Anda di halaman 1dari 3

TANDA BACA GARIS MIRING

 Cara Penggunaan
Cara pengunaan Garis Miring menurut PUEBI tertuang dalam peraturan Mentri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No 50 Tahun 2015. Peraturan Mentri tu menyebutkan bahwa
PUEBI ditunjukan untuk menyempurnakan penggunaan Bahasa Indonesia, baik dalam ranah
pemakaian lisan maupun penulisan.
Salah satu contoh tanda baca adalah tanda garis miring (/). Seperti tanda baca lainnya,
penggunan tanda garis miring juga harus sesuai dengan aturan tata bahasa Indonesia. Aturan
penggunaan tanda garis miring terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2016)
yang disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan sebagai berkut: Penanda pada nomor dan tahun Tanda garis miring digunakan dalam
nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwin (penanggalan atau kalender). Misalnya:
a. No. Dl01.001/17/2017
b. Nomor: B-KN.02/173/2018
c. Jalan Ahmad Yani I/328
d. Tahun ajaran baru 2021/2022
Contoh penggunaan tanda baca garis miring adalah sebai pengganti kata dan, atau, serta
menyebutkan kaidah garis miring lainnya adalah digunakan untuk menggantikan kata dan, atau, serta
setiap.
Contohya:
a. Bapak atau ibu yang saya hormati = Bapak/Ibu yang saya hormati
b. Orang tua atau wali murid yang bersangkutan = Orang tua/wali murid yang
bersangkutan Mahasiswa dan Mahasiswi Prodi Bahasa Indonesia =
Mahasiswa/Mahasiswi Prodi Bahasa Indonesia.
c. Harganya 50 ribu rupiah setiap buku = Harganya 50 ribu rupiah/buku
d. Perumahan tersebut dipasarkan 800 juta tiap unitnya = Perumahan tersebut
dipasarkan 800 juta/unitnya
e. Kecepatan kereta maglev adalah 300 km per jam = Kecepatan kereta maglev adalah
300 km/jam
Koreksi kesalahan
Dilansir dari PUEBI Daring, tanda garis miring digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan serta kelebihan di dalam naskah asli
yang ditulis oleh orang lain. Contohnya: Bahan ajar Ling/g/uistik Fakultas Ilmu Budaya (karena
harusnya ditulis Linguistik bukan Lingguistik) Investasi asing berbeda dengan /h/utang (karena
harusnya ditulis utang bukang hutang) Ada enam mil/y/ar bakteri yang tinggal dalam mulut manusia
(marena harusnya ditulis miliar bukan milyar) Panduan cara menggunak/k/an aplikasi Internet
Explorer (karena harusnya dituliskan menggunakan bukannya menggunakkan).

Tanda Apostrof atau Penyingkat

 Cara Penggunaan
Tanda penyingkat (‘) sering disebut tanda apostrof. Dalam penulisan Bahasa
Indonesia, tanda baca ini sering di gunakan. Namun, masih ada beberapa pengguaannya yang
tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( PUEBI ). Dalam buku Ejaan
yang disempurnakan: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ( 2016 ) yang ditulis oleh
Tim Litbang Kebahasaan Genesis, tanda penyingkat ( apostrof ) hanya memiliki satu fungsi
atau kegunaan saja. Sesuai Namanya, tanda baca ini digunakan untuk menyingkat kata dalam
konteks tertentu.
Contohnya :
a. Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
b. Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
c. Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
d. 5-2-'13 ('13 = 2013)
 Koreksi Kesalahan
Dalam penggunaan bahasa Indonesia menurut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), tanda
apostrof merupakan tanda baca yang menggunakan alfabet latin (tertentu) dengan menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Simbol dari tanda apostrof adalah (') yaitu penutup
tanda petik tunggal dan juga dengan simbol prima, meskipun memiliki fungsi yang berbeda.
tanda apostrof yang pertama semestinya diletakkan sebelum kata "kan" Sehingga bentuk
penulisan kalimat yang benar adalah:
- "Kamu masih mencintaiku kan?"
Menjadi
- “Kamu masih mencintaiku ‘kan?”
Kata "kan" pada kalimat tanya yang pertama merupakan bentuk penyingkatan dari kata "bukan".
Kalimat itu bisa saja berbunyi, "Kamu masih mencintaiku bukan?" Hanya saja untuk membuatnya
lebih bergaya, kata "bukan" dipersingkat menjadi 'kan saja.
Kata 'kan disini bukanlah sebuah akhiran. Karena jika dimaksudkan sebagai akhiran, "kan"
seharusnya menempel pada kata sebelumnya. Seperti yang terdapat pada kata "tanyakan" yang ada di
kalimat tanya kedua.

Selain bentuk penyingkatan dari kata "bukan", kata 'kan juga menjadi bentuk penyingkatan dari kata
"akan". Perhatikan kalimat berikut:

"Cinta 'kan membawamu, kembali disini". ('kan: akan)

Anda mungkin juga menyukai