Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT


“ Proses Optik dan Ekstasi Elektron”

OLEH
KELOMPOK IV

1. HERI SYAHPUTRA AZHAR PANJAITAN (4171121012)


2. INDAH RISDA YULIANTI NASUTION (4171121015)
3. JOSUA PARULIAN TUMANGGER (4171121016)
4. LARAS BR GINTING (4173321028)
5. MIA NURMALA (4171121019)
6. RANMA SINULINGGA (4172121013)

Dosen Pengampu matakuliah :


Prof.Motlan,M.Sc.Ph.D.
KELAS : PSFP 17 B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
A. Pengertian Eksitasi Elektron.............................................................5
B. Proses Optik........................................................................................7
C. Proses Eksitasi Pada Optik................................................................8
BAB II PENUTUP..........................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Optik adalah cabang fisika yang menggambarkan perilaku dan sifat cahaya
dan interaksi cahaya dengan materi. Optik dijelaskan dan ditandai dengan fenomena
optik. Kata berasal dari ὀπτική optik Latin, yang berarti tampilan.  Alat optik adalah
alat yang berupa benda bening yang digunakan untuk menghasilkan bayangan
melalui pemantulan atau pembiasan cahaya. Alat optik terdiri dari alat optik alamiah
dan alat optik buatan. Alat alamiah misalnya mata, sedangkan alat optik buatan
seperti kacamata, lup, mikroskop, teleskop, kamera, proyektor, dll. Alat optik yang
paling utama adalah mata, karena mata merupakan alat untuk melihat. Banyak
pengetahuan yang kita peroleh melalui proses penglihatan melalui mata. Fungsi alat-
alat optik yang lainnya sebenarnya adalah membantu proses penglihatan atau
pengamatan. Lensa optik bisa terbuat dari bahan kaca, plastik, fiber, dan lain
sebagainya.

Eksitasi dalam fisika adalah penambahan sejumlah diskrit energi (disebut


energi eksitasi) untuk sistem-seperti inti atom, atom, atau molekul sehingga
menghasilkan perubahan yang biasanya dari kondisi energi terendah (keadaan dasar)
ke salah satu energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi).

Pada tahun 1914 James Franck dan Gustav Hertz melakukan eksperimen
untuk menguji secara langsung hipotesis Bohr yang menyebutkan bahwa energi atom
itu terkuantisasi. Atom gas bertumbukan dengan elektron–elektron dan memperoleh
energi dari tumbukan hanya jika energi elektron melampaui ambang tertentu.
Eksperimen ini menunujukkan secara langsung bahwa tingkat energi atomik memang
ada dan tingkat – tingkat ini sama dengan tingkat – tingkat yang terdapat pada
spektreum garis. Teori atom Bohr memperkenalkan atom sebagai sejenis miniatur
planet mengitari matahari, dengan elektron-elektron mengelilingi orbitnya sekitar
bagian pokok, tapi dengan perbedaan yang sangat penting. Bilamana hukum-hukum
fisika klasik mengatakan tentang perputaran orbit dalam segala ukuran, Bohr
membuktikan bahwa elektron-elektron dalam sebuah atom hanya dapat berputar
dalam orbitnya dalam ukuran spesifik tertentu. Atau dalam kalimat rumus lain :
elektron-elektron yang mengitari bagian pokok berada pada tingkat energi (kulit)
tertentu tanpa menyerap atau memancarkan energi. Elektron dapat berpindah dari
lapisan dalam ke lapisan luar jika menyerap energi. Sebaliknya,elektron akan
berpindah dari lapisan luar ke lapisan lebih dalam dengan memancarkan energi.

Eksperimen ini kemudian menjadi bukti dari teori model atom bohr yang
menerangkan bahwa elektron harus memiliki energi minimum tertentu untuk dapat
melakukan tumbukan inelastic dengan atom dan energi minimum tersebut dapat
diartikan sebagai energi dari sebuah keadaan eksitasi pada atom.

Demikian juga foton emisi selama transisi akan mempunyai energi yang
jauh lebih besar sehingga akan sangat kecil dalam daerah sinar-X, Spektrum
kontinu sinar-X dibangkitkan jika elektron dengan energi tinggi menumbuk
logam. Tabung merupakan tabung vaccum dengan dua elektroda. Dan filamen
panas memancarkan elektron. Elektron-Elektron ini diakselerasi, menuju tabung
oleh beda potensial sekitar 4 10 4 10 . Jika elektron mengenai target, maka tiba-
tiba berhenti. Perlambatan yang tiba-tiba ini menyebabkan adanya emisi radiasi
EM. Dan karena perlambatan dapat terjadi dengan banyak cara, maka radiasi
(disebut radiasi Bremsstruhlung) yang dihasilkan merupakan spektrum panjang
gelombang sinar-X yang kontinu.
Sinar-X adalah foton energi tinggi yang mempunyai daya penetrasi sangat
besar. Sinar-X dapat menyebabkan molekul terpisahkan jika bertumbukan
dengan molekul. Sinar-X juga dapat merusak kulit seperti halnya UV,
menyebabkan molekul-molekul kulit terpisahkan (sobek). Masuk ke dalam badan
sinar-X dapat merusak sel-sel badan sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menghancurkan sel-sel kanker.
Atom-atom di dalam sumber cahaya pada umumnya berkelakuan berbeda
satu sama lain. Foton-Foton diemisikan secara acak sehingga gelombang emisi
dari atom-atom tidaklah sefasa. Kadang-Kadang saling melemahkan dan kadang
saling menguatkan. Dapat terjadi penguatan yaitu jauh lebih besar dibandingkan
berkas cahaya sumber.
Laser adalah satu jenis sumber cahaya dimana atom-atom memancarkan
gelombang cahaya dalam satu fasa. Laser menghasilkan berkas cahaya sejajar
yang sangat tipis dan tajam, Berkas laser sangat terang, karena semua gelombang
dalam satu fasa. Setiap atom tereksitasi mengeluarkan gelombang dengan λ
sama. Itulah sebabnya berkas cahaya mempunyai satu λ (koheren). Karena
berkas direfleksikan berkali-kali diantara cermin paralel, maka sinar akan terus
paralel meskipun menempuh jarak berkilo-kilo meter.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu eksitasi elektron?
2. Bagaimana terjadinya proses optik?
3. Bagaimana proses eksitasi pada optik?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu optik eksitasi electron.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan di dalam proses optik dan
eksitasi electron.
3. Untuk mengetahui proses eksitasi pada optik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eksitasi Elektron
Eksitasi dalam fisika adalah penambahan sejumlah diskrit energi (disebut
energi eksitasi) untuk sistem-seperti inti atom, atom, atau molekul sehingga
menghasilkan perubahan yang biasanya dari kondisi energi terendah (keadaan
dasar) ke salah satu energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi).
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya
ditulis sebagai e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur
apapun yang diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer.
Eksitasi elektron adalah perpindahan elektron akibat dikenai energy (cahaya)
dari keadaan yang energinya lebih tinggi. Proses eksitasi ektron yaitu proses
berpindahnya elektron dari kulit yang energinya rendah ke kulit yang energinya
tinggi.
Dalam sistem nuklir, atom, dan molekul, keadaan-keadaan tereksitasi tidak
terus didistribusikan tetapi memiliki nilai energi diskrit tertentu saja. Dengan
demikian, energi eksternal (energi eksitasi) dapat diserap dalam jumlah diskrit.
Dengan demikian, dalam atom hidrogen (terdiri dari elektron yang mengorbit
terikat dengan inti satu proton), energi eksitasi 10,2 elektron volt diperlukan
untuk mendorong elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi pertama.
Sebuah energi eksitasi yang berbeda (12,1 elektron volt) akan dibutuhkan untuk
menaikkan elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi kedua. Demikian
pula, proton dan neutron dalam inti atom merupakan sistem yang dapat dinaikkan
secara diskrit menjadi tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyediakan
energi eksitasi yang tepat. Energi eksitasi nuklir kira-kira 1.000.000 kali lebih
besar dari energi eksitasi atom. Untuk inti timbal-206, sebagai contoh, energi
eksitasi dari keadaan tereksitasi pertama adalah 0,80 juta elektron volt dan kedua
keadaan eksitasi kedua 1,18 juta elektron volt. Energi eksitasi disimpan dalam
atom yang tereksitasi dan inti yang memancarkan cahaya biasanya terlihat dari
atom dan sebagai radiasi gamma dari inti karena mereka kembali ke keadaan
dasar. Energi ini juga bisa hilang oleh tumbukan.
Proses eksitasi adalah salah satu sarana utama dimana materi menyerap pulsa
energy elektromagnetik (foton), seperti cahaya, dan dengan dipanaskan atau
terionisasi oleh dampak partikel bermuatan, seperti elektron dan partikel alpha.
Dalam atom, energy eksitasi diserap oleh elektron yang mengorbit yang diangkat
ke tingkat energi yang berbeda yang lebih tinggi.

Dalam inti atom, energi diserap oleh proton dan neutron yang ditransfer ke
keadaan tereksitasi. Dalam molekul, energi yang diserap tidak hanya oleh
elektron, yang sangat antusias untuk tingkat energi yang lebih tinggi, tetapi juga
oleh seluruh molekul, yang sangat tereksitasi untuk keadaan diskrit dari getaran
dan rotasi.

2.2 Proses Optik


Dalam prakteknya, sebagian besar fenomena optik dapat dihitung dengan
menggunakan sifat dari cahaya elektromagnetik, seperti yang dijelaskan oleh
persamaan Maxwell.
Bidang optik memiliki identitas, masyarakat, dan konferensi. Aspek
lapangansering disebut ilmu optik atau fisika optik. Ilmu optik terapan sering
disebut rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik yang terkait khusus dengan
sistem iluminasi (iluminasi) disebut rekayasa pencahayaan. Setiap disiplin
cenderung sedikit berbeda dalam aplikasi, keterampilan teknis, fokus, dan afiliasi
profesionalnya. Inovasi lebih baru dalam rekayasa optik sering dikategorikan
sebagai fotonika atau Optoelektronik. Batas-batas antara bidang ini dan “optik”
yang tidak jelas, dan istilah yang digunakan berbeda di berbagai belahan dunia
dan dalam berbagai bidang industri.
Karena aplikasi yang luas dari ilmu “cahaya” untuk aplikasi dunia nyata, ilmu
optik dan rekayasa optik cenderung sangat interdisipliner. Ilmu optik merupakan
bagian dari berbagai disiplin terkait termasuk elektro, fisika, psikologi,
kedokteran (khususnya optalmologidan optometri), dan lain-lain. Selain itu,
perilaku optik yang paling lengkap, seperti dijelaskan dalam fisika, tidak selalu
rumit untuk kebanyakan masalah, jadi model sederhana dapat digunakan. Model
sederhana ini cukup untuk menjelaskan sebagian besar perilaku fenomena optik
dan mengabaikan relevan dan / atau tidak terdeteksi pada suatu sistem.
Dalam ruang bebas dengan kecepatan gelombang bepergian c = 3 × 10 ^ 8
meter / detik. Ketika memasuki medium tertentu (dielectric atau nonconducting)
gelombang dengan kecepatan v, yang merupakan karakteristik dari bahan dan
kurang dari cahaya besarnyakecepatan sendiri (c). Perbandingan kecepatan
cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya dalam medium adalah
indeks bias bahan n sebagai berikut: n = c / v.

2.3 Proses Eksitasi Pada Optik


 Luminesensi adalah fenomena fisika berupa pancaran cahaya dari suatu
bahan yang tidak panas. Luminesensi adalah emisi cahaya oleh suatu zat yang
bukan berasal dari panas, sehingga ia adalah sebuah bentuk radiasi benda dingin.
Luminesensi bisa disebabkan oleh reaksi kimia, energi listrik, gerakan subatomik,
atau tekanan pada kristal (piezoelektrik). Luminesensi adalah fenomena yang
melibatkan penyerapan energi dan emisi cahaya. Fotoluminesensi merupakan
emisi cahaya secara spontan dari sebuah material yang mengalami eksitasi optik.
Saat energi cahaya dari luar diberikan pada material cukup besar, maka foton
akan terserap dan elektron mengalami eksitasi. Seringkali eksitasi tersebut
tidaklah stabil sehingga elektron kembali pada keadaan dasarnya. Saat elektron
kembali pada keadaan dasarnya inilah cahaya dipancarkan.
Fotoluminesensi (disingkat PL) adalah emisi cahaya dari segala bentuk materi
setelah penyerapan foton (radiasi elektromagnetik). Ini adalah salah satu dari
banyak bentuk pendaran (emisi cahaya) dan diprakarsai oleh photoexcitation (eksi
tasi oleh foton), maka  foto-awalan. Setelah eksitasi berbagai proses relaksasi
biasanya terjadi di mana foton lainnya adalah re-terpancar. Periode waktu antara
penyerapan dan emisi dapat bervariasi: mulai dari short femtosecond-rezim untuk
emisi melibatkan plasma bebas-carrier dalam semikonduktor anorganik. hingga
milidetik untuk proses berpendar dalam sistem molekul; dan dalam keadaan
khusus penundaan emisi bahkan mungkin span untuk menit atau jam. Pengamatan
fotoluminesen pada energi tertentu dapat dipandang sebagai indikasi bahwa
eksitasi dihuni keadaan tereksitasi yang terkait dengan energi transisi ini.
Sementara ini umumnya benar dalam atom dan sistem serupa, korelasi dan
fenomena yang lebih kompleks lainnya juga bertindak sebagai sumber untuk
fotoluminesen di sistem banyak – tubuh seperti semikonduktor.
Proses fotoluminesen dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai parameter
seperti energi foton yang menarik sehubungan dengan emisi. Eksitasi resonan
menggambarkan situasi di mana foton dari panjang gelombang tertentu diserap
dan foton yang setara dipancarkan kembali dengan sangat cepat. Ini sering disebut
sebagai fluoresensi resonansi . Untuk bahan dalam larutan atau dalam fase gas,
proses ini melibatkan elektron tetapi tidak ada transisi energi internal yang
signifikan yang melibatkan fitur molekuler dari zat kimia antara penyerapan dan
emisi. Dalam semikonduktor anorganik kristal di mana struktur pita elektronik
terbentuk, emisi sekunder dapat lebih rumit karena peristiwa dapat mengandung
kedua kontribusi koheren seperti hamburan rayleigh resonansi di mana hubungan
fase tetap dengan medan cahaya mengemudi dipertahankan (yaitu proses elastis
penuh energi di mana tidak ada kerugian terlibat), dan kontribusi tidak
koheren (atau mode tidak elastis di mana beberapa saluran energi menjadi mode
kehilangan tambahan), yang terakhir berasal, misalnya, dari rekombinasi radiatif
dari rangsangan, menyatakan pasangan elektron-lubang Coulomb dalam
padatan. Fluoresensi resonansi juga dapat menunjukkan korelasi optik kuantum
yang signifikan.

Skema untuk proses eksitasi-relaksasi photoluminescence.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Eksitasi elektron adalah perpindahan elektron akibat dikenai energy (cahaya)
dari keadaan yang energinya lebih tinggi. Proses eksitasi ektron yaitu proses
berpindahnya elektron dari kulit yang energinya rendah ke kulit yang energinya
tinggi.
Ilmu optik terapan sering disebut rekayasa optik. Aplikasi dari rekayasa optik
yang terkait khusus dengan sistem iluminasi (iluminasi) disebut rekayasa
pencahayaan. Setiap disiplin cenderung sedikit berbeda dalam aplikasi, keterampilan
teknis, fokus, dan afiliasi profesionalnya. Inovasi lebih baru dalam rekayasa optik
sering dikategorikan sebagai fotonika atau Optoelektronik.
Luminesensi adalah fenomena yang melibatkan penyerapan energi dan emisi
cahaya. Fotoluminesensi merupakan emisi cahaya secara spontan dari sebuah
material yang mengalami eksitasi optik. Saat energi cahaya dari luar diberikan pada
material cukup besar, maka foton akan terserap dan elektron mengalami eksitasi.
Seringkali eksitasi tersebut tidaklah stabil sehingga elektron kembali pada keadaan
dasarnya. Saat elektron kembali pada keadaan dasarnya inilah cahaya dipancarkan.
Fotoluminesensi (disingkat PL) adalah emisi cahaya dari segala bentuk materi
setelah penyerapan foton (radiasi elektromagnetik). Ini adalah salah satu dari
banyak bentuk pendaran (emisi cahaya) dan diprakarsai oleh photoexcitation (eksitasi
oleh foton), maka  foto-awalan. Setelah eksitasi berbagai proses relaksasi biasanya
terjadi di mana foton lainnya adalah re-terpancar. Periode waktu antara penyerapan
dan emisi dapat bervariasi: mulai dari short femtosecond-rezim untuk emisi
melibatkan plasma bebas-carrier dalam semikonduktor anorganik. hingga milidetik
untuk proses berpendar dalam sistem molekul; dan dalam keadaan khusus penundaan
emisi bahkan mungkin span untuk menit atau jam. Pengamatan fotoluminesen pada
energi tertentu dapat dipandang sebagai indikasi bahwa eksitasi dihuni keadaan
tereksitasi yang terkait dengan energi transisi ini. Sementara ini umumnya benar
dalam atom dan sistem serupa, korelasi dan fenomena yang lebih kompleks lainnya
juga bertindak sebagai sumber untuk fotoluminesen di sistem banyak – tubuh seperti
semikonduktor.

3.2 SARAN
Dengan membaca makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan
meningkatkan pemahaman pembaca tentang “Proses Optik dan Eksitasi Elektron”.
Namun, pada penulisan makalah ini banyak kekurangan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun guna menjadi
pertimbangan kami dalam penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X.Jakarta : Pusat
Perbukuan   Departemen Pendidikan Nasional.

Surya, Yohanes. 2009. Fisika Modern.Tangerang : PT. Kandel.

Krane, Kenneth. 2006. Fisika Modern. Penerjemah : Hans J. Wospakrik. Pendamping


: Sofia
Niksolihin. Cetakan 1. Jakarta : UI-Press. 253-255.
effendi, nur hasim dan heri sutanto. 2014. pengaruh temperatur sintering terhadap
sifat optic lapisan tipis zinc oxide (ZnO) yang dideposisi diatas substrat kaca dan
aplikasinya untuk mendegradasi pewarna methylene blue. youngster physics journal.
03(02). 135-142.
Sutrisno, Seri Fisika Dasar (Fisika Modern), 1989, Bandung, Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai