Makalah Sorgum
Makalah Sorgum
KELOMPOK 3
DISUSUN OLEH:
1. Ambar Wuri W (H 0909005)
2. Fajriatul M (H 0909022)
3. Frederica (H 0909034)
4. Istikha T. (H 0909043)
5. Mislachah (H 0909049)
6. Tiara Ayu P (H 0909067)
Latar Belakang
Pembangunan pertanian tanaman pangan di Indonesia merupakan simbol
pembangunan pertanian nasional yang meliputi padi dan palawija. Namun di lain pihak
pengembangan tanaman serealia lainnya selain padi dan jagung sangat diharapkan
untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai bahan alternatif untuk
memenuhi kebutuhan akan pangan non beras. Tanaman sorgum di Indonesia
sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan
jagung, hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman
sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik
untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi
agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas (Anonimc, 2012).
Salah satu jenis biji-bijian yang dapat dikembangkan adalah sorgum. Sorgum
(Sorghum bicolor L.`Moench) merupakan serealia penting di dunia yang menempati
urutan ke empat setelah gandum, beras, dan jagung (Dogget, 1970). Menurut Badan
Pusat Statistik (2005), luas panen tanaman sorgum pada tahun 2005 di provinsi Jawa
timur berjumlah 993 ha serta jumlah produksinya sebesar 2.615 ton. Daerah penghasil
sorgum tertinggi di Jawa timur diantaranya adalah Lamongan, Sumenep dan Pasuruan.
Nilai gizi sorgum cukup memadai sebagai bahan pangan yaitu mengandung sekitar 83%
karbohidrat, 3,5 % lemak, dan 10% protein. Sorgum merupakan sumber kalori yang
penting. Selain itu, sorgum merupakan salah satu komoditi non beras yang dapat
memiliki peranan menjadi bahan pangan baru sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap beras (Anonimc, 2012).
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri
karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan
sawah pada musim kering/ kemarau, resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input)
usaha taninya relatif rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai
manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan
dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol,
bahan baku etanol dan sebagainya (Anonimc, 2012).
BAB II
ISI
C. Manfaat Sorgum
Manfaat dari tanaman sorgum adalah sebagai berikut :
- Bahan baku industri kertas, nira, gula, alkohol, apritus dan monosodium
glutamat (MSG)
- Bahan baku pakan ternak (biji sorgum)
- Bahan baku media jamur merang (Mushroom)
- Sumber hijauan pakan ternak ruminansia (batang dan daun)
- Bahan baku ethanol (biji sorgum)
- Bahan baku berbagai jenis makanan, seperti bubur sorgum, dodol sorgum,
dll.
- Sorghum sebagai bahan pangan telah dimanfaatkan untuk makanan pokok
(beras sorghum) di daerah tertentu (Pulau Jawa), campuran pembuatan
makanan selingan (kue, biskuit dan roti) dan makanan lainnya seperti tape.
- Sorghum sebagai produk pangan telah diolah lebih lanjut dengan cara giling
kering menjadi beras sorghum dan tepung, dengan giling basah
mendapatkan pati, dan dekstrose (Anonimc, 2012).
Kafeat 25-52
Ferulat 300-500
Sinapat 50-140
Flavonoid
Antosianin 0-2800
epikatekin, prosianidin)
Sumber: Anonimf, 2012
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa polifenol yang larut dalam air
dengan berat molekul berkisar antara 500-3000. Tanin memiliki kemampuan
untuk mengendapkan alkaloid, gelatin, dan protein lainnya. Tanin dapat
membentuk komplek dengan protein, karbohidrat, mineral, asam lemak, dan
asam nukleat. Sifat komplek tanin yang dapat mengikat komponen nutrisi dapat
menurunkan daya absorbsi komponen nutrisi tersebut (Nanda, dkk, 2008).
Tanin dibedakan dibagi menjadi dua, yaitu
- Tanin yang dapat terhidrolisis yang terdapat pada kelompok tanaman bukan
makanan (non edible food) tapi mempunyai peranan penting dalam industri
makanan, minuman, dan obat-obatan.
- Tanin terkondensasi terdapat pada buah-buahan, biji-bijian, dan tanaman
lain yang dapat dimanfaatkan manusia sebagai makanan. Tanin yang
terdapat pada biji sorgum merupakan tanin terkondensasi. Tanin dalam
bentuk ini mampu memproduksi kompleks yang lebih stabil dibandingkan
dengan tanin dalam bentuk terhidrolisis (Nanda, dkk, 2008).
Tanin pada sorgum menyebabkan rasa sepat sehingga tidak sukai
konsumen. Kulit biji sorghum yang berwarna coklat dapat diartikan sebagai
sorghum berkadar tanin tinggi. Tanin dalam biji sorghum dapat bertindak
sebagai zat anti nutrisi serta dapat menimbulkan rasa pahit pada produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu selama pengolahan bijinya, senyawa tanin ini perlu
dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Adanya tanin dalam biji
sorghum telah lama diketahui dapat mempengaruhi fungsi asam-asam amino
dan kegunaan dari protein. Tanin merupakan senyawa kimia yang termasuk
golongan senyawa polifenol. Dalam biji sorghum senyawa ini terletak dalam
lapisan kulit biji, terutama dalam lapisan perikarp dan lapisan testa. Kadar tanin
dalam biji sorghum berkisar antara 0,4-3,6 persen yang sebagian besar terdapat
dalam lapisan testa (Anonima, 2012).
Tanin memiliki banyak cincin aromatik dan gugus hidroksil sehingga
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan tidak dapat bereaksi sebagai
prooksidan karena dapat membentuk oligomer, sedangkan flavonoid sederhana
dapat bereaksi sebagai prooksidan, tetapi tanin yang dapat membentuk
kompleks dengan protein dapat menurun aktivitas antioksidan sebesar 50%.
Pada sorgum juga terdapat jenis flavonoid yang lain seperti carigenin
(flavanon), luteolin (flavon). Komponen fenolik sorgum tersebut sebagai
antioksidan yang dapat melindungi komponen pangan lainnya seperti enzim
pencernaan dari kerusakan oksidatif (Anonimf, 2012).
Lapisan luar biji sorgum juga kaya dengan selulosa, β-glukan,
hemiselulosa. β-glukan meupakan komponen karbohidrat non starch
poliakarida (NSP), banyak memiliki peranan untuk pencegahan penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus dan kanker. Sorgum seperti halnya serealia
mengandung asam fitat. Asam fitat dapat membentuk komplek dengan mineral,
seng, besi, dan magnesium yang dapat mengurangi sifat bioavailabilitas mineral
terebut. Asam fitat digunakan untuk menurunkan penyakit degeneratif seperti
kanker. Sorgum mengandung senyawa sianogenik glikosida seperti durin yang
ditemukan pada biji (3-4%) dan daun (mencapai 25%). Senyawa durin akan
mengalami hidrolisis menjadi asam sianida (HCN) yang bersifat toksik, tetapi
selama proses perkecambahan (malting) HCN dapat dihilangkan (Anonimf,
2012).
Kandungan dalam sorgum, yaitu:
a. Karbohidrat
Biji sorgum mengandung tiga jenis karbohidrat yaitu, pati, gula
terlarut, dan serat. Kandungan gula terlarut pada sorgum terdiri dari sukrosa,
glukosa, fruktosa dan maltosa. Sorgum juga mengandung serat tidak larut
air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5% - 7,9%
dan 1,1% - 1,23%. Kandungan serat kasar banyak terdapat pada perikarp
biji sorgum dan dinding sel endosperma. Serat kasar tersusun dari selulosa,
hemiselulosa dan sedikit lignin. Selulosa dapat larut sebagian dalam larutan
alkali, tetapi tidak dapat larut dalam asam. sorgum merupakan sumber serat
pangan yang baik, terutama serat pangan tidak larut sebanyak 86,2%. Efek
fisiologis dari serat pangan diantaranya: meningkatkan sifat kamba dari
feses, meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek, menurunkan
kolesterol, trigliserida dan glukosa darah. Potensial efek serat pangan dalam
pencegahan penyakit diantaranya: penyakit jantung koroner, resiko kanker,
osteoporosis, diabetes melitus, divertikulosis, dan mencegah konstipasi
(Anonime, 2012).
Selulosa adalah polisakarida linier yang terdiri dari unit-unit polimer
β-1,4-D- glukopiranosa dengan rumus umum [C6H10O5]n. Selulosa dalam
jaringan tumbuhan terdapat dalam bentuk polimer homolog campuran
bersama polisakarida non-pati lain seperti hemiselulosa dan lignin. Jumlah
unit glukosa dalam molekul selulosa berjumlah 10.000 atau lebih.
Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang memiliki 2 - 4 monomer
gula yang berlainan, umumnya D-xilosa, L-arabinosa, D-galaktosa, D-
glukosa dan asam D-glukuronat. Lignin merupakan senyawa polimer yang
terdiri dari fenil-propana yang tersubstitusi pada posisi atom karbon C-2
atau C-3 pada cincin benzen. Lignin pada jaringan tanaman berikatan
dengan polisakarida lainnya seperti selulosa dan hemiselulosa dan
merupakan komponen penyusun dinding sel tanaman (Anonime, 2012).
Jenis karbohidrat lain yang terdapat dalam sorgum adalah pati.
Kandungan pati bagian endosperma umumnya sekitar 83%, lembaga 13,4%,
dan perikarp 34,6%. Pati sorgum terdiri dari 70% -80% amilopektin dan
20% - 30% amilosa. Molekul amilosa berantai lurus dan terdiri dari 1500
unit glukosa, sedangkan amilopektin adalah molekul berantai cabang dan
terdiri dari 3000 unit glukosa. Berdasarkan kadar amilosanya, sorgum
digolongkan menjadi jenis beras (non-waxy sorghum) dan jenis ketan (waxy
sorghum). Jenis non-waxy sorghum mengandung amilosa sebesar 21%-28%,
sedangkan jenis non-waxy sorghum kandungan amilosanya hanya 1% - 2%
(Anonime, 2012).
b. Protein
Protein merupakan komponen utama ke-dua terbanyak dari biji
sorgum; jumlahnya dapat mencapai 12% dari berat keseluruhan biji
sorgum. Kandungan protein endosperma, lembaga, dan perikarp sorgum
adalah berturut-turut 80%, 16%, dan 3%. Penyosohan biji sorgum selain
menghilangkan perikarp juga dapat menghilangkan lembaga dan lapisan
luar endosperm yang mengandung protein, sehingga penyosohan dapat
menyebabkan penurunan kandungan protein komoditi. Empat fraksi protein
biji sorgum yang telah diidentifikasi adalah prolamin yang terdapat dalam
protein-bodies, glutelin yang terdapat pada matriks protein, serta albumin
dan globulin yang terdapat di dalam lembaga. Kandungan protein pada biji
sorgum sangat bergantung pada varietas karena dipengaruhi oleh faktor gen
dan selanjutnya juga dipengaruhi lingkungan tumbuh. Mutu protein biji
sorgum hampir sama dengan beras, namun kandungan vitamin dan
mineralnya lebih tinggi (Anonime, 2012).
c. Lipida
Biji sorgum mengandung lemak antara 2,1% - 5,0%. Kandungan
lemak terbesar terdapat di dalam skutelum lembaga yaitu sebesar 75%, dan
sisanya terdapat dalam perikarp dan endosperma. Komposisi asam lemak
pada biji sorgum didominasi oleh asam linoleat, asam oleat dan asam
palmitat (Anonime, 2012).
d. Vitamin
Biji sorgum memiliki kandungan vitamin yang larut dalam air berupa
vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), dan B3 (niasin). Beberapa jenis sorgum
yang memiliki endosperma berwarna kuning juga mengandung provitamin
A, serta vitamin E (tokoferol). Kandungan vitamin B1 (tiamin) dan B3
(niasin) dalam biji sorgum lebih tinggi dibandingkan dengan biji gandum
ataupun beras, tetapi kandungan vitamin B2 (riboflavin) yang lebih rendah.
Lembaga dan lapisan aleuron mengandung jenis-jenis vitamin yang sama
seperti yang terdapat dalam endosperma, namun jumlahnya 2-5 kali lebih
tinggi (Anonime, 2012).
e. Mineral
Mineral pada biji sorgum terdapat terutama di dalam lembaga, lapisan
aleuron, dan lapisan perikarp. Kandungan mineral biji sorgum terdiri dari K,
Fe, Zn, Mg, dan Pb, dan sejumlah kecil Na dan Ca (Anonime, 2012).
Kesimpulan
Sorgum merupakan tanaman serelia yang potensial untuk dibudidayakan dan
dikembangkan untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan dan sebagai
bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan non beras. Dan sorgum
memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada musim kering/
kemarau, resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usaha taninya relatif rendah.
Tanaman sorgum memiliki beberapa manfaat antara lain : Bahan baku industri kertas,
nira, gula, alkohol, apritus dan monosodium glutamat (MSG), Bahan baku pakan ternak
(biji sorgum), Bahan baku media jamur merang (Mushroom), Sumber hijauan pakan
ternak ruminansia (batang dan daun), Bahan baku ethanol (biji sorgum), Bahan baku
berbagai jenis makanan, seperti bubur orgum, dodol sorgum, dll.
Sorgum dapat dikatakan sebagai pangan fungsional karena dalam sorgum
terkandung senyawa-senyawa fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan, misalnya
Sorgum memiliki kandungan gluten dan indeks glikemik yang rendah sehingga sangat
sesuai untuk diet gizi khusus. Beberapa senyawa fenolik sorgum diketahui memiliki
aktivitas anti oksidan, anti tumor dan dapat menghambat perkembangan virus sehingga
bermanfaat bagi penderita penyakit kanker, jantung dan HIV-1 (Human
Immunodeficiency Virus-1). Sorghum juga merupakan sumber potensial penting dari
nutraceuticals fenolat dan antioksidan sebagai penurun kolesterol. Selain itu sorgum
merupakan sumber serat pangan yang baik, terutama serat pangan tidak larut sebanyak
86,2%. Potensial efek serat pangan dalam pencegahan penyakit diantaranya: penyakit
jantung koroner, resiko kanker, osteoporosis, diabetes melitus, divertikulosis, dan
mencegah konstipasi. Sorgum dapat dibuat menjadi beberapa produk olahan antara lain
tepung, flakes, dan sorgum juga dapat dibuat menjadi bioetanol.
DAFTAR PUSTAKA
Nanda, dkk. 2008. Bubur Sorgum (Sorghum Bicolor) Instan Sebagai Pangan Alternatif
Berindeks Glisemik Rendah Bag1 Penderita Diabetes. http://sorgum.pdf.
Suarni. 2004. Pemanfaatan Tepung Sorgum Untuk Produk Olahan. Jurnal Litbang
Pertanian, 23(4), 2004.
Ratna. 2009. Pembuatan Etanol Dari Nira Sorgum Dengan Proses Fermentasi..
Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009.