Si
RADIOBIOLOGI
3
Radiobiologi
EDISI 2
YENI CAHYATI
Radiobiologi
EDISI 2
Penulis :
Yeni Cahyati
ISBN :
978-602-53092-5-0
Editor :
Elsa Budi Sihsilya
Penyunting :
Nanik Hamidah
Penerbit :
LPPM STIKes Widya Cipta Husada
Redaksi :
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) NO. 11
Kepanjen - Malang Kode Pos 65163
Telp. (0341) 395996
Email : pppm.stikeswch@yahoo.co.id
Distributor :
STIKes Widya Cipta Husada
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) NO. 11
Kepanjen - Malang Kode Pos 65163
Telp. (0341) 395996
Email : stikes.wch@gmail.com
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
............................................................................................ Err
or! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI......................................................................iii
BAB 1 RADIASI...............................................................1
1.1. Ionisasi..................................................................2
1.2. Foto Listrik............................................................2
1.3. Efek Compton...................................................... 3
1.4. Produksi Pasangan.............................................3
BAB 2 INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN...... 4
2.1. Reaksi Radikal Bebas Dengan PUFA............. 5
2.2. Reaksi Radikal Bebas Dengan Protein........... 6
2.3. Reaksi Radikal Bebas Dengan DNA................8
BAB 3 SERAPAN RADIASI OLEH MATERI............. 10
3.1. Proses Interaksi Elektron Dengan Media Yang
Dilalui.................................................................... 11
3.2. Prosentase Dosis Kedalaman...........................11
BAB 4 DOSIMETRI......................................................... 14
4.1. Dosis Serap..........................................................14
4.2. Dosis Ekivalen..................................................... 15
iii
4.3. Linier Energy Transfer (LET).............................17
BAB 5 EFEK RADIASI................................................... 19
5.1. Penyinaran........................................................... 19
5.2. Nilai Batas Dosis (NBD).....................................19
5.3. Keselamatan Radiasi..........................................22
5.4. Proteksi Radiasi Bagi Pekerja Radiasi............ 23
BAB 6 PEMANFAATAN ANTIOKSIDAN SEBAGAI
PENCEGAH EFEK RADIASI.........................26
6.1. Kanker...................................................................27
6.2. Radioterapi atau Terapi Radiasi....................... 27
6.3. Efek Radioterapi..................................................28
6.4. Menopause Dini.................................................. 29
6.5. Isoflavon Pada Kedelai...................................... 29
6.6. Penanggulangan Efek Radiasi Dengan
Konsumsi Isoflavon Pada Susu Kedelai..........31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 36
iv
BAB 1
RADIASI
1
1.1 Ionisasi
Ionisasi yaitu suatu proses keluarnya electron terluar dari
suatu atom. Energy ionisasi diperlukan oleh electron untuk
lepas dari ikatan atomnya. Besarnya energi ionisasi
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :
a.muatan positif inti,
b. jumlah elektron dalam,
c.jari-jariatom.
Dalam suatu golongan, makin ke bawah muatan inti akan
bertambah, jumlah elektron dalam juga bertambah,namun kulit
bertambah sehingga jari-jari bertambah, maka elektron terluar
makin mudah dilepaskan. Olehsebab itu energi ionisasi jelas
menurun, karena makin mudah elektron lepas, makin kecil
energi yangdiperlukan ( Rufiati, 2011).
Energi Radiasi
elektron terlepas
2
1.3 Efek Compton
Energi pada efek compton hanya diserap sebagian. Energi
radiasi digunakan untuk mengeluarkan elektron dari atom
(fotoelektron) dan sisanya energinya akan dihamburkan. Efek
compton terjadi apabila foton berinteraksi dengan elektron
bebas atau elektron pada kulit terluar dari atom(Widjaja, 1979).
elektron
terlepas
Energi Radiasi
Radiasi
hambur
Elektron
3
BAB 2
INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN
4
Sehingga radikal bebas juga sering disebut sebagai senyawa
oksigen reaktif (reactive oxygen species atau ROS).
Radikal bebas juga merupakan sebuah molekul atau atom
yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada
orbital terluarnya. Radikal bebas bersifat tidak stabil, sangat
reaktif dan dapat merebut elektron dari molekul lain untuk
memenuhi pasangan elektronnya. Dalam upaya memenuhi
kekurangan elektron, radikal bebas yang elektronnya tidak
berpasangan secara cepat akan menarik elektron dari
makromolekul biologis yang berada disekitarnya seperti asam
lemak tak jenuh ganda (PUFA), protein, dan asam
deoksiribonukleat (DNA). Jika makromolekul yang teroksidasi
dan terdegradasi merupakan bagian dari sel atau organel, akan
mengakibatkan kerusakan pada sel tersebut(Astuti, 2008). Proses
kerusakan tersebut sering disebut dengan tahapan biologis.
L*+ O2LOO*
(Radikal peroksilipid)
8
DNA tidak dapat melakukan proses replikasi. Replikasi DNA
berperan dalam pembentukan transkripsi kemudian sintesa
protein.Sintesa protein berfungsi untuk menghasilkan hormon,
enzim dan antibodi pada tubuh. Sehingga kerusakan DNA ini
dapat menghambat poliferasi sel serta pembentukan hormon,
enzim dan antibodi yang sangat diperlukan tubuh(Allen, 2000).
9
BAB 3
SERAPAN RADIASI OLEH MATERI
1 2 3 n
Io It
∆x
Gambar 7. Pelemahan linear energi radiasi dalam suatu
bahan
10
Sehingga,
dan,
dI
μ dx
I
Jika harga batas untuk panjang lintasan bahan dari 0 sampai
x, maka :
x
I I e
t o
Intensitas radiasi yang diteruskan merupakan fungsi dari
jumlahan koefisien pelemahan linear persatuan panjang, yaitu :
N
I t I o exp i xi
(Lucato, 2012). i 1
Central axis
pemukaan
Dd0
d Dd
13
BAB 4
DOSIMETRI
Dimana :
dE : Energi yang terserap oleh medium (joule)
dm : Massa (kg)
D : Dosis serap (J.kg-1 )
Sedangkan laju dosis dapat diperoleh dari turunan dosis
serap terhadap waktu, yaitu :
t
t=
t
Dimana :
D : Laju dosis serap (Gy/s-1)
dD : dosis serap (J.kg-1 )
dt : waktu pada saat terjadi penyerapan (s-1)
(Akhadi,2000).
Satuan dosis serap adalah Gray (Gy) yaitu merupakan
satuan SI. Menurut SK. BAPETEN (1999) tentang ketentuan
14
keselamatan kerja terhadap radiasi dosis serap juga dinyatakan
dalam satuan rad. Dimana 1 rad sama dengan 0,01 Gy dan 1
Gy sama dengan 100rad.
15
Tabel 1. Nilai Faktor bobot dari berbagai jenis radiasi
En ≤ 10 keV 5
En> 20 MeV 5
t
Dimana :
dD : dosis ekivalen
16
dt : waktu
dengan satuan sievert/jam ( Radiology, 2013).
17
Harga LET tergantung pada energi dan muatan
partikel.Muatan tinggi dan energi rendah mempunyai LET
tinggi.
Proton +1 Small 92
2 16
5 8
10 4
18
BAB 5
EFEK RADIASI
5.1. Penyinaran
Penyinaran dalam radiasi dibedakan menjadi dua, yaitu
penyinaran eksterna adan penyinaran interna. Penyinaran
eksterna yaitu penyinaran yang disebabkan oleh sumber diluar
tubuh. Sedangkan penyinaran interna yaitu penyinaran yang
disebabkan oleh sumber di dalam tubuh. Penyinaran eksterna
dapat dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu
yang panjang dan intensitasnya dapat bervariasi dengan waktu.
Dan penyinaran interna zat radioaktif akan dimasukkan ke
dalam tubuh dan jumlahnya dapat divariasi dengan waktu.
Penyinaran tunggal yaitu penyinaran eksterna dalam jangka
waktu pendek, atau penyinaran interna yang diakibatkan oleh
masuknya zat radioaktif dalam tubuh dalam suatu jangka
waktu pendek. Selain penyinaran tunggal terdapat istilah
penyinaran seluruh tubuh dan penyinaran lokal. Penyinaran
seluruh tubuh yaitu penyinaran yang dianggap merata pada
seluruh tubuh. Sedangkan penyinaran lokal yaitu penyinaran
yang hanya sebagian mengenai bagian tubuh atau organ
tertentu saja (SK. BAPETEN, 1999).
20
b. Didasarkan atas rekomendasi ICRP No. 26 Tahun 1977
dan Safety SeriesInternational Atomic Energy
Agency(IAEA) No. 9 Tahun 1983.
23
Pembatasan penyinaran meliputi pembagian daerah kerja,
klasifikasi pekerja radiasi dan pemeriksaan serta pengujian
perlengkapan proteksi radiasi dan alat ukur radiasi menurut
SK. BAPETEN (1999).
Daerah radiasi dibedakan menjadi daerah radiasi sangat
rendah, daerah radiasi rendah, daerah radiasi sedang dan
daerah radiasi tinggi.
Daerah Radiasi Sangat Rendah, yaitu daerah kerja
yangmemungkinkan seseorang pekerja menerima dosis 1 mSv
(100mrem) atau lebih dan kurang dari 5 mSv (500 mrem)
dalam satutahun. Daerah Radiasi Rendah, yaitu daerah kerja
yang memungkinkanseorang pekerja menerima dosis 5 mSv
(500 mrem) atau lebih dankurang dari 15 mSv (1500 mrem)
dalam satu tahun untuk seluruh tubuh atau nilai yang sesuai
terhadap organ tertentu. Daerah Radiasi Sedang, yaitu daerah
kerja yang memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap
pada daerah itu menerima dosis 15 mSv (1500 mrem) atau
lebih dan50 mSv (5000 mrem) dalam satu tahun untuk seluruh
tubuhatau nilai yang sesuai terhadap organ tertentu dari tubuh.
Sedangkan daerah Radiasi Tinggi, yaitu daerah kerja yang
memungkinkan seseorang yang bekerja secara tetap dalam
daerah itu menerima dosis 50 mSv (5000 mrem) atau lebih
dalam satu tahun atau nilai yang sesuai terhadap organtertentu
dari tubuh.
Pekerja radiasi dapat juga diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu A dan B. Kategori A jika pekerjja menerima
dosis sama dengan ataulebih besar dari 15 mSv (1500 mrem)
per tahun. Sedangkan kategori B jika pekerja menerima dosis
lebih kecil dari 15 mSv (1500 mrem) per tahun.
Untuk mneingkatkan proteksi radiasi diperlukan pula
pemeriksaan dan pengujian perlengkapan proteksi radiasi dan
alat ukur radiasi. Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana
meliputi :
a. Pemeriksaan secara teliti terhadap rencana
pemasanganpelengkapan prokteksi radiasi alat ukur
radiasi.
24
b. Pemeriksaan kebenaran pemasangan baru dari segi
proteksiradiasi.
c. Pengujian berkala mengenai keefektifan teknik dari
pelengkapan proteksi radiasi.
d. Pengujian berkala terhadap kesesuaian dan kebenaran
pemakaianalat ukur radiasi.
25
BAB 6
PEMANFAATAN ANTIOKSIDAN SEBAGAI PENCEGAH
EFEK RADIASI
6.1 Kanker
Kanker merupakan suatu proses pembelahan sel
(proliferasi) yang tidak mengikuti aturan atau abnormal.
Proliferasi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Hiperplasia, yaitu proliferasi sel yang berlebihan
b. Hipertrofi, yaitu peningkatan ukuran sel yang
menghasilkan pembesaran organ tanpa ada pertambahan
jumlah sel.
c. Metaplasia, yaitu perubahan dari satu jenis tipe sel yang
membelah menjadi tipe lain.
d. Displasia, yaitu kelainan perkembangan seluler, produksi
dari sel abnormal yang mengiringi hiperplasia dan
metaplasia. (Siregar, 2007)
Kanker yang sering terjadi pada wanita dan pada
pengobatannya sangat mempengaruhi organ reproduksi adalah
kanker serviks. Kanker serviks sering terjadi pada wanita di
negara berkembang. Skrining dari penyakit kanker diperlukan
sejak usia reproduktif(Suryanti, 2009).
28
organ dalam yang berhubungan atau berdekatan dengan
tempat tumor (Siduhutomo,2008).
Efek radioterapi dapat dibagi menjadi dua, yaitu efek
biologis dan efek berdasar waktu. Efek biologis radioterapi
dibagi lagi menjadi tiga yaitu efek somatik, efek stokastik dan
efek genetik.
Efek radiasi juga tergantung pada dosis radiasi. Semakin
tinggi dosis yang diterima pasien maka semakin tinggi efek
samping yang akan dialami (Siduhutomo,2008). Efek radiasi
berdasarkan dosis dibagi menjadi dua, yaitu efek deterministik
dan efek stokastik (BATAN, 2000).
Efek samping radioterapi merupakan efek jangka panjang,
adapun salah satu efek yang tidak bisa dihindari oleh penerima
paparan radiasi dari radioterapi adalah menopause dini.
Menopause dini dapat terjadi jika terapi radiasi mengenai
daerah ovarium atau testis (Siduhutomo,2008).
30
Isoflavon memiliki fungsi ganda terhadap Menopause,
yaitu :
1. Anti estrogenik effect pada saat hormon estrogen
berlebihan, yang dapat menurunkan resiko kanker
payudara pada pre-menopoussal woman.
2. Efek estrogenik pada saat jumlah estrogen mengalami
penurunan, yang berfungsi mencegah penyakit
kardiovaskuler, osteoporosis dan sistem vesomotor pada
wanita pre dan post menopousal (Winarti,2010).
31
Gambar 11. Hubungan Paparan Radiasi dengan Kadar Estrogen
Mencit (Mus musculus) ( konsumsi 0 mg;
konsumsi 44 mg; konsumsi 86 mg; konsumsi 131 mg
dan konsumsi 181 mg)
32
tersebut terlihat saat diberi paparan radiasi awal 1,5 Gy
mengalami kenaikan 0,02 ng/ml estrogen. Kenaikan tersebut
merupakan respon yang diberikan oleh tubuh mencit (Mus
musculus) akibat adanya rangsangan berupa radiasi Co-60
sehingga sistem pertahanan tubuh mulai bereaksi. Enzim
pertahanan dan isoflavon sebagai antioksidan akan
mendetoksifikasi radikal bebas akibat paparan radiasi Co-60
dan mencegah kerusakan sel berlebih (Astuti,2008). Setelah
penyinaran pertama, mulai terlihat penurunan estrogen akibat
paparan radiasi yaitu disetiap kenaikan dosis 1,5 Gy.
Penurunan tersebut karena adanya peningkatan radikal bebas
yang terus menerus dari paparan Co-60 sehingga terjadi
peningkatan pemakaian enzim antioksidan dan akibatnya
kerusakan sel pun tidak dapat dihindari (Astuti,2008).
Pada konsumsi susu kedelai 86 mg/hari dan 181 mg/hari
kurang berpengaruh pada kenaikan estrogen pada mencit yang
diberi paparan radiasi Co-60. Kadar estrogen dalam tubuh
mencit tersebut sangat tergantung pada jumlah estrogen
reseptor, letak estrogen reseptornya, dan banyaknya isoflavon
dari susu kedelai yang mampu berikatan dengan estrogen
reseptor. Apabila kemampuan ikatan antara isoflavon sebagai
fitoestrogen dengan estrogen reseptor kurang optimal maka
isoflavon akan tidak menunjukkan potensinya dalam
peningkatan kadar estrogen yang telah turun (Winarsi., 2004).
Isoflavon atau fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor
estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal.Pada saat
kadar estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan
reseptor estrogen yang tidak terikat dan meskipun afinitasnya
rendah isoflavon masih dapat berikatan dengan reseptor
tersebut. Jika tubuh mendapatkan suplai isoflavon atau
fitoestrogen yang cukup, maka akan terjadi pegaruh
pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen sehingga akan
dapat meningkatkan kadar estrogen (Hernawati, 2013).
Berdasarkan Gambar 6.2 penurunan kadar estrogen pada
mencit (Mus musculus) juga dapat diakibatkan oleh adanya
efek stokastik dan deterministik dari paparan radiasi Co-60.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa kedua efek
33
tersebut merupakan efek radiasi yang dipengaruhi oleh dosis
radiasi.
Dosis radiasi merupakan jumlah energi radiasi yang
terserap oleh bahan persatuan massa. Radiasi jika diberikan
dengan dosis yang berlebihan maka akan mengakibatkan
kerusakan (Safitri; Lenni, 2010). Efek stokastik pada
penelitian ini akan timbul setelah kurun waktu tertentu karena
memerlukan proses yang cukup lama. Efek stokastik yang
terjadi akibat kerusakan ovarium dapat mengakibatkan
terjadinya disfungsi organ, dan mengakibatkan kelenjar
endokrin tidak menghasilkan estrogen yang cukup.
Kerusakan sel tersebut juga terjadi akibat tidak
seimbangnya pemebentukan radikal bebas (ROS) dengan
aktivitas pertahanan enzim antioksidan. Sistem pertahanan
tidak mampu mendetoksifikasi radikal bebas. Kondisi tersebut
dapat terjadi pada kasus infeksi, penuaan dan infertilitas. Salah
satu enzim yang berperan dalam antioksidan disini adalah
superoksid dismutase (SOD).
Enzim SOD terdapat dalam sitosol dan mitokondria.Enzim
ini dapat mengkonversi 2 molekul superoksida menjadi
hidrogen peroksida dan oksigen. Dismutasi anion superoksida
menjadi hidrogen peroksida dan oksigen ini sering disebut
sebagai pertahanan pertama terhadap stress oksidatif karena
superoksida merupakan inisiator kuat berbagai reaksi
berantai( Maulida, 2010).
Sistem pertahanan tubuh terhadap radikal bebas dibedakan
menjadi dua, yaitu sistem pertahanan preventif dan sistem
pertahanan melalui mekanisme pemutusan reaksi rantai radikal
bebas. Sistem pertahanan preventif dilakukan oleh antioksidan
sekunder, sedangkan pemutusan reaksi berantai radikal bebas
dilakukan oleh antioksidan primer.
Antioksidan primer mengakhiri reaksi radikal bebas dengan
mendonorkan hidrogen atau elektron kepada radikal bebas dan
mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan
primer dapat menunda atau menghambat tahap inisiasi
bereaksi dengan radikal bebas atau dengan menghambat tahap
34
propagansi dengan bereaksi dengan radikal peroksi atau
radikal alkokosi dengan reaksi sebagai berikut:
AH + R* menjadi A* + RH
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Gunilla, Carleson Bentle.1996. Radiation Therapy Planning,
second edition, Mc Graw-Hill. New York.
Halliwell, B. 1991. Reactive Oxygen Species in Living System :
Source, Biochemistry and Role in Human Diseases.
Am.J.Med: suppl. 3C, paper 3C-14S.
Han, W., Yu. K. N 2010. Ionizing Radiation, DNA Double
Strand Break and Mutation. Advances in Genetics
research. 4: 1-13.
Hernawati. 2013. Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat
Pemberian Isoflavon Dari Tanaman Kedelai. Jurusan
Pendidikan Biologi. FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.
Larasati, T. 2012. Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah
Memasuki Masa Menopause. . Fakultas Psikologi.
Universitas Gunadarma.
Lucato. 2012. Spektrum Elektromagnetik Penginderaan Jauh.
DOI: www.Pengertian-definisi.blogspot.com. diakses
tanggal 20 Oktober 2012
Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Nomor
01/KaBAPETEN/V-99TentangKetentuan Keselamatan
Kerja TerhadapRadiasiKepala Badan Pengawas Tenaga
Nuklir.
Khan m,Faiz. 2003. The Physics of Radiation Therapy, third
edition,Lippincott Williams and Wilkins. New York.
Kreshnamurti, I. 2012. Radioterapi Pada Kanker Serviks.
Departemen Obstetri Dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Maulida, F. 2010. Efek ekstrak daun krokot (portulaca oleracea l.)
Terhadap Kadar Alanin Transaminase (alt) Tikus Putih
(rattus norvegicus) Yang Diberi Minyak Goreng deep
frying.Fakultas Kedokteran . Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Meirow, D. 2001. The effects of radiotherapy and chemotherapy
on female reproduction. Human reproduction update. 7
535-543.
Miladiyah, I. 2004. Isoflavon Kedelai Sebagai Alternatif Terapi
Sulih Hormon (TSH). Kedokteran Yarsi 12: 94-99.
37
Miller. 1998. Effect Of Dietary Patterns On Measures Of Lipid
Peroxidation: Results From A Randomized Clinical
Trial.Circulation. 98: 2390-2395.
Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., Rodwell, V. W
2003. Harper’s Biochemistry. 6th Edition, Lange Medical.
California.
Panigoro, S. S. 2012. Kanker – kanker Yang Paling Banyak
Menyerang Orang Indonesia. DOI: www.
health.detik.com. diakses tanggal 27 Juni 2012
Prayitno, Budi dan Sulianto. 2009. Analisis Dosis Pembatas
Untuk Pekerja Radiasi DiInstalasi Radiometalurgi.
BATAN.Yogyakarta.
Radiology. 2013. Dosis Ekivalen (H).
http://radiology.web.id/2013/06/dosis-ekivalen-h/. Diakses
Juni 2013.
Roekmantara,Roestan.1978. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Nuklir, Badan Tenaga Atom Nasional.Jakarta.
Rufiati, Etna. 2011.Kecenderungan Energi Ionisasi
Pertama.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&uac
t=8&ved=0CFwQFjAF&url=http%3A%2F%2Fskp.unair.a
c.id%2Frepository%2FGuruIndonesia%2FKecenderungan
Energi_EtnaRufiati_16546.pdf&ei=KGNLU47lNdPe8AW
Q9oHYAg&usg=AFQjCNHoYGozufYFu8TRSm_XGhUa
t_4fA&sig2=JMUN63NANEpFPeXXx6oxQ. Diakses 16
Oktober 201.
Safitri, Rini dan Fitri Lenni. 2010. Kajian pemanfaatan radiasi
sinar gamma (co-60)Pada sistem pengawetan
makananStudi kasus pada serbuk cabai. SIGMA, Vol. 13,
No. 2, Juli 2010: 115-122.
Siduhutomo, A. 2008. Efek radioterapi. DOI:
www.bidadariku.com. diakses tanggal 15 Maret 2012
39
GLOSARIUM
Absorpsi :
Transfer energi dari radiasi ke bahan.
ALARA :
Singkatan ungkapan as low as reasonably achievable
Anihilasi :
(musnah) menjadi fua sinar gamma dengan masing-masing energi
0,51 MeV
Displasia :
yaitu kelainan perkembangan seluler, produksi dari sel abnormal
yang mengiringi hiperplasia dan metaplasia.
Dosimetri :
Ilmu yang mempelajari berbagai besaran dan satuan dosis radiasi.
Dosis serap :
Jumlah energi yang diserahkan radiasi atau banyaknya energi
yang diserap oleh bahan permassa bahan
Estrogen :
Hormon yang mempengaruhi tingkat kesuburan wanita
Hiperplasia :
Proliferasi sel yang berlebihan
Hipertrofi :
Peningkatan ukuran sel yang menghasilkan pembesaran organ
tanpa ada pertambahan jumlah sel.
Ionisasi :
Suatu proses keluarnya electron terluar dari suatu atom.
Kanker :
Suatu proses pembelahan sel (proliferasi) yang tidak mengikuti
aturan atau abnormal.
LET atau linear energy transfer :
Dinyatakan dalam keV/ m, difokuskan pada laju linear energi
absorpsi oleh medium selama partikel bermuatan bergerak dalam
medium.
Menopause :
Ketidak mampuan seseorang untuk bereproduksi lagi.
Metaplasia :
40
Perubahan dari satu jenis tipe sel yang membelah menjadi tipe
lain.
Nilai batas dosis (NBD) :
Jumlah penyinaran eksterna selama masa kerja dan dosis terikat
yang berasal dari permukaan zat radioaktif selama masa tersebut.
PDD :
Persentase dosis kedalaman biasa disebut dengan
Penyinaran eksterna :
Penyinaran yang disebabkan oleh sumber diluar tubuh.
penyinaran interna :
Penyinaran yang disebabkan oleh sumber di dalam tubuh.
PUFA :
Asam lemak tak jenuh ganda DNA merupakan pembawa
informasi genetik
Radiasi :
Merupakan energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang
Radiasi Bremmstrahlung :
Hilangnya energi terjadi karena radiasi hanya terjadi apabila
energi elektron yang dating tinggi
Radiasi pengion :
Radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan
muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion.
Radiasi non-pengion :
Radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi.
Radioterapi atau terapi radiasi :
Jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker
ROS :
Senyawa oksigen reaktif
41