Anda di halaman 1dari 115

KARYA TULIS ILMIAH

ANALISA REJECT FILM DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT


MUHAMMADIYAH SITI KHODIJAH GURAH

MOH AMIRUL KHOIRI


NIM 181141049

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
AGUSTUS 2021

i
PERSYARATAN GELAR JENJANG DIPLOMA

ANALISA REJECT FILM DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT


MUHAMMADIYAH SITI KHODIJAH GURAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya


Radiodiagnostik Dan Radioterapi

Disusun oleh :
MOH AMIRUL KHOIRI
NIM 181141049

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
AGUSTUS 2021

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawahnya ini :

Nama : Moh. Amirul Khoiri

Nomer Induk Mahasiswa : 181141049

Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :

“Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah” adalah benar benar hasil karya asli dan bukan plagiat.

Apabila dikemudian hari ternyata hal ini terbukti tidak benar, saya bersedia

dituntut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan dicabut gelar

akademik yang telah diperoleh.

Malang, Agustus 2021


Yang menyatakan

Moh. Amirul Khoiri


NIM : 181141049

iii
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL

Nama : Moh. Amirul Khoiri


Nomer Induk Mahasiswa : 181141049
Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi
Judul : Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Malang, Agustus 2021

Disetujui Untuk Dilaksanakan Seminar Hasil

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sri Hapsari Suhartono p., SGz., M.Gz Surip, M.SI


NRP:

iv
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN AKHIR

Nama : Moh. Amirul Khoiri


Nomer Induk Mahasiswa : 181141049
Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi
Judul : Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Malang, Agustus 2021

Disetujui Untuk Dilaksanakan Ujian Akhir

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sri Hapsari Suhartono p., SGz., M.Gz Surip, M.SI


NRP:

v
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Moh. Amirul Khoiri


Nomer Induk Mahasiswa : 181141049
Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi
Judul : Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Malang, Agustus 2021

DISETUJUI DAN DITERIMA

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sri Hapsari Suhartono p., SGz., M.Gz Surip, M.SI


NRP:

MENGETAHUI

Ketua Ketua Program Studi D-III


STIKes Widya Cipta Husada Radiodiagnostik dan Radioterapi

Dr. H. Tayubi Hariyanto. SE,. MM Sri Sugiarti,. S.Si,. M.Si


NRP: NRP: 106150116042

vi
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Moh. Amirul Khoiri
Nomer Induk Mahasiswa : 181141049
Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi
Judul : Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Diploma Radiologi pada Program Studi D-III Radiodiagnostik dan
Radioterapi Sekolah Tinggi Kesehatan Widya Cipta Husada.

DEWAN PENGUJI :

Pembimbing I : Sri Hapsari Suhartono p., SGz., M.Gz (................................)

Pembimbing II : Surip, M.SI (...................................)

Penguji Tamu : Yeni Cahyati, M.Si (...................................)

Ditetapkan di : Malang
Tanggal : Agustus 2021

vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Kesehatan Widya Cipta Husada, saya

yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Moh Amirul Khoiri

Nomer Induk Mahasiswa : 181141049

Program Studi : D-III Radiodiagnostik dan Radioterapi

Judul : Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Sekolah

Tinggi Kesehatan Widya Cipta Husada Hak Bebas Royalti Noneksklusif

(Nonexclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak

Bebas Royalti Noneksklusif ini Sekolah Tinggi Kesehatan Widya Cipta Husada

berhak menyimpan, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Dibuat di : Malang
Pada tanggal : Agustus 2021
Yang Menyatakan

Moh Amirul Khoiri

viii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Analisa

Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah

Gurah.”

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak,dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan-nya, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini. Melalui kesempatan yang berharga ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr.H Tayubi Hariyanto,SE,MM selaku ketua STIKes Widya Cipta

Husada Malang.

2. Ibu Sri Sugiarti, S.Si, M.Si selaku Kaprodi D-III Radiodiagnostik dan

Radioterapi STIKes Widya Cipta Husada Malang.

3. Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah yang telah bersedia

memberi tempat untuk penelitian dan telah banyak membantu dalam

memperoleh data yang kami perlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Sri Hapsari Suhartono P., SGz., M.Gz selaku Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi yang sangat membantu

bagi saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Surip, M.SI selaku Pemibimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan, pengarahan, motivasi yang sangat membantu bagi saya dalam

ix
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a semangat dan

dorongan spiritual maupun material yang tak terhingga kepada penulis

7. Bapak dan ibu dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang bermanfaat

kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan foton 10 angkatan 2018

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga

terselesaikanya Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah

ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Malang, Agustus 2021

Penulis

x
ABSTRAK

Khoiri, Moh. Amirul. 2021. Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah. Karya Tulis Ilmiah.
Program Studi DIII Radiodiagnostik dan Radioterapi. STIKes Widya
Cipta Husada. Pembimbing : (1) Sri Hapsari Suhartono P., SGz., M.Gz,
(2) Surip, M.SI

Instalasi radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah


menggunakan radiologi konvensional. Radiologi konvensional menggunakan
cara pencetakan film manual. Quality assurance dan quality control dapat
diterapkan untuk meningkatkan kualitas dengan meminimalisir reject film.
Film reject merupakan film yang tidak dapat dibaca dan harus dilakukan
pengulangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa reject film di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah
Siti Khodijah Gurah pada bulan Mei-Agustus 2021 dengan menggunakan
metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
pemakaian film dan data reject film. Berdasarkan data penelitian yang
menggunakan metode pengumpulan data yaitu lembar observasi ,
dokumentasi , dan wawancara didapat data keseluruhan reject film pada bulan
Januari-Mei 2021 yaitu Januari sebesar 1,7 %, Februari sebesar 0%, Maret
sebesar 1,2 %, April sebesar 1,0 %, dan Mei sebesar 1,7 %. Sedangkan reject
film berdasarkan penyebab pada bulan Januari-Mei 2021 didapatkan
prosentase human error sebanyak 0,3%, pergerakan pasien sebanyak 0,1%,
processing 0,5%, artefak 0%, possisioning 0.1%, pasien 0%. Dari hasil
penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa nilai reject film rata – rata dari
bulan Januari sampai dengan Mei di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah adalah 1,1%. Disimpulkan bahwa
presentase per bulan dan rata rata per bulan kurang dari <2%, hal ini sesuai
dengan peraturan pemerintah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal radiologi.

Kata Kunci : Radiologi konvensional, Reject film.

xi
ABSTRACT

Khoiri, Moh. Amirul. 2021. Analysis Reject Film at Siti Khodijah Hospital
Gurah Radiology Installation. Scientif papers. DIII Radiodiagnostic and
Radiotherapy Departmen. STIKes Widya Cipta Husada. Advisors : (1) Sri
Hapsari Suhartono P., SGz., M.Gz, (2) Surip, M.SI

Siti Khodijah Muhammadiyah Hospital radiology installation using


conventional radiology. Conventional radiology uses manual film printing
method. Quality assurance and quality control can applied to improve the quality
by minimizing the rejected film. Film reject is a film that cannot be read and must
be done repetition. This study aims to analyze rejected films at the Radiology
Installation of Siti Khodijah Gurah Hospital. This research was conducted at the
Radiology Installation of Siti Khodijah Gurah Hospital in May-August 2021 using
a descriptive method. Data collection is done by collecting film usage data and
film rejected data. Based on research data that uses data collection methods,
named observation sheets, documentation, and interviews, the overall data on film
rejects in January-May 2021 are January 1.7%, February is 0%, March is 1.2%,
April is 1 .0%, and May by 1.7%. Meanwhile, reject films based on cases in
January-May 2021, the percentage of human error was 0.3%, patient movement
was 0.1%, processing 0.5%, artifacts 0%, positioning 0.1%, patient 0%. The
results of the research, we can say that the average of reject value of the film from
January to May at the Radiology Installation of Siti Khodijah Gurah Hospital is
1.1%. It was concluded that the percentage per month and the average per month
were less than <2%, this is in accordance with the government regulation of the
Decree of the Minister of Health Number 129/Menkes/SK/II/2008 concerning the
minimum service standard of radiology.

Key words: Conventional Radiology, Reject film.

xii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i


PERSYARATAN GELAR JENJANG DIPLOMA ........................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL ............................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN AKHIR ................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ vi
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR ............... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
ABSTRACT ....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.4.1 Bagi Rumah Sakit ................................................................................ 6
1.4.2 Bagi Penulis.......................................................................................... 6
1.4.3 Bagi Akademik .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar ........................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Radiologi ......................................................................... 7
2.1.2 Pemeriksaan Radiologi ...................................................................... 8
2.1.2.1 Pelayanan Radiodiagnostik .......................................................... 8
2.1.2.2 Pelayanan Pencitraan Diagnostik ................................................. 8
2.1.2.3 Pelayanan Radiologi Intervensional ............................................. 8
2.1.3 Radiologi Konvensional ...................................................................... 8
2.1.3.1 Bahan Processing Radiograf ......................................................... 9
2.1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Gambar Radiologi Konvensional ................................................. 12
2.1.4 Pengertian Processing Room .............................................................. 13
2.1.4.1 Tahapan Pencucian Film Radiografi Secara
Manual .......................................................................................... 13

xiii
2.1.4.2 Kesalahan Saat Pembuatan Film Radiograf ................................. 16
2.1.5 Image Radiography ............................................................................. 17
2.1.5.1 Sifat Objek Berdasarkan Kemapuan
Menembus Sinar ............................................................................. 18
2.1.5.2 Proses Terjadinya Bayangan Radiograf ....................................... 19
2.1.5.3 Hal Yang Perlu Dibedakan Dari Image
Radiografi ............................................................................. 20
2.1.6 Characteristic Radiography Image ..................................................... 21
2.1.6.1 Visual Characteristic yang baik ................................................... 21
2.1.6.2 Geometric Characteristic yang baik ............................................ 23
2.1.7 Program Analisa Pengulangan dan Penolakan
Radiograf (RAP) ................................................................................. 23
2.1.7.1 Tujuan Program Analisa Pengulangan
Dan Penolakan Radiograf ............................................................. 24
2.1.7.2 Contoh Program Analisa Pengulangan
Dan Penolakan Radiograf (RAP) ................................................. 25
2.1.7.3 Faktor Penyebab Pengulangan Film
Radiologi Konvensional ............................................................... 28
2.1.7.4 Tahapan Yang Dapat Dilakukan Untuk
Menganalisa Pengulangan Dan Penolakan Radiograf ………… 33
2.1.8 Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tentang Reject Film Radiograf ............................................................. 34
2.1.8.1 Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik
di Sarana Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1014/Menkes/SK/XI/2008 ............................................. 34
2.1.8.2 Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Berdasarkan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008……… 38
2.1.9 Radiasi ................................................................................................. 42
2.1.9.1 Pengertian Radiasi ........................................................................ 42
2.1.9.2 Radiasi Beradasarkan Sumbernya ................................................ 42
2.1.9.3 Bentuk Radiasi ………………………………………………….. 43
2.1.9.4 Manfaat Radiasi Di Bidang Medis ............................................... 43
2.1.9.5 Dampak Radiasi ........................................................................... 45
2.1.9.6 Proteksi Radiasi ............................................................................ 46
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................ 49
2.3 Kerangka Konsep .................................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 51
3.2 Kerangka Operasional ............................................................................... 51
3.3 Tempat dan Waktu .................................................................................... 53
3.3.1 Tempat penelitian ................................................................................ 53
3.3.2 Waktu penelitian ................................................................................. 53
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................ 53
3.4.1 Populasi ............................................................................................... 53
3.4.2 Sampel ................................................................................................. 53

xiv
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................... 53
3.5.1 Variabel Independen ........................................................................... 54
3.5.2 Variabel Dependen .............................................................................. 54
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 54
3.7 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 56
3.7.1 Observasi ............................................................................................. 56
3.7.2 Dokumentasi ........................................................................................ 56
3.7.3 Wawancara .......................................................................................... 56
3.7.4 Penghitungan ....................................................................................... 56
3.8 Pengolahan dan Analisa Data .................................................................. 57
3.8.1 Menghitung Jumlah Keseluruhan Proporsi (%)
Film Yang Di Reject ............................................................................ 58
3.8.2 Menghitung Jumlah Proporsi (%) Film Yang
Di Reject Berdasarkan Jenis Kategori Kesalahan ............................... 58
3.9 Etika Penelitiam ....................................................................................... 58
3.9.1 Prinsip menghargai hak asasi manusia
(respect human dignity) ........................................................................ 58
3.9.2 Anonymity (Tanpa Nama)..................................................................... 58
3.9.3 Manfaat (benefience and nonmaleficience) ......................................... 58
3.9.4 Confidentiality (Kerahasiaan) .............................................................. 58
3.9.5 Kejujuran (veracity) ............................................................................. 59
3.9.6 Keadilan (justice) ................................................................................. 59
3.9.7 Inform consent ...................................................................................... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 60
4.1.1 Profil Rumah Sakit .............................................................................. 60
4.1.2 Data Pemeriksaan Keseluruhan Film
di Instalasi Radiologi ........................................................................... 63
4.1.3 Data Keseluruhan Reject Film Berdasarkan
Pemeriksaan di Instalasi Radiologi .................................................... 68
4.1.4 Data Keseluruhan Reject Film Berdasarkan
Kategori Pemeriksaan di Instalasi Radiologi ..................................... 71
4.1.5 Data Reject Film Berdasarkan Penyebab
di Instalasi Radiologi ........................................................................... 76
4.1.6 Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi .......................................... 77
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 81
5.2 Saran ........................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................... 85

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.7 Program analisa pengulangan dan penolakan radiograf


(RAP) Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah ..................... 27
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Analisa Reject Film
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah
Siti Khodijah Gurah ............................................ .... ...................... 49
Tabel 3.6 Definsi Operasional Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiya Siti Khodijah Gurah ..................................... 55
Tabel 3.8 Tabel penyebab dan rumus Analisa Reject Film di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah ....... 58
Tabel 4.2 Tabel Pemeriksaan Keseluruhan Film di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan
Januari-Mei 2021………………………………………………….. 64
Tabel 4.4 Tabel Keseluruhan Reject Film Berasarkan Pemeriksaan di Instalasi
Radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan
Januari-Mei 2021…………………………………………………... 69
Tabel 4.6 Tabel Keseluruhan Reject Film Berasarkan Kategori Pemeriksaan di
Instalasi Radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
Bulan Januari-Mei 2021……………………………………………. 72
Tabel 4.8 Tabel Reject Film Berdasarkan Penyebab di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021..76
Tabel 4.10 Tabel Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021…….. 78

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3: Kerangka Konsep Analisa Reject Film


di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
MuhammadiyahSiti Khodijah Gurah ......................................... 50
Gambar 3.2 Kerangka Operasional Analisa Reject Film
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah ......................................... 52
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah
Siti Khodijah Gurah .................................................................... 62
Gambar 4.3 Data Pemeriksaan Keseluruhan Film di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
Bulan Januari-Mei 2021 ............................................................. 65
Gambar 4.5 Data Keseluruhan Reject Film Berasarkan Pemeriksaan
di Instalasi Radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah
Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021 ........................... 70
Gambar 4.7 Data Keseluruhan Reject Film Berasarkan Kategori
Pemeriksaan di Instalasi Radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah
Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021 ........................... 73
Gambar 4.9 Data Reject Film Berdasarkan Penyebab di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
Bulan Januari-Mei 2021 ............................................................. 76
Gambar 4.11 Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021 78

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keteranagan Ketersediaan Menjadi Responden 1 ............. 85


Lampiran 2 Surat Keteranagan Ketersediaan Menjadi Responden 2 ……... 86

Lampiran 3 Form Wawancara 1……………………………………………. 87

Lampiran 4 Form Wawancara 2 …………………………………………… 88

Lampiran 5 Lembar obsevasi 1……………………………………………... 89

Lampiran 6 Lembar obsevasi 2 …………………………………………….. 90

Lampiran 7 Lembar obsevasi 1 …………………………………………….. 91

Lampiran 8 Lembar obsevasi 2 …………………………………………….. 92

Lampiran 9 Contoh foto terpotong disebabkan oleh posisi reseptor/kaset yang


kurang tepat ……………………………………………………. 93

Lampiran 10 Contoh foto kabur disebabkan oleh pergerakan pasien ……... 94


Lampiran 11 Contoh foto under expose …………………………………… 95

Lampiran 12 Contoh foto over expose …………………………………….. 96

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah beralamatkan di Jln. dr

Soetomo No 322 Sukorejo Gurah Kabupaten Kediri, rumah sakit ini berdiri

pada tanggal 5 Januari 2009 dengan izin SK Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Timur nomor : 442.1/05/111.4/2009. Sebelum berubah menjadi rumah sakit,

awalnya merupakan balai kesehatan umum Siti Khodijah, seiring berjalannya

waktu balai kesehatan umum Siti Khodijah berubah menjadi rumah sakit.

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah memiliki beberapa unit

pelayanan yaitu unit gawat darurat, rawat inap (high care intensive unit

(HCU), rawat inap umum, isolasi), dan rawat jalan (poli umum dan poli

spesialis).

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah saat ini dilengkapi

berbagai penunjang medik, meliputi labolatorium, apotek, gizi, serta

radiologi. Instalasi radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah

Gurah melayani foto radiologi metode konvensional dan melayani

ultrasonografi (USG) (Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah,

2021).

Instalasi radiologi merupakan salah satu komponen rumah sakit yang

digunakan sebagai penunjang medik dalam menegakkan diagnosa suatu

penyakit dengan cara menghasilkan gambaran radiograf yang berkualitas.

Radiologi merupakan sarana penunjang rumah sakit yang menggunakan dan

memanfaatkan peralatan sinar-X, untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit.

1
2

Instalasi radiologi di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah gurah

saat ini menggunakan metode konvensional. Radiologi konvensional

merupakan radiografi dengan cara processing atau pencetakan film yang

masih manual. Radiografi konvensional hanya memiliki pencitraan sebatas 2

dimensi (Hardianti, 2014).

Processing atau pencetakan film pada radiologi konvensional masih

menggunakan cara manual dengan menggunakan cairan development dan

fixing (Hardianti, 2014). Tempat penting dalam proses mengahasilkan gambar

radiograf yaitu processing room. processing room atau kamar gelap yaitu

suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film yang telah disinar.

Pencucian film radiografi dilakukan didalam kamar gelap agar hasil film

radiografi tidak terjadi cacat (Bushong, 2013).

Tahapan pencucian film radiografi secara manual meliputi pembangkitan

(developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing),

pengeringan (drying) (Jauhari, 2010).

Radiografi konvensional sering kali menjadi sumber kesalahan serta

pengulangan dalam pengambilan gambar dimana hal ini dapat merugikan

pasien maupun operator (Firman, 2003).

Rumah sakit bertanggung jawab terhadap setiap pelayanan dan mutu

pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga rumah sakit sebagai

instansi pelayanan kesehatan dituntut untuk mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayan melalui kualitas kerja (Kemkes tahun 2008).


3

Upaya peningkatan mutu pelayanan di instalasi radiologi yang berkualitas

dibutuhkan sumber daya yang berkualitas, profesional dalam bidangnya yang

mampu memberikan pelayanan yang bermutu, efektif, serta efisien. Menurut

UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menerapkan pelayanan yang

berkualitas adalah dengan menerapkan program jaminan mutu (quality

assurance) dan kendali mutu (quality control), dengan demikian akan

didapatkan hasil radiograf yang optimal (Papp, 2011).

Quality assurance berguna untuk mempertahnkan bahkan meningkatkan

mutu pelayanan. Sasaran utama program Quality assurance adalah

peningkatan kualitas pelayanan pasien serta interpretasi gambar dengan tepat

waktu.

Instalasi radiologi juga mempunyai tanggunga jawab menjaga kendali

mutu (quality control) yang bertujuan meminimalisir faktor pengulangan film

radiograf. Sehingga diharapkan suatu instalasi radiologi mempunyai analisa

pengulangan dan penolakan radiograf yang dikenal dengan reject analysis

program (RAP) (Nirmalasari, 2010).

Reject analysis program (RAP) merupakan suatu program yang

menganalisa berbagai penolakan film dan pengulangan foto dari proses

pemeriksaan yang dilakukan diinstalasi radiologi atau proses yang sistematik


4

untuk mendata gambar yang diulang dan menentukan penyebab terjadinya

pengulangan sehingga pengulangan dapat diminimalisasi dan bahkan

dihilangkan.

Film reject pada pemeriksaan radiografi merupakan film yang tidak dapat

didiagnosa atau dinilai, karena tidak dapat memberikan informasi yang

diperlukan untuk membantu mendiagnosis klinis akibat kualitas gambar yang

buruk dan harus dilakukan pengulangan kembali.

Adanya pengulangan foto kembali menyebabkan dosis radiasi yang

diterima pasien bertambah, meningkatakan biaya, dan beban kerja petugas

radiologi juga bertambah (Hermawan, 2012). Selain itu efek biologi pada

radiasi menurut Wiharto Kunto (2011) meliputi sterilitas (kemandulan),

katarak, serta kelainan kongenital.

Menurut Chris Gun (2002) faktor-faktor yang menyebabkan film reject

yaitu posisi pasien, pergerakan pasien, under expose, high expose, processing,

dan adanya artefak. Dengan adanya program ini, diharapkan pasien mendapat

pelayanan yang memuaskan, seperti kualitas radiograf yang bagus, dosis

radiasi minimal, dan ketepatan diagnosis oleh radiolog (Papp, 2011).

Sejalan dengan Keputusan Mentri Kesehatan nomor

129/Menkes/SK/II/2008 tentang standart pelayanan minimal radiologi

menyatakan bahwa tingkat pengulangan sebesar ≤2% pengulangan radiograf

yang terjadi di instalasi radiologi (Kemenkes tahun 2008).

Instalasi radiologi di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

terdapat juga kasus foto radiologis yang tidak dapat digunakan sebagai

penunjang medik dalam menegakkan diagnosa. Data 6 bulan terakhir pada


5

tahun 2020 didapatkan foto yang mengalami reject yaitu pada bulan Juli

2020 terdapat kasus foto yang tidak dapat digunakan sebagai penunjang

dalam menegakkan diagnosa sejumlah 10 lembar dengan total pemakaian foto

187 lembar dengan prosentase reject 5,3%.

Bulan Agustus 2020 reject foto sebanyak 5 lembar dengan total pemakaian

foto 158 lembar dengan prosentase 3,2%, bulan September 2020 reject foto

sebanyak 4 lembar dengan total pemakaian foto 164 lembar dengan

prosentase 2,4%, bulan Oktober 2020 reject foto sebanyak 2 lembar dengan

total pemakaian foto 204 lembar dengan prosentase 0,9%, bulan November

2020 reject foto sebanyak 2 lembar dengan total pemakaian foto 269 lembar

dengan prosentase 0,7%, bulan Desember 2020 reject foto sebanyak 6 lembar

dengan total pemakaian foto 312 lembar dengan prosentase 1,9%.

Dari data bulan Juli-Desember 2020 terdapat kasus reject foto tertinggi

dengan urutan yaitu bulan Juli 5,3%, Agustus 3,2%, September 2,4%. Kasus

foto yang mengalami reject tertinggi yaitu kasus foto thorax dengan total foto

thorax yang mengalami reject dari bulan Juli-Desember 2020 sebanyak 17

lembar. Dari data diatas dapat dilihat, bahwa kasus foto yang mengalami

reject masih tinggi dan melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh

Kementrian Kesehatan yaitu <2% kasus foto yang mengalami reject .

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah”


6

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana analisa reject film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa reject film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisa jumlah reject film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

2. Menganalisa factor penyebab reject film di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat meningkatkan mutu pelayanan

di instalasi radiologi.

1.4.2 Bagi Penulis

Mendapatkan tambahan pengetahuan dan meminimalisir pengulangan

foto dan reject film.


7

1.4.3 Bagi Akademik

Diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk memperkaya

pustaka institusi yang sudah ada, serta dapat digunakan sebagai

referensi penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Pengertian Radiologi

Radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk

melihat bagian tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau

radiasi gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik.

Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi

pada tahap awal sehingga akan meningkatkan keberhasilan

pengobatan yang dilakukan. Pemeriksaan radiologi adalah cara-

cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar bagian dalam tubuh

manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan pencitraan

diagnostik (Patel, 2005).

Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan

laporan temuan pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang

bersama-sama dengan teknik dan temuan diagnostik lainnya akan

menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi

merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak

terbatas hanya untuk keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi

juga berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan

pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk

recanalization (menghilangkan penyumbatan) atau lysis

(pengurangan simptom suatu penyakit akut secara bertahap

(gradually) (Kartawiguna & Georgiana, 2011).

7
8

2.1.2 Pemeriksaan Radiologi

2.1.2.1 Pelayanan Radiodiagnostik.

Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi

pengion (sinar-X), meliputi antara lain pelayanan sinar-X

konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan) dan

mammografi.

2.1.2.2 Pelayanan Pencitraan Diagnostik.

Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non

pengion, antara lain pemeriksaan dengan Magnetic

Resonance Imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG).

2.1.2.3 Pelayanan Radiologi Intervensional.

Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dan terapi intervensi dengan

menggunakan peralatan radiologi sinar-X (angiografi, CT

Scan). Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi

non pengion (Kemenkes, 2008).

2.1.3 Radiologi Konvensional

Radiografi konvensional adalah radiografi dengan cara processing

atau pencetakan film yang masih manual. Radiografi konvensional

hanya memiliki pencitraan sebatas 2 dimensi. Sumber sinar yang di


9

gunakan hanya satu arah saja yang akan menembus pada objek dan

akan ditangkap oleh film.

Radiografi konvensional ini menggunakan prosesing manual,

dimana masih menggunakan cairan development dan fixing. Teknik

yang di gunakan cukup sederhana, dengan cara mencelupkan film

ke dalam cairan tersebut untuk menghasilkan gambaran radiograf

(Hardianti, 2014). Kelebihan radiografi konvensional yaitu

harganya yang relative murah, namun radiografi konvensional ini

memiliki kekuranga yaitu radiasi yang cukup besar, tingkat

keakuratan yang kurang baik.

2.1.3.1 Bahan Processing Radiograf

1. Developer

Developer adalah larutan pengembang yang digunakan

pada pemrosesan, harus ditutup untuk mengurangi

oksidasi dan zat ini harus ditaruh di dalam ruangan pada

temperature 20 derajat atau temperatur yang dianjurkan

oleh pabrik. Fungsi dari larutan pengembang adalah

untuk mengendapkan halida perak pada emulsi film yang

tertembus sinar X sehingga berwarna hitam (Margono,

1999).

Menurut Margono (1999) berbagai komposisi dalam

developer adalah :

a. Hydroquinone, merupakan produk dari benzene

(paradihydroxy benzene) dan merupakan zat


10

pereduksi. Bahan ini mengontrol kontras yang baik

pada film dan menjadikan developer lebih tahan lama

b. Metal (elon), juga merupakan zat pereduksi yang

mengontrol timbulnya detail obyek gambar yang

difoto, bahan ini membuat gambar cepat muncul pada

film, membuat warna abu-abu dengan cepat.

c. Natrium karbonat, untuk mempertahankan derajat

kebasaan supaya larutan pengembang dapat berfungsi

mengembangkan dan menghaluskan emulsi sehingga

larutan pengembang bekerja lebih efektif. Disebut

juga akselerator sebab dapat mempercepat kerja

larutan pengembang. Terlalu sedikit bahan ini akan

membuat larutan pengembang lambat bereaksi,

sedangkan terlalu banyak bahan ini akan membuat

kabut pada film.

d. Kalium bromide, berfungsi mereduksi kristal-kristal

yang tidak tertembus sinar-X dan mencegah gambaran

kabut pada film.

e. Natrium sulfite, mencegah zat pereduksi teroksidasi

oleh oksigen yang ada didalam air atau oksigen yang

berasal dari udara.

f. Air, sebagai zat pelarut.


11

2. Fixer

Larutan ini berfungsi sebagai larutan penstabil. Zat ini

melarutkan kristal yang tidak tembus sinar-X sehingga

film tersebut bersih dari larutan emulsi halide perak dan

larutan pengembang yang tertinggal. Fixer berfungsi

untuk melarutkan kristal yang tidak tembus sinar-X

sehingga film tersebut bersih dari larutan emulsi halide

perak dan larutan pengembang yang tertinggal. Larutan

pengembang dan fixer harus diganti setiap dua sampai

tiga minggu sekali, atau lebih sering lagi bila digunakan

dalam jumlah yang banyak (Margono, 1999). Menurut

Margono (1999) berbagai komposisi dalam fixer adalah :

a. Natrium tiosulfat, untuk melarutkan perak bromide

yang tidak larut dalam larutan pengembang dan

memperjelas cristal silver halide.

b. Asam asetat, untuk menetralisir sisa-sisa larutan

pengembang yang masih melekat.

c. Natrium sulfite, untuk mencegah terurainya zat fiksasi

dalam asam asetat dan memelihara keseimbangan

obat dari fixer.

d. Kalium alum (boraks), untuk mengeraskan gelatin

pada emulsi film.

e. Air, merupakan zat pelarut/cairan untuk mencampur

obat.
12

Radiografi konvensional sering kali menjadi sumber kesalahan

serta pengulangan dalam pengambilan gambar dimana hal ini dapat

merugikan pasien maupun operator, proses pengolahan film juga

karena menggunakan bahan kimia, sehingga dapat memungkinkan

terjadinya polusi lingkungan dan reaksi alergi bagi yang sensitive

(Firman, 2003).

2.1.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar Radiografi

Konvensional

1. Kontras

Kontras radiografi yang menghasilkan bayangan hitam,

putih, abu tergantung pada kontras subjek, kontras film,

dan gambar kabur.

2. Geometri gambar

Akurasi geometri dari sebuah gambar tergantung pada

posisi sinar x-ray.

3. Karakteristik sinar x-ray

Kadar sinar x yang cukup untuk menembus pasien

dengan derajat yang bervariasi dengan emulsi film untuk

memproduksi kontras yang baik antara beberapa warna

hitam, bayangan putih dan abu.

4. Ketajaman gambar dan resolusi

Disebabkan oleh pasien yang bergerak saat sedang

pengambilan gambar, resolusi gambar yang buruk.

(Whaites, 2009)
13

2.1.4 Pengertian Processing Room

Dalam suatu proses radiografi, bagian yang terpenting adalah

processing room atau kamar gelap yaitu suatu area atau tempat

dilakukan pengolahan film yang telah disinar, dimana bayangan

laten pada film diubah menjadi bayangan tetap yang merupakan

salah satu pendukung yang penting dalam keberhasilan proses film

radiografi. Proses pencucian film radiografi dilakukan didalam

kamar gelap agar hasil film radiografi tidak terjadi cacat. Proses

pencucian film radiografi sendiri dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan pengolahan film radiografi secara manual dan pengolahan

film radiografi secara otomatis.

2.1.4.1 Tahapan Pencucian Film Radiografi Secara Manual

1. Pembangkitan (developing)

Yaitu perubahan butir-butir perak halida didalam

emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak

metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi

bayangan tampak. Butiran perak halida yang tidak

mendapat penyinaran tidak terjadi perubahan apapun.

Perubahan butiran perak halida akan membentuk

bayangan laten pada film. Tindakan utama developing

adalah untuk mengubah ion perak dari kristal yang

terkena paparan sinar-X menjadi perak.

Proses pembangkitan ini menggunakan larutan

developer. Larutan developer ini terdiri dari beberapa


14

bahan yaitu bahan pelarut (solvent), bahan pembangkit,

bahan penangkal (preservative). Proses developing

mengandung senyawa alkali, seperti natrium karbonat

dan natrium hidroksida. Larutan penyangga (buffer)

akan meningkatkan kerja larutan developer dengan

mengontrol konsentrasi larutan atau pH.

2. Pembilasan (rinsing)

Rinsing dilakukan dengan menggunakan air mengalir

yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan

developer agar tidak terbawa ke proses selanjutnya.

Larutan developer yang terbawa dapat menyebabkan

kabut dikroik (dichroic fog) apabila sisa larutan

developer pada film masuk ke proses fixing. Proses

yang terjadi pada cairan rinsing yaitu memperlambat

proses developing dengan membuang cairan developer

dari permukaan film dengan cara merendamnya

kedalam air. Proses rinsing harus dilakukan dengan air

yang mengalir selama 5 detik.

3. Penetapan (fixing)

Tujuan dari proses fixing ini adalah untuk

menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan

developer yang terserap oleh emulsi film. Pada proses

ini diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan

perlindungan terhadap kerusakan dan untuk


15

mengendalikan akibat penyerapan uap air. Bahan-bahan

yang dipakai pada proses fixing ini adalah bahan

penetap (fixing agent), bahan pemercepat, bahan

penangkal, bahan pengeras (hardener), bahan

penyangga (buffer), dan bahan pelarut.

4. Pencucian (washing)

Proses washing film radiografi dilakukan dengan

menggunakan air mengalir sampai bau asam dari

larutan fixer menghilang. Proses washing film ini

bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang

terbentuk dari proses fixing.

5. Pengeringan (drying)

Proses drying dilakukan dengan tujuan untuk

menghilangkan kandungan air dalam emulsi dan agar

mudah untuk disimpan. Proses drying akan membuat

emulsi lebih kuat dan mudah untuk dipegang serta

menjaga visualisasi image dengan cara membatasi efek

radiasi dan refleksi yang disebabkan adanya air

dipermukaan emulsi.

Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan

proses drying adalah dengan bantuan udara. Hasil akhir

dari proses pengolahan film adalah emulsi tidak rusak,

bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan


16

artefak (struktur yang tidak biasanya hadir pada

radiografi)

(Jauhari, 2010) (Bushong, 2013).

2.1.4.2 Kesalahan saat pembuatan film radiograf

Pada pembuatan radiograf ada kemungkinan terjadi

kesalahan. Dalam pembuatan radiograf ini harus diperoleh

hasil yang maksimal, karena pengaruhnya sangat besar

pada interpreasi. Kesalahan yang dapat terjadi saat

pembuatan film radiograf adalah sebagai berikut :

1. Radiograf yang terlalu terang

a. Kesalahan prosessing

1) Tidak berkembangnya film pada pemrosesan

yang disebabkan: temperatur yang terlalu rendah,

waktu yang terlalu pendek atau singkat.

2) Kurang developer pada pemakaian prosesor

otomatis.

3) Developer terkontaminasi dengan bahan lain.

4) Fiksasi yang terlalu lama.

b. Eksposi yang kurang

2. Radiograf yang terlalu gelap

a. Kesalahan processing

1) Berkembangnya film terlalu berlebih, disebabkan

temperatur yang terlalu tinggi, waktu yang terlalu

lama.
17

2) Konsentrasi developer yang terlalu tinggi.

3) Fiksasi yang kurang.

b. Eksposi yang berlebih.

3. Radiograf yang kabur dan kurang tajam

a. Pada saat ekspos penderita bergerak.

b. Penderita dan konusnya bergerak.

4. Gambaran radiograf berkabut

a. Film sudah kadaluwarsa.

b. Filter alat radigraf rusak.

c. Sampul film rusak.

5. Radiografi terlihat sebagian atau hilang

a. Cara mencelupkan film ke dalam developer hanya

sebagian.

b. Adanya pemisahan emulsi dari basisnya.

(Margono, 1999).

2.1.5 Image Radiography

Image Radiography adalah gambaran bentukan pada radiograf

(film) yang dihasilkan ketika sinar-X melewati suatu obyek, hanya

dapat dilihat ketika film telah diproses. Image Radiography adalah

gambar hitam dan putih, akan tetapi terdiri banyak sudut warna

abu-abu. Daerah yang paling gelap dari bayangan radiografi adalah

warna hitam dan daerah yang paling terang adalah warna putih.
18

Pada radiografi, gambaran hitam berasal dari kata radiolucent dan

gambaran putih berasal dari kata radiopaque (Barr, 1980).

Image Radiography atau bayangan radiografi diproduksi oleh

radiasi yang dipancarkan dalam bermacam-macam jumlah yang

melalui suatu materi, dengan mengaktifkan butir perak halida di

dalam suatu emulsi film dan dengan memproduksi deposit hitam

pada perak (Barr, 1980).

Dengan mengolah film secara kimiawi, suatu gambaran permanen

yang nyata dapat diproduksi, yang dapat dilihat melalui pancaran

cahaya.

2.1.5.1 Sifat Objek Berdasarkan Kemampuannya Dalam

Menembus Sinar

1. Transparan

Transparan atau tembus pandang ialah permukaan suatu

benda yang tidak menghambat pandangan untuk

melihat benda di belakangnya, misalnya kaca dan

plastik yang bersifat tembus pandang.

2. Translusen

Translusen atau tembus sinar, yaitu benda yang berada

dibelakang benda yang bertranslusen tersebut tidak

terlihat, misalnya kaca es, kaca buram, kaca susu,

plastik suram.
19

3. Opaque (opak)

Opaque ialah sifat kedap sinar. Baik pandangan

maupun sinar tidak dapat menembusnya, misalnya

lempengan besi, kayu, karton.

2.1.5.2 Proses Terjadinya Bayangan Radiografi (Rasad, 1999)

1. Gambaran laten (pada film rongent)

a. Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila

ditembus sinar- X maka intensifying screen

memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan

hampir tidak ada, akibatnya perak halogen hampir

tidak mengalami perubahan.

b. Apabila objek yang kerapatannya rendah,

fluoresensi tinggi, maka terjadi perubahan pada

perak halogen

2. Gambaran tampak

Gambaran tampak terjadi setelah film sinar-X

dibangkitkan pada larutan pembangkit. Image

radiography dibentuk oleh sinar-X dan merubah

susunan kristal perak halide menjadi butir perak

berwarna hitam. Aksi sinar-X (kombinasi sinar X

dengan layar pendar) dan cahaya dilipat gandakan oleh

cairan pembangkit, tahap prosesing selanjutnya

membuat image radiography menjadi permanen dan

dapat diamati di depan viewer.


20

Tujuan membuat image radiography agar dapat dilihat

dengan jelas, oleh karena itu image radiography harus

memiliki bentuk yang tegas diiringi oleh adanya

contrast radiograf yang cukup. Contrats radiograf

adalah perbedaan terang diantara berbagai bagian

image. Struktur dari objek tidak akan terlihat, bila nilai

kontras disekitarnya tidak cukup.

2.1.5.3 Hal Yang perlu diperhatikan dari Image Radiografi

1. Bentuk jelas atau tegas.

2. Detail atau definition menunjukan bagian kecil dari

objek dapat dilihat.

3. Kontras radiografi menunjukan perbedaan terang

(hitam atau putih).

4. Distorsi perubahan bentuk dan ukuran pada citra

radiografi yang tidak sesuai dengan gambar aslinya

(Jauhari, 2008).

Medical imaging digunakan untuk mengetahui bagian dalam dari

tubuh manusia. Image tersebut bisa dihasilkan dengan berbagai

cara dan modalitas pencitraan medik. Baik menggunakan radiasi

pengion atau non pengion. Yang harus diperhatikan dalam

pembuatan citra medik adalah mutu dan detail sehingga benar-

benar berguna untuk penegakan diagnosis.

Image quality yang dihasilkan mencakup semua faktor yang

mampu memperlihatkan struktur anatomis secara jelas dan tepat.


21

Untuk itu perlu diperhatikan lima faktor yang menjadi penentu

dalam jaminan mutu image radiograf, sehingga mutu citra dan

kenampakan struktur anatomi bagian dalam dapat diperlihatkan

dengan jelas. Faktor tersebut adalah :

1. Sensitifitas kontras (contrast sensitivity).

2. Kekaburan (blurring).

3. Kejernihan tampak (visual noise).

4. Bercak (artefak).

5. Detil bagian (spatial atau geometric) karakteristik.

(Suksmono, 2006).

2.1.6 Characteristic Radiography Image

2.1.6.1 Visual Characteristic yang baik

1. Contrast

Contrast adalah perbedaan derajat kehitaman antara

bagian yang membentuk radiograf. Kontras merupakan

perbedaan densitas antara daerah yang terang dengan

daerah yang gelap. Contrast radiografi memiliki unsur

yang berbeda, yaitu :

a. Kontras objektif yaitu perbedaan kehitaman ada seluruh

bagian citra yang dapat dilihat. Adapun penyebabnya :

1) Faktor radiasi yang meliputi: kualitas sinar primer

dan sinar hambur atau scatter.

2) Faktor film
22

3) Faktor processing yang meliputi: jenis dan susunan

bahan pembangkit, waktu dan suhu pembangkitkan,

lemahnya cairan pembangkit, agitasi film reducer.

b. Kontras subjektif yaitu perbedaan terang di antara

bagian film jadi tidak dapat diukur tergantung dari

pengamat (Sartinah et al, 2008).

2. Densitas

Adalah derajat kehitaman dari keseluruhan bagian film

yang secara kualitas ditujukan dengan banyaknya jumlah

logam perak yang diendapkan dalam emulsi film sebagai

hasil dari penyinaran radiasi sinar-X dan prosedur

pengolahannya. Semakin tebal endapan perak hitam,

semakin besar kuantitas cahaya yang diserap oleh film dan

semakin gelap bayangan atau gambar daerah tersebut

(O’Brien, 1972,Goaz dan white, 1982).

3. Detail

Detail radiograf menggambarkan ketajaman dengan

struktur-struktur terkecil dari radiograf. Faktor-faktor yang

berpengaruh pada detail adalah faktor geometri antara lain

ukuran focal spot, FFD (Focus Film Distance) dan FOD

(Film Object Distance), (Sartinah et al, 2008).


23

2.1.6.2 Geometric Characteristic yang baik

1. Magnifikasi

Magnifikasi didefinisikan sebagai perbandingan ukuran

gambar terhadap ukuran objek, dengan gambar yang

dihasilkan adalah sama atau lebih besar dari ukuran objek

aslinya (Curry, 1984).

2. Distorsi

Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang

direkam, bentuk serta hubungan dengan struktur lainnya

kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis tengah

struktur yang akan di X-foto berada sejajar dengan film

yang tegak lurus dengan pusat sinar X (Suksmono, 2006).

2.1.7 Program Analisa Pengulangan dan Penolakan Radiograf (RAP)

Program Analisa Pengulangan dan Penolakan Radiograf atau RAP

adalah suatu metode yang digunakan oleh instalasi radiologi untuk

menentukan analisa film yang ditolak, efektifitas biaya, konsistensi

radiografer dan bahan dalam menghasilkan radiograf yang

berualitas. Tujuan utama dari program reject analisa adalah

menekan jumlah film yang ditolak (rejected) dan diulang

(repeated). Sehingga dapat membatasi terjadinya pengulangan

dalam pembuatan radiograf sehingga secara tidak langsung akan

mengurangi dosis radiasi pada pasien dan dapat menekan biaya


24

serta bagi pihak radiologi dapat memastikan bahwa bahan-bahan

yang ada dapat digunakan secara efektif dan efisien.

2.1.7.1 Tujuan Program Analisa Pengulangan Dan Penolakan

Radiograf

1. Memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi

dan pemanfaatan film pada unit radiologi.

2. Memastikan perlatan radiografi dapat dimanfaatkan

secara konsisten dengan standar yang tinggi.

3. Memastikan bahwa bahan-bahan yang ada digunakan

secara efektif.

4. Menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisa

film yang di reject dan aspek-aspek penyebab yang

membutuhkan perhatian.

5. Sebagai perencanaan awal dari quality control.

Sedangkan pengertian dari reject analysis adalah suatu prosedur

untuk mengetahui tingkat kesalahan teknik dalam melakukan

pemeriksaan atau kesalahan yang timbul oleh peralatan yang

dinilai terhadap film yang terbuang sia-sia. Reject analysis

merupkan suatu proses secara sistematis pengolongan gambar yang

ditolak dan menekankan sebab dari pengulangan tersebut sehingga

kerusakan foto dapat dikurangi atau dihilangkan kedepannya.

Repeat analysis adalah suatu metode yang mendokumentasikan

film yang ditolak dan menentukan penyebab penolakan film yang

terjadi sehingga dapat meminimalisir atau mengurangi penolakan.


25

Analysis penolakan dan pengulangan film merupakan bagian dari

program quality assurance yang memiliki tujuan untuk

menampilkan data tentang penggunaan film dan penolakan film

dalam periode waktu tertentu sehingga dapat diketahui efektifitas

penggunaannya (Papp, 2011).

Quality Assurance adalah suatu program manajemen yang

digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan

cara melakukan pengumpulan data kemudian mengkajinya secara

sistematis. Tujuan utama dari program quality assurance adalah

untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien, teknik manajemen,

kebijakan dari prosedur unit radiologi, efektifitas, efisiensi

pelayanan dan menghasilkan gambaran radiograf tepat waktu

(Papp, 2011).

2.1.7.2 Contoh Program Analisa Pengulangan Dan Penolakan

Radiograf (RAP)

Berikut ini contoh program analisa pengulangan dan

penolakan radiograf (RAP) yang dapat digunakan sebagai

cara untuk mengetahui berapa jumlah foto yang

mengalami reject, dengan langkah-langkah nya sebagai

berikut dibawah :

1. Buka program analisa pengulangan dan penolakan

radiograf (RAP). Contoh dibawah ini menggunakan

format Ms Word, pada aplikasinya nanti menggunakan

Ms Excel untuk mempermudah dalam penjumlahan.


26

Cara pengisisnnya dilakukan seperti pada tabel dibawah

ini. Pengisiannya disesuaikan dengan jumlah foto reject

yang ditemukan, sehingga dapat diketahui berapa

jumlah film yang mengalami reject. Angka prosentase

dapat ditotal perbulan, sehingga dapat diketahui

prosentase jumlah film yang mengalami reject tiap

bulannya.
27

No. Bulan Jenis Jumlah Jumlah Penyebab reject


Film
Pemeriksaa Film Reject Human error Pergerakan Processing Artefak Posisioning Pasien
n pasien

1. Januari Thorax 20 2 - 1 - 1 - -

Skull 5 1 - - - 1 - -

Vertebra 2 0 - - - - - -

EA 5 - - - - - -

Total 32 0 1 0 2 0 0
film

Total 3
reject

Reject 10,6%
(%)

Tabel 2.1.7 Program analisa pengulangan dan penolakan radiograf (RAP) Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
28

2.1.7.3 Faktor Penyebab pengulangan film radiologi konvensional

1. Dari segi kesalahan manusia (Human error)

Kesalahan dari personel radiografer dalam pengambilan

gambar radiograf dapat terjadi, yaitu sebagai berikut :

a. Posisi reseptor yang tidak benar

Penempatan reseptor yang benar adalah langkah

penting yang pertama untuk mendapatkan eksposure

yang bagus.

b. Faktor eksposi

Penggunaan faktor eksposi yang terlalu rendah atau

terlalu tinggi sehingga nilai paparan radiasi yang

dibutuhkan kurang atau lebih. Faktor eksposi yang

digunakan untuk setiap pemeriksaan berbeda-beda,

semakin tebal rapat objek yang akan diperiksa maka

membutuhkan penggunaaan factor eksposi yang

tinggi.

Factor eksposi yang digunakan akan berpengaruh

terhadap tingkat densitas, kontras, detail dan

ketajaman pada gambar radiograf. Penggunaan faktor

eksposi yang tepat sangat diperlukan agar penolakan

film radiograf dapat dihindari (Bushong, 2001).

Terdapat 2 kondisi yang sering terjadi apabila

pengaturan factor eksosi kurang tepat yaitu:


29

1) Under expose

Kondisi gambaran radiograf yang under expose

terjadi karena tidak tepat dan tidak sebanding

dengan tebal objek yang diperiksa, sehingga hanya

sedikit intensitas sinar-x yang diteruskan dan

diterima oleh film (Bushong, 2001).

2) Over expose

Overexposure dapat terjadi karena waktu exposure

terlalu panjang. sehingga gambaran yang

dihasilkan hitam atau memiliki tingkat densitas

yang tinggi

2. Dari segi pergerakan pasien

Pasien yang belum diposisikan secara tepat dapat

mengakibatkan gambaran yang di hasilkan terpotong dan

tidak memberikan informasi diagnostik untuk

menegakkan diagnosa. Pergerakan pasien dapat

menyebabkan terjadinya kekaburan dan menurunkan

nilai detail dari gambar radiograf. Kesalahan ini bisa

terjadi karena kondisi pasien yang tidak kooperatif.

Untuk mengurangi pergerakan pasien yang dapat

menyebabkan kekaburan pada gambaran sebaiknya

digunakan waktu eksposi yang singkat, pemberian alat

fiksasi, dan instruksi pada pasien (Bushong, 2001).


30

3. Dari segi processing

a. Radiograf yang terlalu terang

1) Kesalahan prosessing

a) Tidak berkembangnya film pada pemrosesan

yang disebabkan: temperatur yang terlalu

rendah, waktu yang terlalu pendek atau singkat.

b) Kurang developer pada pemakaian prosesor

otomatis.

c) Developer terkontaminasi dengan bahan lain.

d) Agitasi yang terlalu cepat.

2) Eksposi yang kurang

b. Radiograf yang terlalu gelap

1) Kesalahan processing

a) Berkembangnya film terlalu berlebih,

disebabkan temperatur yang terlalu tinggi,

waktu yang terlalu lama.

b) Konsentrasi developer yang terlalu tinggi.

c) Agitasi yang terlalu lama.

2) Eksposi yang berlebih.

c. Radiograf yang kabur dan kurang tajam

1) Pada saat ekspos penderita bergerak.

2) Penderita dan konusnya bergerak.

d. Radiograf terlihat sebagian atau hilang


31

1) Cara mencelupkan film ke dalam developer hanya

sebagian.

2) Adanya pemisahan emulsi dari basisnya.

(Margono, 1999).

4. Posisioning

Posisioning merupakan suatu prosedur yang dilakukan

untuk mendukung didapatkannya gambaran radiograf

yang diinginkan. Dalam radiologi, teknik memposisikan

ini dibagi menjadi dua tipe yakni posisi tubuh dan posisi

objek, dengan dibantu proyeksi atau arah penyinaran dari

mesin atau pesawat sinar-x maka objek yang kita

inginkan bisa terlihat dengan jelas, bahkan objek yang

tumpang tindih bisa saling terpisah dengan bantuan

teknik pemposisian dan proyeksi. Terjadinya kesalahan

karena faktor ini bisa dikarenakan radiografer kurang

teliti dan paham akan posisi objek yang akan diperiksa

atau bisa juga pengimajinasian yang kurang dalam

memperkirakan hasil gambaran yang terbentuk akan

seperti apa. Selain itu, pengaturan tabung sinar-x, posisi

pasien, dan kolimator dapat menyababkan hilangnya

informasi gambaran anatomi yang ingin dilihat

(Bushong, 2001).
32

5. Artefak

Artefak dapat berasal dari kesaahan faktor pengunaan

alat yang tidak dalam kondisi baik seperti grid dan roller

pada automatic processing. Artefak juga dapat dapat

berasal dari pasien yaitu seperti kalung, anting, penjepit

rambut yang tidak dilepaskan pada saat pemeriksaan

berlansung (Bushong, 2001).

a. Film yang ternoda

Noda kuning atau coklat radiograf adalah tanda dari

pencucian yang tidak tepat atau pembersihan larutan

fixer dari film yang kurang menyeluruh.

b. Film yang berkabut

Film yang berkabut disebabkan oleh safe light yang

tidak tepat pada ruang gelap, disimpan pada ruangan

yang cenderung panas atau film yang sudah

kadaluarsa.

c. Film yang gelap

Film yang gelap disebabkan karena terlalu banyak

sinar x-ray yang memapar reseptor gambar, selain itu

film sangat sensitif terhadap cahaya bahkan didalam

ruang gelap.

6. Pasien

Untuk reject film yang berasal dari pasien dapat

dikatakan bahwa pasien sebenarnya dianjurkan untuk


33

melakukan foto rotgen namun dari sisi pasiennya

menolak untuk dilakukan foto rotgen dengan beberapa

alasan yaitu khawatir akan radiasi. Beberapa pasien

menafsirkan bahwa resiko radiasi dan menolak

pemeriksaan yang bermanfaat atau berpotensi

menyelamatkan nyawa karena takut akan radiasi yang

akan diterima jika melakukan foto rotgen, sehingga

komunikasi yang efektif harus diterapkan agar hal

tersebut dapat dihindarkan (Reddy, 2017). Meningkatkan

komunikasi tidak hanya menambah pengetahuan pasien

tapi juga menambah kepercayaan pasien terhadap

pelayanan kesehatan (Makary, 2020).

2.1.7.4 Tahapan Yang Dapat Dilakukan Untuk Menganalisa

Pengulangan Dan Penolakan Radiograf

1. Penghitungan pengulangan radiograf

a. Mengumpulkan film yang ditolak setiap harinya.

b. Catat jumlah penglangan film pada lembar

penghitungan data harian.

c. Hitung semua jumlah film yang digunakan untuk

dapat di ketahui jumlah pemakai film pada suatu

periode.

2. Analisa pengulangan

a. Jumlah pengulangan film secara keseluruhan.


34

b. Jumlah pengulangan film berdasarkan ukuran film.

c. Mengidentifikasi factor penyebab terjadinya

pengulangan.

d. Lakukan perhitungan presentasi pengulangan film

dan bandingan dengan presentasi pengulangan film

peiode sebelumnya.

3. Tindakan

a. Menghitung jumlah keseluruhan proporsi (%) film

yang di reject

Total Reject Rate =

jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf


x 100%
jumlah keseluruhan foto yang dilakukan

b. Menghitung jumlah proporsi (%) film yang di reject

berdasarkan jenis kategori kesalahan

Reject Cause =

jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 𝑏erdasarkan faktor kesalahan


x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf

(Papp, 2011) (Lloyd, 2011)

2.1.8 Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tentang

Reject Film Radiograf

2.1.8.1 Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan

Kesehatan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor : 1014/Menkes/SK/XI/2008
35

1. Latar belakang

Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari

pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan

bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana

kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan

amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan. Bertolak dari hal tersebutserta makin

meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya

memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan

pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik

khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana

pelayanan kesehatan, mulai dari sarana pelayanan

kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik-klinik

swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala

besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan adanya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

terjadidewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit

dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi

diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi

pengion dan non pengion. Dengan berkembangnyawaktu,

radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang

cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.

Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi


36

khususnya radiologi diagnostik, maka dibuat buku Standar

Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan

Kesehatan. Buku standar atau pedoman radiologi yang

telah diterbitkan sebelum tahun 1997 dirasakan sudah

tidak sesuai lagi dengan situasi dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi saat ini sehingga dipandang

perlu dilakukan revisi sehingga dapat dipakai sebagai

acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan

pelayanan radiologi diagnostik dan untuk keperluan

pembinaan.

2. Tujuan

a. Tujuan umum : tercapainya standarisasi pelayanan

radiologi diagnostik diseluruh Indonesia sesuai dengan

jenis dan kelas sarana pelayanan kesehatan.

b. Tujuan Khusus :

1) Sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan

untuk menyelenggarakan pelayanan radiologi

diagnostik.

2) Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan sarana

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan radiologi.

3) Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih

lanjut yang arahannya disesuaikan dengan tingkat


37

pelayanan radiologi yang telah dicapai dan proyeksi

kebutuhan pelayanan di masa depan.

3. Ruang lingkup

a. Pelayanan Radiodiagnostik

b. Pelayanan Imejing Diagnostik

c. Pelayanan Radiologi Intervensional

Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi

pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray

konvensional, Computed Tomography Scan atu CT Scan

dan mammografi. Pelayanan imejing diagnostik adalah

pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan

menggunakan radiasi non pengion, antara lain

pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging atau

MRI, USG.

Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk

melakukan diagnosis dan terapi intervensi dengan

menggunakan peralatan radiologi X-ray (Angiografi, CT).

Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi non

pengion.

4. Sasaran

Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana

Pelayanan Kesehatan ini disusun untuk dipergunakan

bagipara pihak terkait, yaitu:


38

a. Pemerintah Daerah/Dinas kesehatan

b. Sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan radiologi diagnostik, meliputi : rumah sakit ,

puskesmas dengan atau tanpa perawatan, BP4 dan Balai

Besar Kesehatan Paru, praktik perorangan atau

berkelompok dokter spesialis, praktik perorangan atau

berkelompok dokter gigi spesialis, Balai Besar

Laboratorium Kesehatan atau Balai Laboratorium

Kesehatan, sarana kesehatan pemeriksa CTKI, sarana

pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh

menteri organisasi profesi terkait.

2.1.8.2 Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Berdasarkan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

129/Menkes/SK/II/2008

1. Latar belakang

Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat ( l) perubahan

Undang – undang Dasar Negara Repubrik Indonesia

Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak

memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal

34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggungjawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan fasilitas

pelayanan umum yang layak.


39

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas perayanan

kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya

kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung

penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran

pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks.

Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat

keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang

sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan

dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar,

membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah

sakit. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai

tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang

seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam

meningkatkan taraf keejahteraan mesyarakat. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005

Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal BAB I ayat 6 menyatakan : Standar

pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM

adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar

yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

diperoleh setiap warga negara secara minimal. Ayat 7.


40

Indikator SPM adalah tolak ukur untuk prestasi kuantitatif

dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan

besaran sasaran yang hendak dipenuh didalarn pencapaian

suatu SPM tertentu berupa masukan, proses, hasil dan atau

manfaat pelayanan.

Ayat 8. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik

yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam kehidupan sosial ekonomi dan

pemerintahan. Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No

58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan standar

pelayanan minimal adalah tolak ukur kinerja dalam

menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang

merupakan urusan wajib daerah.

2. Tujuan

Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar

tersedianya panduan bagi daerah dalam melaksanakan

perencanaan pelaksanaan dan pengendalian serta

pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan

standar pelayanan minimal rumah sakit. Standar pelayanan

minimal ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman

tentang definisi operasional, indikator kinerja, ukuran atau

satuan rujukan, target nasional untuk tahun 2007 sampai

dengan tahun 2012, cara perhitungan / rumus /


41

pembilangan penyebut / standar / satuan pencapaian

kinerja dan sumber data.

3. Jenis – jenis pelayanan rumah sakit

a. Pelayanan gawat darurat

b. Pelayanan rawat jalan

c. Pelayanan rawat inap

d. Pelayanan bedah

e. Pelayanan persalinan dan perinatologi

f. Pelayanan intensif

g. Pelayanan radiologi

h. Pelayanan laboratorium patologi klinik

i. Pelayanan rehabilitasi medik

j. Pelayanan farmasi

k. Pelayanan gizi

l. Pelayanan transfusi darah

m. Pelayanan keluarga miskin

n. Pelayanan rekam medis

o. Pengelolaan limbah

p. Pelayanan administrasi manajemen

q. Pelayanan ambulans/kereta jenazah

r. Pelayanan pemulasaraan jenazah

s. Pelayanan laundry

t. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit

u. Pencegah Pengendalian Infeksi


42

4. Standar pelayanan minimal radiologi

a. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto ≤ 3 jam

b. Pelaksanaan ekspertisi oleh dokter Sp. Rad

c. Kejadian kegagalan pelayanan rotgen yaitu ≤ 2%

kerusakan foto

d. Kepuasan pelanggan ≥ 80%

2.1.9 Radiasi

2.1.9.1 Pengertian radiasi

Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel

bermuatan yang karena energi yang dimilikinya mampu

mengionisasi media yang dilaluinya (BAPETEN, 2010).

Radiasi adalah energi yang dihantarkan, dipancarkan dan

diserap dalam bentuk partikel atau gelombang.

2.1.9.2 Radiasi Beradasarkan Sumbernya

1. Radiasi alam

Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari

kulit bumi, peluruhan radom dan thorium di udara, serta

radionuklida yang ada dalam bahan makanan.

2. Radiasi buatan

Radiasai buatan adalah radiasi yang timbul karena atau

berhubungan dengan aktivitas manusia, seperti penyinaran

dengan sinar-X dibidang medis (radiodiagnostik dan


43

radioterapi), radiasi diperoleh di pembangkit tenaga nuklir,

radiasi yang diperoleh di bidang industri.

2.1.9.3 Bentuk Radiasi

1. Radiasi non pengion

Radiasi non pengion adalah radiasi yang apabila melewati

bahan atau jaringan biologi tidak akan mengionkan bahan

atau jaringan tersebut. Contoh: Gelombang TV, radio,

radar, sinar infra merah, sinar ultra violet, cahaya tampak.

2. Radiasi pengion

Radiasi pengion adalah suatu gelombang elektromagnetik

dan partikel bermuatan, karena energi yang dimilikinya

mampu mengionisasi media yang lainnya. Apabila

melintas dalam bahan atau jaringan biologi dapat

mengionkan bahan atau sel jaringan. Contoh: partikel

alpha, partikel beta, sinar-X, dan gamma, neutron (Buku I

dasar proteksi radiasi, BATAN 2010).

2.1.9.4 Manfaat Radiasi Di Bidang Medis

Sinar-X telah dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, sebagai

salah satu sarana penunjang diagnostik dan terapi,

diantaranya digunakan pada bagian radiologi, radioterapi dan

kedokteran nuklir (BAPETEN, 2002).

Proses pembentukan sinar-X dihasilkan oleh suatu pesawat

melalui proses fisika. Secara sederhana dapat diterangkan

bahwa sinar-X dihasilkan oleh tabung sinar-X yaitu tabung


44

gelas hampa udara yang dilengkapi dengan dua buah

elektroda, anoda atau target dan katoda. Sebagai akibat

interaksi antara elektron cepat yang dipancarkan dari katoda

ke target dipancarkan sinar X dari permukaan target

(BAPETEN, 2010), hasil dari sinar-X tersebut digunakan

untuk menghasilkan suatu gambaran untuk tujuan

mendiagnosa dan mengevaluasi bagian dari suatu penyakit

atau kelainan.

Pemanfaatan radiasi dibidang medis untuk salah satu keperluan

diagnosa terdapat dua teknik pemanfaatan yaitu :

1. Teknik Radiografi adalah teknik dimana sumber sinar-X

ditembuskan ke bagian tubuh pasien yang akan diperiksa

dengan kondisi penyinaran tertentu. Radiasi sinar-X yang

akan tembus akan mempunyai besaran yang berbeda sesuai

dengan daya serap organ-organ tubuh yang akan

ditembusnya. Perbedaan akan besaran tersebut akan

ditangkap oleh film x-ray dan akan membentuk bayangan

laten, gambar laten tersebut setelah melalui berbagai proses

pencucian akan menghasilkan gambaran foto dari organ

yang diperiksa. Untuk radiografer (pekerja radiasi) pada

saat pemotretan harus berada di belakang tabir atau

diruangan lain yang terproteksi dari radiasi sinar-X.

2. Teknik fluoroskopi adalah teknik yang memanfaatkan salah

satu dari sifat sinar-X yaitu bila mengenai bahan akan


45

berpendar (fluorosensi). Biasanya radiografer, dokter, dan

perawat tidak dapat menghindar untuk berada diruang

pemeriksaan selama pemeriksaan berlangsung, untuk itu

diwajibkan menggunakan alat pelindung radiasi, seperti

body apron, thyroid apron, goggledan glove. Kondisi

penyinaran fluoroskopi untuk pemakaian arus tabung dan

waktu penyinaran berbeda dengan teknik radiografi. Waktu

pemeriksaan dengan menggunakan fluoroskopi lebih lama

dibandingkan dengan pemeriksaaan radiografi, karena

radiasi yang dikeluarkan oleh fluoroskopi secara kontinu

sesuai denga kebutuhan diagnosa.(Dasar proteksi radiasi,

BATAN 2010).

2.1.9.5 Dampak Radiasi

1. Efek Stokastik

Efek Stokastik berkaitan dengan paparan dosis rendah

yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker

(kerusakan somatik) atau cacat pada keturunan (keruskan

genetik). Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima

tubuh ada kemungkinan akan menimbulkan kerusakan sel

somatik maupun genetik. Efek radiasi dosis rendah adalah

kanker paru-paru, kanker kulit, kanker kantong kemih,

myeloma serta kanker sistem hemopoitik dan limfe.


46

2. Efek Deterministik

Efek deterministik berkaitan dengan paparan dosis radiasi

tinggi yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau

dirasakan oleh individu yang terkena radiasi. Efek tersebut

dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah

penyinaran. Kemunculan efek ini juga ditandai dengan

munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan

umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah,

demam, keringat berlebihan, hingga menyebabkan shock.

beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus,

yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian.

Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah

erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh,

memborok, dan kerontokan rambut kulit (Akhadi, 2000).

2.1.9.6 Proteksi radiasi

Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan

radiasi (BAPETEN, 2016). Tujuan dari proteksi radiasi

adalah mencegah terjadinya efek yang membahayakan dan

mengurangi frekuensi terjadinya efek yang cukup yang masih

dapat diterima oleh setiap anggota masyarakat. Untuk

mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya

keselamatan dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan

lingkungan.
47

1. Asas proteksi radiasi

a. Asas justifikasi atau pembenaran

Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat

mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh

dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup

mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan

tersebut cukup besar dibandingkan dengan kerugian

yang dapat ditimbulkan.

b. Asas optimasi

Asas ini dikenal dengan sebutan ALARA atau As Low

As Reasonably Achievebel. Asas ini menghendaki agar

paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan

serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor

ekonomi dan sosial. Dalam kaitannya dengan

penyusunan program proteksi radiasi asas optimisasi

mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam

program telah dipertimbangkan secara seksama,

termasuk besarnya biaya yang dapat dijangkau.

c. Asas Limitasi atau pembatasan dosis perorangan

Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima

oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak

boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh

instalasi yang berwenang.


48

2. Proteksi radiasi untuk masyrakat umum

a. Nilai batas dosis radiasi untuk masyarakat umum

adalah 5 mSv/tahun atau 1/10 dari pekerja radiasi.

b. Nilai batas dosis untuk penyinaran lokal adalah 50 mSv

(5 rem) / tahun selain lensa mata 15 mSv (1,5 rem) /

tahun.

c. Pengantar pasien atau perawat tidak diperbolehkan

berada di dalam ruang pemeriksaan pada waktu

eksposi.

d. Bangunan instalasi radiologi dirancang sedemikian

rupa sehingga radiasi hambur dapat diserap.

3. Proteksi radiasi untuk pasien

a. Membatasi luas lapangan penyinaran

b. Gunakan apron untuk melindungin gonad pasien, ini

seharusnya dilakukan pada pasien.

c. Mengatur dosis radiasi sesuai kondisi objek yang akan

diperiksa atau meminimalisasikan dosis radiasi.

d. Memposisikan pasien dengan benar sehingga dapat

mengurangi terjadinya pengulangan pemotretan.

4. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi

a. Nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50 mSv/tahun

atau (5 rem) / tahun.

b. Pekerja radiasi tidak dibenarkan memegang pasien

selama eksposi.
49

c. Hindari penyinaran bagian-bagian yang tidak

terlindungi.

d. Pemakaian sarung tangan, apron yang berlapis Pb

dengan tebal 0,5 mm Pb.

e. Gunakan alat pengukur radiasi.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Perbedaan
Variabel dan
Penulis Judul Tujuan Hasil
yang diteliti persamaan
(Ikko Analisa Penolakan Mengetahui Hasil dari Perbedaan :
Justian Penolakan dan dan Penolakan penelitian Lokasi
dkk, 2016) Pengulangan Pengulangan dan ini adalah penelitian
Citra Citra Pengulangan adanya dan
Radiografi Radiografi Citra penolakan prosessing
pada pada Radiografi dan film.
Modalitas Modalitas pada pengulangan
Computed Computed Modalitas pada citra Persamaan:
Radiography Radiography Computed digital Penelitian
Agfa Cr 35-X Agfa Cr 35- Radiography melebihi tentang
di Instalasi X Agfa Cr 35- standart analisa
Radiologi X yang reject film
RSUD Dr. R. dikeluarkan metode
Goeteng oleh yang
Taroenadibrata keputusan dilakukan
Purbalingga mentri sama
kesehatan
≤2%

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu Analisa Reject Film di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah


50

2.3 Kerangka Konsep


Film Rontgen adalah film yang digunakan untuk
pengambilan gambar bagian dalam tubuh yang dilakukan
di Unit Radiologi

Prosesing Film

Reject film

Faktor penyebab : dari segi kesalahan manusia (human error) meliputi :


posisi reseptor yang tidak benar, faktor eksposi ada under expose, over
expose, dari segi pergerakan pasien, dari segi processing meliputi :
radiograf yang terlalu terang, radiograf yang terlalu gelap, radiograf yang
kabur dan kurang tajam, radiografi terlihat sebagian atau hilang,
posisioning, artefak meliputi : film yang ternoda, film yang berkabut,
film yang gelap, pasien.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008


dibawah angka ≤2%

Gambar 2.3 Kerangka konsep Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi


Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang akan dilakukan dalam proses

penelitian. Dalam penyusunannya, harus diuraikan secara terperinci. Hal - hal

yang harus diuraikan secara terperinci seperti variabel penelitian, tehnik

pengumpulan data, analisa data, cara penafsiran dan penyimpulan tentang

hasil dari suatu penelitian (Nursalam, 2015).

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian

yang memungkinkan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan desain

deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan film radiografi yang

mengalami reject di instalasi radiologi.

3.2 Kerangka Operasional

Kerangka operasional adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah,

mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak

awal dilaksanakanya penelitian (Nursalam, 2008). Kerangka kerja adalah

sesuatu yang abstrak, logika secara arti harfiah dan akan membantu peneliti

menghubungkan hasil penemuan dengan body of knowledge (Nursalam,

2008).

51
52

Dibawah ini akan diuraikan bagan kerangka operasional penelitian yang

akan dilakukan peneliti sebagai berikut :

Populasi:
Seluruh film radiografi yang digunakan pada bulan Januari-
Mei 2021

Sampel :
Film radiografi yang mengalami reject pada bulan Januari-Mei
2021

Desain :
Deskriptif

Variabel Independen : Variabel Dependen :


Penyebab terjadi reject film Film yang mengalami reject

Pengumpulan data

Pengolahan Data

Presentase analisa
radiografi yang mengalami reject ≤2%

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.2 Kerangka Operasional Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi


Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
53

3.3 Tempat dan Waktu

3. 3.1 Tempat penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah.

3. 3.2 Waktu penelirtian

Peneliti melakukan penelitian dimulai dari bulan Mei-Agustus 2021.

Sedangkan data yang diambil pada bulan Januari-Mei 2021.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh film radiografi yang

digunakan pada bulan Januari-Mei 2021.

3.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah film radiografi yang mengalami

reject pada bulan Januari-Mei 2021.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan

sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian

(Nursalam, 2013). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut. Kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,

2007).
54

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyebab terjadi reject

film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah

Gurah karena dari segi kesalahan manusia (human error) meliputi :

posisi reseptor yang tidak benar, faktor eksposi ada under expose, over

expose, dari segi pergerakan pasien, dari segi processing meliputi :

radiograf yang terlalu terang, radiograf yang terlalu gelap, radiograf

yang kabur dan kurang tajam, radiografi terlihat sebagian atau hilang,

posisioning, artefak meliputi : film yang ternoda, film yang berkabut,

film yang gelap, pasien.

3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah film yang mengalami

reject di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan penelitian untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Hidayat, 2007).

Variabel • Variabel Independen : Penyebab terjadi reject film


• Variabel Dependen: Film yang mengalami reject
Definisi • Kesalahan manusia (human error) dapat diartikan
bahwa reject film dapat terjadi karena penempatan
reseptor yang tidak benar dan penggunaan factor exposi
yang kurang tepat sehingga menyebabkan radiograf
terpotong atau hilang sebagian sehingga terjadi
pengulangan. Penggunaan faktor eksposi yang tepat
sangat diperlukan agar penolakan film radiograf dapat
dihindari (Bushong, 2001).
55

• Pergerakan pasien dapat berasal dari pasien yang belum


diposisikan secara tepat dan objek bergerak sehingga
mengakibatkan gambaran yang tidak jelas atau kabur
dan tidak dapat menampakkan anatomi secara jelas
sehingga terjadi pengulangan. Kesalahan ini bisa terjadi
karena kondisi pasien yang tidak kooperatif (Bushong,
2001).
• Processing dapat terjadi karena radiograf yang terlalu
terang, radiograf yang terlalu gelap, radiograf yang
kabur dan kurang tajam, radiograf terlihat sebagian atau
hilang (Margono, 1999).
• Posisioning disebabkan karena pengaturan pesawat x-
ray atau pengaturan pasien yang kurang tepat.
Terjadinya kesalahan karena faktor ini bisa dikarenakan
radiografer kurang teliti dan paham akan posisi objek
yang akan diperiksa atau bisa juga pengimajinasian yang
kurang dalam memperkirakan hasil gambaran yang
terbentuk akan seperti apa. Selain itu, pengaturan tabung
sinar-x, posisi pasien, dan kolimator dapat menyababkan
hilangnya informasi gambaran anatomi yang ingin
dilihat (Bushong, 2001).
• Artefak dapat berasal dari kesalahan faktor pengunaan
alat yang tidak dalam kondisi baik seperti grid dan roller
pada automatic processing. Artefak juga dapat dapat
berasal dari pasien yaitu seperti kalung, anting, penjepit
rambut yang tidak dilepaskan pada saat pemeriksaan
berlansung (Bushong, 2001).
• Pasien juga bisa menjadi penyebab reject film yaitu
sebenarnya pasien dianjurkan untuk melakukan foto
rotgen namun dari sisi pasiennya menolak untuk
dilakukan foto rontgen karena beberapa hal,seperti takut
radiasi atau biaya sehingga komunikasi yang efektif
harus diterapkan agar hal tersebut dapat dihindarkan
(Reddy, 2017).
Cara ukur • Mencatat jumlah reject film
• Mengumpulkan data hasil reject film dan wawancara
• Mengolah data yang telah dikumpulkan
• Menganalisa film yang mengalami reject
Hasil ukur • Jumlah keseluruhan film yang mengalami reject dan
penyebab terjadinya reject film di Instalasi Radiologi
Skala • Interval

Parameter • Tidak lebih dari 2% berdasarkan Keputusan Menteri


Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008

Tabel 3.6 Definisi Operasional Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi


Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah
56

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Observasi

Melakukan observasi secara langsung jumlah radiografi yang

mengalami reject, serta jumlah film yang dipakai. Observasi di lakukan

dengan cara menghitung langsung jumlah film reject serta menghitung

besarnya penggunaan film periode bulan Januari-Mei 2021.

3.7.2 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan peneliti mencatat, melihat dan

mendokumentasikan data dokumen dan foto yang mendukung tentang

reject film periode bulan Januari-Mei 2021.

3.7.3 Wawancara

Untuk melengkapi data yang menunjang dalam pemeriksaan ini, penulis

akan melaksanakan pendekatan dengan radiografer berjumlah 2 orang

yang melakukan pemeriksaan tersebut untuk memperoleh data-data

yang dinginkan tentang reject fil di instalasi radiologi Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah.

Dalam metode wawancara ini peneliti menyediakan beberapa

pertanyaan yang dapat menegaskan dan bersifat mengarah pada hasil

penelitian.

3.7.4 Penghitungan

Melakukan perhitungan sesuai dengan rumus, selanjutnya dari hasil

tersebut dianalisa serta dibandingkan dengan keputusan Menteri

Kesehatan No.129/Menkes/SK/2008 dengan batas ≤ 2%.


57

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan pengumpulan data observasi, kemudian di

hitung secara sistematis menggunakan rumus sebagai berikut :

3.8.1 Menghitung Jumlah Keseluruhan Proporsi (%) Film Yang Di Reject

Total Reject Rate =

jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf


x 100%
jumlah keseluruhan foto yang dilakukan

3.8.2 Menghitung Jumlah Proporsi (%) Film Yang Di Reject Berdasarkan

Jenis Kategori Kesalahan

Reject Cause =

jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 𝑏erdasarkan faktor kesalahan


x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf

Analisa dalam penelitian ini dilakukan pada beberapa faktor penyebab, yaitu :

No. Reject cause Rumus

1. Kesalahan
jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎 (ℎ𝑢𝑚𝑎𝑛 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟)
manusia (human x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf
error)

2. Pergerakan pasien
jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf

3. Processing
jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
𝑝𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑖𝑛𝑔
x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf

4. Posisioning
jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛𝑖𝑛𝑔
x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf
58

5. Artefak
jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑟𝑡𝑒𝑓𝑎𝑘
x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf

6. Pasien
jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 pasien
x100%
jumlah keseluruhan 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 radiograf

Tabel 3.8 Tabel penyebab dan rumus Analisa Reject Film di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

3.9 Etika Penelitian

3.9.1 Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

Peneliti secara mendalam menghargai hak terhadap kemungkinan

bahaya dan peyalahgunaan penelitian. Subjek penelitian yang rentan

terhadap bahya penelitian memerlukan perlindungan. Oleh karena itu,

peneliti mempertimbangkan hak-hak penelitian untuk mendapatkan

informasi melalui tujuan peneliti melakukan penelitian.

3.9.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mecantumkan nama pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.

3.9.3 Manfaat (benefience and nonmaleficience)

Prinsip benefience and nonmaleficience mengutamakan pemberian

manfaat, serta menjauhkan dari hal-hal yang merugikan. Peneliti harus

secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang mungkin terjadi.

Peneliti berpaya semaksimal mungkin agar hasil penelitian memberikan

manfaat lebih besar daripada resiko yang terjadi. Penggunaan asas


59

kemanfaatan ini dilakukan dengan cara menjelaskan dengan detail

tujuan, manfaat, atau resiko ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.

3.9.4 Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan, dijamin

kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

3.9.5 Kejujuran (veracity)

Dalam hal ini peneliti memberikan pemahaman semua tahap penelitian

dengan jelas. Peneliti dengan teguh memegang prinsip kejujuran dalam

menjelaskan prosedur penelitian yang dilakukan.

3.9.6 Keadilan (justice)

Penelitian dilakukan secara cermat, tepat, dan hati-hati dan profesional

serta adil. Penggunaan prinsip keadilan dalam penelitian ini, yaitu

menjamin bahwa semua dilakukan secara adil dan memperoleh

keuntungan yang sama.

3.9.7 Inform consent

Harus dicantumkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan. Pada inform consent juga perlu dicantumkan

bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Rumah Sakit

4.1.1.1 Gambaran rumah sakit

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah beralamatkan di

Jln. dr Soetomo No 322 Sukorejo Gurah Kabupaten Kediri,

rumah sakit ini berdiri pada tanggal 5 Januari 2009 dengan izin

SK Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur nomor :

442.1/05/111.4/2009.

Sebelum berubah menjadi rumah sakit, awalnya merupakan

balai kesehatan umum Siti Khodijah yang berdiri diatas tanah

wakaf dari Bapak Partodiharjo pada tanggal 18 Agustus 1982

oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gurah Kabupaten

Kediri.

Sebelum berubah menjadi rumah sakit, awalnya merupakan

Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang berdiri sejak

tanggal 25 Agustus 1982. Tanah dan gedung yang digunakan

merupakan wakaf dari Bapak Partodiharjo (Alm) yang

sebelumnya adalah gedung pegadaian dan akhirnya berubah

menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak.

Seiring berjalannya waktu Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah berhasil untuk memenuhi persyaratan Rumah

Sakit dengan pengakuan akreditasi tingkat dasar dengan nomor

60
61

KARS_SERT/249/I/2012. Kemudian berlanjut untuk

pengajuan ijin penetapan klas sebagai Rumah Sakit Umum tipe

D berdasar Keputusan Mentri Kesehatan RI No :

HK.03.05/I/1299/12. Dan ijin operasional rumah sakit

berdsarkan Surat Izin Bupati Kediri No:

188.45/244/418.32/2012.

4.1.1.2 Visi dan misi rumah sakit

Visi Rumah Sakit yaitu terwujudnya Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah yang islami, profesional,

mengutamakan mutu dan keselamatan pasien. Misi Rumah

Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah yaitu memberikan

pelayanan kesehatan sebagai sarana da’wah, mencetak sumber

daya insan yang berakhlak mulia, profesional, dan loyal,

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

mengutamakan keselamatan pasien. Tujuan Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah yaitu terwujudnya fungsi rumah

sakit sebagai sarana da’wah, terwujudnya sumber daya insan

rumah sakit yang berkualitas dan kooperatif, terwujudnya

layanan kesehatan yang bermutu yang mengutamakan mutu

dan keselamatan pasien.


62

4.1.1.3 Struktur Rumah Sakit

Struktur terwujudnya Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah dapat digamabarkan seperti dibawah ini

Gambar 4.1 Struktur organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah


Gurah

4.1.1.4 Layanan rumah sakit

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah memiliki beberapa

unit yaitu unit gawat darurat, rawat inap (high care intensive

unit (HCU), rawat inap umum, isolasi), dan rawat jalan (poli

umum dan poli spesialis). Poli spesialis Rumah Sakit


63

Muhammadiyah Siti Khodijah terdiri dari poli penyakit dalam,

poli jantung, poli syaraf, poli mata, poli paru, poli bedah, poli

ortophaedi, dan poli kandungan. Rumah Sakit Muhammadiyah

Siti Khodijah saat ini dilengkapi berbagai penunjang medik,

meliputi labolatorium, apotek, gizi, serta radiologi. Instalasi

radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah melayani

foto radiologi metode konvensional dan melayani

ultrasonografi (USG).

4.1.2 Data Pemeriksaan Keseluruhan Film di Instalasi Radiologi

Data pemeriksaan keseluruhan film dalam penelitian ini meliputi

pemeriksaan keseluruhan film di instalasi radiologi pada bulan Januari-

Mei 2021.

Dibawah ini akan diuraikan jumlah keseluruhan pemeriksaan bulan

Januari-Mei 2021 di instalasi radiologi sebagai berikut :


64

Jenis Januari Februari Maret April Mei Jumlah

Pemeriksaan foto

Thorax 268 224 216 188 157 1.053

Skull 7 11 5 13 6 42

Vertebra 22 20 36 24 22 124

Ekstremitas 23 26 15 18 15 97

atas

Ekstremitas 11 15 24 17 14 81

bawah

BOF 11 14 15 15 9 64

Pelvis 1 3 3 4 2 13

Total 343 313 314 279 225 1.474

Tabel 4.2 Tabel Pemeriksaan Keseluruhan Film di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan

Januari-Mei 2021
65

PEMERIKSAAN KESELURUHAN FILM


300

250
THORAX
200 SKULL
Axis Title 150 VERTEBRA

100 EA
EB
50
BOF
0
PELVIS
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
Axis Title

Gambar 4.3 Data Pemeriksaan Keseluruhan Film di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan

Januari-Mei 2021

Berdasarkan data diatas dapat diketahui keseluruhan pemeriksaan pada

bulan Januari-Mei 2021 sebanyak 1.474 foto dengan rincian :

4.1.2.1 Pemeriksaan bulan Januari 2021 didapatkan keseluruhan foto

diinstalasi radiologi sebanyak 343 foto, dengan rincian :

1. Thorax sebanyak 268 foto

2. Skull sebanyak 7 foto

3. Vertebra sebanyak 22 foto

4. Ekstremitas atas (EA) sebanyak 23 foto

5. Ekstremitas bawah (EB) sebanyak 11 foto

6. BOF sebanyak 11 foto

7. Pelvis sebanyak 1 foto


66

Dari tabel data pemeriksaan keseluruhan film di instalasi

radiologi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan terbanyak

pada bulan Januari 2021 foto thorax sebanyak 268 foto.

4.1.2.2 Pemeriksaan bulan Februari 2021 didapatkan keseluruhan foto

diinstalasi radiologi sebanyak 313 foto, dengan rincian :

1. Thorax sebanyak 224 foto

2. Skull sebanyak 11 foto

3. Vertebra sebanyak 20 foto

4. Ekstremitas atas (EA) sebanyak 26 foto

5. Ekstremitas bawah (EB) sebanyak 15 foto

6. BOF sebanyak 14 foto

7. Pelvis sebanyak 3 foto

Dari tabel data pemeriksaan keseluruhan film di instalasi

radiologi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan terbanyak

pada bulan Febriari 2021 foto thorax sebanyak 224 foto.

4.1.2.3 Pemeriksaan bulan Maret 2021 didapatkan keseluruhan foto

diinstalasi radiologi sebanyak 314 foto, dengan rincian :

1. Thorax sebanyak 216 foto

2. Skull sebanyak 5 foto

3. Vertebra sebanyak 36 foto

4. Ekstremitas atas (EA) sebanyak 15 foto

5. Ekstremitas bawah (EB) sebanyak 24 foto

6. BOF sebanyak 15 foto

7. Pelvis sebanyak 3 foto


67

Dari tabel data pemeriksaan keseluruhan film di instalasi

radiologi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan terbanyak

pada bulan Maret 2021 foto thorax sebanyak 216 foto.

4.1.2.4 Pemeriksaan bulan April 2021 didapatkan keseluruhan foto

diinstalasi radiologi sebanyak 279 foto, dengan rincian :

1. Thorax sebanyak 188 foto

2. Skull sebanyak 13 foto

3. Vertebra sebanyak 24 foto

4. Ekstremitas atas (EA) sebanyak 18 foto

5. Ekstremitas bawah (EB) sebanyak 17 foto

6. BOF sebanyak 15 foto

7. Pelvis sebanyak 4 foto

Dari tabel data pemeriksaan keseluruhan film di instalasi

radiologi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan terbanyak

pada bulan April 2021 foto thorax sebanyak 188 foto.

4.1.2.5 Pemeriksaan bulan Mei 2021 didapatkan keseluruhan foto

diinstalasi radiologi sebanyak 225 foto, dengan rincian :

1. Thorax sebanyak 157 foto

2. Skull sebanyak 6 foto

3. Vertebra sebanyak 22 foto

4. Ekstremitas atas (EA) sebanyak 15 foto

5. Ekstremitas bawah (EB) sebanyak 17 foto

6. BOF sebanyak 9 foto

7. Pelvis sebanyak 2 foto


68

Dari tabel data pemeriksaan keseluruhan film di instalasi

radiologi dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan terbanyak

pada bulan Maret 2021 foto thorax sebanyak 157 foto.

Dapat disimpulkan dari data pemeriksaan keseluruhan film di instalasi

radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah bulan

Januari-Mei 2021 pemeriksaan tertinggi pada foto thorax sebanyak

1.053 foto.

4.1.3 Data Keseluruhan Reject Film Berdasarkan Pemeriksaan di Instalasi

Radiologi

Data keseluruhan reject film dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan

keseluruhan film yang mengalami reject di instalasi radiologi pada

bulan Januari-Mei 2021 disebabkan human error, pergerakan pasien,

processing, artefak, possisioning, pasien.

Dibawah ini akan diuraikan jumlah keseluruhan reject film berdasarkan

pemeriksaan bulan Januari-Mei 2021 di instalasi radiologi sebagai

berikut :

.
69

Jenis Januari Februari Maret April Mei Jumlah

Pemeriksaan foto

Thorax 5 0 4 1 2 12

Skull 0 0 0 0 2 2

Vertebra 0 0 0 1 0 1

Ekstremitas 0 0 0 1 0 1

atas

Ekstremitas 0 0 0 0 0 0

bawah

BOF 0 0 0 0 0 0

Pelvis 1 0 0 0 0 1

Total 6 0 4 3 4 17

Tabel 4.4 Tabel Keseluruhan Reject Film Berasarkan Pemeriksaan di

Instalasi Radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021


70

KESELURUHAN REJECT FILM


6

5
THORAX
4 SKULL
Axis Title

3 VERTEBRA

2 EA
EB
1
BOF
0
PELVIS
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
Axis Title

Gambar 4.5 Data Keseluruhan Reject Film Berasarkan Pemeriksaan di

Instalasi Radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah Siti

Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021

Berdasarkan data diatas dapat diketahui keseluruhan reject film

berasarkan pemeriksaan didapatkan bahwa :

4.1.3.1 Pemeriksaan bulan Januari 2021 didapatkan :

1. Reject tertinggi pada foto thorax sebanyak 5 foto

2. Reject pelvis sebanyak 1 foto

4.1.3.2 Pemeriksaan bulan Februari 2021 tidak terdapat reject

4.1.3.3 Pemeriksaan bulan Maret 2021 didapatkan :

1. Reject tertinggi pada foto thorax sebanyak 4 foto

4.1.3.4 Pemeriksaan bulan April 2021 didapatkan :

1. Reject thorax 1

2. Reject vertebra 1

3. Reject ekstremitas atas 1


71

4.1.3.5 Pemeriksaan bulan Mei 2021 didapatkan :

1. Reject thorax 2

2. Reject skull 2

Dapat disimpulkan keseluruhan reject film berasarkan pemeriksaan di

instalasi radiolog Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Bulan Januari-Mei 2021 reject film tertinggi pada foto thorax sebanyak

12 foto.

4.1.4 Data Keseluruhan Reject Film Berdasarkan Kategori Pemeriksaan di

Instalasi Radiologi

Data keseluruhan reject film dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan

keseluruhan film berdasarkan kategori pemeriksaan yang dilakukan di

instalasi radiologi pada bulan Januari-Mei 2021 disebabkan human

error, pergerakan pasien, processing, artefak, possisioning, pasien.

Dibawah ini akan diuraikan jumlah keseluruhan reject film berdasarkan

kategori pemeriksaan bulan Januari-Mei 2021 di instalasi radiologi

sebagai berikut :
72

Jenis Hum Perger Proces Arte Possisio Pasi Juml

Pemerik an akan sing fak ning en ah

saan erro pasien

Thorax 3 2 5 0 2 0 12

Skull 0 0 2 0 0 0 2

Vertebra 1 0 0 0 0 0 1

Ekstremi 1 0 0 0 0 0 1

tas atas

Ekstremi 0 0 0 0 0 0 0

tas

bawah

BOF 0 0 0 0 0 0 0

Pelvis 0 0 1 0 0 0 1

Total 5 2 8 0 2 0 17

Tabel 4.6 Tabel Keseluruhan Reject Film Berasarkan Kategori

Pemeriksaan di Instalasi Radiolog Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei

2021
73

REJECT FILM BERDASARKAN KATEGORI


PEMERIKSAAN
6
5
HUMAN ERROR
4
PERGERAKAN
3
PROCESSING
2
ARTEFAK
1
POSSISIONING
0
PASIEN

Gambar 4.7 Data Keseluruhan Reject Film Berasarkan Kategori

Pemeriksaan di Instalasi Radiolog Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei

2021

Berdasarkan data diatas dapat diketahui keseluruhan reject film

berasarkan kategori pemeriksaan didapatkan 17 total keseluruhan reject

film dengan rincian :

4.1.4.1 Reject thorax dengan rincian :

1. Reject tertinggi pada processing sebanyak 5 foto

2. Human error sebanyak 3 foto

3. Pergerakan pasien sebanyak 2 foto

4. Possisioning sebanyak 2 foto

4.1.4.2 Reject skull dengan rincian :

1. Processing sebanyak 2 foto

4.1.4.3 Reject vertebra dengan rincian :

1. Human error sebanyak 1 foto


74

4.1.4.4 Ekstremitas atas

1. Human error sebanyak 1 foto

4.1.4.5 Ekstremitas bawah

1. Tidak terdapat reject

4.1.4.6 BOF

1. Tidak terdapat reject

4.1.4.7 Pelvis

1. Processing sebanyak 1 foto

Dapat disimpulkan dari data keseluruhan reject film berasarkan

kategori pemeriksaan di instalasi radiolog Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021 reject

film tertinggi pada foto thorax sebanyak 12 foto.

4.1.5 Data Reject Film Berdasarkan Penyebab di Instalasi Radiologi

Data reject film berdasarkan penyebab di instalasi radiologi pada bulan

Januari-Mei 2021 disebabkan human error, pergerakan pasien,

processing, artefak, possisioning, pasien.

Dibawah ini akan diuraikan data reject film berdasarkan penyebab pada

bulan Januari-Mei 2021 di instalasi radiologi sebagai berikut


75

Penyebab Jumlah Jumlah Hasil reject film

reject film reject keseluruhan film bulan Januari-Mei

bulan film bulan Januari- 2021

Januari-Mei bulan Mei 2021

2021 Januari-

Mei

2021

Human error 5 1.474 5


𝑥100%
1.474

= 0,3%

Pergerakan 2 1.474 2
𝑥100%
1.474
pasien
= 0,1%

Processing 8 1.474 8
𝑥100%
1.474

= 0,5%

Artefak 0 1.474 0
𝑥100% = 0%
1.474

Possisioning 2 1.474 2
𝑥100%
1.474

= 0,1%

Pasien 0 1.474 0
𝑥100% = 0%
1.474
76

Tabel 4.8 Tabel Reject Film Berdasarkan Penyebab di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah

Gurah Bulan Januari-Mei 2021

REJECT FILM BERDASARKAN PENYEBAB


POSSISIONIN PASIEN
ARTEFAK G 0% HUMAN
0% 0,1% ERROR
0,3%

PROCESSING
0,5%

PERGERAKAN
0,1%

Gambar 4.9 Data Reject Film Berdasarkan Penyebab di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah

Gurah Bulan Januari-Mei 2021

Berdasarkan data diatas dapat diketahui reject film berdasarkan

penyebab yaitu :

4.1.5.1 Human error sebanyak 0,3%

4.1.5.2 Pergerakan pasien sebanyak 0,1%

4.1.5.3 Processing 0,5%

4.1.5.4 Artefak 0%

4.1.5.5 Possisioning 0.1%

4.1.5.6 Pasien 0%

Dapat disimpulkan dari data reject film berdasarkan penyebab di

instalasi radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah


77

Bulan Januari-Mei 2021 reject film tertinggi pada processing dengan

prosentase 0,5% dan masih berada dibawah angka 2%

4.1.6 Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi

Analisa reject film dalam penelitian ini meliputi reject film di instalasi

radiologi pada bulan Januari-Mei 2021.

Dibawah ini akan diuraikan data reject film berdasarkan penyebab

bulan Januari-Mei 2021 di instalasi radiologi sebagai berikut :

Bulan Jumlah Jumlah Hasil

reject keseluruhan

film film

Januari 6 343 6
𝑥100% = 1,7%
343

Februari 0 313 0
𝑥100% = 0%
313

Maret 4 314 4
𝑥100% = 1,2%
314

April 3 279 3
𝑥100% = 1,0%
279

Mei 4 225 4
𝑥100% = 1,7%
225

Tabel 4.10 Tabel Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-

Mei 2021
78

REJECT FILM BULAN JANUARI-MEI 2021

MEI JANUARI
1,7% 1,7%

APRIL MARET FEBRUARI


1,0% 1,2% 0%

Gambar 4.11 Gambar Analisa Reject Film di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

Bulan Januari-Mei 2021

Berdasarkan data diatas dapat diketahui analisa reject film didapatkan

4.1.6.1 Januari didapatkan analisa reject film dengan prosentase 1,7 %

4.1.6.2 Februari didapatkan analisa reject film dengan prosentase 0%

4.1.6.3 Maret didapatkan analisa reject film dengan prosentase 1,2 %

4.1.6.4 April didapatkan analisa reject film dengan prosentase 1,0 %

4.1.6.5 Mei didapatkan analisa reject film dengan prosentase 1,7 %

Dapat disimpulkan dari analisa reject film di instalasi radiologi Rumah

Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah Bulan Januari-Mei 2021

reject film tertinggi pada bulan Januari dan Mei dengan prosentase

1,7% dan masih berada dibawah angka 2%.


79

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data penelitian yang didapat, data keseluruhan reject film di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah pada

bulan Januari-Mei 2021 sebanyak 1.474 film dan total reject film yang

didapat sebanyak 17 film. Reject pada bulan Januari sebesar 6 film, bulan

februari 0 film, bulan Maret 4 film, bulan April 3 film, bulan Mei 4 film.

setelah dilakukan perhitungan diketahui prosentase reject film yaitu pada

bulan Januari sebesar 1,7 %, Februari sebesar 0%, Maret sebesar 1,2 %, April

sebesar 1,0 %, dan Mei sebesar 1,7 %. Total rata-rata reject film yaitu sebesar

1,1%. Sedangkan reject film berdasarkan penyebab pada bulan Januari-Mei

2021 didapatkan prosentase human error sebanyak 5 film, pergerakan pasien

sebanyak 2 film, processing 8 film, artefak 0 film, possisioning 2 film, pasien

0 film dengan prosentase human error sebanyak 0,3%, pergerakan pasien

sebanyak 0,1%, processing 0,5%, artefak 0%, possisioning 0,1%, pasien 0%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan radiografer 1 dan 2 diketahui

penyebab reject film pada bulan Januari sebesar 1,7 % disebabkan karena di

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah mulai bulan januari

membuka layanan rawat inap untuk pasien Covid-19 dan petugas harus

menyesuaikan pemeriksaan dan processing film dengan menggunakan APD

lengkap. Bulan Februari reject film sebesar 0% disebabkan petugas sudah

bisa beradaptasi melakukan pemeriksaan dengan menggunakan APD lengkap

dan melaksanakan SPO dengan baik. Bulan Maret reject film sebesar 1,2% di

sebabkan pasien Covid-19 meningkat dengan kondisi pasien kurang

kooperatif diakibatkan sesak dan gelisah. Bulan April reject film sebesar
80

1.0% dikarenakan meningkatnya pasien dengan kasus kecelakaan lalu lintas

sehingga pemeriksaan di lakukan dengan kondisi pasien gelisah dan

kesakitan. Bulan Mei reject film sebesar 1,7% disebabkan beban kerja tinggi

dikarenakan berkurangnya petugas.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil wawancara dengan radiografer 1

dan 2 reject film berdasarkan penyebab pada bulan Januari-Mei 2021

didapatkan prosentase human error sebanyak 0,3% disebabkan beban kerja

yang tinggi. Processing 0,5% dikarenakan penggantian cairan developer dan

fixer yang tidak tepat waktu, exhouse fan yang tidak berfungsi, tidak adanya

tempat khusus untuk penyimpanan film. S. Peer (2001) mengatakan bahwa

reject film pada radiologi konvensional sebesar 27,6% dengan penyebab pada

pemrosesan film.

Berdasarkan data hasil perhitungan penelitian yang didapatkan selama

bulan Januari-Mei 2021 rata-rata reject film sebesar 1,1%. Sedangkan

prosentase perhitungan reject film berdasarkan penyebab selama bulan

Januari-Mei 2021 didapatkan human error sebanyak 0,3%, pergerakan pasien

sebanyak 0,1%, processing 0,5%, artefak 0%, possisioning 0,1%, pasien 0%.

Dari data yang didapat selama lima bulan terakhir reject film setiap bulan di

Instalasi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah masih berada di

bawah angka ≤2%. Dengan demikian reject film pada instalasi radiologi

Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah dapat dinyatakan baik

Berdasarkan peraturan pemerintah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal radiologi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah pada bulan Januari hingga Mei

2021 didapatkan analisa reject film bulan Januari sebesar 1,7 %, Februari

sebesar 0%, Maret sebesar 1,2 %, April sebesar 1,0 %, dan Mei sebesar 1,7 %

total rata-rata prosentase reject film yaitu sebesar 1,1%. Sedangkan reject

film berdasarkan penyebab pada bulan Januari-Mei 2021 didapatkan

prosentase human error sebanyak 0,3%, pergerakan pasien sebanyak 0,1%,

processing 0,5%, artefak 0%, possisioning 0.1%, pasien 0%.

Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata reject film bulan Januari hingga

Mei 2021 sebesar 1,1%. Berdasarkan peraturan pemerintah Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan

minimal radiologi berada dibawah angka ≤2%, dengan demikian reject film

pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah

dapat dinyatakan baik dan sesuai dengan peraturan KEMENKES.

5.2 Saran

Saran dari peneliti kepada pihak Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Muhammadiyah Siti Khodijah Gurah diharapakan adanya penambahan

tenaga radiografer untuk mengurangi beban kerja, menunjuk salah satu

tenaga radiografer yang bertanggung jawab untuk mengontrol program

analisa reject film, sebaiknya dibuat tabel pergantian developer dan fixer.

81
DAFTAR PUSTAKA

Bushong C S. 2011. Radiologic Science for technologist Physics, Biology

Chris Gun. 2002. Radiographic Imaging, third edition

Curry. 1984. Christensesns Introduction to The Physics of Diagnostic Radiology


Third Edition. Philadelphia: Lea and Eigher

Firman R. 2003. “Perkembangan dan Penggunaan Radiografi dalam Bidang


Kedokteran”,(Online), (http//repositiry.umy.ac.id/, diakses tanggal 28 April
2021).

Hardianti. 2014. “Perbandingan Tingkat Keakuratan Radiograf Konvensional


dengan Digital Dalam Pengukuran Panjang Kerja Pada Perawatan
Endodontik. FKG Universitas Hassanudin”,(Online),
(https://fdokumen.com/, diakses tanggal 29 April 2021).

Hermawan. 2012. Analisa Tingkat Kepuasan Dokter Spesialis Radiologi


Terhadap Mutu Pelayanan Radiografer Pada Pemeriksaan Non Kontras
di RSUD Moewardi

Hidayat A. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta: Salemba Medika

Ikko Justian dkk. 2016. “Analisis Penolakan Dan Pengulangan Citra Radiografi
pada Modalitas Computed Radiography Agfa Cr 35-X di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”, (Online) ,
(http//ejournal.poltekkes-smg.ac.id /, diakses tanggal 28 Mei 2021).

Jauhari. 2010. Program Jaminan Mutu Bidang Radiografi. Jakarta: Pusat Kajian
Radiografi Dan Imaging

Kartawiguna & Gergiana. 2011. Radiologi Kedokteran Nuklir & Radioterapi


Jakrata: Graha Ilmu

82
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1014/MEN/SK/XI/2008. Standar
Pelayanan,(Online),(http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/
28%20PP%20No.%2049%20ttg%20BPRS.pdf/,diakses tanggal 27 Maret 2021).

Lloyd Peter J. 2001. Quality Assurance Work Book for Radiographers and
protection, 7th Edition, CV. Mobsy Company, Washington DC.

Margono G. 1999. Radiography Intraoral. Jakarta: EGC

Nirmalasari. 2010. “Quality Assurance”, (Online),


(http//alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/558183446.abs.pdf/,diakses tanggal 27
Maret 2021).

Nova Rahman. 2007. “Film dan Kaset Radiograft”,(Online),


(http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jitk/article/view/108/,diakses
tanggal 28 Mei 2021).

Nursalam. 2008. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Papp Jeffry. 2001. Quality management in the imaging Science, Fourth Edition

“Pelatihan penyelenggara proteksi radiasi BAPETEN. 2010”,(Online),


(http://www. bapeten.go.id http://www.batn.go.id/, diakses tangga 29 April
2021).

Patel Praip R. 2005. Lecture note: Radiologi. Jakarta: Erlangga

Radiological Technologist, Ganeva: WHO

83
Sartinah. 2008. “Variasi Nilai Eksposi Aturan 15 Persen pada Radiografi
Menggunakan Imaging Plate untuk Mendapatkan Kontras Tinggi. FMIPA
UNDIP”,(Online), (https://ejournal.undip.ac.id/,diakses tanggal 29 April
2021)

Buku Profil Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khotijah Gurah. 2020 . Gurah ,
Kediri :Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Khotijah Gurah

Suksmono, Andriyan B. 2006, “Dasar-Dasar Pencitraan dan Pengolahan Citra


Biomedika. Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB”,(Online),
(http://repository.unej.ac.id/,diakses tanggal 29 April 2021)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

S. Peer. 2001. “Comparative Reject Analysis In Conventional Film Screen And


Digital Storage Phospor Radiography”,(Online),
(https://academic.oup.com/rpd/article-abstract/94/1
2/69/1694830?redirectedFrom=fulltex /, diakses tanggal 03 Agustus 2021)

“UU No 44 Thn 2008. Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana


Pelayanan Kesehatan”,(Online),
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/6%20KMK%20No.%20
129%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Minimal%20RS.pdf/,diakses tanggal
27 Maret 2021)

Whaites E. 2009. Radiography And Radiology (2th Ed). London: Chrucill


Livingstone

84
Lampiran 1 Surat Keteranagan Ketersediaan Menjadi Responden 1

85
Lampiran 2 Surat Keteranagan Ketersediaan Menjadi Responden 2

86
Lampiran 3 Form Wawancara 1

87
Lampiran 4 Form Wawancara 2

88
Lampiran 5 Lembar obsevasi 1

89
Lampiran 6 Lembar obsevasi 2

90
Lampiran 7 Lembar obsevasi 1

91
Lampiran 8 Lembar obsevasi 2

92
Lampiran 9 Contoh foto terpotong disebabkan oleh posisi reseptor/kaset yang
kurang tepat

93
Lampiran 10 Contoh foto kabur disebabkan oleh pergerakan pasien

94
Lampiran 11 Contoh foto under expose

95
Lampiran 12 Contoh foto over expose

96

Anda mungkin juga menyukai