Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Ikatan Ion

Disusun oleh :
Kelompok 4

Ayu Ningsih (G10122006)


Gemaliany Pilo Manggau (G30122042)
Jihan Salsabila D. A. (G50122055)
Julia Listy (G20122043)
Nadiah Mulya W.  (G70122006)
Siti Azzahra (G70122111)
Siti Hajar (G30122012)

PRODI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
Daftar Isi

Daftar Isi......................................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan......................................................................................................................................3
1.1. Latar belakang.............................................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah........................................................................................................................3
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................3
BAB II Pembahasan......................................................................................................................................4
2.1. Pengertian...................................................................................................................................4
2.2. Ciri-ciri.........................................................................................................................................4
2.3. Sifat-sifat......................................................................................................................................5
2.4. Pembentukan Ikatan Ion..............................................................................................................7
2.5. Perbedaan ikatan ion dan ikatan lain...........................................................................................8
2.6. Contoh ikatan ion........................................................................................................................9
BAB III Penutup..........................................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................10
Daftar pustaka...........................................................................................................................................11

2
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar belakang


Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia sekitar
kita beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa mempertanyakan
misalnya apa itu air, apa itu minyak, kenapa menggoreng pakai minyak, atau pertanyaan
sepeleh lain yang menurut kimia layak untuk dibahas. Pertanyaan-pertanyaan diatas
adalah sebagian dari masalah yang dibahas dalam kimia. Suatu atom bergabung dengan
atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat membentuk senyawa, baik senyawa
kovalen maupun senyawa ion. Senyawa ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan
yang terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan electron) dan ion negative (atom
yang menangkap electron). Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ikatan ion?
2. Jelaskan ciri-ciri ikatan ion!
3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki ikatan ion?
4. Jelaskan bagaimana terbentuknya suatu iakatan ion!
5. Jelaskan perbedaan ikatan ion dengan ikatan lain!
6. Berikan beberapa contoh ikatan ion!

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ikatan ion  
2. Mengetahui ciri-ciri yang dimiliki ikatan ion
3. Mengetahui sifat-sifat yang dimiliki ikatan ion
4. Mengetahui proses pembentukan suatu ion
5. Dapat mengetahui perbedaan ikatan ion dengan ikatan lainnya
6. Mengetahui beberaoa contoh ikatan ion
1.

3
BAB II
Pembahasan

2.1. Pengertian
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari suatu atom
ke atom lain. Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron  (logam) dengan
atom yang menangkap elektron (bukan logam). Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk
antara senyawa yang mempunyai energi ionisasi rendah dan afinitas elektron tinggi
(Wardiyah, 2016)

2.2. Ciri-ciri
Menurut Ikatan ion memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat keras tapi rapuh 
Apabila senyawa ion mengalami hantaman, akan terjadi pergeseran letak ion
positif dan ion negatif, dari yang awalnya berselang seling jadi berhadapan. Hal ini
menyebabkan ion positif berhadapan dengan ion positif dan terjadi gaya tolak-
menolak inilah yang menyebabkan sifat senyawa ion bersifat keras tapi rapuh.
2. Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi 
Secara umum, senyawa ion mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi
karena kuatnya gaya elektrostatis yang ditimbulkan antara ion positif dan ion negatif.
3. Mudah larut dalam air 
Pada saat senyawa ion kristal senyawa ion masuk dimasukkan ke dalam air, maka
molekul-molekul air akan menyusup diantara ion positif dan ion negatif sehingga
gaya tarik menarik elektrostatik dari ion positif dan ion negatif akan melemah dan
akhirnya terpecah.
4. Dapat menghantarkan arus listrik 
Ikatan ion jika dilarutkan dengan pelarut dan membentuk larutan homogen,
larutan cenderung menghantarkan listrik. Ion positif dan ion negatif apabila bergerak
dapat membawa muatan listrik. Apabila senyawa ion terpecah menjadi ion positif dan
ion negatif serta dapat bergerak secara leluasa, maka senyawa ion dalam keadaan cair
dan larutan dapat menghantarkan listrik karena ion-ionnya dapat bergerak secara

4
bebas. Akan tetapi, dalam keadaan padat senyawa ion tidak dapat menghantarkan
listrik, karena ion-ionnya tidak dapat bergerak.

2.3. Sifat-sifat
Ikatan ion menurut (Sugiyarto dan Suyanti, 2010) memiliki sifat-sifat khusus, yakni :

2.3.1. Kecenderungan pada jari-jari ionik


Jari-jari kation semakin kecil untuk sederet kelompok isoelektronik dalam
satu periode dengan kenaikan muatan ion. Sebagai contoh 11Na+,12Mg2+ dan
13Al3+, secara berurutan mempunyai jari-jari ionik 116, 86, dan 68 pm. Ketiga-
tiganya isoelektronik, mempunyai 10 elektron dengan konfigurasi elektronik 1s2
2s2 2p6. Satu-satunya perbedaan adalah jumlah proton di dalam intinya. Makin
besar jumlah proton atau muatan inti makin kuat gaya tariknya terhadap elektron
sehingga makin kecil ukuran atau jari-jari ionnya.
Jari-jari anion semakin kecil untuk sederet kelompok isoelektronik dalam
satu periode dengan penurunan muatan ion. Sebagai contoh, anion 7N3-,8O2-,dan
9F–, secara berurutan mempunyai jari-jari ionic 132,124 , dan 117 pm. Ketiga ion
ini adalah isoelektronik (10 elektron) dan sesuai yang sudah diuraikan pada
paragraf pertama dapat dijelaskan penurunan ukuran anion ini. Kedua contoh seri
kation (Na+,Mg2+ dan Al3+) dan anion (N3-,O2-,dan F–,) yang juga isoelektronik
menunjukkan bahwa ukuran anion jauh lebih besar ketimbang ukuran kation.
Secara umum memang benar bahwa kation logam lebih kecil ukurannya
ketimbang anion nonlogam dalam satu periode.
2.3.2. Model ionik dan ukuran ion
Ikatan ionik secara sederhana adalah gaya atraksi (tarik – menarik
elektrostatik antara ion positif dengan ion negatif). Ukuran atom dalam periode
semakin kecil dengan naiknya nomor atom atom (dari kiri ke kanan) sebagai
akibat naiknya muatan inti. Tetapi, perubahan atom menjadi ion mengakibatkan
perubahan besar pada ukurannya. Pembentukan ion logam (kation) dari atomnya
biasanya melibatkan pelepasan semua elektron valensi, sehingga ukuran kation
akan menjadi jauh lebih kecil ketimbang ukuran atom induknya. Sebagai contoh ,
jari – jari atom natrium adalah 186 pm, tetapi jari – jari ionnya, Na+, hanya 116

5
pm. Dengan demikian terjadi penyusutan ukuran yang sangat besar. Volume bola
( atom / ion ) adalah V = r3 , maka penyusutan jari – jari kation tersebut
mengakibatkan penyusutan volume menjadi kira- kira hanya volume induknya.
Untuk anion berlaku sebaliknya. Ukuran anion negatif lebih besar ketimbang
atom induknya.
2.3.3. Polarisasi dan kovalensi
Sebagian besar penggabungan logam dan nonlogam mempunyai karakter
senyawa ionik, namun terdapat beberapa kekecualian. Kekecualian ini terjadi
apabila elektron terluar dari anion tertarik begitu kuatnya kearah kation sehingga
mengakibatkan terbentuknya ikatan kovalen hingga derajat kovalensi tertentu,
artinya rapatan anion terdistorsi kearah kation. Distorsi (penyimpangan) dari bentuk
ideal anion ini, yaitu spherical (bentuk bola), disebut  polarisasi. Semakin besar sifat
polarisasi anion semakin besar derajat ikatan kovalensinya. Aturan yang
dikemukakan oleh Kasimir Fajans perihal polarisasi adalah sebagai berikut.
1. Kation dengan ukuran semakin kecil dan muatan positif semakin besar
mempuyai daya mempolarisasi semakin kuat.
2. Anion dengan ukuran semakin besar dan muatan negatif semakin besar akan
semakin mudah terpolarisasi.
3. Kation yang mempunyai konfigurasi elektronik bukan konfigurasi elektronik
gas mulia mempunyai daya mempolarisasi lebih kuat.

Contohnya adalah perbandingan sifat oksida dan sulfide antara natrium (I)
dengan tembaga(I). Kation natrium dan tembaga keduanya mempunyai jari-jari
yang hampir sama. Oksida maupun sulfide dari natrium bersifat ionic,larut, dan
bereaksi dengan air, tetapi oksida dan sulfida tembaga (I) tidak larut dalam air.
Menurut aturan fajans yang ketiga, kation Cu(I) dengan konfigurasi electron
bukan gas mulia mempunyai daya mempolarisasi yang lebih kuat hingga
mempunyai kecenderugngan lebih kovalen. Hal ini parallel dengan besarnya
perbedaan elektronegativitas yaitu 2,5 untuk natrium oksida yang berarti lebih
bersifat ionic 1,5, untuk tembaga (I) oksida yang berarti lebih bersifat kovalen.

6
2.4. Pembentukan Ikatan Ion
Dalam mencapai keadaan stabil, atom melakukan pelepasan dan penarikan
elektron untuk membentuk ikatan ion. Proses penstabilan atom ada hubungannya dengan
konfigurasi elektron dan dapat diketahui dari jumlah elektron terluarnya.
Atom dikatakan telah stabil jika memiliki konfigurasi elektron seperti unsur gas
mulia (VIII A). Karena telah stabil, unsur gas mulia 'tidak' berikatan dengan atom lain.
Berikut konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia (golongan VIII A):
2He : 2
10Ne : 2-8
18Ar : 2-8-8
36Kr : 2 - 8 - 18 - 8
54Xe : 2 - 8 - 18 - 18 - 8
86Rn : 2 - 8 - 18 - 32 - 18 - 8

Atom yang mempunyai elektron lebih dari 5 akan menerima elektron. Sebaliknya,
atom dengan elektron kurang dari 4 cenderung melepaskan elektron. Transfer elektron ini
dapat mengubah susunan atom. Misalnya, saat atom menerima elektron, maka akan
menjadi atom bermuatan negatif atau anion seperti Cl - dan OH-. Apabila atom
melepaskan elektron, atom akan bermuatan positif atau kation, seperti Na+ dan Ca+.

Proses pembentukan ikatan senyawa ion membutuhkan pelepasan dan penarikan


elektron dari unsur logam dan nonlogam. Contohnya pada proses pembentukan senyawa
Natrium Klorida (NaCl), yang tersusun dari atom Natrium (Na) sebagai logam dan Clorin
(Cl) sebagai nonlogam. Agar mencapai konfigurasi elektron stabil, atom Na melepaskan
elektron untuk membentuk kation Na+. Lalu, Cl akan menerima satu elektron dari Na
membentuk anion Cl-. Na ditambah Cl menjadi Na+ + Cl-.

7
2.5. Perbedaan ikatan ion dan ikatan lain
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bisa dibuatkan tabel perbedaan ikatan ion
dan ikatan lainnya
Faktor penentu Ikatan ion Ikatan kovalen Ikatan logam
Atom penyusun Atom antara unsur Atom antata unsur Atom unsur logam
logam dan non non logam dan dengan jumlah
logam non logam besar
Cara mencapai Atom memberi Atom saling Atom melepaskan
kestabilan atau menerima berbagi elektron elektron menjadi
elektron dengan atom lain kation
Bentuk fisik Padatan Kristal Cairan, padatan, Padatan (lunak
gas dan ulet)
Kemampuan Ya, jika berupa Tidak Ya
menghantarkan cairan
listrik
Kelarutan dalam Tinggi Rendah Tidak
air
Titik leleh dan Tinggi Rendah Tinggi
titik lebur

8
2.6. Contoh ikatan ion
 K2O dimana K merupakan logam golongan IA dan O termasuk non logam golongan
VIA
 MgCl2 dimana Mg merupakan logam golongan IIA dan Cl merupakan non logam
golongan VIIA
 LiF dimana Li merupakan logam golongan IA dan F merupakan non logam golongan
VIIA

9
BAB III
Penutup

3.1. Kesimpulan
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari suatu atom
ke atom lain. Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron  (logam) dengan
atom yang menangkap elektron (bukan logam). Secara umum senyawa ion mempunyai
titik lebur dan titik didih yang tinggi karena kuatnya gaya elektrostatis yang ditimbulkan
antara ion positif dan ion negatif . Mudah larut dalam air, pada saat senyawa ion kristal
senyawa ion masuk dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul air akan menyusup
diantara ion positif dan ion negatif sehingga gaya tarik menarik elektrostatik dari ion
positif dan ion negatif akan melemah dan akhirnya terpecah. Dalam mencapai keadaan
stabil, atom melakukan pelepasan dan penarikan elektron untuk membentuk ikatan ion.
Ion positif dan ion negatif saling tarik menarik dan terjadi serah terima elektron yang
kemudian membentuk senyawa dengan ikatan ion.

10
Daftar pustaka
Wardiyah. 2016. Kimia organik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Sugiyarto, Kristian. H dan Retno D. Suyanti. 2010. Kimia Anorganik


Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Cotton dan Wilkinson. 1976. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.

Surdia, Noor Mansdsjoeriah. 1993. Ikatan dan Struktur Molekul. Bandung : ITB.

Syrifuddin, Nuraini. 1994.Ikatan Kimia. Yogyakarta :Gadjah Mada Universitry


Press.

Petrucci, H.Ralph. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai