkan jika metode
kontemporer memiliki masalah.

6. Studi Kasus

Adapun studi kasus dari pembahasan teori ekonomi klasik yang kami ambil yaitu
ekonomi pasar bebas yang diterapkan di Indonesia.

Pasar bebas adalah suatu sistem ekonomi di mana harga barang dan jasa ditentukan
oleh pasar terbuka, di mana hukum penawaran dan permintaan dapat berlaku dengan bebas
(tidak ada intervensi). Konsekuensi dari hal ini adalah kebebasan individu dalam membuat
keputusan ekonomi (liberal), kemudian individu dapat memiliki hak milik atas faktor
produksi dan beroperasi untuk keuntungan dirinya (kapitalis).

Pasar bebas digerakkan oleh permintaan dan penawaran yang mengarah pada
kompetisi yang bebas tanpa dipengaruhi pemilik modal, sedangkan pada kapitalisme ada
saatnya pemilik modal dapat mempengaruhi perdagangan.Perdagangan Internasional sering
dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor
impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor. Secara teori, semuha hambatan-
hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan bebas. Namun dalam kenyataannya,
perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini
justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-
perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan
besar.
Kelebihan Sistem Ekonomi Pasar Bebas

 Secara teoritis, sistem pasar bebas adalah sistem yang efisien. Hal ini disebabkan karena
pemilik modal bersaing untuk memperoleh keuntungan, sehingga operasi mereka efisien
(sumber daya yang terbuang minimal).

 Adanya persaingan usaha membuat produk yang dihasilkan menjadi semakin baik.

 Produksi didasarkan pada permintaan pasar atau kebutuhan masyarakat, sehingga produk
yang dihasilkan tidak salah sasaran (terbuang).

 Konsumen dapat dengan bebas menggunakan penghasilannya untuk kepuasannya sendiri.

 Individu dan perusahaan dapat mengejar kepentingan mereka sendiri sehingga


memberikan kesempatan lebih luas bagi pihak swasta.

Kekurangan Sistem Ekonomi Pasar Bebas

 Karena berfokus pada keuntungan, maka dapat timbul akibat atau efek samping yang
tidak diperhitungkan oleh produsen (aktivitas komersial), misalnya: pencemaran
lingkungan, kerugian kesehatan, dll. Hal ini disebut dengan biaya eksternal atau
eksternalitas (en: externalities).

 Kadang sistem pasar bebas memproduksi produk yang diinginkan, bukan yang
dibutuhkan oleh konsumen.

 Dalam praktiknya sulit untuk menjaga persaingan bebas (sehat) pada pasar, karena
perusahaan cenderung mengarah pada monopoli untuk menciptakan keuntungan yang
sebesar-besarnya.

 Distribusi kekayaan yang tidak merata (en: inequality), misalnya antara pemilik modal
dan buruh, serta profesi yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu efek negatif dari sistem pasar bebas itu adalah adanya mata uang kuat
dan mata uang lemah. Negara-negara besar yang mata uangnya kuat telah menciptakan
perekonomian Indonesia melemah. China membuat kebijakan moneter yang
menguntungkan bagi pemasaran hasil produksi industrinya. Dampaknya, kurs rupiah
melemah. Gubernur The Fed (Bank Central Amerika Serikat) berunding di Washington
dan memutuskan tidak jadi menaikkan suku bunganya. Dampaknya, mata uang kita
bertambah anjlog nilainya.

Pada sisi lain, sistem ekonomi bebas menjadikan Negara-negara miskin yang
memiliki sumber daya alam yang kaya seperti Indonesia menjadi sasaran pengurasan.
Negara-negara kaya datang ke Indonesia dengan teknologi, kapital dan SDM untuk
menguasai kekayaan sumberdaya alam. Namun sebenarnya negara-negara tersebut masuk
secara sah dan legal sesuai UU Penanaman Modal Asing yang ada di Indonesia.
Kurangnya teknologi maupun SDM yang Indonesia miliki membuat negara ini kalah
saing, akibatnya banyak perusahaan-perusahaan asing yang menguasai dan memperoleh
keuntungan dari potensi-potensi yang Indonesia miliki secara besar-besaran. Misalnya
Freeport dari Amerika mendapatkan konsensi tambang emas dan tembaga di Papua
dengan kewajiban membayar royalty hanya 1% dari hasil tambang emas dan tembaga
yang mereka keruk. Pada hal di negara-negara lain mereka harus membayar royalty
sampai 7%. Kemudian juga lapangan gas Tangguh di Papua yang dikelola Inggris dan
China. Negara kuat tersebut berhasil mendapatkan pengaruh penting oleh pemerintahan
Megawati dalam perundingan, sehingga mendapatkan gas dengan harga sangat murah
untuk jangka waktu 30 tahun. Baru belakangan disadari bahwa Indonesia mengalami
kerugian, maka dilakukan renegosiasi yang hasilnya tidak jelas sampai sekarang.

7. Kaitan Studi Kasus Dengan Pengembangan Wilayah

Kaitan antara ekonomi pasar bebas dengan pengembangan wilayah memiliki


dampak negatif dan positif. Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas
mendorong produk industri dalam negeri untuk mampu bersaing dengan produk impor,
baik di dalam negeri sendiri maupun di pasar ekspor. Hal ini merupakan suatu
permasalahan besar bagi Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi
kualitas maupun kuantitasnya masih lemah. Salah satu permasalahan yang dialami oleh
Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas adalah sulitnya membendung terjadinya
lonjakan produk impor, sehingga mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing yang pada
akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, terjadinya pengangguran
serta bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.
Lebih-lebih Indonesia sedang mengahadapi pasar bebas ASEAN pasca AFTA
sejak tahun 2003 yang kemudian diikuti oleh pasar bebas Cina-ASEAN melalui
kesepakatan CAFTA sejak tanggal 1 Januari tahun 2010, dan selanjutnya APEC yang
akan berlaku untuk negara berkembang pada tahun 2020.

• Mengenai sistem perekonomian Indonesia saat ini, melihat kenyataan seperti banyaknya
pengangguran, kaum pemodal semakin berkuasa, yang miskin semakin miskin,
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, kesenjangan social, dan seterusnya.
• penerapan sistem ekonomi bebas ternyata melahirkan dampak-dampak negatif, seperti
ketimpangan sosial dan pengangguran, karena pencapaiannya hanya mengandalkan
efisiensi tanpa mempertimbangkan etika dan moral.
• Seiring dengan munculnya perdagangan bebas itu, nasionalisme dan proteksionisme
menjadi lebih terlihat. Apalagi Indonesia juga akan memasuki era perdagangan bebas
wilayah ASEAN atau ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015. Jadi, isu
nasionalisme dalam konteks perdagangan pun semakin penting. Hal ini bertujuan agar
produk Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Memang kesepakatan
Indonesia dalam perjanjian organisasi perdagangan bebas yang biasa disebut World
Trade Organization (WTO) masih menuai kontroversi. Karena sebagian kalangan menilai
Indonesia belum layak turut serta dalam perdagangan bebas. Namun, karena Indonesia
terlanjur menyetujui perjanjian WTO, maka mau tidak mau Indonesia harus menyiapkan
diri menyongsong perdagangan bebas. Inilah harga yang harus dibayar akibat menganut
sistem ekonomi terbuka. Meskipun dalam prakteknya justru produk-produk asing
terutama produk Cina yang membanjiri pasar Indonesia.
• Era globalisasi yang telah dimulai bukan saja berpengaruh pada hubungan luar negeri
bangsa ini, namun lebih dari itu, asumsi dasar perekonomian nasional juga sebenarnya
telah semakin bergeser. Indonesia yang memiliki basis perekonomian kerakyatan,
tentunya mengalami tantangan terhadap paham ekonomi liberal yang berasaskan
kompetisi bebas dan bersifat individu maupun kelompok. Era perdagangan bebas yang
menjadi salah satu senjata dari ekonomi liberal, saat ini telah ada di depan mata, dan
Indonesia menjadi salah satu negara yang meratifikasinya. Harapan kita sekarang
hanyalah adanya kesiapan dan kemampuan secara mental, sistem sosial budaya, politik,
serta ekonomi bangsa kita dalam menghadapi ancaman globalisme-kapitalistik ini.
Sehingga tidak memudahkan pengintegrasian perekonomian Negara Indonesia ke dalam
genggaman para pemodal negara-negara kaya

Munculnya kesenjangan ekonomi. Dampak dari pembangunan ekonomi


bercorak liberalistik yang paling menyakitkan adalah terjadinya kesenjangan ekonomi
yang luar biasa. Pada masa Orde Baru ketimpangan ekonomi sudah sangat mencolok.
Dalam praktiknya, neoliberal hanya membuat orang kaya makin kaya dan kaummiskin
makin dimarginalkan. Rakyat miskin dipaksa berjuang denganketerbatasannya,
sementara si kaya hanya menjadikannya sebagai objek beramal.
Jumlah pengangguran bertambah, kemiskinan meningkat, dan ketimpangan sosialakan
makin lebar, bahkan rakyat tidak lagi memiliki hak yang harus dipenuhi oleh Negara.
Intervensi kebijakan Pemerintah untuk lebih mendorong pertumbuhan ekonomi
provinsi-provinsi yang tertinggal. Hal ini terkait dengan ketimpangan pendapatan per
kapita riil yang sangat besar di antara provinsi-provinsi di Indonesia sehingga
diperlukan peran pemerintah yang lebih besar dapat berbuntut pada penderitaan rakyat
kecil dan hilangnya ideologi negara yang terpangkas oleh unsur-unsur asing.

Pada akhirnya ketidaksiapan Indonesia menghadapi ekonomi pasar bebas


justru akan menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap perkembangan wilayah.
Misalnya saja dampak yang terlihat nyata yaitu adanya kesenjangan antar wilayah di
Indonesia. Wilayah yang kaya akan semakin kaya, begitu pula sebaliknya.
Ketidakmerataan pembangunan, perekonomian, pendidikan, dan berbagai aspek
penting penunjang wilayah akan menjadi masalah baru bagi masyarakat di Indonesia.

8. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang teori ekonomi klasik yang membahas


mengenai :

 Sejarah Ekonomi Klasik


 Pengertian Teori Ekonomi Klasik
 Tokoh ekonomi klasik
 Karakteristik Ekonomi Klasik
 Kritik terhadap Ekonomi Klasik
 Studi Kasus Teori Ekonomi Klasik
 Kaitan Studi Kasus Terhadap Pengembangan Wilayah

Maka, kami dapat menyimpulkan bahwa, berbagai teori ekonomi pasti memiliki
sejarah, tokoh, dan karakteristik tersendiri yang menjadi cikal bakal terbentuknya teori
tersebut. Tak luput pula dari itu, teori ekonomi neo-klasik pun pastinya memiliki kekurangan
yang kemudian dikritik para ahli dan diperbaiki untuk perbaharuan teori ekonomi
selanjutnya. Studi kasus dari teori ekonomi neo-klasik yang kami bahas di sini adalah
ekonomi pasar bebas di Indonesia. Penerapan ekonomi pasar bebas di Indonesia untuk era
sekarang ini dirasa belum sesuai karena ketidaksiapan Pemerintah dan berbagai pemangku
kepentingan lainnya untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan setelahnya. Apabila
dikaitkan dengan pengembangan wilayah, ekonomi pasar bebas memiliki dampak yaitu
kesenjangan antar wilayah di Indonesia.

9. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, maka kami menyarankan agar Indonesia


kembali kepada system ekonomi Pancasila yang di mana penerapannya lebih kepada ciri
khas bangsa Indonesia. Apabila Indonesia akan menerapkan ekonomi pasar bebas,
seharusnya dibutuhkan kajian panjang untuk menimbang kembali dampak positif dan
negatif yang ditimbulkan setelahnya. Seluruh pemangku kepentingan agaknya memang
harus memperhatikan kepentingan masyarakat Indonesia sebagai subjek maupun objek
pembangunan ke depannya. Ekonomi pasar bebas tidak boleh menyengsarakan rakyat
dan tidak boleh menguntungan golongan pihak-pihak tertentu saja.
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/Paper%20Perwil/Wa%20Ode%20Siti%20Hawani_%203.3.%20Pertumbuhan%20Ekon
omi%20Menurut%20Teori%20Ekonomi%20Neo-Klasik.html Diakses pada November 2017

file:///D:/Paper%20Perwil/T%20SMART%20Official%20Blog_%20Ringkasan%20Sejarah%20P
emikiran%20Ekonomi%20(Pra-Klasik%20s.d.%20Neo-Klasik).html Diakses pada November
2017

file:///D:/Paper%20Perwil/Wa%20Ode%20Siti%20Hawani_%203.3.%20Pertumbuhan%20Ekon
omi%20Menurut%20Teori%20Ekonomi%20Neo-Klasik.html Diakses pada November 2017

file:///D:/Paper%20Perwil/TEORI%20KLASIK_%20MAKALAH.html Diakses pada November


2017

file:///D:/Paper%20Perwil/v-behaviorurldefaultvmlo.html Diakses pada November 2017

file:///D:/Paper%20Perwil/BAB%208%20MAZHAB%20NEO-
KLASIK%20_%20Ilmu%20Ekonomi.html Diakses pada November 2017

Anda mungkin juga menyukai